Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

IDENTIFIKASI PROPAGANDA ORGANISASI PAPUA MERDEKA: UPAYA PREVENTIF DISINTEGRASI BANGSA Ali Kusno; Sailal Arimi; M Hafidh Wahidiyas
Jurnal Pertahanan & Bela Negara Vol 12, No 1 (2022): Jurnal Pertahanan dan Bela Negara
Publisher : Indonesia Defense University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33172/jpbh.v12i1.1537

Abstract

Aksi teror masih terus dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dengan cara pembakaran fasilitas umum dan beberapa aksi pembunuhan. Selain itu, upaya disintegrasi bangsa juga dilakukan melalui propaganda di media sosial. Apabila aksi-aksi tersebut tidak segera diatasi akan menjadi ancaman disintegrasi Papua dari Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi beragam propaganda Papua Merdeka. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Data yang digunakan berupa unggahan di media sosial Facebook milik KKB Papua maupun simpatisan. Hasil penelitian menunjukkan pada tataran tekstual adanya beragam propaganda, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI)-Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dianggap melakukan operasi secara terbuka, membentuk milisi, menyiksa rakyat Papua, kekerasan terhadap warga sipil, dan meneror tempat ibadah. Masyarakat Indonesia non-Papua dianggap melabeli masyarakat Papua dengan kata ‘monyet’/’gorila’. Mahasiswa Papua di daerah ditindas. Kemerdekaan dianggap sebagai petunjuk Tuhan untuk membebaskan diri dari kolonialisme Indonesia. Upaya memerdekakan diri dengan membuat Undang-Undang Dasar (UUD) sementara, menolak produk hukum Indonesia. Perlunya desakan dan tuntutan referendum dan penghentian otonomi khusus. Praktik wacana level meso menunjukkan bahwa unggahan diproduksi secara pribadi oleh masing-masing pemilik akun. Pada tataran makro menunjukkan adanya kecemburuan sosial ekonomi terhadap para pendatang dan sentimen keagamaan. Teknik propaganda yang dominan digunakan KKB adalah card stacking, yakni menyajikan informasi yang tidak berdasar dan memutarbalikkan fakta dengan menyudutkan pemerintah Indonesia. Teknik name calling dengan menstereotipe negatif segala hal tentang Indonesia. Penggunaan teknik  glittering generalities dan bandwagon dengan menebarkan janji manis dan keyakinan tentang referendum dan kemerdekaan. Propaganda tersebut akan diterima begitu saja apabila tidak dilakukan kontra propaganda dengan memberikan informasi yang benar dan dapat dipercaya masyarakat Papua. Untuk itu pentingya memberikan edukasi dan penanaman rasa memiliki Indonesia sebagai kunci melawan aksi propaganda dan sparatisme yang dilakukan KKB Papua Merdeka bagi masyarakat indonesia khususnya masyarakat papua.
Perbedaan Berbasis Gender Dalam Memberikan Pujian: Studi Kasus Pada the Indonesian Next Big Star 2022 Astri Amaliah Fatonah; Sailal Arimi
Jurnal Multidisiplin West Science Vol 2 No 01 (2023): Jurnal Multidisiplin West Science
Publisher : Westscience Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.254 KB) | DOI: 10.58812/jmws.v2i1.97

Abstract

Bahasa sebagai alat komunikasi yang bermakna, bahasa berperan penting dalam proses pembelajaran khususnya dalam ranah komunikasi dalam hal bertutur untuk memuji dalam membangun kaitan yang berharga. Dalam memberikan pujian seseorang memiliki pilihan-pilihan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan dalam strategi pujian dan fungsi pujian antara juri laki-laki dan juri perempuan dalam audisi The Indonesian Next Big Star 2022. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh penjelasan secara mendalam mengenai fenomena pujian yang ditemukan dalam The Indonesian Next Big Star 2022, serta pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat dari laman YouTube the Indonesian Next Big Star 2022. Sumber data penelitian ini adalah tuturan-tuturan dalam bentuk kata, frasa, atau kalimat dari sesi penjurian di audisi The Indonesian Next Big Star 2022 dari TOP 5 sampai TOP 3. Ada dua juri laki-laki dan dua juri perempuan. Juri laki-laki adalah Judika dan Sandhy Sandoro sedangkan juri perempuan adalah Maia Estianty dan Bunga Citra Lestari. Data yang ditemukan diklasifikasikan menggunakan teori strategi pujian (Kasper, 1995) dan fungsi pujian (Wu, 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa juri laki-laki dan juri perempuan menunjukkan perbedaan dalam memuji. Pada strategi pujian, terdapat strategi pujian secara langsung, pujian secara tidak langsung. Juri perempuan menggunakan strategi pujian langsung lebih banyak daripada juri laki-laki, sementara itu juri laki-laki menggunakan strategi pujian tidak langsung. Di samping itu, juri perempuan memuji untuk mengekspresikan kekaguman yang tulus lebih banyak daripada juri laki-laki.
Speech Features in Food Endorsement of Indonesian Influencers: a Study of Language and Gender Assayyidah Bil Ichromatil Ilmi; Sailal Arimi
SUAR BETANG Vol 18, No 1 (2023): June 2023
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v18i1.4457

Abstract

This study aims to identify the speech features employed by male and female influencers while promoting food. This research decided to apply a qualitative method, specifically in the form of a case study. Meanwhile, the researchers chose observation through social media, namely Instagram, as the data collection process. The data analysis consists of three stages, such as reduction, presentation, and conclusion. The researchers found that the female influencers use speech features are intensifier, emphatic stress, tag question, rising intonation, empty adjectives, specialized, hypercorrect grammar, super polite forms, avoidance of strong swear, and one form that belongs to the men known as command and directive. Meanwhile, the speech features employed by the men are command and directive, swearing and taboo words, compliments, and theme, and three forms of speech feature that belong to women, which are intensifier, empty adjective, and emphatic stress. The finding of this study is that both genders are not constantly with their own speech features. Both genders also applied speech features that belong to the opposite gender while doing promotion, although the language features of each gender dominate the respective results. AbstrakPenelitian ini bertujuan mengidentifikasi fitur tuturan yang digunakan oleh influencer pria dan wanita saat melakukan promosi makanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, khususnya dalam bentuk studi kasus. Penulis memilih observasi melalui salah satu media sosial, yakni Instagram, pada proses pengumpulan data. Proses analisis data terdiri atas tiga tahap, yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan simpulan. Penulis menemukan bahwa para influencer wanita menggunakan fitur ucapan yang intensif, penekanan tegas, tanda pertanyaan, intonasi tinggi, kata sifat kosong, kata khusus, tata bahasa yang berlebihan, bentuk sangat sopan, menghindari umpatan yang kuat, dan satu bentuk milik pria yang dikenal sebagai perintah dan direktif. Sementara itu, ciri-ciri tuturan yang digunakan oleh influencer laki-laki adalah tuturan perintah dan direktif, umpatan dan kata-kata tabu, pujian, dan tema, serta tiga bentuk tuturan yang dimiliki wanita, yaitu intensifier, kata sifat kosong, dan tekanan empatik. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa kedua jenis influencer tidak selalu memiliki fitur bicara mereka sendiri. Mereka juga menerapkan fitur bicara milik lawan jenis saat melakukan promosi meskipun hasilnya didominasi oleh ciri fitur bahasa pada masing-masing gender. 
Threats and Verbal Abuse toward Feminists: Linguistic Forensic Analysis on Instagram’s Comment: Linguistic Forensic Analysis on Instagram’s Comment Fardan Mahmudatul Imamah; Sailal Arimi; Novi Eka Susilowati; Surahmat
IJFL (International Journal of Forensic Linguistic) Vol. 4 No. 1 (2023): JURNAL FORENSIC 2023
Publisher : Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/ijfl.4.1.6670.136-146

Abstract

This study analyzes the online abuse received by feminist activists due to their support for Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). The Activist received online verbal abuse directly from particular accounts on Instagram for their campaign on the controversial term ‘concern.’ The data are based on the Okky Madasari Instagram account case. These abused comments on Instagram violate Law No. 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions related to hate speech. This article uses a forensic linguistics perspective to obtain linguistic evidence. The result shows that some intent comments reveal threatening online abuse and the campaign invites cyberbullying toward feminists on social media.
Alleged case of blasphemy on podcast: Forensic linguistic analysis Novi Eka Susilowati; Sailal Arimi; Surahmat Surahmat; Fardan Mahmudatul Imamah
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v51i22023p225

Abstract

This study aimed to analyze the linguistic features that allegedly contained elements of blasphemy in Jenderal Dudung Abdurrachman's (JDA) speech. The analysis was carried out using a forensic linguistic perspective. This research data is in the form of JDA utterances delivered in a broadcast conducted with Deddy Corbuzier (DC). Based on a forensic linguistic analysis of the text of JDA's conversation with DC on Deddy Corbuzier's podcast, it can be concluded that JDA's linguistic evidence does not support blasphemy but a lack of knowledge in religion, especially in matters of faith. Due to the lack of knowledge of religion, JDA interprets religion and personifies God according to his understanding. In JDA's speech, there is also no intention to tarnish religion because the controversial JDA's speech cannot be interpreted partially but can be interpreted with other speeches. If it is related to other utterances, it can be concluded that there is no intention of JDA to tarnish religion. However, there are efforts by JDA to invite audiences to follow JDA's understanding and interpretation of religion.Dugaan kasus penodaan agama di podcast: Analisis linguistik forensikTujuan penelitian ini adalah menganalisis fitur kebahasaan yang diduga memuat unsur penodaan agama dalam tuturan Jenderal Dudung Abdurrachman (JDA). Analisis dilakukan dengan menggunakan perspektif linguistik forensik. Data penelitian ini berupa tuturan JDA yang disampaikan dalam siniar yang dilakukan bersama Deddy Corbuzier. Berdasarkan analisis linguistik forensik atas teks perbincangan JDA dengan DC di siniar DC, dapat disimpulkan bahwa tuturan JDA bukti-bukti kebahasaan tidak mendukung adanya penodaan agama, melainkan kurangnya pengetahuan dalam beragama, terutama dalam hal akidah. Akibat kurangnya pengetahuan dalam beragama tersebut, JDA menafsirkan agama dan mempersonifikasi Tuhan sesuai dengan pemahamannya. Dalam tuturan JDA juga tidak terdapat niat untuk menodai agama karena tuturan JDA yang kontroversial tersebut tidak dapat dimaknai secara parsial, melainkan dimaknai secara menyeluruh dengan tuturan-tuturan lain. Jika dikaitkan dengan tuturan yang lain, dapat disimpulkan bahwa tidak ada niat JDA untuk menodai agama. Meski demikian, terdapat upaya JDA untuk mengajak audiens agar mengikuti pemahaman dan penafsiran JDA tentang agama.
Menelusuri Pandangan Dunia Orang Hitu, Maluku, Melalui Pataniti Fahmi Sirma Pelu; Sailal Arimi
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/li.v41i2.385

Abstract

Artikel ini berupaya untuk mengkaji fungsi dan struktur pataniti, pandangan dunia orang Hitu, dan posisi pataniti sebagai praktik kebahasaan dan kebudayaan lokal di Kepulauan Maluku. Data yang dianalisis dalam artikel ini berupa empat buah teks pataniti. Landasan teori yang dipakai dalam artikel ini ialah antropologi linguistik yang dikemukakan oleh Duranti (1997) dan pandangan dunia yang dikemukakan oleh William Underhill (2011). Metode penelitian yang digunakan ialah metode etnografi. Artikel ini menunjukkan bahwa pandangan dunia orang Hitu mengenai keperkasaan, karisma, dan kepercayaan spiritual ditandai dengan keberadaan nama-nama tokoh yang dibentuk melalui serangkaian proses sosiohistoris dalam kebudayaan Islam dan kebudayaan Hitu. Selain itu, artikel ini juga menemukan bahwa pataniti sebagai praktik bahasa dan budaya lokal sejatinya dibentuk melalui proses pertukaran dan pertemuan nilai yang inklusif dari berbagai kebudayaan di luar Kepulauan Maluku. Terakhir, pataniti sebagai tradisi lisan dan praktik kebudayaan dapat menjadi alternatif dalam diskursus kebahasaan dan kebudayaan di Kepulauan Maluku.
The Semantics Relation of Japanese Aspect -teiru and Negation Dini Maulia; Tatang Hariri; Sailal Arimi
JURNAL ARBITRER Vol. 10 No. 4 (2023)
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ar.10.4.391-399.2023

Abstract

Verb aspects in the form of -teiru in Japanese is a category that is still common to be discussed as the result of meaning classification that is prompted. This article tries to explore the aspect relations in -teiru form toward negation to see the change of meaning that is produced. This way, the writer recommends the aspects classification of -teiru when it is present with a negation constituent in clause construction. The object of this research is the verb form -teiru in Japanese, the data are taken from Konotoha corpus in collecting the data, the writer used several keywords including -teiru, -teinai, -teita, -teinakatta, -teimasu, -teimasen, -teimashita, and -teimasendeshita. The aspect analysis of -teiru in this research refers to a theory that is explained by Nitta (1995) who classified the Japanese -teiru meaning in four categories, including: ugoki no saichuu ‘continuity of action’, kekkajoutai no jizoku ‘continuity of result state’, kurikaeshiteki jizoku ‘repeated continuity’, and keiken-kiroku ‘experience-note/memory’. Based on the data analysis, it shows that the presence of negation in both past and non-past can generate -teiru form which is later classified into two, they are perfective and imperfective. Those that are categorized as perfective aspect are the presence of negation on aspect meaning of -teiru within category kekkajoutai no jizoku. While the imperfective aspect occurs during the presence of negation within categories ugoki no saichuu, kurikaeshiteki jizoku, and keiken-kiroku.
Bahasa slang positif vs negatif pada gen z di Sumatera Barat Sonya Sri Amelia; Sailal Arimi
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 7 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/diglosia.v7i2.938

Abstract

The inventiveness of teenagers—including those in West Sumatra—is what leads to the diversity in language usage. Abbreviations and acronyms have a role in the creation of slang. The purpose of this study is to characterize the different types of slang, their definitions, and the variables that affect their usage or emergence. The research employs a descriptive qualitative methodology that involves the use of skilled listening and engagement strategies to collect data, as well as recording and note-taking tools. data reduction, data presentation, and conclusion-drawing are the steps in the data analysis process. The results of data analysis show that the use of slang by Gen Z in Padang City has two forms of slang, namely abbreviations and acronyms, slang with a positive meaning is 14 data, in general the slang is an abbreviation of several regional names, while slang with a negative meaning is 15. In general, slang is an abbreviation of the words sarcasm, insults, insults and ridicule. Factors in the use of slang by Gen Z in West Sumatra are social factors, and developments in the times that are increasingly developing, including being considered modern slang, and keeping up with current developments.
Menelusuri Pandangan Dunia Orang Hitu, Maluku, Melalui Pataniti Fahmi Sirma Pelu; Sailal Arimi
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/li.v41i2.385

Abstract

Artikel ini berupaya untuk mengkaji fungsi dan struktur pataniti, pandangan dunia orang Hitu, dan posisi pataniti sebagai praktik kebahasaan dan kebudayaan lokal di Kepulauan Maluku. Data yang dianalisis dalam artikel ini berupa empat buah teks pataniti. Landasan teori yang dipakai dalam artikel ini ialah antropologi linguistik yang dikemukakan oleh Duranti (1997) dan pandangan dunia yang dikemukakan oleh William Underhill (2011). Metode penelitian yang digunakan ialah metode etnografi. Artikel ini menunjukkan bahwa pandangan dunia orang Hitu mengenai keperkasaan, karisma, dan kepercayaan spiritual ditandai dengan keberadaan nama-nama tokoh yang dibentuk melalui serangkaian proses sosiohistoris dalam kebudayaan Islam dan kebudayaan Hitu. Selain itu, artikel ini juga menemukan bahwa pataniti sebagai praktik bahasa dan budaya lokal sejatinya dibentuk melalui proses pertukaran dan pertemuan nilai yang inklusif dari berbagai kebudayaan di luar Kepulauan Maluku. Terakhir, pataniti sebagai tradisi lisan dan praktik kebudayaan dapat menjadi alternatif dalam diskursus kebahasaan dan kebudayaan di Kepulauan Maluku.
SWEAR WORDS IN KPOPMINTON TREND AMONG BADMINTON LOVERS IN TWITTER: A STUDY ON LANGUAGE AND GENDER Ainia Arum Novitasari; Sailal Arimi
Ethical Lingua: Journal of Language Teaching and Literature Vol. 11 No. 1 (2024): Volume 11 No 1 April 2024
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/25409190.676

Abstract

The phenomenon of the Kpopminton trend among badminton lovers on Twitter lately is very fascinating to discuss. This phenomenon has drawn a lot of criticism from badminton lovers because it combines the worlds of different things, namely K-pop and badminton. The aim of this research is to investigate the forms and references of swearing, as well as differences in gender forms of swearing in Kpopminton trends that occur on Twitter among badminton fans. This research uses a descriptive approach with qualitative methods. Data collection was carried out using the notetaking and listening method. The results of this research show that comments on the Kpopminton trend among badminton fans on Twitter contain a lexicon of swear words, where the male gender is wider and more varied. Swearing is classified based on its morphological and syntactic lingual form, as well as its linguistic form. Referents of swear words used by men are conditions, animals, activities, objects, and body parts. Meanwhile, women use more polite referents, although they still tend to be rude, namely referents related to objects and animals. Lastly, men tend to use more swear words than women with a harsher choice of curse words as can be seen from the level. The level of swear words shows that in terms of extreme levels the curses are spoken by men. At high levels, it is spoken by both men and women. Meanwhile, at the standard level it is spoken by women.