Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Strategi Penyelesaian Konflik Antar Siswa: Pembelajaran Kolaboratif Dalam Pendidikan Nur Azizatur Rohmah; Lathifatuz Zahro; Mohammad Yunus; M. Hilal Al Amin; Muallimin, Muallimin
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia (JPMI) Vol. 2 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Publikasi Inspirasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/jpmi.v2i2.2684

Abstract

Konflik antar siswa adalah fenomena umum yang berdampak pada iklim belajar dan perkembangan sosial-emosional di sekolah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi strategi penyelesaian konflik yang efektif melalui pendekatan kolaboratif, yang melibatkan siswa, guru, dan sekolah dalam solusi berbasis komunikasi, empati, dan pengertian. Menggunakan metode kualitatif dengan studi literatur, penelitian ini mengkaji strategi penyelesaian konflik antar siswa dalam pendidikan dengan pendekatan kolaboratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi seperti menyediakan layanan, kompetisi, negosiasi atau kompromi, dan bekerja sama untuk memecahkan masalah sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang resolusi konflik dan menurunkan tingkat konfrontasi antar siswa. Partisipasi aktif siswa dalam proses ini juga mendorong rasa tanggung jawab dan kemampuan menyelesaikan konflik secara mandiri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan kolaboratif yang difasilitasi oleh sekolah dapat menjadi strategi efektif dalam penyelesaian konflik antar siswa, sekaligus menciptakan iklim sekolah yang positif dan inklusif.
Desain Infografik Naratif Vermikompos Untuk Mendukung Pertanian Organik Petani Torongrejo Kota Batu Ambarwati, Ari; Yunus, Mohammad; Tito, Sama’ Irodat; Nurhidayati, Nurhidayati
Journal of Dedicators Community Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/jdc.v7i1.2872

Abstract

The campaign of organic agricultural literacy in Indonesia is a strategic issue today. Awareness to pursue organic farming in Indonesia has not been followed by adequate organic farming literacy campaigns. This dedication examines the preparation of vermicompost narrative infographic designs for organic farming for Torongrejo farmers. A total of 34 farmers were respondents to find out how the right vermicompost narrative infographic design to support organic farming was structured. Respondents were accompanied directly to apply vermicompost, then respondents were asked to answer 17 questions in a questionnaire related to how vermicompost narrative infographics are made so that farmers get maximum information about vermicompost that supports organic farming. The results of the initial questionnaire showed that narrative infographics were needed by Torongrejo farmers to support organic farming, using vermicompost with a percentage of 94.12%. The readability of the vermicompost narrative infographic of Torongrejo farmers is 93.38%. The design of the vermicompost narrative infographic facilitates and guides Torongrejo village farmers to implement land fertilization independently and sustainably, because they stay connected to the contact person and access tutorials on using vermicompost on the youtube link available in the infographic
‘Ulamā,’ Maṣlaḥah, and the Politics of Fatwa: The Shifting of Ali Gomaa's Fatwa Approach during the 2011 Egyptian Revolution Sulaiman, Akhmad; Masrukhin, Mohammad Yunus; Burdah, Ibnu
Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum Vol 57 No 2 (2023)
Publisher : UINSunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajish.v57i2.1356

Abstract

Numerous scholars have advanced the thesis that rulers in Muslim-majority countries engage ‘ulamā’ to legitimize their political authority. This assertion seems pertinent to the actions of the state mufti of Egypt, Ali Gomaa, who issued a fatwa prohibiting demonstrations during the 2011 Egyptian Revolution. Applying the scholars' thesis to Gomaa's fatwas reveals complexity, as it turns out that Gomaa revised his fatwas, particularly those related to the transition from prohibiting demonstrations to endorsing peaceful assemblies. This research aims to analyze two aspects: exploring the motivating factors behind the changes in Gomaa's fatwas and identifying the inherent substantive shifts in his fatwas. By employing Foucault's discourse theory, the study delves into Gomaa fatwas during the 2011 Egyptian Revolution, meticulously documented on digital platforms. The research findings indicate that Gomaa's shift in fatwas stems from a vested desire for his pronouncements to achieve widespread acceptance and authority among a populace that embraces protest as an expression of freedom of speech. Gomaa modifies his fatwa, transitioning from an outright prohibition of demonstrations to permitting peaceful assemblies while encouraging demonstrators to exercise restraint through a suggestive fatwa allowing for leaving Friday prayer. Gomaa has orchestrated a paradigmatic shift in his fatwa approach, moving away from interpreting demonstrations as opposition to the rulers, grounded in preserving soul and property, toward recognizing them as manifestations of free speech rooted in citizens' rights. Banyak sarjana telah mengemukakan teori bahwa penguasa di negara-negara mayoritas Muslim melibatkan ‘ulamā’ untuk melegitimasi otoritas politik mereka. Pernyataan ini tampak relevan dengan tindakan mufti negara Mesir, Ali Gomaa, yang mengeluarkan fatwa melarang demonstrasi selama Revolusi Mesir tahun 2011. Penerapan teori para sarjana ke fatwa-fatwa Gomaa mengungkap kompleksitas, karena ternyata Gomaa merevisi fatwanya, khususnya yang terkait dengan peralihan dari melarang demonstrasi menjadi mendukung demonstrasi damai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dua aspek: mengeksplorasi faktor-faktor motivasi di balik perubahan fatwa Gomaa dan mengidentifikasi pergeseran substantif yang melekat dalam fatwanya. Dengan menggunakan teori wacana Foucault, studi ini menunjukkan bahwa pergeseran fatwa Gomaa berasal dari keinginan yang kuat agar pengumumannya diterima secara luas dan memiliki otoritas di kalangan masyarakat yang mendukung protes sebagai bentuk ekspresi kebebasan berbicara. Gomaa memodifikasi fatwanya, beralih dari larangan demonstrasi secara mutlak menjadi mengizinkan pertemuan demontrasi yang damai, sambil secara bersamaan mendorong para demonstran untuk menahan diri melalui fatwa yang mengizinkan meninggalkan salat Jumat. Gomaa mengatur pergeseran paradigma dalam pendekatan fatwanya, yakni dari menjauhi interpretasi demonstrasi sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasa berdasarkan konsep pemeliharaan jiwa dan properti, menuju pemahaman bahwa demonstrasi adalah manifestasi kebebasan berpendapat yang didasarkan atas hak-hak warga negara.