Pendidikan merupakan hak dasar setiap anak, namun anak-anak Pekerja Migran Indonesia (APMI) di Malaysia menghadapi kendala akses pendidikan formal akibat keterbatasan dokumen kewarganegaraan. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengkaji bagaimana pembelajaran nonformal berbasis budaya dapat memperkuat identitas kebangsaan dan sikap nasionalisme anak-anak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman dan makna subjektif anak-anak APMI dalam konteks pembelajaran budaya yang mereka terima. Lokasi penelitian berada di Sanggar Bimbingan Permai Kulim (SBPK), Kulim, Malaysia. Fokus utama penelitian adalah implementasi model pembelajaran berbasis budaya dan dampaknya terhadap penguatan karakter nasionalisme anak. Permasalahan yang dicari meliputi bagaimana pelaksanaan pembelajaran budaya berlangsung serta bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan karakter nasionalisme anak-anak APMI. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologis, melibatkan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan seperti permainan congklak, pembuatan batik, tarian tradisional, dan lagu daerah efektif menumbuhkan rasa cinta tanah air serta membentuk karakter positif pada anak-anak. Model pembelajaran ini bersifat interaktif, menyenangkan, dan mampu mengembangkan kreativitas serta nilai moral. Kelebihannya adalah pendekatan yang menyatu dengan budaya lokal sehingga anak mudah memahami dan menghayati, namun kelemahannya terbatas pada fasilitas belajar dan jumlah tenaga pengajar yang kurang memadai. Interaksi intensif antara mahasiswa KKN dan anak-anak APMI juga memperkuat ikatan emosional dan semangat nasionalisme. Penelitian merekomendasikan pengembangan dan integrasi pembelajaran berbasis budaya secara lebih luas dalam pendidikan nonformal untuk mendukung anak-anak migran agar tetap menjaga jati diri dan nasionalisme di perantauan.