Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

DETERMINAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENGUNJUNG POSBINDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALLAPARANG KOTA MAKASSAR Jumriani Ansar; Indra Dwinata; Apriani M
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan Vol. 1 No. 3 (2019): Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan - Februari 2019
Publisher : Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.125 KB)

Abstract

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal yang dapat menjadi penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler. Oleh karena prevalensi hipertensi yang masih cukup tinggi di Indonesia, maka pemerintah mencanangkan program deteksi dini penyakit tidak menular (PTM) yakni posbindu guna mengendalikan  faktor risiko yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada pengunjung posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar Tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain penelitian crossectional study, Populasi penelitian adalah masyarakat di wilayah kerja puskesmas ballaparang (18-60 tahun) yang melakukan kunjungan posbindu pada bulan April 2018. Besar sampel adalah 95 orang yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel riwayat keluarga (p=0,000), obesitas sentral (p=0,033), dan merokok (p=0,024) dengan kejadian hipertensi, sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan hipertensi adalah IMT (p=0,497) dan stres (p=0,330). Kesimpulan dari penelitian bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga, obesitas sentral, dan merokok dengan hipertensi pada pengunjung posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar Tahun 2018.
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Usia Produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Makassar Firman; Ridwan Amiruddin; Indra Dwinata
Hasanuddin Journal of Public Health Vol. 1 No. 2: JUNE 2020
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.244 KB) | DOI: 10.30597/hjph.v1i2.9282

Abstract

Hypertension or high blood pressure is a condition with blood pressure constantly increasing in blood vessels. WHO defines hypertension as systolic blood pressure ≥ 140 millimeters of mercury (mmHg) and / or diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg. Hypertension contributes 7% of the world disease burden and causes 17 million deaths annually. The prevalence of hypertension (age ≥ 18 years) in the world is 22%. In Southeast Asia, the prevalence of hypertension is 24.7% with the rate based on gender higher in men at 25.3% and in women 24.2%. This study aims to determine factors associated with the incidence of Productive age hypertension in the working area of ​​Tamalanrea Jaya Health Center in 2019. The type of research used was observational analytic with cross sectional study design. The population in this study were all sufferers of productive age hypertension (15-64) years recorded in the Tamalanrea Jaya Health Center register book in the span of time starting in January to September 2019 in the amount of 215 people. The sampling technique used was simple random sampling with a sample size of 140 patients. From the research, it was found that from the total respondents there were 42.1% included in the category of controlled hypertension and 57.9% uncontrolled hypertension. Statistical test results showed that medication adherence (p = 0.002), sodium / salt consumption (p = 0,000), BMI (p = 0.571), and stress level (p = 0.755). This study it can be seen that there is a relationship between medication adherence and sodium / salt consumption to the incidence of hypertension. A set of BMI and stress level shows that there is no relationship between BMI and the incidence of hypertension.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA: Factors Related to the Incidence of Acute Respiratory Infection on Children Under Five Age Nurkhalisah Haris; Rismayanti Rismayanti; Indra Dwinata
Hasanuddin Journal of Public Health Vol. 2 No. 3: OCTOBER 2021
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/hjph.v2i3.13519

Abstract

Kejadian ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak balita di dunia maupun negara berkembang termasuk di Indonesia. Menurut WHO, negara berkembang sebesar 30-70 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di negara berkembang gagal usia lima tahun dan 26- 30% dari kematian balita disebabkan oleh ISPA. Peningkatan kasus ISPA dari tahun ke tahun terjadi di Puskesmas Padongko Kabupaten Barru. Menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA balita di wilayah kerja Puskesmas Padongko Kabupaten Barru. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah populasi adalah semua balita usia 9-59 bulan sebanyak 245 balita dengan jumlah sampel sebanyak 136 balita. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, pemilihan sampel dengan melakukan pengundian dari aplikasi Random Number Generator. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2020 - Januari 2021 dan menggunakan instrumen berupa kuesioner dan melakukan pengukuran kamar balita. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Pada penelitian ini, sampel yang diteliti sebanyak 125 responden dari 136 sampel. Hasil penelitian menunjukkan riwayat ASI eksklusif (p=0,162), status gizi (p=0,021), status imunisasi (p=0,519), keberadaan perokok (p=0,000), penggunaan anti nyamuk (p=0,000), pemakaian bahan bakar memasak (p=0,661), kepadatan hunian (p=0,100), ventilasi (p=0,207), kelembaban (p=0,006), suhu (p=0,197), pencahayaan (p=0,231). Ada hubungan antara status gizi, keberadaan perokok, penggunaan anti nyamuk dan kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita, serta tidak ada hubungan antara riwayat ASI eksklusif, status imunisasi, pemakaian bahan bakar memasak, kepadatan hunian, ventilasi, suhu, pencahayaan dengan kejadian ISPA pada balita.
PERSEPSI PENERIMAAN VAKSIN COVID-19 PADA REMAJA DI BANGKALA JENEPONTO BERDASARKAN PENDEKATAN HBM: Perception of Covid-19 Vaccine Acceptance in Adolescents in Bangkala Jeneponto Based on The HBM Approach Fitrie Ramadhani Reski; Indra Dwinata; Rismayanti Rismayanti
Hasanuddin Journal of Public Health Vol. 3 No. 3: OCTOBER 2022
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/hjph.v3i3.21145

Abstract

Penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 masih menjadi fenomena yang harus terus ditingkatkan untuk memutus mata rantai penularan COVID-19. Namun, nyatanya masih banyak masyarakat yang enggan untuk menerima vaksin COVID-19 salah satunya remaja, yang merupakan kelompok rentan dan sangat sulit untuk dideteksi jika terkena virus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi penerimaan vaksinasi COVID-19 pada remaja di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto berdasarkan pendekatan HBM Tahun 2022. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan studi Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah remaja SMP dan SMA Negeri yang ada di Kecamatan Bangkala yang berumur 12-21 tahun yaitu sebanyak 2.386 orang dengan jumlah sampel sebanyak 328 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling. Data dianalisis menggunakan Stata secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang menerima vaksin COVID-19 sebanyak 224 orang (68,29%) dan yang tidak menerima sebanyak 104 orang (31,71%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa persepsi kerentanan (p=0,001), persepsi keparahan (p=0,006) memiliki hubungan dengan penerimaan vaksin COVID-19, sedangkan persepsi manfaat (p=0,220), persepsi hambatan (p=0,102) dan cues to action (p=0,721) menunjukkan tidak ada hubungan dengan penerimaan vaksin COVID-19. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara persepsi kerentanan dan persepsi keparahan dengan penerimaan vaksin, dan tidak ada hubungan antara persepsi manfaat, persepsi hambatan dan cues to action dengan penerimaan vaksin COVID-19. Responden diharapkan dapat segera melakukan vaksinasi lengkap dua dosis di faskes terdekat agar dapat meminimalisir angka penularan COVID- 19 pada remaja.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA SISWA SMA NEGERI 17 MAKASSAR: Factor Associated with Myopia Incidents in Students at 17 Senior High School Makassar Kirana Syafa Ramadhani; Rismayanti; Indra Dwinata
Hasanuddin Journal of Public Health Vol. 3 No. 2: JUNE 2022
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/hjph.v3i2.21508

Abstract

Miopia (rabun jauh) merupakan kondisi dimana mata memiliki kekuatan pembiasaan sinar berlebihan membuat sinar sejajar yang datang jatuh tidak tepat pada retina sehingga objek yang jauh terlihat kabur. Miopia adalah kelainan mata yang paling umum terjadi di dunia dengan tingkat prevalensi yang cukup mengkhawatirkan, di mana diprediksikan pada tahun 2050 menjadi 4,8 miliar atau sekitar 52% dari populasi penduduk bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia pada siswa SMA Negeri 17 Makassar. Penelitian ini termasuk dalam penelitian analitik observasional desain studi cross sectional yang memiliki jumlah sampel sebanyak 246 siswa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 17 Makassar pada bulan Maret hingga Mei 2022 secara online melalui Google Formulir. Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan aplikasi STATA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat miopia orang tua (p=0,000) dengan miopia siswa. Sedangkan untuk faktor lingkungan yang memiliki hubungan dengan miopia siswa adalah penggunaan gadget (p=0,001), jarak penggunaan gadget (p=0,000), jarak membaca buku (p=0,000), aktivitas luar ruangan (p=0,000), waktu tidur (p=0,049), dan durasi tidur (p=0,011). Durasi membaca buku sendiri ditemukan tidak memiliki hubungan dengan kejadian miopia. Riwayat miopia orang tua, lama penggunaan gadget, jarak penggunaan gadget, jarak membaca buku, aktivitas luar ruangan, waktu tidur, dan durasi tidur merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia. Oleh karena itu, siswa diharapkan untuk lebih memperhatikan dan mengontrol segala aktivitas yang berpotensi menyebabkan terjadinya miopia.
Seroepidemiological investigation of SARS-CoV-2 infection and risk factors in Indonesia before mass COVID-19 vaccination Wahyono, Tri YM.; Mahkota, Renti; Nurcandra, Fajaria; Ansariadi, Ansariadi; Hidajah, Atik C.; Helda, Helda; Syahrul, Fariani; Dwinata, Indra; Kawi, Nurhayati
Narra J Vol. 5 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v5i1.1957

Abstract

At the onset of the coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic in Indonesia, surveillance focused on finding and treating symptomatic cases. However, emerging evidence indicated that asymptomatic and pre-symptomatic individuals significantly contributed to viral transmission. This highlights the need for comprehensive surveillance to understand better the actual spread of SARS-CoV-2. Therefore, the aim of this study was to determine the seroprevalence of SARS-CoV-2 antibodies in the general population across Indonesia and identify risk factors associated with infection at the beginning of the pandemic. A cross-sectional survey was conducted across 17 provinces, 69 districts/cities, and 1,020 villages in Indonesia from December 22, 2020, to February 15, 2021. A multistage random sampling technique was employed. Serological testing using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) was performed to detect anti-SARS-CoV-2. Complex sample analysis, adjusted for weights, was utilized to estimate the national seroprevalence and a generalized linear model with a binomial distribution was applied to identify risk factors. A total of 10,161 individuals were included in the final analysis, with the national seroprevalence being 14.8% (95% confidence interval (CI): 14.2–18.5). The prevalence was higher in females (16.8%; 95%CI: 12.5–22.3), individuals aged 46–59 years (18.6%; 95%CI: 14.2–24.0), and in urban areas (20.1%; 95%CI: 15.0–26.2). The highest prevalence was observed in North Maluku (35.6%; 95%CI: 29.3–42.5). Notably, 54.2% of seropositive individuals were asymptomatic, while 7.5% reported hypertension as a comorbidity. Factors associated with higher seroprevalence were being married (adjusted prevalence ratio (aPR): 1.47; 95%CI: 1.02–2.12), widow (aPR: 1.74, 95%CI: 1.01–3.00), and close contact with confirmed cases (aPR: 2.04; 95%CI: 1.52–2.73). This study revealed a COVID-19 prevalence significantly higher than official estimate in Indonesia, underscoring the need for improved surveillance system to more accurately track disease spread and to inform timely public health responses in the future.
Optimalisasi peran bidan dengan quantum GIS dan deteksi dini tumbuh kembang dalam pemetaan risiko kejadian stunting Stang; Dwinata, Indra; Sudirman, Jumrah; Marwang, Sumarni; Rinaldy, Alief Rezki; Ramadhani, St. Aryanti
Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS) Vol 8 No 2 (2025): Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jipemas.v8i2.23097

Abstract

Upaya bidan dalam penurunan dan penanganan stunting serta masalah kesehatan lainnya, sangat didukung oleh kemampuan bidan dalam melakukan pemetaan risiko melalui teknologi informasi sehingga menjadi lebih efektif dalam perencanaan kegiatan sesuai dengan sasaran/target. Salah satu upaya untuk mengatasi stunting adalah melalui identifikasi dan pemetaan risiko terjadinya stunting di suatu wilayah dan skrining awal tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bidan dalam pemetaan risiko kejadian stunting dengan Quantum Geographic Information System (QGIS) dan Mampu Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah ceramah, diskusi, simulasi dan praktikum. Pelaksanaan kegiatan bermitra dengan Pengurus Daerah IBI Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah peserta mengikuti kegiatan sebanyak 40 peserta. Evaluasi dilakukan berupa pretes dan postes pada saat kegiatan pelatihan berlangsung untuk menilai pengetahuan dan keterampilan melakukan pemetaan dengan QGIS dan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Setelah pelaksanaan kegiatan didapatkan menunjukkan pengetahuan peserta saat postes terdapat 35 peserta (87,5%) dengan pengetahuan yang baik, 5 peserta (12,5%) dengan pengetahuan yang cukup. Kegiatan yang telah dilaksanakan bermanfaat bagi bidan untuk membantu dalam memudahkan dalam melakukan pemetaan dan identifikasi risiko kejadian stunting.
Faktor Risiko Komplikasi Kronik pada Pasien DM Tipe 2 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar Wahyuni, Andi Nur Afifah Wahyuni; Andi Selvi Yusnitasari; Indra Dwinata; Rizky Chaeraty Syam
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 11 No 2 (2025): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : LPPM Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/keskom.Vol11.Iss2.2212

Abstract

Introduction: DM prevalence keeps rising, with 90-95% of cases being DMT2, which, if not treated properly, will cause various complications. Around 30-50% of DMT2 sufferers experience complications, with the proportion at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital reaching 49.7%. High complications stem from uncontrolled factors, making optimal management key to prevention. Aim: Analyze risk factors for chronic complications in DMT2 patients at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital. Method: Observational analytic with case control design. The population included DMT2 patients at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital, with 158 samples (79 cases and 79 controls) selected using purposive sampling. Data were collected through interviews and medical records, and then analysed univariately, bivariately, and multivariately. Results: Multivariate statistical analysis with multiple logistic regression showed significant results for the variables age (3.62), duration of DM (4.83), medication compliance (3.26), blood sugar control (3.63), and stress (6.82). Conclusion: Age, duration of DM, medication compliance, blood sugar control, and stress are significant risk factors for complications, with stress as the most influential factor. Therefore, DMT2 patients need to manage stress, routinely control blood sugar, and comply with treatment to prevent more serious complications.