Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Survival Rate and Growth of Pterapogon kauderni Larvae Given Different Feed Types Safir, Muhammad; Tobigo, Desiana Trisnawati; Mangitung, Septina F; Sambaeni, Daniel; Ryaldi, Muhammad; Adam, Rizilvana Datu; Zainab, Zainab; Husain, Husain
AgriSains Vol 21, No 1 (2020)
Publisher : FAPETKAN UNTAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.935 KB)

Abstract

This research was conducted to determine the type of feed that provides high survival and growth in Pterapogon kauderni larvae after release from the mother's mouth. The study was designed using three treatments including; commercial feeding (A), shrimp/Acetes (B), and rotifer/Rotifera sp. (C). Each treatment was given three replications. Feed is given three times a day (morning, afternoon and evening) by at-satiation. Maintenance time is carried out for one week. The analysis showed that the highest daily growth rate occurred in treatment B (1.39 ± 0.92%), and was significantly different (P <0.05) with treatment A (0.90 ± 0.02%). The highest increase in biomass occurred in treatment C (0.005 g) compared to other treatments (A = 0.003 g, B = 0.003 g). Survival for all treatments did not differ significantly (P> 0.05). In conclusion, the type of feed that provides the highest survival and growth in P. kauderni larvae after release from the mother's mouth is rotifers.
PENDAMPINGAN PEMBUATAN PAKAN IKAN NILA BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL DI KELURAHAN KABONENA KOTA PALU Muhammad Safir; Novalina Serdiati
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v3i2.720

Abstract

Salah satu permasalahan dalam kegiatan budidaya ikan adalah meningkatnya harga pakan komersial sehingga biaya produksi ikut meningkat. Satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan pakan mandiri berbahan baku lokal. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada petani ikan di wilayah Kabonena Kota Palu dalam memproduksi pakan secara mandiri. Tahap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan meliputi koordinasi tim dan persiapan, pembekalan melalui pemberian materi (pengenalan bahan baku lokal cara menyusun formulasi pakan, proses dalam pembuatan pakan mencakup penimbangan, pencampuran, pengukusan, pencetakan serta pengeringan) serta praktik pembuatan pakan. Dalam tahap pembekalan melalui presentasi antusias keingintahuan peserta sangat tinggi, dan tahap pelaksanaan pembuatan pakan partisipatif peserta sangat tinggi. Hasil pelaksanaan kegiatan  memberikan penambahan pengetahuan bagi kelompok pembudidaya dalam meramu dan membuat pakan berbahan baku lokal. Kesimpulan, bahan baku lokal sebagai penghasil protein seperti tepung limbah ikan pasar, ikan tembang serta bahan baku lokal sebagai sumber karbohidrat seperti tepung dedak dan tepung jagung tersedia cukup melimpah dan potensial menjadi bahan baku pakan. 
Growth Performance of Nile tilapia Immersed in 17α-methyltestosterone and rElGH, and Fed a Diet Enriched with rElGH Muhammad Safir; Alimuddin Alimuddin; Mia Setiawati; Muhammad Zairin Junior; Muhammad Agus Suprayudi
Journal Omni-Akuatika Vol 13, No 2 (2017): Omni-Akuatika November
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.458 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2017.13.2.288

Abstract

The aim of the present study was to investigate the growth performance of Nile tilapia immersed in 17α-methyltestosterone (MT) and recombinant giant grouper growth hormone (rElGH), and fed a rElGH-enriched diet. A total of 200 tilapia larvae aged 10 days and 14 days post hatching was immersed in 1 liter of 30 g/L saline water for 3 minutes, then in freshwater containing either MT, MT+rElGH, or rElGH for 4 hours. The MT dose was 2.0 mg/L and rElGH was 2.5 mg/L. As control was treatment without MT and rElGH. Fish were maintained in 250-L aquariums for 6 weeks and then moved to net cages for 8 weeks of rearing. The rElGH-enriched diet was fed to the 6-week-old fish for a month, and then fed a non-enriched diet. Each treatment was triplicates. The result showed that the daily growth rate (DGR), biomass gain (BM), survival (SR) and feed (artemia nauplii) consumption during maintenance in the aquariums in the rElGH and MT+rElGH treatments were higher (P<0.05) than in the control. The higher DGR and BM at net cage rearing and lower feed conversion ratio (P<0.05) were also found in MT and MT+rElGH treatments. None of the treatments showed any difference in survival (P>0.05). Profits estimation in the MT and MT+rElGH treatments were 63.38% and 57.91% higher than the control. The present study concluded that higher Nile tilapia farming performance could be obtanied by MT immersion in the larval phase and feeding juvenile on the rElGH-enriched diet.
Masculinization of Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni) using 17α-Methyltestosterone-enriched Artemia sp. Muhammad Safir; Desiana Trisnawati Tobigo; Seftina F Mangitung; Madinawati Madinawati; Zainab Zainab
Journal Omni-Akuatika Vol 16, No 2 (2020): Omni-Akuatika November
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.oa.2020.16.2.809

Abstract

Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni) is one of the endemic fish from the waters of the Banggai Islands, Central Sulawesi Province. One factor challenging the production of P. kauderni larvae is the male fish will nurture the eggs and larvae for 30 days, hindering next spawning cycle. One effort to overcome this problem an increase of male fish number should be performed, for example through sex reversal. This study aimed to determine the effectiveness of the hormone 17α-methyltestosterone (17α-MT) through Artemia sp. to increase male sex percentage P. kauderni. This study used a completely randomized design by testing four treatments namely feeding Artemia sp. which has been soaked with 2.0 mg of the 17α-MT hormone for two- hours given to P. kauderni larvae for 10 days (A); 20 days (B); 30 days (C), and without hormone treatment 17α-MT (control). Each treatment included control was performed in triplicates. The percentage of male sex was 93.33 % at 30 days treatment and was higher (P<0.05) compared to controls (53.3 %). Additionally, the results showed that daily growth rate, biomass gain and survival rate of all treatments were not significantly different (P>0.05) with those of control. In conclusion, Artemia sp. contained 17α-methyltestosterone enhanced male percentage of P. kaurderni. Keywords: growth, male percentage, Artemia sp., survival rate, Pterapogon kauderni
PENGARUH PERENDAMAN HORMON 17α-methyltestosteron DAN SUHU YANG BERBEDA TERHADAP PERSENTASE KELAMIN JANTAN DAN PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN BANGGAI CARDINAL (Pterapogon kauderni) Muhammad Safir; Andi Heryanti Rukka; Septina F. Mangitung; Daniel Sambaeni
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN Vol 9, No 2 (2020): Octopus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/octopus.v9i2.7067

Abstract

Ikan Banggai kardinal (Pterapogon kauderni) merupakan jenis ikan hias air laut endemik yang ada di Sulawesi Tengah. Eksploitasi secara masif menyebabkan jumlah ikan P. kauderni di alam semakin menurun. Ikan P. kauderni jantan bersifat parental care dalam kegiatan reproduksinya sehingga dalam peningkatan kualitas benih dan kegiatan reproduksinya dibutuhkan jumlah induk jantan yang lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari perlakuan kombinasi hormon 17α-methyltestosteron (MT) dengan suhu melalui perendaman larva P. kauderni dalam menghasilkan persentase kelamin jantan yang tinggi. Perlakuan yang diujikan yakni; A) perendaman larva P. kauderni pada suhu 28˚C tanpa hormon MT (NMT+suhu 28˚C); B) perendaman larva P. kauderni pada suhu 28˚C dan hormon MT (MT+suhu 28˚C); C) perendaman larva P. kauderni pada suhu 34˚C tanpa MT (NMT+suhu 34˚C); D) perendaman larva P. kauderni pada suhu 34˚C dan hormon MT (MT+suhu 34˚C), masing-masing dengan lama perendaman 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan persentase jantan P. kauderni lebih tinggi (P0,05) pada semua perlakuan MT dengan suhu 28˚C dan 34˚C dibandingkan dengan perlakuan tanpa MT pada suhu 28˚C. Laju pertumbuhan harian lebih tinggi pada perlakuan MT dan NMT pada suhu 34˚C (P0,05) dibandingkan perlakuan lainnya. Pertambahan biomasa dan kelangsungan hidup tidak berbeda untuk semua perlakuan. Kesimpulan, perendaman kombinasi hormon 17α-methyltestosteron dan suhu yang berbeda meningkatkan persentase kelamin jantan, ikan Banggai cardinal (P. kauderni).
PERFORMA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) PADA MIKROHABITAT YANG BERBEDA Samsu Adi Rahman; Muhammad Safir
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN Vol 7, No 2 (2018): OCTOPUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/octopus.v7i2.2462

Abstract

Ikan capungan banggai (Pterapogon kauderni) dikenal sebagai Banggai cardinal fish (BCF) merupakan ikan endemik perairan kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Tingginya jumlah ikan P.kauderni yang diperdagangkan menyebabkan kelestarian ikan ini terancam punah. Salah satu upaya dalam mengatasi masalah tersebut adalah mengoptimalkan kegiatan budidayanya. Penggunaan mikrohabitat yang sesuai dalam pemeliharaan ikan BCF akan memberikan performa pertumbuhan yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jenis mikrohabitat terbaik dalam mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan P. kauderni pada media pembesaran. Jevenil ikan P. kauderni (bobot 0.42±0.5 g, dan panjang 1.5±0.3 cm) merupakan hasil tangkapan dari alam. Sebanyak delapan ekor ikan dipelihara dalam setiap kerambah jaring apung yang telah diberi masing-masing dua pieces mikrohabitat (bulubabi, anemon, karang). Hal yang sama untuk perlakuan kontrol namun tanpa mikrohabitat. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan harian, pertambahan biomassa dan kelangsungan hidup antar perlakuan mikrohabitat tidak berbeda secara signifikan (P0.05), namun lebih tinggi dibandingkan kontrol (P0.05). Mikrohabitat yang terbaik untuk pembesaran ikan P. kauderni adalah jenis bulubabi (Deademasitosum). Ikan capungan banggai (Pterapogon kauderni) dikenal sebagai Banggai cardinal fish (BCF) merupakan ikan endemik perairan kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Tingginya jumlah ikan P.kauderni yang diperdagangkan menyebabkan kelestarian ikan ini terancam punah. Salah satu upaya dalammengatasi masalah tersebut adalah mengoptimalkan kegiatan budidayanya. Penggunaan mikrohabitat yangsesuai dalam pemeliharaan ikan BCF akan memberikan performa pertumbuhan yang lebih baik. Tujuan daripenelitian ini adalah menentukan jenis mikrohabitat terbaik dalam mendukung pertumbuhan dankelangsungan hidup ikan P. kauderni pada media pembesaran. Jevenil ikan P. kauderni (bobot 0.42±0.5 g,dan panjang 1.5±0.3 cm) merupakan hasil tangkapan dari alam. Sebanyak delapan ekor ikan dipelihara dalamsetiap kerambah jaring apung yang telah diberi masing-masing dua pieces mikrohabitat (bulubabi, anemon,karang). Hal yang sama untuk perlakuan kontrol namun tanpa mikrohabitat. Setiap perlakuan diulang tiga kali.Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan harian, pertambahan biomassa dan kelangsungan hidup antarperlakuan mikrohabitat tidak berbeda secara signifikan (P0.05), namun lebih tinggi dibandingkan kontrol(P0.05). Mikrohabitat yang terbaik untuk pembesaran ikan P. kauderni adalah jenis bulubabi (Deademasitosum).
SUPLEMENTASI HORMON 17-α Methyltestosterone PADA PAKAN DALAM MENINGKATKAN PERSENTASE JANTAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. Muhammad Safir
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN Vol 7, No 2 (2018): OCTOPUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/octopus.v7i2.2467

Abstract

Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar ekonomis indonesia. Pemeliharaan ikan nila relatif mudah namun untuk mencapai ukuran tertentu relatif sulit untuk dicapai karena ikan nila cepat mengalami matang gonad. Hal ini berdampak pada pertumbuhan yang lambat. Upaya yang dapat dilakukan adalah penerapan seks reversal melalui metode oral. Penelitian ini mengaplikasikan empat perlakuan termasuk kontrol. Perlakuan yang diujikan adalah lama waktu pemberian pakan (0;14;21 dan 28 hari) yang diberi hormon 17α- Methyltestosterone (17α-MT) dengan dosis 30 mg/kg pakan. Kepadatan setiap ulangan adalah 45 ekor/akuarium. Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan harian, pertambahan biomassa, tingkat konsumsi pakan tidak berbeda secara signifikan (P0.05). Kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada perlakuan lama pemberian 28 hari. Rasio jantan tidak berbeda nyata (P0.05) antar semua perlakuan 17α-Methyltestosterone namun lebih tinggi dari kontrol (P0.05). Persentase jantan yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan pengaplikasian MT melalui pakan dengan lama waktu pemberian 28 hari. 
Survival Rate and Growth of Pterapogon kauderni Larvae Given Different Feed Types: Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Pterapogon kauderni yang Diberi Jenis Pakan Berbeda Muhammad Safir; Desiana Trisnawati Tobigo; Septina F Mangitung; Daniel Sambaeni; Muh Ryaldi; Rizilvana Datu Adam; Zainab Zainab; Husain Husain
Jurnal Ilmiah AgriSains Vol. 21 No. 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.801 KB) | DOI: 10.22487/jiagrisains.v21i1.2020.1-7

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis pakan yang memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang tinggi pada larva Pterapogon kauderni pasca pelepasan dari mulut induknya. Penelitian didesain menggunakan tiga perlakuan meliputi; pemberian pakan komersial (A), udang rebon/Acetes (B), dan rotifer/Rotifera sp. (C). Setiap perlakuan diberi tiga kali ulangan. Pakan diberikan sebanyak tiga kali dalam sehari (pagi, siang dan sore hari) secara at-satiation. Lama pemeliharaan dilakukan selama satu minggu. Hasil analisis menunjukkan laju pertumbuhan harian tertinggi terjadi pada perlakuan B (1.39±0.92%), dan berbeda secara signifikan (P<0.05) dengan perlakuan A (0.90±0.02%). Pertambahan biomasa tertinggi terjadi pada perlakuan C (0.005 g) dibandingkan perlakuan lainnya (A=0.003 g, B=0.003 g). Kelangsungan hidup untuk semua perlakuan tidak berbeda secara signifikan (P>0.05). Sebagai kesimpulan, jenis pakan yang memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan tertinggi pada larva ikan P. kauderni pasca pelepasan dari mulut induknya adalah rotifer.
PEMBUATAN SILASE LIMBAH IKAN PATIN MENJADI BAHAN BAKU PAKAN IKAN Novalina Serdiati; Muhammad Safir; Desiana Trisnawati Tobigo; Kasim Mansyur
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v5i2.1874

Abstract

Permasalahan umum dalam kegiatan pembesaran ikan adalah harga pakan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan protein dalam pakan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan silase dari limbah ikan patin sebagai salah satu bahan sumber protein hewani dalam pembuatan pakan. Metode dalam pelaksanaan kegiatan yakni pemaparan singkat terkait peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan, persiapan alat dan bahan (limbah ikan patin), pembersihan dan pencacahan serta pencampuran limbah ikan patin dengan bahan kimia, dan proses pengemasan dan penyimpanan silase sebagai produk akhir dari kegiatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa limbah ikan patin yang tidak termanfaatkan dapat dijadikan sebagai silase. Silase yang telah dihasilkan mengandung nutrient berupa protein (11,88%), karbohidrat (9,43%), serat kasar (12,83%), kadar abu (6,2%), lemak (13,15%), dengan kandungan air sebesar 46,51%. Kesimpulan, masyarakat telah memahami cara memanfaatkan limbah ikan menjadi silase sebagai bahan baku pakan sumber protein hewani dalam pembuatan pakan mandiri dan juga sebagai penambah nutrient pada pakan berprotein rendah.
Evaluasi Tepung Bulu Seribu (Acanthaster planci) sebagai Kandidat Bahan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) muhammad safir; Novalina Serdiati; Kasim Mansyur; Fadly Y. Tantu
Jurnal Media Akuatika Vol 7, No 4 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jma.v7i4.28133

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas pakan berbahan baku tepung bulu seribu (Acanthaster planci) sebagai bahan baku pakan untuk udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Pakan yang diujikan adalah pakan dengan penambahan tepung bulu seribu (A. planci), dan tanpa penambahan tepung bulu seribu (A. planci) (kontrol) dalam formulasi pakan. Kandungan protein kedua pakan uji adalah sama (35%). Parameter yang diamati yakni kualitas kimia (kandungan nutrien pakan), kualitas fisik (homogenitas bahan, kecepatan tenggelam, kecepatan pecahdan tingkat kekerasan pakan), dan kualitas biologi (daya pikat) pakan. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa pakan dengan penambahan tepung bulu seribu (A. planci) memiliki kualitas kimia pakan relatif sama (kadar protein), kadar lemak, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) lebih tinggi, serat kasar dan kadar abu yang lebih rendah dari pakan kontrol. Kualitas fisik pakan meliputi tingkat homogenitas dan kecepatan pecah pakan relatif sama, sedangkan kecepatan tenggelam dan tingkat kekerasan pakan lebih tinggi pada pakan dengan penambahantepung bulu seribu (A. planci). Kualitas biologi (daya pikat) pakan lebih cepat pada pakan dengan penambahan tepung bulu seribu (A. planci). Kesimpulan, penambahan tepung bulu seribu (A. planci) sebagai bahan baku pakan udang vannamei (L. vannamei) memberikan kualitas kimia, fisik, dan biologi pakan yang lebih tinggi dibandingkan pakan tanpa penambahan tepung bulu seribu (A. planci).Kata kunci: Acanthaster planci, aroma, asam amino, bahan baku, pertumbuhan, protein pakan.