Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

PEMBUATAN SILASE LIMBAH IKAN PATIN MENJADI BAHAN BAKU PAKAN IKAN Novalina Serdiati; Muhammad Safir; Desiana Trisnawati Tobigo; Kasim Mansyur
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v5i2.1874

Abstract

Permasalahan umum dalam kegiatan pembesaran ikan adalah harga pakan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan protein dalam pakan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan silase dari limbah ikan patin sebagai salah satu bahan sumber protein hewani dalam pembuatan pakan. Metode dalam pelaksanaan kegiatan yakni pemaparan singkat terkait peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan, persiapan alat dan bahan (limbah ikan patin), pembersihan dan pencacahan serta pencampuran limbah ikan patin dengan bahan kimia, dan proses pengemasan dan penyimpanan silase sebagai produk akhir dari kegiatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa limbah ikan patin yang tidak termanfaatkan dapat dijadikan sebagai silase. Silase yang telah dihasilkan mengandung nutrient berupa protein (11,88%), karbohidrat (9,43%), serat kasar (12,83%), kadar abu (6,2%), lemak (13,15%), dengan kandungan air sebesar 46,51%. Kesimpulan, masyarakat telah memahami cara memanfaatkan limbah ikan menjadi silase sebagai bahan baku pakan sumber protein hewani dalam pembuatan pakan mandiri dan juga sebagai penambah nutrient pada pakan berprotein rendah.
Evaluasi Tepung Bulu Seribu (Acanthaster planci) sebagai Kandidat Bahan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) muhammad safir; Novalina Serdiati; Kasim Mansyur; Fadly Y. Tantu
Jurnal Media Akuatika Vol 7, No 4 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jma.v7i4.28133

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas pakan berbahan baku tepung bulu seribu (Acanthaster planci) sebagai bahan baku pakan untuk udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Pakan yang diujikan adalah pakan dengan penambahan tepung bulu seribu (A. planci), dan tanpa penambahan tepung bulu seribu (A. planci) (kontrol) dalam formulasi pakan. Kandungan protein kedua pakan uji adalah sama (35%). Parameter yang diamati yakni kualitas kimia (kandungan nutrien pakan), kualitas fisik (homogenitas bahan, kecepatan tenggelam, kecepatan pecahdan tingkat kekerasan pakan), dan kualitas biologi (daya pikat) pakan. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa pakan dengan penambahan tepung bulu seribu (A. planci) memiliki kualitas kimia pakan relatif sama (kadar protein), kadar lemak, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) lebih tinggi, serat kasar dan kadar abu yang lebih rendah dari pakan kontrol. Kualitas fisik pakan meliputi tingkat homogenitas dan kecepatan pecah pakan relatif sama, sedangkan kecepatan tenggelam dan tingkat kekerasan pakan lebih tinggi pada pakan dengan penambahantepung bulu seribu (A. planci). Kualitas biologi (daya pikat) pakan lebih cepat pada pakan dengan penambahan tepung bulu seribu (A. planci). Kesimpulan, penambahan tepung bulu seribu (A. planci) sebagai bahan baku pakan udang vannamei (L. vannamei) memberikan kualitas kimia, fisik, dan biologi pakan yang lebih tinggi dibandingkan pakan tanpa penambahan tepung bulu seribu (A. planci).Kata kunci: Acanthaster planci, aroma, asam amino, bahan baku, pertumbuhan, protein pakan. 
Fermentasi Bahan Baku Nabati Pakan dengan Cairan Rumen Sapi dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Muhammad Safir; Novalina Serdiati; Aswad Eka Putra; Yesaya Warisyu
Juvenil Vol 4, No 1: Februari (2023)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v4i1.18792

Abstract

ABSTRAKIkan mas adalah salah satu ikan air tawar yang bersifat herbivor. Pakan sebagai sumber nutrien dalam pembesaran ikan mas umumnya terbuat dari beberapa campuran bahan baku nabati. Penggunaan bahan baku nabati tanpa pengolahan dapat menurunkan pertumbuhan ikan karena kandungan serat dan zat antinutrisnya yang relatif tinggi. Cairan rumen sapi merupakan salah satu bahan kaya akan enzim dan mikroorganisme yang berperan dalam menurunkan serat kasar dan zat antinutrisi pada bahan nabati pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis cairan rumen sapi yang tepat sebagai bahan fermentasi pada seluruh bahan nabati pakan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan mas. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap. Perlakuan yang diujikan yakni dosis penggunaan cairan rumen sapi (0%, 25%, 50% dan 75% dari bobot bahan nabati pakan). Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan cairan rumen sapi sebagai bahan fermentasi bahan nabati dalam pembuatan pakan memberikan pengaruh nyata (p0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik harian (LSPH), pertambahan bobot individu (PBI), rasio konversi pakan (RKP). LSPH dan PBI tertinggi serta RKP terendah diperoleh pada perlakuan dosis cairan rumen sapi 75% per bobot sampel bahan nabati yakni secara berurut sebesar 2,87 % hari-1, 1,18 g dan 1,77. Kelangsungan hidup selama pemeliharaan untuk semua perlakuan berkisar antara 66,67-80,0%. Kualitas air selama pemeliharaan meliputi pH (5,8-8,1), suhu (28-30 ºC), oksigen terlarut (5,0-6,8 ppm), dan amonia  (0,05-0,01 ppm) masih dalam kategori sesuai untuk pemeliharaan benih ikan mas. Dosis penggunaan cairan rumen sapi sebagai bahan fermentasi bahan baku nabati pakan yang memberikan nilai terbaik diperoleh pada perlakuan D (75% cairan rumen sapi).Kata Kunci: Bahan baku pakan, Kelangsungan hidup, Rasio konversi pakanABSTRACTThe carp (Cyprinus carpio) is a herbivorous freshwater fish. Feed as a source of nutrients in carp grow-out is generally made from a mixture of plant-based ingredients. The use of unprocessed plant materials can inhibit fish growth due to the relatively high fiber and anti-nutrient content. Bovine rumen fluid is rich in enzymes and microorganisms that can reduce crude fiber and anti-nutrient content in plant-based feed ingredients. This study aimed to determine the best dose of bovine rumen fluid used as a plant-based feed ingredient fermentation agent in terms of improving the growth and survival of carp fry. The study used a complete randomized design. The treatments trialed were various doses of bovine rumen fluid (0%, 25%, 50% and 75% of plant-based feed ingredients by weight). The results showed that using bovine rumen liquid to induce fermentation of plant-based feed ingredients during feed manufacturing had a significant effect (p0.05) on specific growth rate (SGR), individual weight gain (IWG), and feed conversion ratio (FCR). The highest SGR and IWG and the lowest FCR (2.87% day-1, 1.18 g and 1.77, respectively) were obtained under the bovine rumen fluid dose of 75% plant-based ingredient weight. Across all treatments, survival rate during the study period ranged from 66.67-80.0%. Water quality remained within suitable ranges for carp fry rearing, as follows: pH (5.8-8.1), temperature (28-30ºC), dissolved oxygen (5.0-6.8 ppm), and ammonia (0.05-0.01 ppm). The dosage of bovine rumen fluid that provided the best results when used as a fermentation agent for plant-based ingredients in carp fry feed was treatment D (75% bovine rumen fluid by weight).Key words: Feed ingredients, Survival, Feed conversion ratio.
Perbandingan Pertumbuhan Lobster (Cherax quadricarinatus) Yang Diberi Pakan Buatan Basah Dan Kering Maspa Timumun; Septina F Mangitung; Akbar Marzuki Tahya; Muhammad Safir
JAGO TOLIS : Jurnal Agrokompleks Tolis Vol 2, No 3 (2022): September
Publisher : Universitas Madako Tolitoli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56630/jago.v2i3.241

Abstract

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu organisme yang mengkomsi pakan dengan cara mencabik-cabiknya. Semakin lama pakan tersebut dikonsumsi semakin besar peluang kandungan nutrient dalam pakan mengalami pencucian/leaching. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan lobster (C. quadricarinatus)  yang diberi pakan buatan dalam bentuk pakan basah (kenyal) dan kering. Juvenil lobster air tawar (dengan bobot 4,47±0,77g) sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu diadaptasikan baik pada pakan maupun pada media pemeliharaan. Penelitian ini mengujikan dua perlakuan yakni pakan basah (kenyal) dan kering. Setiap perlakuan diberi 5 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik harian, pertumbuhan bobot individu, tingkat kelangsungan hidup, serta efisiensi pakan untuk perlakuan pakan basah dan kering masing-masing secara berurut sebesar 0,47 %/hari; 0,77g; 90%; 51,57% dan 0,32 %/hari; 0,48g; 80%; 39,01%. Perlakuan yang memberikan nilai lebih tinggi pada lobster (C. quadricarinatus) yakni pemberian pakan basah (kenyal).
Effect of feedings with different protein levels and dietary supplemental rElGH on culture performances of sex reversed Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) Muhammad Safir; alimuddin alimuddin; Mia Setiawati; muhammad Agus Suprayudi; Muhammad Zairin Junior
Depik Vol 11, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.573 KB) | DOI: 10.13170/depik.11.1.22550

Abstract

This study aims to evaluate the culture performance of tilapia (Oreochromis niloticus) that have been treated with 17α-methyltestosterone (MT) and without MT (w-MT), feed with different protein levels (20, 24, and 28%) and recombinant Epinephelus lanceolatus growth hormone (rElGH)-diet. The research was conducted in 9 treatments and triplicate. Tilapia larvae were soaked twice, totaling 500 larvae, at the age of 10 days after hatching (DAH) and the age of 14 DAH was soaked for 4 hours using 1/l MT 2 mg/l solution. Fish maintenance was conducted in an aquarium of 1.0x0.5x0.5 m3 in the first month, and three months later in net cages (2.0x2.0x1.5 m3). Daily growth rate (DGR) and biomass gain (BG) were increased in line with increasing feed protein content and rElGH supplementation. The highest DGR and BG values were MT+28+rElGH (P 0.05) treatment. The highest feed consumption and the lowest feed conversion ratio were also obtained in the MT+28+rElGH treatment (P 0.05). Fish survival was ranged from 79.89 to 90.28% (P 0.05). The highest profit potential was found in the MT+28+rElGH treatment. The efficient aquaculture can be obtained by feeding sex-reversed tilapia at a protein level of 28% and a diet supplemented with rElGH.Keywords:Feed conversion ratioGrowth hormoneProtein retention17α-methyltestosterone
Response of Growth, Albumin, and Blood Glucose of Snakehead (Channa Striata) Juvenile Feed with the Addition of Different Animal Protein Sources Novalina Serdiati; Muhammad Safir; Umul Rezkiyah; R Adharyan Islamy
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol 9 No 6 (2023): June
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v9i6.3618

Abstract

Snakehead fish or Channa Striata is a type of freshwater fish that has high economic value in Indonesia. Aims of this study was to evaluating the effect of adding different protein sources to snakehead fish feed on fish growth, blood glucose levels, and albumin content of snakehead fish (Channa Striata). This study consisted of 3 treatments and each was given 6 replications. Treatment A: Use of feed made from nilem fish flour. Treatment B: Use of feed made from golden snail flour and Treatment C: Use of feed made from earthworm flour. The best daily growth was obtained by using feed containing animal protein sources from earthworm flour of 1.85 g. The albumin level of snakehead fish at the end of rearing was highest in the treatment using feed made from earthworm flour (5.106%). followed by golden snail flour (4.802%) and nilem fish meal (4.492%). Snakehead fish blood glucose levels 2 hours after consuming the feed increased in all treatments, with the highest value in the treatment of golden snail flour and earthworms (112 mg/dL). Followed by nilem fish meal (105 mg/dL). However blood glucose levels 4 hours after consuming the feed decreased in all treatments. With the highest reduction occurring in the treatment using earthworm flour (38 mg/dL). Followed by golden snail flour (58 mg/dL) and nilem fish meal (92 mg/dL).
PERSENTASE JANTAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HASIL PERENDAMAN DENGAN EKSTRAK DAUN SENGGANI (Melastoma candidum) DOSIS BERBEDA Muhammad Safir; Indira Ghandi; Novalina Serdiati; Madinawati Madinawati
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 11, No 2 (2023): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jr.v11i2.4888

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis optimum ekstrak daun senggani dalam menghasilkan persentase jantan tertinggi pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang teridiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diujikan yakni dosis ekstrak daun senggani; 0 (A/kontrol); 20 (B); 40 (C); 60 (D); 80 ppm (E). Larva ikan nila umur 7 hari direndam dalam air yang berisi ekstrak daun senggani sesuai dosis perlakuan selama 4 jam. Pasca perendaman, larva ikan nila dipelihara selama 60 hari. Pakan berupa cacing sutera diberikan selama 30 hari pertama dan selebihnya diberi pellet. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari (pukul 07.30-08.00, 12.30-13.00, dan 17.30-18.00 Wita). Hasil penelitian menunjukkan persentase kelamin jantan (KJ) pada perlakuan A, B, C, D, dan E secara berurut masing-masing sebesar 45%, 65%, 72%, 77,5%, dan 80%. Laju pertumbuhan harian (LPH) dan kelangsungan hidup (KH) untuk semua perlakuan berkisar antara 7,28-7,58 %/hari dan 85-95%. Hasil analisis menunjukkan persentase KJ ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan 80 ppm yakni sebesar 80%. LPH dan KH tidak berbeda secara signifikan antar semua perlakuan (P>0,05). Kesimpulan, ekstrak daun senggani (M. candidum) dengan dosis 80 ppm menghasilkan persentase jantan tertinggi (80%) pada ikan nila.
Effect of feedings with different protein levels and dietary supplemental rElGH on culture performances of sex reversed Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) Muhammad Safir; alimuddin alimuddin; Mia Setiawati; muhammad Agus Suprayudi; Muhammad Zairin Junior
Depik Vol 11, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.11.1.22550

Abstract

This study aims to evaluate the culture performance of tilapia (Oreochromis niloticus) that have been treated with 17α-methyltestosterone (MT) and without MT (w-MT), feed with different protein levels (20, 24, and 28%) and recombinant Epinephelus lanceolatus growth hormone (rElGH)-diet. The research was conducted in 9 treatments and triplicate. Tilapia larvae were soaked twice, totaling 500 larvae, at the age of 10 days after hatching (DAH) and the age of 14 DAH was soaked for 4 hours using 1/l MT 2 mg/l solution. Fish maintenance was conducted in an aquarium of 1.0x0.5x0.5 m3 in the first month, and three months later in net cages (2.0x2.0x1.5 m3). Daily growth rate (DGR) and biomass gain (BG) were increased in line with increasing feed protein content and rElGH supplementation. The highest DGR and BG values were MT+28+rElGH (P 0.05) treatment. The highest feed consumption and the lowest feed conversion ratio were also obtained in the MT+28+rElGH treatment (P 0.05). Fish survival was ranged from 79.89 to 90.28% (P 0.05). The highest profit potential was found in the MT+28+rElGH treatment. The efficient aquaculture can be obtained by feeding sex-reversed tilapia at a protein level of 28% and a diet supplemented with rElGH.Keywords:Feed conversion ratioGrowth hormoneProtein retention17α-methyltestosterone
Penggunaan Pakan Berbahan Baku Tepung Osteochilus hasselti Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Muhammad Safir; Nur’aidah Nur’aidah; Kasim Mansyur; Livia Caprilia; Eny Heriyati
JAGO TOLIS : Jurnal Agrokompleks Tolis Vol 3, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Madako Tolitoli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56630/jago.v3i3.468

Abstract

Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak digemari oleh Masyarakat. Ikan ini memerlukan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhannya. Protein sebagai sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan biasanya diperoleh dari pakan komersial. Dewasa ini harga pakan ikan mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya kandungan protein pakan. Dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan alternatif sumber protein dalam pakan guna menekan biaya produksi akuakultur. Danau Rano yang terletak di Sulawesi Tengah telah menjadi wadah budidaya ikan nilem hasil introduksi dengan produksi yang melimpah. Sementara masyarakat sekitar jarang mengkonsumsi ikan ini, sehingga nilai ekonomisnya rendah. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan ikan nilem menjadi tepung ikan sebagai sumber protein pakan untuk pertumbuhan nila. Perlakuan yang diujikan yakni penggunaan tepung ikan nilem dengan dosis berbeda yaitu 0% sebagai kontrol, 9% dan 18%. Ikan uji adalah bibit nila berukuran 3,21±0,17 g, yang diberikan pakan tiap dosis dengan empat kali ulangan. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari dalam baskom bervolume 35 L yang berisi air sebanyak 16 L. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan berbahan baku tepung ikan nilem memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan benih ikan nila (P<0,05) dibandingkan kontrol. Pertumbuhan tertinggi dan rasio konversi pakan yang rendah diperoleh pada perlakuan dosis tepung ikan nilem 18%. yakni masing-masing sebesar 2,30 g dan 1,82. Kelangsungan hidup yang diperoleh untuk semua perlakuan berkisar 82,50-85,0%. Penggunaan tepung ikan nilem sebagai bahan baku pakan dengan dosis 18% memberikan pertumbuhan tertinggi, dan rasio konversi pakan yang rendah.
PERSENTASE JANTAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HASIL PERENDAMAN DENGAN EKSTRAK DAUN SENGGANI (Melastoma candidum) DOSIS BERBEDA Muhammad Safir; Indira Ghandi; Novalina Serdiati; Madinawati Madinawati
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 11, No 2 (2023): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jr.v11i2.4888

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis optimum ekstrak daun senggani dalam menghasilkan persentase jantan tertinggi pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang teridiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diujikan yakni dosis ekstrak daun senggani; 0 (A/kontrol); 20 (B); 40 (C); 60 (D); 80 ppm (E). Larva ikan nila umur 7 hari direndam dalam air yang berisi ekstrak daun senggani sesuai dosis perlakuan selama 4 jam. Pasca perendaman, larva ikan nila dipelihara selama 60 hari. Pakan berupa cacing sutera diberikan selama 30 hari pertama dan selebihnya diberi pellet. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari (pukul 07.30-08.00, 12.30-13.00, dan 17.30-18.00 Wita). Hasil penelitian menunjukkan persentase kelamin jantan (KJ) pada perlakuan A, B, C, D, dan E secara berurut masing-masing sebesar 45%, 65%, 72%, 77,5%, dan 80%. Laju pertumbuhan harian (LPH) dan kelangsungan hidup (KH) untuk semua perlakuan berkisar antara 7,28-7,58 %/hari dan 85-95%. Hasil analisis menunjukkan persentase KJ ikan nila tertinggi terdapat pada perlakuan 80 ppm yakni sebesar 80%. LPH dan KH tidak berbeda secara signifikan antar semua perlakuan (P>0,05). Kesimpulan, ekstrak daun senggani (M. candidum) dengan dosis 80 ppm menghasilkan persentase jantan tertinggi (80%) pada ikan nila.