Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

PENERAPAN EDUKASI TERSTRUKTUR MENINGKATKAN SELF EFFICACY DAN MENURUNKAN IDWG PASIEN HEMODIALISA DI RSUD INDRAMAYU Wayunah, Wayunah; Saefulloh, Muhammad; Nuraeni, Wiwin
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2941

Abstract

ABSTRAK Jumlah kasus chronic kidney disease yang harus menjalani terapi hemodialisa sejumlah 400 pasien dari 1.000.000 penduduk di Indonesia (Situmorang, 2013). Pemantauan keberhasilan hemodialisa diukur dari Inter Dialilytic Weight Gain (IDWG) yang tidak lebih dari 4 % berat kering. Nilai IDWG yang melebihi dari normal menimbulkan gejala edema, sesak nafas, dan rasa tidak nyaman. Salah satu kepatuhan pasien dalam mempertahankan IDWG adalah self efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh edukasi terstruktur terhadap self efficacy dan IDWG pada pasien hemodialisa. Desain penelitian quasi experimen, dengan pendekatan pretest-posttest with control group. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel 38 pasien hemodialisa dibagi dua kelompok 22 kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol. Edukasi diberikan dengan gambar dan video dalam media LCD proyektor dan leaflet. IDWG diukur dengan observasi berat badan sedangkan self efficacy menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan uji t-dependen dan t-independen. Hasil penelitian menunjukkan pemberian edukasi terstruktur pada kelompok intervensi meningkatkan self efficaccy untuk mengontrol intake cairan antar waktu dialysis (p=0,000, α=0,05), dan menurunkan IDWG (p=0,04, α=0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol penerapan edukasi meningkatkan self efficacy (p=0,03, α=0,05), namun tidak menurnkan IDWG (p=0,053, α=0,05). Hasil analisis lanjut menggunakan uji t-independen pada kedua kelompok ditemukan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam self efficacy dan IDWG (p 0,05). Edukasi terstruktur berpengaruh dalam meningkatkan self efficacy dan menurunkan IDWG. Kata kunci : self efficacy, IDWG, edukasi terstruktur ABSTRACT The number of chronic kidney disease with hemodialysis therapy was 400 patients of 1,000,000 population in Indonesia (Situmorang, 2013). The success hemodialysis was monitored by Inter Dialilytic Weight Gain (IDWG) and the criteria was not more than 4 % of dry weight. An excess of IDWG value would cause the symptoms of edema, shortness of breath, and discomfort. Self efficacy was one of patient compliance in maintaining IDWG. The aim of this study was to analyze the effect of a structured education on self-efficacy and IDWG in hemodialysis patients. The study used quasi experimental design, with pretest-posttest control group approach. The sample was selected by purposive sampling technique. The sample was 38 patients, divided into intervention group (22 patients) and control group (16 patients). The intervention of structured education was use pictures and videos by LCD projector and leaflets. IDWG was measured by weight observation, while self-efficacy by questionnaire. The statistical test used t-dependent and t-independent. The result showed that structured education increased self efficaccy to control fluid intake on inter dialysis time (p = 0.000, α = 0.05) and decreased IDWG value (p = 0.04, α = 0.05) in the intervention group. While the intervention increased self efficaccy to control fluid intake on inter dialysis  time (p = 0.03, α = 0.05) and decreased IDWG value (p=0,053, α=0,05) in the control group. The results of further analysis used an independent t-test, showed that there were not a significant differences in self-efficacy and IDWG (p 0.05) between intervention and control group. The structured education caused an increasing of self-efficacy and a decreasing of IDWG value. Keyword : self efficacy, IDWG, structured education
Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Seksual pada Penderita HIV AIDS di Kabupaten Indramayu Saefulloh, Muhammad; Wayunah, Wayunah; Husnaniyah, Dedeh
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 2 (2017): Vol 3, No.2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i2.9416

Abstract

ABSTRAK Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius. Hal ini karena kasus HIV/AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya selalu meningkat secara signifikan. Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antar individu yang salah satunya terkena HIV. Belum ditemukannya obat untuk mengobati HIV/AIDS menyebabkan orang dengan HIV AIDS (ODHA) akan mengalami perubahanpsikologis, salah satunya adalah harga diri rendah. Hal ini disebabkan karena stigma yang negatif dari masyarakat terhadap ODHA. Respon terhadap harga diri tersebut tidak menutup kemungkinan melakukan upaya untuk  menularkan penyakitnya kepada orang lain. Hal ini dapat diwujudkan dengan perilaku seksual yang tidak baik. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita HIV AIDS yang melakukan pengobatan rutin di unit pelayanan HIV AIDS RSUD Indramayu dan RS Bhayangkara Indramayu. Teknik pengambilan sampel consecutive sample. Jumlah sampel sebanyak 125 orang. Alat pengumpul data berupa quesionare untuk mengukur harga diri dan perilaku seksual. Uji statistik menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 64 responden memiliki harga diri tinggi (51,20%), sebanyak 94 responden memiliki perilaku seksual berisiko (75,20%). Hasil uji chi square didapatkan p value 1,00 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara harga diri dengan perilaku seksual penderita HIV AIDS di Kabupaten Indramayu Tahun 2015 (nilai α=0,05; CI 95%).  Perilaku seksual penderita HIV AIDS tidak dipengaruhi oleh harga diri, namun dipengaruhi oleh faktor lain.  ABSTRACT The issue of HIV and AIDS is a public health issue that needs serious attention. This is because the reported cases of HIV / AIDS always increase significantly each year. The majority of HIV infections come from unprotected sexual intercourse among individuals one of whom is suffered from HIV. The absence of drugs to treat HIV/AIDS causes HIV AIDS (ODHA) patients experience psychological changes, one of which is low self-esteem. This is due to the negative stigma of the community towards people living with HIV. One of the responses to the self-esteem is try to transmit the disease to others. This can be manifested by bad sexual behavior. The design of the research is analytical descriptive with cross sectional approach. The sample of the study is HIV/AIDS patients who perform routine treatment at HIV/AIDS service unit of RSUD Indramayu and Bhayangkara Indramayu Hospital. technique sampling of the study is Consecutive sample. The samples are 125 people. Data collection instruments are questionare to measure self-esteem and sexual behavior. The chi-square test used to do statistical test. The result of the research shows that 64 respondents have high self esteem (51,20%), 94 respondents have risky sexual behavior (75,20%). Chi square test results p value 1.00 so it can be concluded there is no relation between self-esteem with sexual behavior of HIV AIDS patient in Indramayu Regency Year 2015 (value α = 0,05; 95% CI). Sexual behavior of HIV AIDS patient is not influenced by self-esteem, but influenced by other factors. Keywords: self-esteem, sexual behavior, HIV AIDS patient
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUD INDRAMAYU Wayunah, Wayunah; Saefulloh, Muhammad
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 2 (2016): Vol 2, No.2 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i2.4741

Abstract

ABSTRAKStroke merupakan penyakit neurologik yeng terjadi karena gangguan suplai darah menuju suatu bagian otak. Angka kejadian stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan terjadi stroke. Menurut penyebabnya stroke dibagi dua yaitu stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah otak dan stroke iskemik (stroke non hemoragik) akibat adanya trombus atau embolus pada pembuluh darah otak. Banyak faktor yang menyebabkan stroke, yang terdiri dari faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Tujuan  penelitian untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke. Penelitian ini merupakan penelitian observasonal analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel sebanyak 103 responden yang diambil dengan tehnik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara hipertensi (p = 0,035) dan aktivitas fisik (p = 0,011) dengan jenis stroke. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko paling dominan yang berhubungan dengan jenis stroke dengan OR = 5,8. Penelitian ini menyimpulkan riwayat hipertensi dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen yang berhubungan dengan jenis stroke. Rekomendasi dari penelitian ini ditujukan kepada rumah sakit untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan untuk mencegah faktor risiko terjadinya stroke. Selain itu meningkatkan peran perawat dalam  pemberian pelayanan keperawatan, dimana perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien secara holistik.ABSTRACT Stroke is a neurological disease that occurs due to disruption of the blood supply to a part of the brain. The incidence of stroke increases with age, that the older the person the possibility of stroke. According to the cause of stroke divided into two hemorrhagic stroke due to rupture of blood vessels of the brain and ischemic stroke (stroke non hemoragik) due to thrombus or embolus in the blood vessels of the brain. Many factors cause a stroke, which consists of factors that can not be changed and the factors that can be changed. The aim of research to identify and explain the risk factors associated with the occurrence of stroke.This research is an analytic observational study with cross sectional study. The sample of this study as many as 103 respondents is taken with consecutive sampling technique. The results showed significant relationship between hypertension (p = 0,035) and physical activity (p = 0.011) with the type of stroke. Physical activity is the predominant risk factor associated with this type of stroke with OR = 5.8. The study concluded a history of hypertension and physical inactivity is an independent risk factor associated with this type of stroke. Recommendations from this study aimed to hospitals to improve education activities to prevent risk factors for stroke. Besides increasing the role of nurses in the delivery of nursing services, where nurses care focuses on the health needs of patients holistically.
Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Infus Mempengaruhi Kejadian Plebitis dan Kenyamanan Pasien Wayunah Wayunah; Elly Nurachmah; Sigit Mulyono
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 16 No 2 (2013): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v16i2.12

Abstract

Plebitis adalah salah satu komplikasi terapi infus. Salah satu faktor penyebab plebitis adalah kurang terampilnya perawat saat melakukan pemasangan infus. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis dan kenyamanan. Jenis penelitian analitic-corelational dengan pendekatan cross-sectional, dengan jumlah sampel 65 perawat pelaksana rawat inap dan 65 pasien yang dipasang infus. Hasil menunjukkan 50,8% perawat memiliki pengetahuan kurang baik, angka kejadian plebitis sebesar 40%, dan 53,8% merasa nyaman dengan pemasangan infus. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis (p=0,000; α=0,05), dan dengan kenyamanan (p=0,000; α=0,05). Direkomendasikan untuk perawat agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemasangan infus sehingga komplikasi dan ketidaknyamanan akibat pemasangan infus dapat dikurangi.
Self-Efficacy Berhubungan dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada Pasien GGK di RSUD Indramayu Wayunah Wayunah; Muhammad Saefulloh
Bima Nursing Journal Vol 3, No 2 (2022): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/bnj.v3i2.872

Abstract

Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan salah satu indikator kepatuhan pasien dalam menjalani terapi hemodialisa. Derajat IDWG ditentukan melalui manajemen pembatasan cairan dan diet yang ketat supaya kenaikan berat badan diantara dua waktu dialisa terkendali. Kemampuan pasien untuk mengikuti pembatasan cairan dan diet tersebut salah satunya dipengaruhi oleh keyakinan diri atau self-efficacy.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self efficacy dengan IDWG pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Indramayu. Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik consecutive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 85 responden. Pengukuran self efficacy menggunakan kuesioner self efficacy yang dimodifikasi dari Albert Bandura, sedangkan pengukuran IDWG dilakukan dengan observasi pengukuran berat badan post dialisa 1 dan pre dialisa 2. Tehnik analisa menggunakan uji Pearson-chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 54,1% responden memiliki self efficacy yang tinggi, dan sebanyak 47,0% responden memiliki IDWG dalam kategori rata-rata (4%-6%). Hasil analisis lanjut diketahui ada hubungan antara self efficacy dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Indramayu (p = 0.000). Penelitian ini dapat disimpulkan self efficacy berhubungan dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD Indramayu. Rekomendasi dari penelitian ini adalah diharapkan perawat untuk mencoba memberikan penguatan self efficacy dalam pembatasan cairan dengan penyampaian yang mudah dimengerti oleh pasien
Self-Efficacy and Compliance Fluid Intake Restriction as a Determinant of The Interdialytic Weight Gain (IDWG) Level Wayunah Wayunah
Journal of Nursing Care Vol 5, No 1 (2022): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v5i1.36233

Abstract

Higher interdialytic Weight Gain (IDWG) is commonly experienced by patients with chronic kidney disease (CKD). Increased IDWG can cause various complications that result in risk of death. CKD patients who had undergoing hemodialysis in the Public Regional Hospital of Indramayu would have different weight gain, but it is not known what factors affect the increase in IDWG. The purpose of this study was to determine the factors that were significantly related to the IDWG level in CKD patients in the Public Regional Hospital of Indramayu. This research design is descriptive-analytic. The number of samples was 86 respondents who were selected by consecutive sampling technique. Data collection tools are questionnaires and the data analysis technique is the Pearson chi-square test. From the result from 86 respondents, it is known that 44 (51.2%) respondents experienced an increase in IDWG level at the mild category (<4%). It is known that the factor influencing to level of IDWG are self-efficacy (p-value = 0.000; 95% CI) and fluid intake compliance (p-value = 0.042; 95% CI). Meanwhile, age, sex, education level, family support, and duration of hemodialysis are not influencing the IDWG level (p-value > 0,05; 95% CI). Self-efficacy and fluid intake compliance are the most significant factor on the IDWG level in CKD patients who had hemodialization. Patients with high self-efficacy can reduce the IDWG level accompanied by compliance with fluid restriction. Recommendation for hemodialysis nurses needs to increase the patient’s self-efficacy in limiting fluid so that can be controlled at the IDWG level.
Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perubahan Tekanan Darah Post Hemodialisis Di Rsud Kabupaten Indramayu Wayunah Wayunah; Muhammad Saefulloh
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 7 No. 3 (2021): JIKep | Edisi Khusus 2021
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.608 KB) | DOI: 10.33023/jikep.v7i3.815

Abstract

Latar Belakang. Perubahan tekanan darah dapat terjadi selama menjalani terapi hemodialisa. Perubahan dapat terjadi peningkatan atau penurunan tekanan darah. Berdasarkan karakteristik pasien, faktor usia, Interdialityc Weight Gain (IDWG), quick of blood (QoB) dan lama hemodialisa memiliki kaitan dengan perubahan tekanan darah post hemodialisa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan tekanan darah post hemodialisa pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa rutin di UPTD RSUD Kabupaten Indramayu. Metode. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-secsional. Jumlah sampel sebanyak 123 responden yang yang dipilih berdasarkan tehnik consecutive sampling. Instrumen peneliti menggunakan lembar observasi dan sphygmomanometer aneroid. Data dianalisis dengan uji Pearson Chi-Suare. Hasil. Hasilnya sebanyak 108 (87,8%) mengalami perubahan tekanan darah post hemodialisa, baik mengalami penurunan maupun peningkatan, sedangkan 15 (12,2%) tidak mengalami perubahan tekanan darah (tetap). Sebanyak 64 (52%) responden mengalami penurunan tekanan darah post hemodialisa. Faktor usia (p-value = 0,604; 95% CI); IDWG (p-value = 0,144; 95% CI); QoB (p-value = 0,767; 95% CI); dan lama menjalani hemodialisa (p-value = 0,506; 95% CI) tidak berhubung dengan perubahan tekanan danarah post hemodialisa. Kesimpulan dan Saran. Perubahan tekanan darah post hemodialisa tidak dipengaruhi oleh faktor usia, IDWG, QoB, dan lama waktu menjalani hemodialisa. Artinya ada faktor lain yang mempengaruhi perubahan tekanan darah post hemodialisa. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor lain yang mempengaruhi perubahan tekanan darah post hemodialisa dan mendapatkan metode yang tepat untuk menemuka faktor dominan yang mempengaruhi perubahan tekanan darah post hemodialisa.
PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI LIPATAN PAHA LEBIH EFEKTIF MENURUNKAN SUHU TUBUH ANAK YANG MENGALAMI DEMAM DIBANDINGKAN PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI DAHI Dewi Sinta Ratnawati; Wayunah Wayunah; Titin Hidayatin
JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA Vol 4 No 2 (2016): Juli-Desember
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1027.757 KB) | DOI: 10.36973/jkih.v4i2.9

Abstract

Penatalaksanaan demam dengan tindakan non farmakologis yaitu pemberian kompres hangat.Lokasi kompres hangat yaitu axilla, leher, dahi dan lipatan paha. Lokasi yang belum diketahui efektivitasnya adalah dahi dan lipatan paha.Metode penelitian menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan Pretest – Posttest with Control Group. Penelitian ini berjumlah 48 responden dengan teknik Purposive Sampling. Variabel independen (Kompres Hangat) dan variabel dependen (Suhu Tubuh). Teknik analisa data menggunakan uji T-test yaitu Paired sample T-test dan uji Independent T-Test.Hasil penelitian suhu tubuh sebelum pemberian kompres di dahi 38.30oC dan pemberian kompres di lipatan paha 38.22oC. Penurunan dahi 0.25oC dan lipatan paha 0.58oC. Hasilnya ada perbedaan lokasikompres hangat dahi dan lipatan paha (P=0.000).Simpulan ada perbedaan efektivitas lokasi kompres hangat (dahi dan lipatan paha) terhadap suhu tubuh anak demam. Saran untuk tenaga kesehatan untuk menerapkan upaya penurunan suhu tubuh dengan cara kompres hangat di lokasi yang efektif menurunkan suhu tubuh.
HUBUNGAN LAMA TERAPI HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSUD INDRAMAYU TAHUN 2016 Istiqomah Fauziyah; Wayunah Wayunah; Eka Juwita
JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA Vol 4 No 2 (2016): Juli-Desember
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1342.088 KB) | DOI: 10.36973/jkih.v4i2.10

Abstract

Hemodialisa adalah salah satu terapi pengganti ginjal pada penderita GGK. Pasien harus beradaptasi dengan perubahan fisik akibat terapi yang dijalani dalam waktu lama. Perubahan kualitas hidup dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama terapi hemodialisa dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD Indramayu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.Pengambilan sampel menggunakan counsecutive sampling sebanyak 77 responden. Analisis data menggunakan chi-square. Hasil penelitian diketahui sebanyak 50,6% responden telah menjalani HD < 12bulan, sebanyak 53,2% kualitas hidup responden termasuk dalam kategori buruk. Analisa data diketahui pvalue > α (1 > 0,05).Simpulan penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan lama terapi hemodialisa dengan kualitas hidup. Saran kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup dan dengan metode penelitian kualitatif.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK PADA PASIEN USIA < 45 TAHUN DI RUANG HEMODIALISA RSUD INDRAMAYU Wayunah Wayunah; Neneng Ratnanengsih Puspitasari; Fatikhatul Jannah
JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA Vol 5 No 1 (2017): Januari-Juni
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.214 KB) | DOI: 10.36973/jkih.v5i1.31

Abstract

Chronic Renal Failure is a condition that decreasing kidney function, occurning progresive and irreversible. Many factors causes CRF in patiens aged < 45 years. Purpose of this study was to determine the factors associated with the occurrence of CRF in patiens age < 45 years.This research was conducted with case study approach. Samples selected with counsecutive technique sampling with 98 respondents. Data collection, this study using a questionnaire. The bivariae data analysis used in this study is the chi square test. The results is known factors associacted with in a diabetes mellitus of history factor (p value = 0,002) while factor unrelated chemical substances is a factor ( p value = 0,925), less intake of fluids factor (p value = 0,366), hypertension of history factor ( p value = 0,518) and history of obstruction of tract urinary factor (p value = 0,312). Conclusions in this research that there is a relationship between the factors of history of diabetes mellitus with chronic renal failure event in patients aged < 45 years. Suggestions in this study was shown to the nurse to increase public education about the prevention of the occurance of CRF.