Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Penentuan Nilai SPF (Sun Protection Factor) Ekstrak Buah Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS Putri, Diva Fitriana; Setyowati, Endang; Sukoharjanti, Bintari Tri
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 3 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i3.19008

Abstract

Paparan sinar ultraviolet (UV) dapat menyebabkan kerusakan kulit, termasuk penuaan dini dan kanker kulit. Salah satu bahan alami yang berpotensi digunakan sebagai tabir surya adalah ekstrak alpukat, yang mengandung antioksidan dan asam lemak esensial. Buah alpukat memiliki kandungan flavonoid sebagai antiviral, antiinflamasi, antialergi, antioksidan, dan mmeiliki nutrisi yang tinggi seperti lemak sehat, serat, vitamin E, vitamin C dan kalium. Oleh karena itu, penting untuk menguji kemampuan ekstrak alpukat dalam memberikan perlindungan terhadap sinar UV, khususnya melalui pengukuran Sun Protection Factor (SPF). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai SPF ekstrak alpukat menggunakan metode Spektrometri UV-Vis dengan perbandingan konsentrasi 5 ppm, 15 ppm, dan 25 ppm dengan rasio 1:2, dan melakukan pengujian terhadap ekstrak buah alpukat meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji tanin, uji saponin. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji one way analysis of variance (ANOVA). Dengan kepercayaan 96% P (< 0,05). Hasil dari skrining fitokimia dinyatakan bahwa buah alpukat positif alkaloid dan fenol dan negatif flavpnoid, tanin, dan saponin. Penentuan nilai SPF memiliki beberapa kategori yaitu : minimal (2-4), sedang (4-8), maximal (8-15), ultra >15. Hasil yang didapatkan pada konsentrasi 5 ppm, 15 ppm, dan 25 ppm dapat dikategorikan minimal karena nilai absorbansi yang di dapat berturut-turut 3,0612±0,0308; 2,6308±0,0013; dan 3,0068±0,0008. Untuk ekstrak CV. X pada konsentrasi 5 ppm dan 15 ppm dikategorikan minimal dengan nilai absorbansi yang di dapat berturut-turut 2,0905±0,0021; 2,1255±0,0012 sedangkan pada konsentrasi 25 ppm dikategorikan sedang dengan nilai absorbansi 4,0493±0,0014. Ekstrak alpukat dari CV. X pada konsentrasi 25 ppm memiliki nilai SPF sebesar 4,0493, yang termasuk dalam kategori perlindungan sedang terhadap sinar ultraviolet. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut, ekstrak alpukat memiliki potensi sebagai bahan alami tabir surya dengan efektivitas perlindungan yang cukup terhadap paparan sinar UV.
Formulasi Krim Lindung Surya Ekstrak Buah Papaya (Caricaa papaya L.) dengan Variasi Konsentrasi Trietanolamin Terhadap Nilai SPF (Sun Protection Factor) Silva, Elfanesya; Rahmawati, Riana Putri; Sukoharjanti, Bintari Tri
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 3 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i3.19022

Abstract

Indonesia menjadi salah satu negara dengan paparan sinar matahari yang tinggi dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga memerlukan suatu perlindungan kulit. Bahan alam sebagai alternatif tabir surya adalah tanaman pepaya (Carica papaya L.). Kandungan buah pepaya sebagian besar terdiri dari air dan karbohidrat, rendah kalori serta kaya akan vitamin dan mineral alami, khususnya vitamin A dan C, asam askorbat dan kalium. Selain itu, mengandung metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan seperti flavonoid, polifenol, alkoloid, dan tannin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik sediaan dan nilai SPF krim tabir surya ekstrak buah pepaya (Carica papaya L.) pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30%. Hasil sifat fisik sediaan krim tabir surya ekstrak buah pepaya pada formula basis, formula 1, 2, dan 3 berupa uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, dan daya lekat memenuhi persyaratan uji sifat fisik yang sesuai. Pada formula basis memiliki nilai SPF 2,3506 ± 0,0106 dengan kemampuan minimal sebagai tabir surya. Formula 1 memiliki nilai SPF 2,5331 ± 0,0002 dengan kemampuan minimal sebagai tabir surya berarti sesuai pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti et al., (2020). Formula 2 memiliki nilai SPF 3,7754 ± 0,0026 dengan kemampuan minimal sebagai tabir surya. Formula 3 memiliki nilai SPF 5,0815 ± 0,0041 dengan kemampuan sedang sebagai tabir surya. Kontrol positif memiliki nilai SPF 35,1657 ±0,6426 dengan kemampuan ultra sebagai tabir surya berarti tidak sesuai pada kemasan produk yang tertera dipasaran memiliki nilai SPF 50 PA++++.
Formulasi dan Evaluasi Fisik Sediaan Obat Kumur (Mouthwash) Kombinasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) dan Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai Antiseptik Mulut Muntamah, Muntamah; Setyowati, Endang; Sukoharjanti, Bintari Tri
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 3 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i3.19062

Abstract

Formulasi dan evaluasi fisik sediaan obat kumur (mouthwash) ini dibuat dari kombinasi eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan daun sirih (Piper betle). Eceng gondok kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid yang berfungsi sebagai agen antibakteri, sedangkan daun sirih kaya akan eugenol, yang juga berfungsi sebagai antiseptik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi dan evaluasi fisik sediaan obat kumur kombinasi ekstrak eceng gondok dengan konsentrasi 5%, 15%, 30% dan daun sirih dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30%. Penelitian ini menggunakan metode infundasi dan maserasi. Formula sediaan mouthwash kombinasi ekstrak Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) ini kemudian dilakukan pengujian mutu yang meliputi pengujian organoleptik, homogenitas, pH, kejernihan, uji viskositas dan uji tinggi busa. Hasil pengujian evaluasi fisik sediaan obat kumur untuk uji organoleptis F0 berwarna putih keruh, F1, F2, dan F3 berwarna kuning kecokelatan, berbentuk cair, dan memiliki bau khas mint. Uji homogenitas F0 tidak homogen, F1, F2, dan F3 homogen. Uji pH 6,15; 5,82; 5,71; 5.68. Uji kejernihan F0 tidak jernih, F1, F2 dan F3 jernih. Uji viskositas 6,0; 5,36; 6,2; 5,63. Uji tinggi busa 4 cm; 3 cm; 5 cm; 10 cm. Kesimpulan dari uji evaluasi fisik sediaan obat kumur kombinasi ekstrak eceng gondok dengan konsentrasi 5%, 15%, 30% dan daun sirih dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dinyatakan memenuhi persyaratan yang meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, kejernihan, uji viskositas, sedangkan uji tinggi busa F0 dan F1 yang memenuhi persyaratan. Berdasarkan penelitian dari ketiga hasil sediaan obat kumur yang paling baik yaitu F1 karena memenuhi semua syarat uji evaluasi fisik.
EFEKTIVITAS SEDIAAN KRIM EKSTRAK BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L) SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT PADA KELINCI NEW ZELAND Ashfa, Sayyidati Maulia; Setyowati, Endang; Sukoharjanti, Bintari Tri
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 4 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i4.20853

Abstract

Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) adalah tanaman banyak tumbuh di indonesia yang mengandung banyak senyawa aktif seperti Flavonoid, Saponin, dan asam amino yang sangat efektif untuk merangsang pertumbuhan rambut. Bagi wanita, rambut adalah mahkota, sedangkan bagi pria, rambut memiliki pengaruh besar terhadap kepercayaan diri. Kebotakan tetap menjadi masalah bagi setiap orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas tanaman bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) sebagai penumbuh rambut pada kelinci New Zealand. Metode : penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. penelitian ini, dibuat tiga formula krim dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10%. Pelarut yang digunakan yaitu etanol 70% karena memiliki tingkat kepolaran yang sedang. Penelitian ini dilakukan pada empat ekor kelinci New Zealand yang diberi perlakuan selama 21 hari untuk menguji efektivitas krim Hibiscus rosa-sinensis L dalam pertumbuhan rambut. Kemanjuran pertumbuhan rambut diuji pada hari ke-7, 14, 21 dengan mengaplikasikan krim dua kali sehari. Hasil : pengujian Karakteristik fisikokimia sediaan krim uji organoleptis F0 berwarna putih kental, F1, F2, F3 berwarna merah bata; uji Homogenitas keempat sediaan memenuhi syarat atau homogen; uji pH semua sediaan memenuhi syarat. Untuk uji Aktivitas rata rata panjang rambut kelinci (mm) diperoleh kontrol negatif 4,69 mm ; F0 6,70 mm ; F1 7,68 mm ;F3 10,75 mm ; Kontrol positif 14,69 mm. Kesimpulan : pada pengujian Efektivitas sediaan krim ekstrak bunga sepatu sebagai pertumbuhan pada rambut dengan tiga formula krim pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% menunjukkan bahwa krim dengan konsentrasi yang lebih tinggi (F3) memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan panjang rambut, mencapai rata-rata 10,75 mm.
PENGARUH KONSENTRASI VARIASI BASIS CERA ALBA TERHADAP UJI EVALUASI MUTU FISIK SEDIAAN LIP BALM EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) Sukoharjanti, Bintari Tri; Murharyanti, Rika; Hasriyani, Hasriyani; Prastiwi, Oktaviani Setiya
IJF (Indonesia Jurnal Farmasi) Vol 9, No 1 (2024): IJF (Indonesia Jurnal Farmasi)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/ijf.v9i1.2441

Abstract

Kosmetik lip balm merupakan bahan pemakaian bagian luar tubuh  terutama pemakaian pada bibir. Lip balm terkenal melembabkan area pemakainya. Kulit buah naga merah dipakai sebagai ekstrak dan bahan aktif  inovasi bahan alam yang dapat dijadikan sediaan lip balm dengan basis cera alba berbeda. Kulit buah naga memiliki manfaat seperti flavonoid, tanin, dan alkaloid yang diketahui memiliki senyawa antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi basis cera alba dan evaluasi mutu fisik yang baik dengan formulasi tepat memenuhi persyaratan lip balm. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental untuk melihat basis tepat diantara ketiga formula basis konsentrasi yang dipakai 5%, 15%, 25% dengan parameter uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya lekat, uji daya sebar. Pengujian selanjutnya yaitu uji topikal dan uji iritasi pada manusia. Metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Analisis dengan SPSS 25. Hasil Formula basis cera alba variasi basis F1 5%, F2 15% dan F3 25%, ekstrak kulit buah naga 14,5%. Hasil mutu fisik menunjukkan ketiga formula berwarna coklat, khas ekstrak dan mawar, tekstur lembut, F3 bertekstur keras,  F2 semi padat, F1 mudah hancur. Uji pH F1, F2, F3 memiliki rentang stabil pH-6. Daya lekat F1, F2, F3 memenuhi persyaratan 1 detik, kecuali uji homogenitas dan daya sebar. Uji topikal pada manusia didapatkan hasil merata, pada uji iritasi tidak ada gejala apapun sehingga aman digunakan. Secara karakteristik formula-2 memenuhi persyaratan sebagai sediaan lip balm yang baik dan aman digunakan.  Kata Kunci : Cera alba, uji evaluasi mutu fisik, kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), lip balm.
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK ETANOL DAUN MELINJO (Gnetum gnemon L.) Sukoharjanti, Bintari Tri; Sabaan, Wahid; Setyowati, Endang; Isnaini, Ratna Dewi; Anggraini, Novia Putri
IJF (Indonesia Jurnal Farmasi) Vol 8, No 1 (2023): Indonesia Jurnal Farmasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/ijf.v8i1.2098

Abstract

ABSTRAKDemam didefinisikan sebagai suhu maksimum untuk suhu tubuh, yaitu 36–37°C. Suhu ini dicapai saat fajar dengan badan yang turun seiring turunnya suhu tubuh sehingga timbul kemerahan pada permukaan kulit. Tanaman Melinjo mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai penghambat siklooksigenase. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan dosis ekstrak daun melinjo sekitar 100, 200, dan 300 mg, serta menggunakan mencit sebagai hewan uji. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian ekstrak etanol daun melinjo terhadap efektivitas antipiretik yang diinduksi pepton pada jantan putih. Hasil Penelitian didapatkan kontrol positif parasetamol terdapat penurunan suhu 0,6oC, dosis I ekstrak daun melinjo 100mg/KgBB terdapat penurunan suhu 0,2oC, dosis II ekstrak daun melinjo sebesar 200mg/KgBB terdapat penurunan suhu 0,4oC, dosis III ekstrak daun melinjo sebesar 300mg/KgBB terdapat penurunan suhu 0,6oC, hasil penurunan suhu kontrol positif setara dengan dosis III yaitu 0,6oC, dilanjutkan dengan uji ANOVA yang memperoleh besaran nilai signifikasi 0,05 yaitu nilai sig. 0,024. Kesimpulan, ekstrak etanol daun melinjo dapat berfungsi sebagai antipiretik pada kasus mencit putih jantan yang diobati dengan pepton; dosis paling efektif adalah 300 mg, yang dapat mengurangi infeksi saluran kemih pada tingkat yang kira-kira sama dengan parasetamol. Kata Kunci: Antipiretik, Ekstrak Etanol Daun Melinjo, Mencit Putih Jantan, Pepton.
Development of Wonosoco Village as a Fair, Healthy, and Productive Tourism Village in Kudus Regency Jauhar, Muhamad; Fanani, Zaenal; Etikasari, Ria; Maulana, Bonnix Hedy; Novitasari, Arina; Putra, M. Adib Jaharii Dwi; Pusparatri, Edita; Sukoharjanti, Bintari Tri; Nasriyah, Nasriyah; Ariyanto, Andhika; Muslim, Ahmad Suriyadi
DIKDIMAS : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2024): DIKDIMAS : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT  VOL 3 NO 1 APRIL 2024
Publisher : Asosiasi Profesi Multimedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58723/dikdimas.v3i1.257

Abstract

The development of Wonosoco Village as a fair, healthy, and productive tourist village in Kudus Regency has the potential to provide benefits for the community and enrich the tourism industry in the area. This activity aims to understand policies, clean and healthy living behavior, and marketing strategies, and empowerment of community businesses in tourist villages. This activity was carried out in November 2023 in Wonosoco Village, Undaan District, Kudus Regency. This activity was attended by 16 people consisting of village government, health cadres, youth groups, tourism awareness groups, and religious leaders. Delivery of material uses interactive lecture and focus group discussions in 3 sessions of 30 minutes/session. The material provided includes tourism village development policies, clean and healthy living behavior in public places, marketing strategies, and empowerment of community businesses in tourist villages. Service providers carry out assessments and evaluations using questionnaires on knowledge of clean and healthy living behavior in public places and perceptions of community participation in developing tourist villages. Data analysis is interpreted descriptively. The majority of the community has good knowledge about clean and healthy living behavior in public places (87%) and a perception of community participation in developing Wonosoco Village as a Tourism Village (50%). This activity is the first step in developing a just, healthy, and productive tourist village so it requires follow-up from local stakeholders. This follow-up takes the form of assisting in the development of tourist villages, monitoring and evaluating the success of developing tourist villages that are just, healthy, and productive.
The Effectiveness of Antibiofilm Synergy of Parijoto Leaf Extract (Medinilla speciosa) and Gentamicin on Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) from Diabetic Ulcers Sa'adah, Arina Lis; Sari, Fariza Yulia Kartika; Sukoharjanti, Bintari Tri; Darmawati, Sri
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 20 No 2 (2025): Media Kesehatan
Publisher : Direktorat Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v20i2.1715

Abstract

Diabetic foot ulcers (DFU) are chronic complications of diabetes that are generally accompanied by bacterial infections. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is one of the most dominant pathogenic bacteria isolated from DFU wounds. The significant number of MRSA bacteria and the formation of bacterial biofilms result in prolonged wound treatment and high amputation rates. Several medicinal plants in the Muria Mountains have the potential to be alternative antibiofilms supporting gentamicin antibiotic treatment, one of which is the parijoto plant (Medinilla speciosa). This study aims to evaluate the effectiveness of the combination of parijoto leaf extract with gentamicin in inhibiting the growth of MRSA biofilms isolated from DFU. Parijoto leaves were extracted using the UAE (Ultrasound-Assisted Extraction) technique, followed by phytochemical tests and antibiofilm inhibition tests using the microdilution method. The results of phytochemical identification showed that there were saponin, flavonoid, tannin, alkaloid, quinone, and phenol compounds. The combination of gentamicin and parijoto leaf extract with several variations obtained the highest percentage of biofilm inhibition, namely 95%. The IC50 value in the antibiofilm inhibition test of the combination of parijoto leaf extract and gentamicin was 6.90 μg/mL. The chemical bioactive content in parijoto leaf extract can synergize as a supporting treatment with gentamicin to accelerate the treatment of diabetic ulcer wound infections. Further research needs to be carried out to explore and further study to determine the QS (Quorum Sensing) mechanism against MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus) bacteria by bioactive compounds in parijoto leaf extract and invivo test.
Pengaruh Basis Campuran Beeswax Dan Carnauba Wax Terhadap Sifat Fisik Dan Kadar SPF Pada Formulasi Sediaan Lip Balm Ekstrak Buah Murbei (Morus Alba L.) Warapsari, Nanda Arum Widya; Hasriyani, Hasriyani; Sukoharjanti, Bintari Tri
Journal of Innovative and Creativity Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bibir merupakan area spesifik pada kulit yang membutuhkan pelembab yang memadai. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan produk yang dirancang untuk melindungi dan menjaga kesehatan bibir dari paparan sinar matahari, termasuk tabir surya atau bentuk perlindungan matahari lainnya. Sinar ultraviolet (UV) bertindak sebagai radikal bebas yang berkontribusi terhadap pigmentasi kulit bibir, yang mengakibatkan bibir menjadi gelap dan pecah-pecah. Penggunaan tabir surya dalam bentuk Lip balm dapat secara efektif mencegah pigmentasi bibir. Antosianin yang ada dalam buah murbei dapat berfungsi sebagai pewarna merah keunguan alami, yang dipengaruhi oleh formulasi spesifik ekstrak buah murbei yang digunakan. Karakteristik ini bermanfaat karena sifat antioksidannya dan kemampuannya untuk menangkal radikal bebas. Lip balm berfungsi sebagai produk kosmetik yang dirancang untuk mengurangi kekeringan dan melindungi bibir dari paparan radiasi sinar UV. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti formulasi ekstrak buah murbei sebagai sediaan Lip balm. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan karakteristik formulasi Lip balm yang menggunakan basis carnauba wax pada konsentrasi 15%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Selain itu, penelitian ini juga menilai apakah formula Lip balm tersebut menunjukkan aktivitas sebagai faktor perlindungan matahari (SPF). Metode penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan menggunakan desain One way Anova satu arah. Formulasi ekstrak buah murbei melibatkan pembuatan empat formula yang berbeda, diikuti dengan proses evaluasi yang komprehensif. Hal ini termasuk melakukan uji organoleptik, menilai homogenitas, mengukur tingkat pH, menguji daya oles, dan mengevaluasi aktivitas SPF.