Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Jurnal Laboratorium Khatulistiwa

Pemanfaatan Sampah Organik Rumah Tangga Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bio-Etanol Dengan Metode Hidrolisis Fisik Menggunakan Panas Dan Tekanan Tinggi Ratih Indrawati; Gervacia Jenny Ratnawati
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i2.148

Abstract

Abstract: The main problem faced by the Indonesian nation is the deficit of oil fuel as asource of fossil energy besides Indonesian also difficulties in handling waste. Organic waste contains starch, sugar, and hemiselulosa. Sugar is fermented into bioethanol as a fuel subtitute. The purpose of this study was to seethe effect of hausehold organic waste hydrolysis to produce large bioethanol, the hydrolysis used was by heating temperatur hydrolysise 1000C and by using presto. Fermentation is carried out using 3 % yeast tape for 6 day. To obtain fermentation ethanol in distilation. From the research results obtained the highest levels of heating using presto of 19,22. Statistical test using wilcoxon test showed a difference with significance value p = 0.00 (p<0.05). This illustrates the influence of warming temperature on the increase of bioethanol content.Abstrak: Masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia mengalami defisit bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi fosil selain itu Indonesia juga kesulitan dalam penanganan sampah. Sampah organik mengandung pati, gula dan hemiselulose. Gula difermentasi menjadi bio-etanol sebagai pengganti bahan bakar. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh hidrolisis sampah organik rumah tangga sehingga menghasilkan bio-etanol yang besar, hidrolisis yang digunakan adalah dengan cara pemanasan suhu 1000C dan denan menggunakan presto. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan ragi tape 3 % selama 6 hari. Untuk mendapatkan etanol fermentasi di destilasi. Dari hasil penelitian diperoleh kadar tertinggi pada pemanasan menggunakan presto sebesar 19,22 . Uji statistik menggunakan Wilcoxon  menunjukan adanya perbedaan dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05). Hal ini menggambarkan adanya pengaruh suhu pemanasan terhadap meningkatnya kadar bio-etanol.
Perbedaan Kadar Asam Sianida pada Rebung Sebelum dan Sesudah Difermentasi dengan Larutan Garam 2%, 3%, 4%, 5% Selama 7 Hari Ester Novelia; Ratih Indrawati; Linda Triana
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i2.330

Abstract

Abstract: Bamboo shoot has a good nutritional value but bamboo shoot contains HCN (cyanide acid) which is a toxic compound in a form of taxiphylin glycoside in various gradients. The right bamboo shoots processing before it is been consumed is necessary, so that the bamboo shoot is safe to be consumed. One of the bamboo shoot processing that can decrease the cyanide acid level is fermentation using salt solution. The aim of this research is to fnd out about the difference on cyanide acid level on bamboo shoot before and after fermentation using salt solution 2%, 3%, 4%, and 5% for 7 days. The research design used is quasy experimental using purposive sampling with 25 samples.The determination method of cyanide acid level used was ion selective electrode. This method is based on the measurement of electrical voltage contained in destilat with ion exchange substance solid form in electrode surface made from the mixture of silver compounds inorganic conductive which is soluble in water. Based on the research the average cyanide acid level before fermentation was 96.27 mg/kg, after fermentation using salt solution 2% was 18,86 mg/kg, after fermentation using salt solution 3% was 10,71 mg/kg, after fermentation using salt solution 4% was 3,41 mg/kg and after fermentation using salt solution5% was 0,67 mg/kg. From the anava test performed, the result was p = 0,000 (p<0,005) which means there is signifcant difference of cyanide acid level on bamboo shoot before and after fermentation using salt solution 2%, 3%, 4%, and 5% for 7 days.Abstrak: Rebung memiliki nilai gizi yang cukup baik akan tetapi rebung bambu mengandung HCN (asam sianida) yang merupakan senyawa beracun dalam bentuk glikosida taxiphylin dengan tingkat yang beragam. Pengolahan rebung yang tepat sebelum dikonsumsi sangat diperlukan agar rebung aman untuk dikonsumsi. Salah satu cara pengolahan rebung yang dapat menurunkan kadar asam sianida adalah fermentasi menggunakan larutan garam.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar asam sianida pada rebung sebelum dan sesudah difermentasi dengan larutan garam 2%, 3%, 4%, 5% selama 7 hari. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu menggunakan purposive sampling sebanyak 25 sampel. Metode penetapan kadar asam sianida menggunakan elektroda selektif ion. Metode ini didasarkan kepada pengukuran tegangan listrik yang dihasilkan akibat terjadinya proses pertukaran anion/kation antara ion sianida yang ada dalam destilat dengan zat penukar ion bentuk padat pada permukaan elektroda yang terbuat dari campuran senyawa-senyawa perak anorganik konduktif yang bersifat sukar larut dalam air.Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kadar asam sianida sebelum difermentasi adalah 96.27 mg/kg, sesudah difermentasi dengan larutan garam 2% adalah 18,86 mg/kg, sesudah difermentasi dengan larutan garam 3% adalah 10,71 mg/kg, sesudah difermentasi dengan larutan garam 4% adalah 3,41 mg/kg dan sesudah difermentasi dengan larutan garam 5% adalah 0,67 mg/kg. Dari uji anava didapatkan hasil p = 0,000 ( p < 0,005) berarti terdapat perbedaan kadar asam sianida pada rebung sebelum dan sesudah difermentasi dengan larutan garam 2%, 3%, 4%, 5% selama 7 hari.
Pengaruh Perendaman Larutan Kapur Sirih terhadap Kadar Asam Sianida pada Biji Karet Ratih Indrawati; Gervacia Jenny Ratnawaty
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.98

Abstract

Abstract: Rubber seeds contain high protein, but there is also toxin called hydrogen cyanide (HCN), with cyanide content of 330 mg of every 100 g. Cyanide levels contained in rubber seeds are quite high. The effort to lower the cyanide level is by immersion in a solution of whiting. The purpose of this research was to determine the influence of dyeing in various concentration of lime betel leaf (0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% and 1,5%) for 6 hours to cyanide acid level in rubber seed. The method of cyanide acid content determination using ion selective electrode with 30 samples determined by purposive sampling. While the research method used was quasi-experimental with statistical analysis using ANOVA test. Based on the research result, the average of cyanide acid content in the rubber seeds without dyeing was 4666,625 mg/kg, after dyeing in the lime solution for 6 hours with concentration 0,3% equal to 59,60 mg/kg, concentration 0,6% was 33.25 mg/kg, 0.9% concentration was 16.70 mg/kg, concentration of 1.2% was 28.70 mg/kg, and after dyeing in 1.5% concentration was 32.775 mg/kg. Statistically obtained p-value = 0.000 (p <0,05) so that there was influence of immersion of lime betel solution in various concentration to cyanide acid level in rubber seed.Abstrak: Biji karet mempunyai kandungan protein yang tinggi, namun didalamnya terdapat suatu racun yaitu hydrogen cyanide (HCN), dengan kadar sianida 330 mg dari setiap 100 g. Kadar sianida yang terkandung pada biji karet tergolong tinggi. Upaya untuk menurunkan kadar sianida adalah dengan melakukan perendaman dalam larutan kapur sirih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman larutan kapur sirih dalam berbagai konsentrasi yaitu 0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% dan 1,5% selama 6 jam terhadap kadar asam sianida pada biji karet. Metode penetapan kadar asam sianida menggunakan elektrode selektif ion dengan sampel penelitian sebanyak 30 sampel yang ditentukan secara purposive sampling. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan analisis statistik menggunakan uji Anova. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar asam sianida pada biji karet tanpa perendaman yaitu 4666,625 mg/kg, sesudah direndam larutan kapur sirih selama 6 jam dengan konsentrasi 0,3% sebesar 59,60 mg/kg, konsentrasi 0,6% sebesar 33,25 mg/kg, konsentrasi 0,9% sebesar 16,70 mg/kg, konsentrasi 1,2% sebesar 28,70 mg/kg, dan sesudah direndam konsentrasi 1,5% sebesar 32,775 mg/kg. Secara statistik diperoleh nilai p=0,000 (p < 0,05) sehingga ada pengaruh perendaman larutan kapur sirih dalam berbagai konsentrasi terhadap kadar asam sianida pada biji karet.
Antioxidant Activity Of Methanol Extract Of Kesum Leaves (Polygonum Minus Huds.) DPPH MethodAktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum Minus Huds.) Metode DPPH Indah Purwaningsih; Reskiya Sapriani; Ratih Indrawati
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i2.156

Abstract

Abstract: Kesum Plants (Polygonum minus) is one of the endemic plants in West Borneo containing phenolic compounds, steroids, flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, and beta-carotene. Phenolic, flavonoids and beta-carotene are antioxidant compounds. Most phenolic and flavonoid groups are polar compounds. Therefore, in this research used methanol solvent as representative of polar solvent. The purpose of this research  was to know the difference of antioxidant activity of methanol extract of kesum leaves with vitamin C. The extraction  is done by maseration for 3 x 24 hours, where the solvent is changed every 24 hours. The method used to measure antioxidant activity is the DPPH method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The samples used in this paper are methanol extract of  kesum leaves in 80, 65, 50, 35, and 20 ppm with five replications. The comparator used is vitamin C. The result of the research showed that IC50 of methanol extract was 20,632 ppm and IC50 of vitamin C 6,175 ppm. Based on the results of this study it can be concluded that vitamin C and methanol extract of serum leaves have a very strong antioxidant activity.Abstrak: Tanaman Kesum (Polygonum minus) merupakan salah satu tanaman endemik di wilayah Kalimantan Barat yang mengandung senyawa golongan fenolik, steroid, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan betakaroten. Golongan fenolik, flavonoid dan betakaroten merupakan senyawa antioksidan. Sebagian besar golongan fenolik dan flavonoid merupakan senyawa polar. Maka dari itu, pada penelitian ini digunakan pelarut metanol sebagai perwakilan pelarut polar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun kesum terhadap vitamin C. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi selama 3 x 24 jam, dimana pelarutnya diganti setiap 24 jam sekali. Metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan adalah metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstrak metanol daun kesum konsentrasi 80, 65, 50, 35, dan 20 ppm dengan pengulangan sebanyak lima kali. Pembanding yang digunakan adalah vitamin C. Hasil penelitian didapatkan IC50 ekstrak metanol daun kesum sebesar 20.632 ppm dan IC50 vitamin C sebesar 6.175 ppm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa vitamin C dan ekstrak metanol daun kesum memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat.
Analisis Kadar Asam Sianida pada Rebung Bambu Sebelum dan Sesudah Pengukusan Selama 10, 15, dan 20 Menit Metode Elektroda Selektif Ion Gervacia Jenny Ratnawati; Ratih Indrawati
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.89

Abstract

Abstract: Bamboo shoots is a kind of famous vegetables and consumed by people from various part of the world. Nutritional content of bamboo shoots are good but bamboo shoots also contain HCN (Cyanide Acid) which is dangerous if not treated properly. There are some ways to reduce the level of cyanide acid in the bamboo shoot, one of them is steaming technique. The purpose of this research was to know the difference of cyanide acid level in bamboo shoots before and after 10, 15, and 20 minutes steaming treatment. The research design used was quasi-experiment on 24 chosen samples with purposive sampling. The method used was ion selective electrode method and analyzed with ANOVA test. Based on the result of research obtained that the average of cyanide acid in bamboo shoots before steaming amount as 102,4983 mg/kg, after 10 minutes steaming was 67,8983 mg/kg, after 15 minutes steaming was 51,3617 mg/kg, and after 20 minutes steaming was 40.8283 mg/kg. The result of ANOVA test obtained p = 0.0001 (p <0,05) which showed that there was a difference of cyanide acid level in the bamboo shoot before and after 10, 15, and 20 minutes-steaming.Abstrak: Rebung merupakan salah satu jenis sayuran yang sudah dikenal dan dikonsumsi oleh manusia di berbagai belahan dunia. Kandungan gizi yang dimiliki rebung cukup baik akan tetapi rebung juga mengandung HCN (Asam Sianida) yang berbahaya jika tidak diolah dengan baik. Ada beberapa cara untuk menurunkan kadar asam sianida pada rebung salah satunya adalah teknik pengukusan. Tujuan  penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kadar asam sianida pada rebung bambu sebelum dan setelah pengukusan selama 10, 15, dan 20 menit. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu pada 24 sampel penelitian diperoleh dengan purposive sampling. Metode yang digunakan adalah metode elektroda selektif ion dan dianalisis menggunakan uji Anova. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil rata-rata kadar asam sianida pada rebung bambu sebelum pengukusan adalah 102,4983 mg/kg, setelah pengukusan selama 10 menit adalah 67,8983 mg/kg, setelah pengukusan selama 15 menit adalah 51,3617 mg/kg, dan setelah pengukusan selama 20 menit adalah 40,8283 mg/kg. Hasil uji anova didapatkan hasil p=0,0001 (p < 0,05) dimana menunjukkan terdapat perbedaan kadar asam sianida pada rebung bambu sebelum dan setelah pengukusan selama 10, 15, dan 20 menit.
Perbedaan Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur Gali Di Dusun Wonodadi RT 07/ RW 10 yang Diberi PAC dengan yang Diberi Tawas Mutmainah Kartini; Ratih Indrawati; Suwono Suwono
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 1 (2018): November 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i1.319

Abstract

Abstract: Water is one of the important components in human life. The results of observations by researcher, the Wonodadi Hamlet  RT 07 / RW 10 people using dig well water as clean water source. The dig well water used contains high Fe content, so the people adds PAC and alum (Aluminum Sulfate) before using water to reduce Fe content. The purpose of this research was to analyze the difference of Fe content in dug well water in Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10 which was PAC (Poly Aluminum Chloride) added with alum (Aluminum Sulfate) added. The research design used was quasi experimental research because it did not use the actual research design. The samples were dig well water treated by PAC 100 mg and alum 150 mg adds in every 1000 ml sample. The number of samples in this reserch was determined by replication formula, 16 samples of dig well water were PAC added and 16 samples of dig well water were alum added so that 32 samples were obtained. Samples of dig well water were taken at Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10. Analysis of Fe content in this research using AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) method. The average of Fe content in the dig well water added by PAC was 0,9513 ppm. The average of Fe content in dig well water which was added by alum was 1,6735 ppm. Hypothesis in this research is alternative hypothesis (Ha) that there is difference of Fe content on dig well water in Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10 which PAC added with alum added. The result of computerized data processing through Paired T-Test obtained value p = 0,000 (p <0,05). Based on these results, Ha is received means that there is a difference in Fe content dig well water in Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10 which was PAC added with alum added.Abstrak: Air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia. Hasil observasi yang dilakukan peneliti, masyarakat Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih. Air sumur gali yang digunakan mengandung kadar Fe tinggi, sehingga masyarakat tersebut menambahkan PAC dan tawas (Aluminium Sulfat) sebelum menggunakan air untuk menurunkan kadar Fe. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan kadar Fe pada air sumur gali di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 yang diberi PAC (Poly Aluminium Chloride) dengan yang diberi tawas (Aluminium Sulfat). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimen karena tidak menggunakan rancangan penelitian yang sebenarnya. Sampel penelitian berupa air sumur gali yang diberi perlakuan dengan menambahkan PAC 100 mg dan tawas 150 mg pada setiap 1000 ml sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus replikasi, 16 sampel air sumur gali diberi PAC dan 16 sampel air sumur gali diberi tawas sehingga didapat 32 sampel. Sampel air sumur gali diambil di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10. Analisa penentuan kadar Fe dalam penelitian ini menggunakan metode AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer). Rata-rata kadar Fe pada air sumur gali yang ditambahkan PAC adalah 0,9513 ppm. Rata-rata kadar Fe pada air sumur gali yang ditambahkan tawas adalah 1,6735 ppm. Hipotesis pada penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada perbedaan kadar Fe pada air sumur gali di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 yang diberi PAC dengan yang diberi tawas. Hasil pengolahan data secara komputerisasi melalui uji Paired T-Test diperoleh nilai p = 0,000 ( p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, Ha diterima artinya ada perbedaan kadar Fe pada air sumur gali di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 yang diberi PAC dengan yang diberi tawas.
Pemanfaatan Fitoremediasi Dengan Melati Air (Echinodorus palaefolius) Dalam Menurunkan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Air Linbah Karet Di Siantan Hilir Pontianak Arifah, Rizki Zanuba; Triana, Linda; Indrawati, Ratih
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 6, No 2 (2023): MEI 2023
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v6i2.898

Abstract

Udara yang tidak bersih dapat membahayakan kehidupan manusia atau hewan. Sisa udara yang dibuang oleh pabrik industri diantaranya adalah air limbah pabrik jika tidak diolah dengan optimal, sehingga dapat menurunkan jumlah oksigen dalam udara dan mengakibatkan nilai COD menjadi tinggi. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang relatif murah yaitu pengolahan dengan fitoremediasi menggunakan tanaman melati air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan fitoremediasi dengan variasi variasi perendaman melati air dalam menurunkan kadar COD pada air limbah karet di Siantan Hilir Kota Pontianak. Desain penelitian pencarian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen.Pengolahan ini dilakukan dengan cara fitoremediasi dengan air limbah karet selama 4 hari, 8 hari, dan 12 hari. Hasil pengujian dengan melati air dapat menurunkan kadar COD mencapai 85,20% dari 660,83 mg/l menjadi 97,75 mg/l. Dengan metode pengukuran COD menggunakan Close Reflux . hasil Berdasarkan penelitian dan pengolahan data secara komputerisasi dengan uji Regresi Linier Sederhana diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05). Sehingga dapat diterima karena adanya pengaruh variasi lama perendaman dengan melati air dalam proses fitoremediasi dalam menurunkan kadar COD pada air limbah karet di Siantan Hilir Pontianak.
Analisis Kadar Bilangan Peroksida Pada Minyak Kelapa Yang Ditambahkan Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Dengan Metode Iodometri manik, desima; Sungkawa, Hendra Budi; Indrawati, Ratih
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 5, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v5i2.976

Abstract

Processing of coconut oil among the people is still mostly done traditionally by heating. The oil produced has poor quality and is easily rancid. This is because heating can change the oil structure. To overcome this, we need a way that can produce quality oil with a long shelf life. Therefore, there is a need for substances that can improve the quality of oil, named antioxidants. One of the natural antioxidants that can be utilized is soursop leaves. Antioxidants in soursop leaves are acetogenin, steroids, flavonoids, glycosides, interquinone and other active substances.This study aims to analyze the effect of adding soursop leaves to the value of peroxide in coconut oil with iodometry method. The method used in this study was quasi experimental with purposive sampling. The population in this study was coconut oil. The samples in this study are coconut oil without the addition of soursop leaves and coconut oil which was added to the soursop leaves with a concentration of 1.25%, 2.5% and 5%. Based on the results of the statistical analysis of linear regression, it was found that p value = 0.038 <a 0.05 so that there was an effect of adding soursop leaves to the value of peroxide in coconut oil with a contribution of 92.5%. 
Analisis Kadar Vitamin C Infused Water Lemon (Citrus lemon) Dan Kiwi (Actinidia deliciosa) Terhadap Lama Perendaman Sari, Emilda; Napitupulu, Angel Ruth; Indrawati, Ratih
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 5, No 1 (2021): November 2021
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v5i1.947

Abstract

Alternatif untuk mendorong orang minum air putih lebih banyak salah satunya adalah Infused water. Infused water atau spa water adalah air putih dengan irisan buah atau sayuran segar di dalamnya. Proses tersebut membuat sari-sari dari buah yang direndam dalam air putih akan keluar dan air putih tersebut akan memberikan manfaat yang lebih, Salah satunya adalah kandungan vitamin C dari buah yang akan larut dalam air. Pembuatan infused water tidak memiliki standar baku, sehingga dalam proses perendaman memiliki bermacam-macam variasi waktu. Semakin lama waktu perendaman memungkinkan vitamin C lebih banyak mengalami leaching ke dalam larutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman terhadap kadar vitamin C infused water lemon (Citrus limon) dan kiwi (Actinidia deliciosa). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pertanian Politeknik Negeri Pontianak pada tanggal 20 Mei 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah infused water lemon dan kiwi dengan perendaman selama 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan banyaknya pengulangan pada tiap kelompok perlakuan adalah 6, dengan total sampel 24. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode spektrofotometri. Hasil pemeriksaan kadar Vitamin C Infused Water lemon dan kiwi pada lama perendaman 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam diperoleh kadar vitamin C rata-rata sebesar 11,91 ppm, 13,53 ppm, 15,90 ppm, 18,00 ppm. Hasil pemeriksaan dianalisa dengan uji regresi linier didapatkan hasil nilai signifikansi p = 0,000< 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh lama perendaman terhadap kadar vitamin C infused water lemon (Citrus limon) dan kiwi (Actinidia deliciosa). 
Analisis Kadar Karbohidrat Pada Nasi Merah Dengan Metode Nelson-Somogyi Triana, Linda; Febriyanti, Monica Ayu; Indrawati, Ratih
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 4, No 2 (2021): Mei 2021
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v4i2.958

Abstract

Beras merah adalah salah satu jenis beras yang lebih difungsikan sebagai salah satu menu diet sehat yang dapat membantu menurunkan berat badan. Hal ini dikarenakan didalam beras merah memiliki peranan baik bagi kesehatan diantaranya vitamin B dan vitamin E ,serat, mineral, dan zat gizi lainnya. Selain digunakan sebagai salah satu menu diet, beras merah juga memiliki manfaat bagi kesehatan dan dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit di dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar karbohidrat nasi merah dengan pemanasan selama 6 jam, nasi merah yang didinginkan selama 6 jam dan nasi merah yang di dinginkan selama 6 jam lalu dipanaskan kembali selama 5 menit. Penelitian ini di lakukan di laboratorium Pertanian Politeknik Negeri Pontianak pada tanggal 20 Mei 2019. Sampel pada penelitian ini adalah nasi merah yang sudah masak dengan pemanasan selama 6 jam, nasi merah yang di dinginkan selama 6 jam dan nasi merah yang di dinginkan selama 6 jam lalu di panaskan kembali selama 5 menit. Metode Pemeriksaan yang di gunakan dalam pemeriksan ialah metode Nelson-Somogyi. Hasil pemeriksaan kadar karbohidrat pada nasi merah yang sudah masak dengan pemanasan 6 jam rata-rata sebesar 6.664 %, Kadar karbohidrat pada nasi merah yang didinginkan selama 6 jam didapatkan rata-rata sebesar 11,0680 %, dan Kadar karbohidrat pada nasi merah yang di dinginkan selama 6 jam lalu dipanaskan kembali selama 5 menit didapatkan rata-rata sebesar 8,350 %. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai signifikan p = 0,025 (p<0,050) sehingga Ha di terima yang artinya ada perbedaan kadar karbohidrat pada nasi merah dengan pemanasan selama 6 jam, nasi merah yang di dinginkan selama 6 jam dan nasi merah yang didinginkan selama 6 jam lalu di panaskan kembali selama 5 menit.