Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KARAKTERISASI FLAVONOID DARI DAUN MUNDU (Garcinia dulcis [ROXB.] KURZ) SEBAGAI PENGOMPLEKS Pb (II) Emilda Sari; Ari Widiyantoro; Gusrizal Gusrizal
Indonesian Journal of Pure and Applied Chemistry Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2473.114 KB) | DOI: 10.26418/indonesian.v2i1.36946

Abstract

Pb (II) merupakan salah satu zat beracun dan berbahaya. Keberadaannya dalam tubuh manusia dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi flavonoid yang diisolasi dari daun mundu (Garcinia dulcis) sebagai pengompleks logam Pb (II). Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi persiapan sampel kemudian ekstraksi, isolasi, dan pemurnian senyawa menggunakan metode kromatografi vakum cair (KVC), kromatografi kolom gravitasi (KKG), dan kromatografi lapis tipis (KLT), sedangkan identifikasi senyawa dilakukan menggunakan spektroskopi ultraungu-tampak (UV-Vis) dan inframerah (IR) serta 1H-NMR. Penelitian ini telah berhasil memperoleh 6 fraksi gabungan dari KVC dan 6 fraksi gabungan dari proses KKG. Pada fraksi F4.1 dari KKG dilakukan pemurnian lebih lanjut dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif sehingga diperoleh 5 isolat. Pada isolat F4.1.3 dilakukan pengujian keberadaan flavonoid dengan uji fitokimia dan hasilnya positif mengandung fenolik dan flavonoid. Selanjutnya isolat tersebut dilakukan pengujian aktivitas pengompleks terhadap logam Pb (II) 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm. Berdasarkan hasil pengujian UV-Vis, isolat F4.1.3 terdapat dua pita pada 287 nm dan 291 nm yang menunjukkan adanya karakteristik senyawa flavonoid. Pergeseran batokromik dari 287 nm dan 291 menjadi 289 dan 293 nm ini setelah penambahan Pb (II) menunjukkan bahwa isolat memiliki kemampuan mengkompleks Pb (II). Hasil analisis spektra inframerah (IR) dan 1H-NMR diduga isolat F41.3 adalah senyawa 5,8,4’–trihidroksi-flavan.
ANALISIS DAYA HAMBAT FORMULA ANTISEPTIK GEL PEMBERSIH TANGAN DAUN MANGROVE TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus edy suwandi; Kamarudin; Ratih Indrawati; Emilda Sari; Sugito
Jurnal Ilmiah Umum dan Kesehatan Aisyiyah Vol. 8 No. 1 (2023): JAKIYAH VOL. 8 NO. 1 JUNI 2023
Publisher : Program Studi Kebidanan Politeknik Aisyiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang:  Penggunaan antiseptik tangan diperlukan sebagai salah satu upaya dalam menjaga kebersihan tangan. Namun antiseptik tangan yang beredar dalam pasaran terbuat dari bahan utama alkohol dengan konsentrasi ± 50% sampai 70%. Kandungan alkohol pada hand sanitizer apabila digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan rasa terbakar, kulit kering, iritasi, dan tidak dapat digunakan pada kulit luka. Oleh karena itu, diperlukan antiseptik tangan berbahan dasar dari bahan alam yang mempunyai aktivitas daya hambat terhadap bakteri dan aman apabila diaplikasikan pada telapak tangan secara berulang. Salah satu bahan alam yang dapat bersifat sebagai antibakteri adalah daun Mangrove. Daun Mangrove mengandung senyawa bioaktif antibakteri jenis alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Tujuan: Penelitian bertujuan menjelaskan perbedaan daya hambat antara formula 1, formula 2 dan formula 3 antiseptik gel pembersih tangan daun Mangrove terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Metode: Desain penelitian yang digunakan yaitu quazi experiment. Pada penelitian menggunakan sampel antiseptik gel pembersih tangan daun Mangrove formula 1, formula 2 dan formula 3 dengan sepuluh kali replikasi setiap perlakuan. Untuk uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi Kirby Bauer. Hasil penelitian: Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, zona hambat yang terbentuk pada formula 1 rata-rata 9,90 mm, formula 2 rata-rata 12,80 mm dan formula 3 rata-rata 16,00 mm. Hasil analisis statistik menggunakan uji Friedman didapatkan p value = 0,000 < a 0,05. Simpulan: Terdapat perbedaan daya hambat antiseptik gel pembersih tangan daun Mangrove formula 1, formula 2 dan formula 3  terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Daya Hambat Air Perasan Rimpang Jeringau Merah Dan Rimpang Jeringau Putih Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Metode Difusi Sari, Emilda; Triana, Linda; Suwandi, Edy
Jurnal Kesehatan Vol 13 No 2 (2022): Jurnal Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v13i2.3081

Abstract

Jeringau merupakan tanaman tahunan yang mudah dibudidayakan, khususnya di daerah rawa atau di daerah dengan air. Jeringau merupakan tumbuhan yang banyak dimanfaatkan bagian rimpangnya dan secara empiris dipercaya dapat digunakan sebagai obat. Rimpang Jeringau memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antijamur dan insektisida. Rimpang Jeringau menunjukkan adanya aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Rimpang Jeringau memiliki jenis yakni Jeringau Merah dan Jeringau Putih. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan daya hambat air perasan Rimpang Jeringau Merah dan Rimpang Jeringau Putih terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus metode difusi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan teknik sampling purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah air perasan Rimpang Jeringau Merah dan Rimpang Jeringau Putih yang direplikasi masing-masing sebanyak 16 kali sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini ada 32 sampel. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rerata zona hambat air perasan Rimpang Jeringau Merah 17,37 mm dengan kategori kuat dan rerata zona hambat air perasan Rimpang Jeringau Putih 10,19 mm dengan kategori lemah. Hasil analisis statistik Mann Whitney didapatkan nilai signifikansi p value 0,000 ≤ 0,05 sehingga dinyatakan bahwa hipotesis alternatif diterima yaitu terdapat perbedaan daya hambat air perasan jeringau merah dan jeringau putih terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus metode difusi.
Potensi Air Perasan Kunyit Putih, Kunyit Kuning Dan Kunyit Hitam Terhadap Bakteri Escherichia coli Penyebab Diare Sari, Emilda; Suwandi, Edy; Triana, Linda; Nurhidayattulloh, Ariffialdi
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 7, No 2 (2024): Mei 2024
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v7i2.1392

Abstract

Turmeric is a herbal plant that is widely used by the public (Curcuma domestica Val) which is proven to contain ingredients that can function as an antibacterial. The antibacterial properties of turmeric rhizomes are caused by its main chemical content, namely curcuminoids and essential oils. Other active substances in turmeric that can be used as antibacterials are flavonoids, alkaloids and tannins. This compound functions as an antibacterial.This research aims to explain the differences in the inhibitory power of White Turmeric, Yellow Turmeric and Black Turmeric juice against Escherichia coli bacteria. The research design used was quasi-experimental. The samples in this study were the juice of White Turmeric, Yellow Turmeric and Black Turmeric which was repeated 10 times for each treatment.Based on the research results, it is known that white turmeric rhizome juice has an average barrier potential of 33.7 mm against Escherichia coli bacteria. This is no different from the juice of Yellow Turmeric rhizomes which has an average barrier potential of 32.7 mm against Escherichia coli bacteria. Meanwhile, the juice from Black Turmeric has a smaller potential resistance compared to the juice from the rhizomes of White Turmeric and Yellow Turmeric, namely an average of 26.2 mm.
Perbedaan Pemberian Tablet Fe Dan Pisang Nangka Terhadap Kadar Hemoglobin Secara In-Vivo Herfani, Kurnia; Wahdaniah, Wahdaniah; Sari, Emilda
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 3, No 1 (2019): November 2019
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v3i1.957

Abstract

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu mememnuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruhan jaringan. Anemia biasanya disebabkan karena kekurangan unsur zat besi atau yang iasanya disebut dengan anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanayk didunia. Pisang memilikikandungan zat besi sekitar 5mg meskipun lebih rendah kandungannya zat besinya dibandinkan dengan kedelai tapi pisang banyak mengandung asam folat atau vitamin B6 yang larut dalam air, yang diperlukan untuk membuat asam nukleat dan hemoglobin dalam sel darah merah. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pisang nangka terhadap kadar hemoglobin tikus. Jenis penelitian true eksperimen One-Group Pretest-Posttest Desiggn. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih betinna galur witar. Besar sampelnya adalah 27 tikus 3 kelompok perlakuan. Pengecekan kadar hemoglobin dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.Tikus yang diintervesi dengan pemberian pisang mengalami kenaikan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 17,7 gr/dl menjadi 18,4 gr/dl. Untuk mengetahui perbedaan pemberian tablet Fe dan pisang terhadap kadr hemoglobin tikus.
Perbedaan Kadar Formalin Pada Ikan Asin Gabus Sebelum Dan Sesudah Perendaman Triana, Linda; Wahdaniah, Wahdaniah; Sari, Emilda
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 7, No 1 (2023): NOVEMBER 2023
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v7i1.1256

Abstract

Maraknya penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya yaitu formalin pada ikan asin dikarenakan formalin merupakan zat pengawet yang mudah didapatkan dengan harga yang murah. Pada ikan asin penggunaan formalin selain bertujuan untuk pengawetan agar ikan asin  tidak ditumbuhi jamur. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan kadar formalin pada ikan asin gabus berformalin sebelum dan sesudah perendaman pada suhu 20°C, 70°C, dan 100°C. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental (experiment), sampel yang digunakan adalah ikan asin gabus yang mengandung formalin. Jumlah pengulangan setiap perlakuan sebanyak enam kali dengan jumlah sampel sebanyak 24 sampel. Hasil penelitian rata-rata kadar formalin pada ikan asin gabus berformalin 3,14 mg/kg, setelah direndam selama 5 menit pada suhu 20ºC, 70°C dan 100°C secara berturut-turut adalah 3,01 mg/kg, 2,11 mg/kg, dan 1,68 mg/kg, penurunan kadar formalin sebesar 4,14%; 32,80% dan 46,50%. Berdasarkan hasil uji Friedman didapatkan hasil p = 0,000 < 0,05 maka dapat diketahui ada perbedaan kadar formalin pada ikan asin gabus berformalin sebelum dan sesudah perendaman pada suhu 20°C, 70°C, 100°C.
Analisis Kadar Vitamin C Infused Water Lemon (Citrus lemon) Dan Kiwi (Actinidia deliciosa) Terhadap Lama Perendaman Sari, Emilda; Napitupulu, Angel Ruth; Indrawati, Ratih
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 5, No 1 (2021): November 2021
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v5i1.947

Abstract

Alternatif untuk mendorong orang minum air putih lebih banyak salah satunya adalah Infused water. Infused water atau spa water adalah air putih dengan irisan buah atau sayuran segar di dalamnya. Proses tersebut membuat sari-sari dari buah yang direndam dalam air putih akan keluar dan air putih tersebut akan memberikan manfaat yang lebih, Salah satunya adalah kandungan vitamin C dari buah yang akan larut dalam air. Pembuatan infused water tidak memiliki standar baku, sehingga dalam proses perendaman memiliki bermacam-macam variasi waktu. Semakin lama waktu perendaman memungkinkan vitamin C lebih banyak mengalami leaching ke dalam larutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman terhadap kadar vitamin C infused water lemon (Citrus limon) dan kiwi (Actinidia deliciosa). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pertanian Politeknik Negeri Pontianak pada tanggal 20 Mei 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah infused water lemon dan kiwi dengan perendaman selama 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan banyaknya pengulangan pada tiap kelompok perlakuan adalah 6, dengan total sampel 24. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode spektrofotometri. Hasil pemeriksaan kadar Vitamin C Infused Water lemon dan kiwi pada lama perendaman 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam diperoleh kadar vitamin C rata-rata sebesar 11,91 ppm, 13,53 ppm, 15,90 ppm, 18,00 ppm. Hasil pemeriksaan dianalisa dengan uji regresi linier didapatkan hasil nilai signifikansi p = 0,000< 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh lama perendaman terhadap kadar vitamin C infused water lemon (Citrus limon) dan kiwi (Actinidia deliciosa). 
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aures Dan Pseudomonas aeruginosa Metode Difusi Triana, Linda; Fikani, Malida; Sari, Emilda
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 3, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v3i2.932

Abstract

Mikania micrantha kunth atau dikenal dengan nama sembung rambat adalah salah satu spesies dari family Asteraceae. Tumbuhan ini telah digunakan sebagai obat tradisional, seperti mengobati gigitan serangga, gatal-gatal kulit, juga dapat mengobati diabetes, strok dan hipertensi. Zat aktif yang dikandung daun sembung rambat yang disebut sebagai antibakteri yaitu flavonoid dan tanin. Staphylococcus aureus bakteri jenis ini sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Pseudomonas aeruginosa bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka bakar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh ekstrak metanol daun sembung rambat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa metode difusi. Sampel yang digunakan adalah ekstrak metanol daun sembung rambat dengan konsentrasi 5, 10 dan 15% dengan penggulangan sembilan kali, sehingga banyaknya sampel adalah 27 sampel. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran zona hambat pada uji bakteri Staphylococcus aureus didapatkan rata-rata zona hambat pada konsentrasi 5% didapat 7 mm, pada konsentrasi 10% didapat 10 mm dan konsentrasi 15% didapat 1 1 mm. Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak terdapat zona hambat. Penelitian ini dibuktikan secara statistik dengan menggunakan uji Spearman 's dimana p (0,000) < a (0,05) yang berarti Ha diterima, sehingga dinyatakan bahwa ada pengaruh ekstrak metanol daun sembung rambat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Perbedaan Kadar PO43- Pada Air Sebelum dan Setelah Penambahan Cangkang Telur Ayam Sari, Emilda; Asriyani, Tika; Indrawati, Ratih
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 3, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v3i2.933

Abstract

Tingginya aktivitas mencuci menggunakan deterjen yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan limbah domestik berupa tingginya kadar ion fosfat (PO) air limbah yang dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan, diantaranya adalah menimbulkan cutrofikasi atau blooming algae yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam perairan sehingga menyebabkan terjadnya kematian ikan dan biota perairan lainnya. Permasalahan lainnya adalah adanya cyanobacteria (blue-green-algae) yang mengandung toksin sehingga membawa resiko kesehatan bagi manusia. Penurunan kadar PO dapat dilakukan dengan metode adsorpsi menggunakan bahan alami seperti cangkang telur ayam Cangkang telur ayam mengandung CaCO sebanyak 94 % dan memiliki 10.000-20.000 pori-pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solute dan dapat digunakan sebagai adsorben Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kadar PO," pada air sebelum dan setelah penambahan cangkang telur ayam. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental semu yang ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 24 sampel. Metode penetapan kadar PO yang digunakan adalah spektrofotometri. Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan uji statistik One Way Anova diperoleh nilai sig p-0,715 atau p>0,05 pada tingkat kepercayaan 95% maka Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar PO," pada air sebelum dan setelah penambahan cangkang telur ayam. 
ANALISIS KADAR ASAM ASETAT (CH3COOH) PADA BUAH PISANG AMBON YANG DIFERMENTASI SELAMA 7, 10, 14, DAN 21 HARI Triana, Linda; Ratnawati, Gervacia Jenny; Kurniati, Iis; Sari, Emilda
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 5, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v5i2.973

Abstract

Banana trees are plants that come from the humid tropics and include herbaceous plants from Southeast Asia, including Indonesian. Several types of bananas are scattered in various parts of Indonesia, namely Ambon bananas, Ambon moss bananas, Barangan bananas, Emas bananas, Kepok bananas, Lampung bananas, jackfruit bananas, horn bananas, and Raja Bulu bananas.One of the food ingredients that can be processed into processed products that have commercial value is bananas. Processing of bananas consists of two processing groups, that is: processing of unripe bananas and processing of ripe (ripe) bananas. One of the processing of ripe bananas can be done by fermentation. The end products of fermentation include energy, carbon dioxide, ethanol, ammonia, lactic acid, and acetic acid. Normally, acetic acid can be consumed after ripe bananas have been fermented for at least 3 days. Making acetic acid with bananas as raw material is called banana vinegar. This study aimed to observe differences in the levels of acetic acid (CH3COOH) in Ambon bananas fermented for 7, 10, 14, and 21 days. The results of the study on average levels of acetic acid in Ambon bananas fermented for 7, 10, 14 and 21 days were 0.59%, 0.68%, 0.77% and 0.84%. And from the results of statistic (p = 0.062 at the 95% confidence level (p > 0.05)).