Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PENYULUHAN TENTANG PENGGUNAAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) DAN PAC (Poly Aluminium Cloride ) DALAM MENURUNKAN ZAT ORGANIK PADA AIR GAMBUT Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati; Maulidiyah Salim
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 4, No 1 (2022): BUDIMAS : VOL. 04 NO. 01, 2022
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v4i1.3789

Abstract

Air bersih merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Air gambut berwarna kecoklatan karena kandungan bahan organik yang tinggi. Pada daerah bergambut, umumnya air permukaan yang tersedia sebagai sumber air baku masih sulit dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan air permukaan daerah tersebut berwarna kuning atau coklat dan mengandung bahan organik yang tinggi serta bersifat asam sehingga perlu pengolahan sebelum digunakan. Salah satu sumber air permukaan yang ada di Kalimantan Barat adalah air gambut yang mempunyai kekeruhan rendah, berwarna coklat tua sampai kehitaman (124 - 850 unit PtCo), kadar organik yang tinggi (138-1560 mg/L KMnO4), serta bersifat asam (pH 3,7 – 5,3) Bahan organik alami (natural organik matter, NOM) yang terdapat dalam air gambut akan memberikan estetika yang kurang baik pada warna, rasa dan bau air. Bahan organik alami dapat dihilangkan melalui beberapa proses pengolahan. Proses pengolahan yang paling umum dan ekonomis untuk mengurangi NOM adalah koagulasi dan flokulasi. Serbuk biji Kelor bertindak sebagai koagulan alami, mampu menjernihkan air keruh. Bahkan, serbuk biji Kelor ini dapat digunakan sebagai metode yang paling cepat dan sederhana untuk membersihkan air kotor. Metode pengabdian dilakukan dengan cara ceramah tentang Penggunaan Daun Kelor ( Moringa oleifera ) dan PAC ( Poly Aluminium Cloride) Dalam Menurunkan Zat Orgnik Pada Air Gambut di Desa Rasau Jaya Umum Kabupaten Kubu Raya. Hasil penyuluhan tersebut diharapkan masyarakat Desa Rasau Jaya Umum dapat memanfaatkan bahan alami daun kelor dalam proses menurunkan zat organic pada air gambut.
Analisis Kadar Fe pada Lemiding Tua dan Muda di Wilayah Kubu Raya Kalimantan Barat Gervacia Jenny Ratnawati; Ratih Indrawati
Health Information : Jurnal Penelitian Vol 11 No 1 (2019): Januari-Juni
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.556 KB) | DOI: 10.36990/hijp.v11i1.121

Abstract

Lemiding (Stenochlaena Palustris) is one type of vegetable that grows on peatland, which is a type of fern or fern that is included in the kingdom of plantae and the pteridophyta division (ferns) which is commonly found in the forests of Kalimantan, especially West Kalimantan. Lemiding is one that is easy and fast to adapt to nature, so that it can grow anywhere such as on tree trunks, rotten wood or dry land, even though this local vegetable will flourish on peatlands because of the considerable water intensity facilitate breeding. In the region of West Kalimantan, Lemiding plants are usually consumed in two types, namely young lemiding (white) and old lemiding (red). Red lemiding is a green lemiding with a reddish color, while white lemiding is a green lemiding with a pale color. Lemiding in the people of Kalimantan is processed into vegetables or added as the main vegetable in the typical foods of West Kalimantan, namely spicy porridge. This study aims to determine the comparison of Fe levels in young and old Stenochlaena Palustris in the Kubu Raya Regency. The inspection methodology that will be used is using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Based on the results of the study obtained an average Fe content in young lemiding is 0.39 mg / L and old lemiding is 0.48 mg / L. Statistical test results obtained by computerized data processing throughtest Mann Whitney U obtained p value of 0.038, p <0.05, so it can be concluded that Ha is accepted which means that there are differences in Fe levels in young lemids and old lemiding.
ENKAPSULASI DAN STABILITAS PIGMEN KAROTENOID DARI BUAH ENTAWAK (Artocarpus Anisophyllus) Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati
Analit: Analytical and Environmental Chemistry Vol 8, No 1 (2023): ANALIT: ANALYTICAL AND ENVIRONMENTAL CHEMISTRY
Publisher : Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Sumatri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.291 KB) | DOI: 10.23960/aec.v8i1.2023.p77-87

Abstract

Pada penelitian ini telah dilakukan proses enkapsulasi dan stabilitas pigmen karotenoid dari buah entawak (Arthocarpus Anisophyllus). Konsentrasi Maltodekstrin sebagai penyalut yang paling efisien adalah 10%. Berdasarkan uji statistic SPSS menggunakan uji korelasi dari hasil penelitian diperoleh untuk kecepatan pengadukan terdapat pengaruh yang signifikan antara kecepatan pengadukan terhadap kadar karotenoid dengan nilai signifikansi (p) 0,000 < 0,05. Pada Uji termostabilitas yang meliputi pH dan suhu diperoleh untuk uji pH diperoleh nilai signifikan(p) 0,111 > 0,05 yang artinya tidak terdapat pengaruh kadar karotenoid terhadap pH. Dan nilai signifikansi (p) 0,871 < 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar karotenoid terhadap suhu. Sementara uji fotostanilitas yang meliputi pengaruh sinar matahari dan Sinar UV-Vis diperoleh nilai signifikansi (p) 0,047 < 0,05, dan nilai signifikansi (p) 0,008 < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh kadar karotenoid terhadap UV-VIS. Kata kunci: Enkapsulasi, Uji Stabilitas, Buah Entawak .
Pengaruh Lama Waktu Kontak Kulit Pisang Kepok ( Musa Acuminata L) Pada Minyak Goreng Bekas Terhadap Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 2, No 2 (2016): Juli 2016
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.647 KB) | DOI: 10.30602/jvk.v2i2.69

Abstract

Abstract: The Effect of The Duration of The banana Peel Dipped In Used Cooking Oil Toward The Decrease of Free Fatty Acid. The aim of this research is to determine the effect of the contact duration of kepok banana skin (Musa acuminata) on used cooking oil toward the degradation of the level of free fatty acid. The researcher conducted quasi-experimental design with the population of the used cooking oil which had been dipped with kepok banana skins within five-time treatment and it is replicated for five times with the total subject is 25 samples.The findings of the research, which was conducted in chemistry laboratory of food and beverage, showed that there was a degradation of the average level of free fatty acid in the used cooking oil before being contacted with the kepok banana skin, that was 0.66%, the degradation after being contacted with 100 grams of kepok banana skins within 1 hour was 0.62%, after being contacted within 2 hours was 0.54%, after being contacted within 3 hours was 0.41%,and within 4 hours was 0.29%. Based on the data analysis from linear regression test, it was found that p=0.026 (p>0.05) and it lead to the rejection of Ho. It means that there is a significant effect upon the contact duration of kepok banana skins toward the level of free fatty acid on used cooking oil.Abstrak: Pengaruh Lama Waktu Kontak Kulit Pisang Kepok ( Musa Acuminata L) Pada Minyak Goreng Bekas Terhadap Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh lama waktu kontak kulit pisang kepok (Musa acuminata L) pada minyak goreng bekas terhadap penurunan kadar asam lemak bebas. Jenis penelitian bersifat eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah minyak goreng bekas dan sampel yang digunakan adalah minyak goreng bekas yang sudah di rendam dengan kulit pisang kepok dengan perlakuan sebanyak 5 kali dan direplikasi sebanyak 5 kali sehingga total sampel berjumlah 25.Dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium kimia makanan dan minuman didapatkan penurunan rerata kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas sebelum di kontakkan kulit pisang kepok sebesar 0,66% , yang telah dikontakkan dengan kulit pisang kepok sebanyak 100 gr selama 1 jam sebesar 0,62% , 2 jam sebesar 0,54% , 3 jam sebesar 0,41% dan 4 jam sebesar 0,29%. Hasil analisis menggunakan uji regresi linier diketahui bahwa p=0,026 (p>0,05) maka Ho ditolak yaitu ada pengaruh waktu kontak kulit pisang kepok terhadap kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas.
Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) pada Minyak Goreng Bekas terhadap Kadar Bilangan Asam Maulidiyah Salim; Gervacia Jenny Ratnawati; Ari Nuswantoro
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 7, No 1 (2021): JANUARI 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.639 KB) | DOI: 10.30602/jvk.v7i1.833

Abstract

Minyak goreng bekas memiliki kadar bilangan asam yang tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan minyak tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) pada minyak goreng bekas terhadap kadar bilangan asam. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu, menggunakan Teknik purposive sampling. Sampel adalah minyak goreng yang telah mengalami proses penggorengan secara berulang yang dibagi menjadi ke dalam 4 kelompok perlakuan dan masing-masing 6 pengulangan sehingga total sampel menjadi 24. Kadar asam lemak bebas diperiksa dengan menggunakan metode alkalimetri. Nilai rata-rata kadar bilangan asam pada kelompok yang terdiri dari tanpa penambahan lidah buaya, dengan penambahan lidah buaya 25 gram, dengan penambahan lidah buaya 50 gram, dan dengan penambahan lidah buaya 75 gram berturut-turut adalah 0,17%, 0,15%, 0,11%, dan 0,09%.  Hasil uji regresi linier sederhana memberikan nilai probabilitas 0,000 (p < 0,05) sehingga dinyatakan ada pengaruh penambahan lidah buaya pada minyak goreng bekas terhadap kadar bilangan asam.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) Metode DPPH Fadli Sukandiarsyah; Indah Purwaningsih; Gervacia Jenny Ratnawaty
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v9i1.299

Abstract

Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) adalah tanaman obat tradisional yang mengandung senyawa fenol, steroid, triterpenoid, flavonoid, alkaloid, tanin, saponin. Penelitian ini menggunakan pelarut polar yaitu metanol dan nonpolar yaitu n-heksana untuk menarik senyawa sesuai dengan sifatnya. Tujuan penelitian ini untuk melihat aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana rimpang temu ireng. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Metode yang digunakan adalah metode DPPH. Sampel yang digunakan adalah ekstrak metanol rimpang temu ireng variasi konsentrasi 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm serta ekstrak n-heksana rimpang temu ireng variasi konsentrasi 1500, 1600, 1700, 1800, 1900 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Hasil penelitian diperoleh IC50 ekstrak metanol rimpang temu ireng sebesar 171 ppm, IC50 ekstrak n-heksana rimpang temu ireng sebesar 1.724 ppm. Pembanding yang digunakan adalah vitamin C dengan IC50 6,175 ppm. Disimpulkan bahwa ekstrak metanol rimpang temu ireng mempunyai aktivitas antioksidan lebih baik dari ekstrak n-heksana rimpang temu ireng.
Perbedaan Kadar Asam Sianida Pada Ubi Kayu Sebelum dan Sesudah Direndam dengan Larutan NaHCO3 Konsentrasi 5, 10 dan 15% Selama 12 Jam Nelvi Kurnia Sari; Gervacia Jenny Ratnawati; Jajar P. Syari
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i2.331

Abstract

Abstract: Manihot esculenta crantz containing compounds that are useful for body also contain cyanogenic glucoside compounds that are toxic or better known by the named of blue poison. To reduce cyanide levels in manihot esculenta crantz can be done by soaking in water by adding NaHCO3 or better known baking soda. The purpose of this research is to know the difference of cyanide acid content in manihot esculenta crantz before and after soaking with NaHCO3 solution concentration in 5, 10 and 15% during 12 hours. The method of determination of cyanide acid content used by ion selective electrode with 24 samples are determined by purposive sampling. While research method used in this research is quasi experiment. Based on the results of the research, the average yield rate cyanide acid of manihot esculenta crantz before soaking is 43.58 mg / kg, after soaking with 5% NaHCO3 solution during 12 hours is 15.62 mg / kg, after soaking with 10% NaHCO3 solution during 12 hours is 10.90 mg / kg, and after soaking with 15% NaHCO3 solution during 12 hours is 7.22 mg / kg. From the results the data then analyzed statistically using one way anava test obtained p = 0,000 (p <0,05) that there is a difference of cyanide acid content in manihot esculenta crantz before and after soaking with NaHCO3 solution concentration 5, 10 and 15 % For 12 hours.Abstrak: Ubi kayu mengandung senyawa yang berguna bagi tubuh dan juga mengandung senyawa glukosida sianogenik yang bersifat racun atau yang lebih dikenal dengan nama racun biru. Untuk menurunkan kadar sianida pada ubi kayu bisa dilakukan dengan cara perendaman didalam air dengan menambahkan NaHCO3 atau yang lebih dikenal dengan nama soda kue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar asam sianida pada ubi kayu sebelum dan sesudah direndam dengan larutan NaHCO3 konsentrasi 5, 10 dan 15% selama 12 jam. Metode penetapan kadar asam sianida menggunakan elektroda selektif ion dengan jumlah sampel sebanyak 24 buah yang ditentukan secara purposive sampling . Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu. Berdasarkan dari hasil penelitian diperoleh hasil rata-rata kadar asam sianida pada ubi kayu sebelum direndam adalah 43,58 mg/kg, sesudah direndam larutan NaHCO3 5% selama 12 jam adalah 15,62 mg/kg, sesudah direndam larutan NaHCO3 10% selama 12 jam adalah 10,90 mg/kg, dan sesudah direndam larutan NaHCO3 15% selama 12 jam adalah 7,22 mg/kg. Dari hasil tersebut data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji anava one way diperoleh hasil p = 0,000 (p < 0,05) berarti terdapat perbedaan kadar asam sianida pada ubi kayu sebelum dan sesudah direndam dengan larutan NaHCO3 konsentrasi 5, 10 dan 15% selama 12 jam.
Pengaruh Suhu Penyeduhan terhadap Kadar Protein pada Susu Formula Menggunakan Metode KJELDAHL Dian Kartika Ningrum; Gervacia Jenny Ratnawati; Indah Purwaningsih
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 1 (2018): November 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i1.317

Abstract

Abstract: Formula milk is a liquid or powder with a specifc formula given to infants and children. Serves as a substitute for breast milk. Formula milk has an important role in baby food because it often acts as the only source of nutrition for infants. Milk includes a high quality protein source. The purpose of this research is to determine the effect of temperature brewing on protein content in formula milk using the KJELDAHL method. This research was an experimental research using quasi-experiment. The samples in this research were 25 samples consisting of 5 treatments with repetition of each treatment 5 times. The examination method used in this research is a Kjeldahl method. From these results, the data obtained were analyzed statistically using a simple linear regression test. The results obtained in this study were the mean protein content of formula milk that was brewed at 40˚C, 50˚C, 60˚C, 70˚C and 80˚C respectively were 5,38%, 5,52%, 5.82%, 5.62% and 5.43%. Based on the results of statistical tests obtain p-value (0.139)> α (0,05) which means that Ha is rejected. Of the result it can be concluded that there is no effect of temperature brewing on protein content in formula milk using KJELDAHL method.Abstrak: Susu formula adalah cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang diberikan pada bayi dan anak-anak. Berfungsi sebagai pengganti ASI. Susu formula memiliki peranan yang penting dalam makanan bayi karena seringkali bertindak sebagai satu-satunya sumber gizi bagi bayi. Susu termasuk sumber protein berkualitas tinggi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu penyeduhan terhadap kadar protein pada susu formula dengan menggunakan metode kjeldahl. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan quasi experiment. Sampel pada penelitian ini berjumlah 25 sampel yang terdiri dari 5 perlakuan dengan pengulangan setiap perlakuan sebanyak 5 kali. Metode pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode KJELDAHL. Dari hasil tersebut, data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji regresi linear sederhana. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu rata-rata kadar protein pada susu formula yang diseduh pada suhu 40˚C, 50˚C, 60˚C, 70˚C dan  0˚C berturut-turut adalah 5,38%, 5,52%, 5,82%, 5,62% dan 5,43%. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,798) > α (0,05) yang berarti bahwa Ha ditolak. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh suhu penyeduhan terhadap kadar protein pada susu formula menggunakan metode KJELDAHL.
Pemanfaatan Sampah Organik Rumah Tangga Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bio-Etanol Dengan Metode Hidrolisis Fisik Menggunakan Panas Dan Tekanan Tinggi Ratih Indrawati; Gervacia Jenny Ratnawati
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i2.148

Abstract

Abstract: The main problem faced by the Indonesian nation is the deficit of oil fuel as asource of fossil energy besides Indonesian also difficulties in handling waste. Organic waste contains starch, sugar, and hemiselulosa. Sugar is fermented into bioethanol as a fuel subtitute. The purpose of this study was to seethe effect of hausehold organic waste hydrolysis to produce large bioethanol, the hydrolysis used was by heating temperatur hydrolysise 1000C and by using presto. Fermentation is carried out using 3 % yeast tape for 6 day. To obtain fermentation ethanol in distilation. From the research results obtained the highest levels of heating using presto of 19,22. Statistical test using wilcoxon test showed a difference with significance value p = 0.00 (p<0.05). This illustrates the influence of warming temperature on the increase of bioethanol content.Abstrak: Masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia mengalami defisit bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi fosil selain itu Indonesia juga kesulitan dalam penanganan sampah. Sampah organik mengandung pati, gula dan hemiselulose. Gula difermentasi menjadi bio-etanol sebagai pengganti bahan bakar. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh hidrolisis sampah organik rumah tangga sehingga menghasilkan bio-etanol yang besar, hidrolisis yang digunakan adalah dengan cara pemanasan suhu 1000C dan denan menggunakan presto. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan ragi tape 3 % selama 6 hari. Untuk mendapatkan etanol fermentasi di destilasi. Dari hasil penelitian diperoleh kadar tertinggi pada pemanasan menggunakan presto sebesar 19,22 . Uji statistik menggunakan Wilcoxon  menunjukan adanya perbedaan dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05). Hal ini menggambarkan adanya pengaruh suhu pemanasan terhadap meningkatnya kadar bio-etanol.
Perbedaan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Yang Mengalami Pemanasan Ulang Dengan Penambahan Bawang Merah (Allium Cepa) Dan Bawang Putih (Allium Sativum) Gervacia Jenny Ratnawati; Hendra Budi Sungkawa
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i2.146

Abstract

Abstract: Cooking oil generally can be used for 3-4 times frying. If it used repeatedly, oil will be changed in color. When frying process, double bonds in unsaturated fatty acids will break and formed saturated fatty acids. A qualified oil was contained unsaturated fatty acid more than its saturated fatty acids. The use of oil many times will lead the oil double bond oxidized and form the peroxide group and cyclic monomer, such oil reported damage and harm our health. A higher temperature and a longer time of heating, saturated fatty acids level will be increased. Beside repeatedly frying, oil can be damaged by wrong storage for certain period, consequently triglyceride bond broke and form into glycerol and free fatty acids (FFA). Red onion and garlic contain high antioxidant. The benefits that make them become phenomenal in medical research is their potency in against cancer and other dangerous diseases. They also can be used as crucial antioxidant sources in the fight against free radicals in body. Based on study results showed that the average of free fatty acids (FFA) in used cooking oil that added by garlic was 5,29% and red onion was 5,22%. Statistical test gained by computerized data processing with t-test p value>0,05 so it can be concluded that Ha refused by meaning that there was not a difference between number of FFA in used cooking oil which added garlic and red onion. Abstrak: Minyak goreng biasanya bisa digunakan hingga 3 - 4 kali penggorengan. Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna. Saat penggorengan dilakukan, ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak jenuh akan putus membentuk asam lemak jenuh. Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya.  Penggunaan minyak berkali-kali akan membuat ikatan rangkap minyak teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik, minyak yang seperti ini dikatakan telah rusak dan berbahaya bagi kesehatan.  Suhu yang semakin tinggi dan semakin lama pemanasan, kadar asam lemak jenuh akan semakin naik. Selain karena penggorengan berkali-kali, minyak dapat menjadi rusak karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu sehingga ikatan  trigliserida pecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Bawang merah dan bawang putih sangat tinggi akan kandungan antioksidannya. Manfaat bawang merah dan bawang putih yang membuatnya fenomenal di dunia medis adalah kemampuannya dalam memerangi kanker dan berbagai penyakit berbahaya. Ia juga dapat dijadikan sumber antioksidan yang sangat ampuh untuk memerangi radikal bebas di dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kadar rata-rata kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas yang ditambahkan bawang putih sebesar 5,29% dan bawang merah sebesar 5,22%. Hasil uji statistic diperoleh pengolahan data secara komputerisasi melalui uji-t  diperoleh nilai p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan kadar bilangan asam lemak bebas pada minyak goreng bekas yang ditambahkan bawang putih dan bawang merah.