Articles
PENGARUH RESISTANCE TRAINING TERHADAP BODY MASS INDEKS (BMI) PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
Yusran Haskas;
M. Rudi Ariya Wijaya;
Erna Kadrianti
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 16, No 7 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33024/hjk.v16i7.8227
Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein akibat dari kekurangan fungsi insulin. Penyakit diabetes melitus adalah penyakit tidak dapat disembuhkan, akan tetapi penderita diabetes melitus dapat hidup sehat apabila dapat mengontrol gula darah dengan baik. Salah satu penyebab penderita diabetes kesulitan dalam mengontrol kadar gula darah agar tetap stabil yaitu kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga serta pola makan yang tidak dijaga.Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh resistance training terhadap Body Mass Index (BMI) pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pre-experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan dianalisa menggunakan uji Wilcoxon.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh resistance training terhadap Body Mass Index (BMI) pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan nilai Z sebesar -3,204 dan nilai ρ=0,001.Kesimpulan: Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh resistance training terhadap Body Mass Index (BMI) pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.
Penguatan Pengetahuan dan Kemampuan Masyarakat dalam Pencegahan Penularan Penyakit ISPA
Suarnianti;
Yusran Haskas;
Indah Restika
Indonesian Journal of Community Dedication Vol. 5 No. 1 (2023): Indonesian journal of Community Dedication
Publisher : STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang disebabkan agen infeksius. Penyakit- penyakit berbasis lingkungan memang masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Penyakit ISPA di Indonesia berada pada 10 daftar penyakit terbanyak di rumah sakit. penyebab ISPA berkaitan dengan kondisi lingkungan tempat tinggal penderita. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang ditularkan melalui droplet yang diketahui atau tidak diketahui penyebabnya. Penularan dapat terjadi melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan oleh sekret saluran pernapasan, mulut dan hidung) dan melalui udara dengan jarak dekat saat dilakukan tindakan yang berhubungan dengan saluran napas. Untuk mencegah penularannya maka penting untuk tidak mengabaikan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk mencegah kejadian luar biasa. Metode yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan terkait pencegahan penyakit infeksi saluaran pernapasan akut. Setelah memberikan penyuluhan untuk lebih memahami penyakit tersebut, salah satu metode deteksi dini yang dipilih setelah mengenal gejala yang dialami adalah dengan menghitung frekuensi napas. Hasil pelaksanaan pengabdian masyarakat ini antara lain adalah adanya penambahan penguatan pengetahuan untuk mengenali, mendeteksi dan bagaimana pencegahan penularan penyakit infeksi saluaran pernapasan akut agar dapat segera ditangani dengan tepat.
Analisis Hubungan Self Efficacy dengan Kejadian Tb Paru di Puskesmas Tamalanrea
Suarnianti Suarnianti;
Yusran Haskas
HealthCare Nursing Journal Vol. 5 No. 1 (2023): HealthCare Nursing Journal
Publisher : Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (278.251 KB)
|
DOI: 10.35568/healthcare.v5i1.2836
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit menular yang infeksinya dapat disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis dan sering ditemukan menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ lainnya. Hal tersebut menjadikan Tuberculosis paru sebagai penyebab kematian tertinggi ke-3 di dunia setelah penyakit arteri coroner (jantung iskemik) dan stroke. Self-efficacy sangat dibutuhkan oleh penderita TBC karena merupakan kekuatan positif dalam diri pasien berupa keyakinan melewati proses pengobatan sampai sembuh. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan self-efficacy dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Tamalanrea. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 47 pasien. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki self-efficacy tinggi berjumlah 37 responden, dimana terdapat 43,2% yang mengalami suspek TB paru dan 56,8% yang mengalami TB paru BTA (+), sedangkan responden yang memiliki self-efficacy rendah berjumlah 10 responden, dimana terdapat 0,0% yang mengalami suspek TB paru dan 100,0% yang mengalami TB paru BTA (+).Â
Pengaruh Resistance Training Terhadap Body Mass Index (BMI) pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Yusran Haskas;
Suarnianti Suarnianti
HealthCare Nursing Journal Vol. 5 No. 1 (2023): HealthCare Nursing Journal
Publisher : Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (258.554 KB)
|
DOI: 10.35568/healthcare.v5i1.2845
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein akibat dari kekurangan fungsi insulin. Penyakit diabetes melitus adalah penyakit tidak dapat disembuhkan, akan tetapi penderita diabetes melitus dapat hidup sehat apabila dapat mengontrol gula darah dengan baik. Salah satu penyebab penderita diabetes kesulitan dalam mengontrol kadar gula darah agar tetap stabil yaitu kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga serta pola makan yang tidak dijaga. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh resistance training terhadap Body Mass Index (BMI) pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Preexperimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan dianalisa menggunakan uji Wilcoxon.
Foot Care Knowledge and Education In An Effort To Prevent The Recurrent Of Diabetic Foot Ulcer (Dfu)
Eva Arna Abrar;
Fitri A Sabil;
Yusran Haskas;
Suarnianti;
Azniah Syam
Comprehensive Health Care Vol 7 No 1 (2023): Comprehensive Health Care
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Stikes Panrita Husada Bulukumba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37362/jch.v7i1.980
Diabetic Foot Ulcer (DFU) is a complication of Diabetes Mellitus (DM), which is a major health problem throughout the world with a high recurrence rate. It is estimated that approximately 40% of patients have a recurrence within one year of ulcer healing, nearly 60% within three years, and 65% within five years. One of the efforts to prevent DFU recurrence can be made with foot care which is preceded by knowledge of foot care. This study aimed to compare the knowledge of DFU patients before and after being given education. This study is a pre-post-test with 21 respondents who routinely received wound care at Rumah Perawatan ETN CENTER. Measurement of initial knowledge using a questionnaire consists of 11 questions that have been tested for content validity (CVI > 80%). Then the patient is given foot care education using a video, and after that, the video link is distributed to the patient; patient knowledge was measured again after three weeks using the same questionnaire. There is a comparison of knowledge before and after being given foot care education with a p-value = 0.000. Foot care is one of the efforts to prevent recurrent DFU. There was an increase in patient knowledge after being given an education
Relationship Between Diabetes Distress and Quality of Life Among Patients with Type II Diabetes Mellitus
Yusran Haskas;
Suarnianti Suarnianti;
Erna Kadrianti
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 1 (2023): May
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33860/jik.v17i1.1662
Diabetes Mellitus or commonly abbreviated as DM is a chronic disease commonly found in Indonesia, especially among people in urban areas. It is known to be incurable during the sufferer's life span, so it is called a lifelong disease. Long-term Diabetes Mellitus has a psychological impact on the quality of life of patients. This study aims to determine the relationship between diabetes distress and quality of life among patients with type II Diabetes Mellitus in the work area of Tamanlanrea Jaya Community Health Center, Makassar. This was a quantitative analytical study with a cross sectional design. Study samples were selected using consecutive sampling technique which obtained a total sample of 82 patients. Data were collected using a questionnaire and analyzed using the Chi-square test. The results showed that there was a relationship between diabetes distress and quality of life among patients with type II diabetes mellitus with a ρ value of 0.012. It can be concluded that there was a relationship between diabetes distress and quality of life among patients with type II diabetes mellitus in the work area of Tamalanrea Jaya CHC, Makassar. Future researchers are recommended to involve a larger size of samples to determine additional elements that have an impact on the quality of life among people with diabetes mellitus.
CLINICAL NURSES’ MORAL COURAGE IN TENURE OF NURSES: AN ANALITYC SURVEY
indah restika;
Suarnianti;
Yusran Haskas;
Andi Sulfikar
Nurse and Health: Jurnal Keperawatan Vol 12 No 1 (2023): Nurse and Health: Jurnal Keperawatan
Publisher : Institute for Research and Community Service of Health Polytechnic of Kerta Cendekia, Sidoarjo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36720/nhjk.v12i1.394
Background: The complexity of services that nurses must provide nowadays encourages nurses to develop their moral courage. A review of the literature reveals that no studies have been conducted to evaluate the association between clinical nurse tenure and their level of moral courage. Objectives: this study is to assess correlation between the tenure of nurses and the level of moral courage. Methods: analytic survey research at 5 hospitals in Makassar, including private and government hospitals with a total sample of 405 nurses. The sampling technique used multistage random sampling. The variables measured were tenure of nurses and the level of moral courage of nurses. The Professional Moral Courage Questionnaire is used for the variable moral courage (Cronbach 'alpha: 0.756). Data analysis using Mann Whitney test. Results: The majority of nurses with long and new tenure had moderate moral courage (new tenure 79 nurses; length tenure 238 nurses), and there was no significant difference in the moral courage level of nurses with long and new tenure (p=0.294). Conclusion: Considering the findings that nurse tenure has no effect on moral courage, nursing managers can consistently boost nurses' moral courage through external stimuli. A nurse who cannot face various ethical dilemmas in providing daily nursing care can result in moral distress.
Level Moral Courage Perawat Klinis : A Descriptive Survey
Indah Restika;
Andi Sulfikar;
Yusran Haskas;
Suarnianti Suarnianti
Jurnal Riset Media Keperawatan Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51851/jrmk.v5i1.299
Perawat sering menghadapi beragam masalah etik dalam praktik keperawatan. Moral courage menjadi strategi utama untuk menghadapi beragam dilema etik yang dihadapi perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi level moral courage perawat klinik dalam praktik keperawatan sehari-hari di rumah sakit. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini dilakukan di 5 lokasi berbeda di Kota Makassar. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menggunakan multistage random sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 405 perawat.Analisis Frekuensi menunjukan mayoritas moral courage perawat berada pada level moderat (n= 307) (73,5%). Moral Courage Level of Clinical Nurse : A Descriptive Survey Abstract Nurses often face a variety of ethical issues in nursing practice. Moral courage is the main strategy to deal with various ethical dilemmas faced by nurses. This study aims to determine the proportion of the moral courage level of clinical nurses in daily nursing practice in hospitals. The research design used was survey research, namely research conducted on large and small populations with a cross-sectional approach. This research was conducted in 5 different locations in Makassar City. In determining the research sample, the researcher used multistage random sampling. The number of samples in this study were 405 nurses. Frequency analysis showed that the majority of nurses' moral courage was at a moderate level (n= 307) (73.5%). Keywords: moral courage, ethical problems, nurses
Efek Intervensi Perilaku Terhadap Manajemen Diri Penderita Diabetes Melitus Tipe 2: Sistematik Review
Haskas, Yusran;
Suarnianti, Suarnianti;
Restika, Indah
Andalas Journal of Health Vol. 9 No. 2 (2020): Online June 2020
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.25077/jka.v9i2.1289
Behavioral intervention sangat penting dilakukan dalam manajemen diri penderita Diabetes Melitus tipe 2 sebagai intervensi dalam upaya meningkatkan status kesehatan. Manajemen diri merupakan hal penting untuk mempertahankan kontrol gula darah sehingga komplikasi pada penderita DM tipe 2 dapat dicegah. Tujuan: Mengetahui bentuk intervensi perilaku untuk mengukur outcome dari manejemen diri penderita DM tipe 2. Metode:  Electronic database dari jurnal yang telah dipublikasi melalui Google Schoolar, ProQuest, PubMed., dan ScienceDirect. Hasil review dari 8 jurnal yang telah dipilih menyatakan bahwa behavioral intervention memberi pengaruh terhadap manajemen diri penderita DM tipe 2 dalam kontrol glikemik. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur behavioral intervention pada penelitian kuantitaif yakni kuesioner, melakukan observasi perubahan perilaku, sedangkan pada penelitian kualitatif menggali informasi dengan indepth interview. Hasil: Efek behavioral intervention yang meliputi pemberian edukasi dan self efficacy dapat memfasilitasi peningkatan pengetahuan, pencegahan komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Simpulan: efek behavioral intervention sangat efektif dalam meningkatkan manajemen diri penderita DM tipe 2, namun pelaksanaan intervensi perlu dimodifikasi agar didapatkan hasil yang lebih maksimal, salah satunya dengan pemanfaatan terknologi berbasis komunitas.Kata kunci: behavioural intervention, diabetes melitus tipe 2, manajemen diri