Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Analisis Model Contextual Teaching and Learning terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Latifah Meynawati; Mochammad Amirul Rifqi Haryadi; Rachmi Nursifa Yahya; Sekar Ayu Cahyani; Syva Lestiyani Dewi; Tuti Istianti
Journal on Education Vol 5 No 1 (2022): Journal on Education: Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Since a teacher's ability to instruct in class has a direct bearing on students' hopes for their own education, it's crucial that they acquire effective teaching strategies through the use of proven pedagogical models. Teachers can implement the Contextual Teaching and Learning Model in the classroom to change the way their students learn. The primary purpose of this research is to evaluate the CTL learning model's potential for improving the quality of education in the primary grades by promoting student engagement and encouraging collaborative efforts to improve social studies instruction.
Analisis Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Materi Keberagaman Hani Risdiany; Indah Cahaya Putri; Putri Salma N; Rani Fitriani; Siti Fatimah; Tuti Istianti
Journal on Education Vol 5 No 1 (2022): Journal on Education: Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v5i1.676

Abstract

This research is a literature study or literature review with a qualitative descriptive approach. Researchers obtained data from several sources such as journals, theses, books, and others that are still relevant to this research study. The instrument in this study was the researcher himself who reviewed some of the results of previous research which were then described in paragraphs. The stages in obtaining research data are starting from reading, analyzing and then concluding. The results showed that the Problem Based Learning model was able to improve the learning outcomes of elementary school students in diversity matters. The existence of giving problems in the diversity material used, is able to spur students to think critically. With the problems given students can provide solutions to their problems according to the findings they find from the various sources they have used. Through discussions to solve problems, students are able to get various answers so that the most appropriate answer can be chosen to solve the problem. With the Problem Based Learning model, student cooperation will be trained so that students are able to improve their critical thinking as a whole.
ANALISIS PEMBELAJARAN IPS DALAM MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, ATTITUDE, SKILL DAN VALUES DI SD LABSCHOOL Fadhilah Salsabila Riadi; Delia Maharani; Geovani Sabarhita Nimaisa; Syifaun Nafisah; Tuti Istianti
JKPD (Jurnal Kajian Pendidikan Dasar) Vol 8, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univers

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jkpd.v8i1.9689

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Social (IPS) dalam mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap (attitude), dan nilai (values). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Adapun kajian yang digunakan adalah hasil wawancara dan observasi. Peneliti juga menggunakan penelitian yang relevan dari situs web, diantaranya Sinta, DOAJ, dan Google Schoolar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengembangan knowledge, skill, attitude dan vanue sudah dikembangkan pada siswa kelas VI SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Hal ini dilihat dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru serta siswa kelas VI SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru.
MODEL PEMBELAJARAN PERILAKU SOSIAL KEWARGANEGARAAN: UPAYA GURU DALAM MEMUPUK GOTONG ROYONG SEJAK DINI Tuti Istianti; Fauzi Abdillah; Solihin Ichas Hamid
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 9, No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.663 KB) | DOI: 10.17509/cd.v9i1.11729

Abstract

Abstract: There are at least two prefix skills that need to be mastered in realizing gotong royong early on, ie friendship and sharing skills. These two altruistic skills need to be strategically grown through the learning model. The Social Behavior Models of Citizenship (PrSKn) that are being developed carry the mission. As an integrated strategy in early childhood learning games, this learning model seeks to strengthen its role as a strategy to nurture and grow altruistic skills in realizing mutual cooperation, so that children have enough skills for the community. This article explains how the teacher's efforts and difficulty in optimizing the learning game through the civic social behavior model. The results show that teachers have difficulty in three things, namely the selection of appropriate games, timing and management of learning in accordance with the PrSKn model. So this article recommends providing references to different types of learning games, comprehensive instructional instruction guides and regular training so that teachers can optimize the game as a child's learning strategy to master friendship and sharing skills.Keywords: Social Citizenship Behavior, Gotong Royong, Early Childhood Education Abstrak: Setidaknya terdapat dua keterampilan awalan yang perlu dikuasai dalam mewujudkan gotong royong sejak dini, yakni keterampilan berteman dan keterampilan berbagi. Dua keterampilan altruistik tersebut perlu ditumbuhkan secara strategis melalui model pembelajaran. Model Perilaku Sosial Kewarganegaraan (PrSKn) yang tengah dikembangkan mengemban misi tersebut. Sebagai strategi yang terintegrasi pada permainan belajar anak usia dini, model pembelajaran ini berupaya menguatkan perannya sebagai strategi untuk memupuk dan menumbuhkan keterampilan altruistik dalam mewujudkan gotong royong, sehingga anak mempunyai bekal keterampilan yang cukup untuk bermasyarakat. Artikel ini menjelaskan bagaimana upaya guru dan kesulitannya dalam mengoptimalkan permainan belajar melalui model perilaku sosial kewarganegaraan. Hasilnya menunjukkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam tiga hal, yakni pemilihan permainan yang tepat, pengaturan waktu dan pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan model PrSKn. Maka artikel ini merekomendasikan untuk menyediakan referensi jenis permainan belajar, pedoman pelaksanaan pembelajaran yang komprehensif dan pelatihan yang rutin agar guru dapat mengoptimalkan permainan sebagai strategi belajar anak untuk menguasai keterampilan berteman dan berbagi. Kata Kunci: Perilaku Sosial Kewarganegaraan, Gotong Royong, PAUD
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOSIAL UNTUK MEMBENTUK PRILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Tuti Istianti
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 6, No 1 (2015): Mei 2015
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.09 KB) | DOI: 10.17509/cd.v6i1.10515

Abstract

Masa usia PAUD adalah masa keemasan (golden age) saatnya memperoleh stimulasi seluruh aspek perkembangan termasuk  aspek sosial-emosinya. Masa-masa kehidupan awal anak, merupakan fase terpenting pertumbuhan otak dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pendidikan anak usia dini ini diberikan agar dapat berkembang secara optimal. Mengingat pentingnya masa usia ini, peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif yang disiapkan pendidik baik akan sarana prasarana, penanganan pengasuhannya  sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya, diantaranya nilai-nilai agama, emosi, sosial, dan kemandiriannya.            Upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial harus dilakukan melalui kegiatan bermain. Dengan bermain anak memperoleh kesempatan yang sangat luas untuk berkreasi, bereksplorasi, menemukan, dan mengekspresikan perasaannya. Kegiatan pembelajarannya perlu memberikan dorongan kepada anak untuk mengungkapkan kemampuan dalam membangun gagasan, bekerjasama, berinteraksi, bertanggung jawab. Suasana pembelajaran yang dirancang melalui mengembangkan keterampilan sosial akan mendorong dan menciptakan anak untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berprilaku berdasarkan keragaman realitas sosial.           Kata Kunci:  Pengembangan Keterampilan Sosial, Prilaku  Sosial , Anak Usia Dini
REKONSTRUKSI NILAI MORAL KEWARGANEGARAAN BERDASAR ANALISIS SEMANTIK TERHADAP UNGKAPAN KULTURAL MASYARAKAT SUNDA Solihin Ichas Hamid; Tuti Istianti
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 3, No 2 (2012): November 2012
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.025 KB) | DOI: 10.17509/cd.v3i2.10340

Abstract

Studi  ini, merupakan kajian pendahuluan dan penelusuran konseptual berkenaan dengan ungkapan idiomatik  dalam tradisi kultural masyarakat Sunda  yang berfungsi menjadi  ‘petatah-petitih’  dalam bentuk Babasan dan Paribasa dalam perspektif Nilai Moral Kewarganegaraan. Untuk mendapatkan gambaran berkenaan dengan standar  acuan, dilakukan analisis semantik atas muatan makna ungkapan idiomatik  berdasarkan tema kewarganegaraan, yang merupakan sejumlah nilai kebaikan hingga kebajikan, baik  bersifat personal, sosial dan institusional;  yang direkonstruksi ke dalam 7 kategorisasi sikap moral yakni : 1)  ramah, santun, tahu diri, rendah hati)  ; 2)  sabar, ikhlas, besar hati, terbuka, lurus / jujur ; 3) bersahabat, suka menolong) ; 4), pengabdian, kesiagaan dan kewaspadaan  ; 5) teguh  membela kehormatan, kesatria, berani dan perwira;  6)  ulet, tangguh, ajeg, berorientasi mutu (pekerjakeras dan cerdas) mandiri ; 7)  adil terhadap sesama, arif bijaksana. Keberadaan seutuhnya pemakaian Babasan dan Paribasa ada dalam setting waktu dan tempat tertentu yang menunjukan kuatnya institusi kolektif  dalam memelihara dan melestarikan warisan bahasa sebagai bagian dari sistem budaya etnik lokalnya. Untuk itu, selain identifikasi dan sekaligus klasifikasi hingga kategorisasi isi terhadap objek kajian ini yang telah menjadi  himpunan yang bersusun secara alfabetik  dan menjadi fakta literer, kelengkapan dan keutuhannya tetap ada pada lingkup komunitas praksis penggunaan bahasa Sunda itu sendiri.  Sehingga selain terhadap sumber tertulis, penelusuran tetap dilakukan secara etnografis melalui wawancara mendalam, kegiatan berperanserta dan analisis dokumentasi lainnya pada lingkup kehidupan keseharian manusia Sunda, baik secara personal, kelompok, dan komunitas besar pendukung sistem adat tradisional, baik pada lingkup homogen di pedalaman  maupun realitas dinamis  sebagai bagian dari  heterogenitas warga desa / kota di luar situs. Masyarakat pemelihara Adat di Kabupaten Cigugur Kuningan memiliki representasi menjadi lokasi pilihan, karena mewakili ragam dinamika sebagaimana perkembangan masyarakat Sunda umumnya, pada moment dan event tertentu menghadirkan kolaborasi dan konfigurasi apresiasi seni budaya tradisional secara bersama dan bersatu dengan  pemelihara nilai-nilai luhur adat lokal lainnya di Nusantara. Kata Kunci : Rekonstruksi, Ungkapan Kultural, Idiomatik, Babasan-Paribasa, Semantik, Nilai-Moral Kewarganegaraan, 7 Kategori Tema Kewarganegaraan, Masyarakat Sunda : 
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI MEDIA BELAJAR BAGI ANAK USIA DIN Tuti Istianti
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 4, No 2 (2013): November 2013
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/cd.v4i2.10393

Abstract

Dalam rangka memperkaya kreativitas serta minat belajar anak usia dini adalah dengan cara memperkenalkan dan mengakrabkan mereka dengan alam dan lingkungan setempat. Pemanfatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar bagi anak usia dini, tujuannya anak lebih memahami hal-hal, peristiwa-peristiwa, dan keadaan atau fenomena-fenomena yang ada di lingkungannya. Selain mereka menjadi manusia yang kreatif, diharapkan pula menimbulkan kesadaran cinta alam mungkin juga turut berpartisipasi dalam menanggulangi dan menjaga serta memelihara lingkungannya dengan cara-cara mereka. Yang lebih penting, dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar bagi anak usia dini, diharapkan selain dapat menumbuhkan kreativitas dan jiwa inovatif bagi anak juga dapat menentukan kecenderungan dan ke arah nilai dan sikap kelakuan manusia lebih baik lagi terutama dalam memperlakukan lingkungan alam dan sosialkemasyarakatannya. Kata Kunci : Anak Usia Dini, Kreativitas, Media Lingkungan
PENGEMBANGAN ALAT SEISMOGRAF SEDERHANA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATERI IPS DI SD DAMPAK LETAK GEOGRAFIS INDONESIA Nur Alawiyah; Tuti Istianti; Muh. Husen Arifin
Sosial Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan IPS Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Prodi Pendidikan IPS, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/skjpi.v1i2.50457

Abstract

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Dalam penggunaannya media pembelajaran digunakan untuk menjelaskan serta menyampaikan informasi terkait pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Media pembelajaran membantu guru untuk menarik perhatian siswa ketika belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pengembangan media pembelajaran alat seismograf sederhana pada materi dampak letak geografis Indonesia di SD. Pembelajaran IPS di sekolah dasar ini perlu adanya suatu pembaharuan agar saat menyampaikan materi tidak dengan menggunakan metode ceramah saja yang hasilnya membuat siswa bosan dan tidak terlibat saat belajar. Oleh karena itu, peneliti membuat penelitian ini agar guru dapat selalu mengembangkan sebuah pembaharuan yaitu dengan mengembangkan media pembelajaran berbentuk alat seismograf yang dirancang sederhana. Penelitian ini menggunakan metode deksriptif. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan mengembangkan alat seismograf sederhana sebagai media pembelajaran pada materi IPS di SD tentang dampak letak geografis Indonesia pada sampel materi yang diambil yaitu gempa bumi. Dapat dinyatakan bahwa dalam penggunaan serta pembuatan alat seismograf sederhana ini mampu membuat siswa terlibat dalam pembelajaran, menjadikan rasa ingin tahu siswa tinggi saat belajar serta dapat memotivasi siswa belajar dengan aktif. Pembuatannya yang sederhana menjadi nilai tambah pada pengembangan media pembelajaran ini karena cocok digunakan untuk anak sekolah dasar.
Conflict resolution education in building social skills of elementary school students Istianti, Tuti; Maryani, Enok; Maftuh, Bunyamin; Gunawan, Ahmad; Janah, Widia Nur; Nurkholiq, Agus
Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS Vol. 9 No. 2 (2022): September
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hsjpi.v9i2.54124

Abstract

Solidarity with human diversity in groups can be built when there is a connection to moral aspects. Morals can unite humans socially and be able to lead a person to have attitudes and actions to act wisely in order to avoid conflict, how is the conflict resolution education model based on Sabilulungan local wisdom values in building social cooperation skills competencies for elementary school students? Based on the formulation of the main problem, the research steps are elaborated into several sub questions as follows: How is the factual picture of social studies learning in elementary schools so far? How is conflict resolution education based on local wisdom sabilulungan in building the competence of cooperative skills of elementary school students? Social skills are an important part that a person needs in social life when interacting with others. Cartledge and Milburn (1992) state that social skills are the ability of a person or community member to establish relationships with others and the ability to solve problems so that they can adapt harmoniously to the surrounding community. This research and development produces a product model of Conflict Resolution Education Based on Sabilulungan Local Wisdom (PRK-BKLS) which produces a model syntax consisting of 5 (five) stages, namely: exploration, logical reasoning, consensus building, decision making, and conflict resolution reflection.
The Paradigm of Conflict Resolution Educational Model in Building Peace Life Competency Based on Sabilulungan Local Wisdom in Primary Education Students Tuti Istianti; Enok Maryani; Bunyamin Maftuh; Dinie Anggraeni Dewi
International Conference on Elementary Education Vol. 5 No. 1 (2023): Proceeding The 5th International Conference in Elementary Education
Publisher : Elementary Education Study Program School of Postgraduate Studies Universitas Pendidikan Indonesia in collaboration with UPI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The current state of society is in an unstable position or there is national instability and emerging fights among students, gang fights, maltreatment, and bullying cases. School must be a place to instill peaceful character values which become a learning house that is able to provide knowledge, peace and comfort for all school members. The research method in this study used a qualitative descriptive approach with a research site in Cikondang traditional village. Based on the discussion result of the paradigm study of conflict resolution educational model in building peace life competency based on sabilulungan local wisdom in Primary Education, it can be concluded that the information obtained from field studies shows that: a) Schools must be a place to instill peaceful character values which are always faced with unstable social conditions or national instability, for example there are many fights among students, gang fight, maltreatment, and bullying cases, b) Conflict resolution education as the most likely medium for learning conflict resolution as a skill; has a clear and structured method and can be applied in elementary schools, c). Sabilulungan as the tradition of Sundanese people provides local wisdom that has philosophical values that is to build peaceful character, it is considered to be social capital, d) For the benefit of conflict resolution learning by combining contextual problem approach, thinking skill, affective development, student-centered values instilling base.