Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

PENGOLAHAN AIR BERSIH DI MASJID RAUDHATUL ISLAMIYAH DESA JAWA TENGAH, KEC. SUI.AMBAWANG KAB. KUBU RAYA [WATER TREATMENT IN RAUDHATUL ISLAMIYAH MOSQUE JAWA TENGAH VILLAGE, SUI.AMBAWANG SUB DISTRICT, KUBU RAYA DISTRICT] Ulli Kadaria; Aini Sulastri
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 4, No 3 (2020): DECEMBER
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/jspc.v4i3.2539

Abstract

Raudhatul Islamiyah Mosque which is located on Jl. Trans Kalimantan, Jawa Tengah Village, Sungai Ambawang District, Kubu Raya District is one of the mosques that had problem in fulfill the demand of clean water for flushing and daily activities. The water used comes from artesian well whose quality and quantity were inadequate. This had an impact on the damage to mosque facilities such as faucet because of rust and the bathtub turn brownish yellow. Besides flushing, activity in the form of mouthwash - gargle using water that was yellowish brown and smelly can potentially cause disease because of the presence of iron, organic matter, microbes, and others. Therefore it needed a water treatment that treats water quality so that it was safe to use. Water treatment was designed using aeration and shell sand filtration with a processing capacity of 1000 liters. The method used in this activity was the participatory method where the youth at the mosque participated in socialization and training activities, making water treatment plants, operation and maintenance water treatment equipment. In addition there was an operational standard manual to facilitate the operation and maintenance of the water treatment equipment.BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Masjid Raudhatul Islamiyah yang terletak di Jl.Trans Kalimantan, Desa Jawa Tengah, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu masjid yang memiliki permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk wudhu dan aktivitas harian lainnya. Air yang digunakan berasal dari sumur bor yang kualitas dan kuantitasnya kurang memadai. Hal tersebut berdampak pada rusaknya fasilitas masjid berupa keran air wudhu karena karat dan beberapa fasilitas masjid salah satunya adalah bak kamar mandi menjadi berwarna kuning kecoklatan. Selain itu aktivitas wudhu berupa kumur – kumur menggunakan air yang berwarna kuning kecoklatan dan berbau dapat berpotensi mengakibatkan penyakit karena adanya kandungan besi, zat organik, mikroba, dan lainnya. Oleh sebab itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air yang mampu mengolah kualitas air sehingga aman untuk digunakan. Pengolahan air yang dirancang menggunakan proses aerasi dan filtrasi pasir kerang dengan kapasitas pengolahan sebesar 1000 liter. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan metode parsipatori dimana remaja masjid ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan, pembuatan instalasi pengolahan air, operasional dan pemeliharaan alat pengolahan air. Selain itu terdapat buku panduan standar operasional untuk mempermudah operasional dan pemeliharaan alat.
Waste Processing in the Raudhatul Islamiyah Mosque Centra Java Village, Ambawang River District, Kubu Raya District Ulli Kadaria; Ricka Aprillia; Aini Sulastri; Govira Christiadora Asbanu; Wahdaniah Muktar
Warta Pengabdian Andalas Vol 28 No 3 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.28.3.239-246.2021

Abstract

As one of the public facilities with a reasonably solid mobilization of activities, the mosque requires adequate facilities and infrastructure substantial waste. Likewise, the Raudhatul Islamiyah Mosque on the edge of the Trans Kalimantan road, Ambawang District, and Regency of Kubu Raya do not have waste management facilities and infrastructure, including trash bins. The approach taken was to provide trash bins so that waste can be accommodated according to its type and socialization and training to increase public awareness and train partners in processing organic waste produced to have economic value. The purpose of the socialization of waste management was to provide knowledge about the grouping of waste based on the types of organic and inorganic waste, how to sort waste and its utilization and increase the understanding of partners regarding how to make compost. The face-to-face method was used in lectures, discussions, questions and answers, simulations and field practice. The materials provided include classifying waste based on its type, problems caused by waste, how to sort waste and how to process organic waste into compost. In addition, training on composting was given after the socialization material was completed. The final activity was the handover of 2 segregated trash bins with a capacity of 50 litres and a composter with a capacity of 5 litres equipped with an activator that functions to accelerate the work of microorganisms in the composting process of organic waste.
Sosialisasi dan Pelatihan Pengolahan Air dengan Sistem Konvensional Lengkap di Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Ulli Kadaria; Isna Apriani
Al-Khidmah Vol 3, No 2 (2020): AL-KHIDMAH (Desember)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/al-khidmah.v3i2.2132

Abstract

Ketersediaan air bersih di Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura (UNTAN) merupakan kebutuhan yang penting untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Air bersih digunakan untuk aktivitas MCK dan laboratorium seperti mencuci peralatan dan lainnya selama praktikum berlangsung. Di sekitar kampus terdapat dua buah sumur yang secara fisik kualitasnya berwarna kuning kecoklatan. Adanya potensi sumber air tersebut dapat diolah menjadi air bersih yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sir bersih di Jurusan Teknik Lingkungan. Selain untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuatan Instalasi Pengolahan Air (IPA) juga dimaksudkan untuk media pembelajaran mahasiswa karena salah satu fokus studi di Jurusan Teknik Lingkungan adalah terkait dengan pengolahan air. Pengolahan air dirancang dengan menggunakan pengolahan konvensional lengkap yang terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode parsipatori, dimana mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi, operasional dan pemeliharaan alat. Tingkat pemahaman mahasiswa diukur dengan melakukan pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa pengolahan air dengan menggunakan pengolahan konvensional lengkap mampu mengolah air sumur menjadi air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan MCK dan laboratorium, hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi bersih/jernih. Di sisi lain, tingkat pemahaman mahasiswa juga meningkat dengan adanya praktek secara langsung, bukan hanya sekedar teori di kelas.
UPAYA PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN MELALUI PENINGKATAN AKSES AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DESA SUNGAI ITIK, KECAMATAN SUNGAI KAKAP, KABUPATEN KUBU RAYA Rizki Purnaini; Isna Apriani; Ulli Kadaria; Ochih Saziati; Ricka Aprillia
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Sungai Itik terletak di sebelah utara Kecamatan Sungai Kakap dengan jarak tempuh dari kota Pontianak sekitar 26 km. Kualitas air Sungai Itik sebagai sumber air baku permukaan, mempunyai sifat yang terbuka sehingga mudah terjadi pengotoran/ pencemaran, sehingga agar dapat dimanfaatkan sebagai air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar kualitas airnya dapat memenuhi baku mutu air bersih yang dipersyaratkan sehingga aman untuk digunakan guna memperbaiki sanitasi dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Guna memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Desa Sungai Itik yang sesuai dengan standar baik dari segi kualitas dan kuantitas serta meningkatkan akses air bersih masyarakat Desa Sungai Itik akan air bersih, maka akan dilakukan kegiatan perencanaan Instalasi Pengolahan Air (IPA), sosialisasi dan pelatihan, serta pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang akan melibatkan masyarakat mitra. Tahapan pelaksanaan kegiatan dimulai dari orientasi lapangan, perencanaan, sosialisasi dan pelatihan, pembuatan instalasi pengolahan air, serta monitoring dan evaluasi. Pada pelaksanaan kegiatan tidak hanya memecahkan permasalahan air bersih saja, tetapi dengan adanya metode parsipatori potensi wilayah pada aspek fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat digali potensinya. Teknologi pengolahan air yang telah dibuat disesuaikan dengan kualitas air baku Sungai Itik yaitu sistem pengolahan konvensional lengkap yang terdiri dari intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir.Keywords : Air Bersih, Instalasi Pengolahan Air, Desa Sungai Itik
PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUSLIMIN 1 KABUPATEN KUBU RAYA DAN MA’HAD LABBAIK KOTA PONTIANAK Ulli Kadaria; Suci Pramadita; Aini Sulastri
Jurnal Buletin Al-Ribaath Vol 14, No 2 (2017): Buletin Al-Ribaath
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.838 KB) | DOI: 10.29406/br.v14i2.877

Abstract

Hidayatul Muslimin 1 Kubu Raya Boarding School and Ma’had Labbaik Pontianak have a problem in term of water quality. The limited quantity as well as the uncertainty of rainwater cause Hidayatul Muslimin 1 Boarding School and Ma’had Labbaik using well to use well to meet the needs of clean water. The physical quality of well water is dark brown in color because of the peat soil around both of locations. Well water is only pumped toward the reservoir without any water treatment process, thereby potentially causing diseases such as itching as well as causing yellow color in clothing and kitchen utensils. Thus, installation of water treatment unit is needed to treat well water into the clean water which is suitable for everyday use. Treatment technology used are chlorination, aeration, and filtration using clamshell media, with a processing capacity of 1000 liters. The method used is the participatory method by involving students in socialization, operation, and maintenance of water treatment installation. The physical quality of water is clean after treatment and suitable for everyday use. Keywords: Aeration, Filtration, Chlorination, Water Treatment
DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR TOTAL COLIFORM (T.COLI) DI HILIR SUNGAI TEBERAU Rendi Mulya Kiki Prio Utomo Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3572.736 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v6i1.25322

Abstract

ABSTRAKSungai Teberau merupakan anak Sungai Sambas Kecil. Jenis sumber pencemar di hilir Sungai Teberau yaitu pemukiman. Pemukiman yang tepat berada di sungai dapat mengakibatkan pencemaran sungai yaitu penambahan bakteri Total Coliform (T.Coli). Salah satu upaya pengendalian yaitu melakukan inventarisasi beban pencemar dengan menghitung jumlah beban pencemar yang diperbolehkan masuk ke dalam sungai. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi, menghitung beban pencemar sungai, meghitung daya tampung beban pencemar T.Colimenggunakan metode Neraca Masa dan faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya E.Coli ke dalam sungai. Inventarisasi sumber pencemar diketahui bahwa jumlah penduduk di hilir Sungai Teberau yaitu sebanyak 1.849 jiwa. Beban pencemar total coliform di hilir Sungai Teberau yaitu 455.817 jumlah/hari. Sedangkan daya tampung beban pencemar Total Coliform yaitu 11.113.143 jumlah/hari. Hal ini menunjukkan Sungai Teberau masih memiliki daya tampung beban pencemar Total Coliform. Faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya bakteri E.Coli ke sungai yaitu pemukiman yang berada di tepian sungai serta jarak keberadaan jamban dan septic tank yang tidak sesuai dengan peraturan yaitu < 10 meter. Kata Kunci: Beban Pencemar, Escherichia Coli, Sungai Teberau
KAJIAN TEKNIK OPERASIONAL PENGEMBANGAN TPST EDELWEISS SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH SKALA KAWASAN Fitra Muthia Khanza; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v6i1.28007

Abstract

ABSTRAKTPST adalah tempat dilakukannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendaur ulang, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. TPST merupakan bagian dari pengelolaan sampah yang dapat mereduksi sampah yang masuk ke TPA. Di Kota Pontianak, sudah terdapat TPST Edelweiss yang berdiri sejak tahun 2015. Namun hingga tahun 2017, TPST Edelweiss hanya mengelola sampah Pasar sehingga diperlukan pengembangan luas TPST yang mengelola sampah skala kawasan. Tujuan penelitian ini, menganalisis timbulan sampah yang terdapat di Pasar Pagi dan kondisi eksisting TPST Edelweiss dari segi aspek teknik operasional, menganalisis pengembangan pengelolaan sampah di TPST Edelweiss skala pasar menjadi skala kawasan. Perhitungan jumlah sampel sampah menggunakan metode proportionate statified random sampling. Teknik pengambilan dan pengukuran sampel sampah mengacu pada SNI 19-3694-1994  dilakukan selama 8 hari. Timbulan sampah organik Pasar Pagi 0,386 m3/unit/hari dan anorganik 0,002 m3/unit/hari. TPST Edelweiss  memiliki area penumpukan dan pemilahan 12 m2, pencacahan dan penimbangan 12 m2, 21 bak pengomposan, pengayakan dan pengemasan kompos 9 m2, dan 1 reaktor biogas fixed dome 10 m3. Pengembangan TPST Edelweiss menjadi skala kawasan membutuhkan area penumpukan 100 m2, area pemilahan 157,44 m2 dengan conveyor belt, area pencacahan 30,176 m2, area pengomposan metode open windrow composting dengan luas area 3421,83 m2, area pengayakan dan pengemasan kompos dengan luas area 16,5 m2, area anorganik dan B3 membutuhkan luas  94,64m2, reaktor biogas tipe fixed dome 10 m3, gudang 80 m2, lahan parkir 34,44 m2, rumah jaga 24 m2. Luas yang dibutuhkan untuk mengelola sampah dalam skala kawasan adalah 4458,143 m2. Kata Kunci: Pengelolaan Sampah, Pengembangan, TPST ABSTRACTTPST is a place for activities such as collecting, distinguishing, reusing, recycling and processing as the final phase of waste management. TPST is a phase of waste management that possible to reduce the waste that goes to waste disposal. In Pontianak, TPST Edelweiss had established since 2015. Whereas until 2017 TPST Edelweiss only worked with the market’s waste, which is necessary to be developed for waste management in district scale. The purpose of this research are analyzing the waste pile at the Pasar Pagi and condition of how the existing of TPST Edelweiss can be turned from market’ scale into district scale, according to several aspects such as operational technique, analysis on the development of waste management in TPST Edelweiss. The calculation of the amount of waste sampling by using proportionate statified random sampling method. The measurement technique of the waste sampling refers to SNI 19-3694-1994 that have been doing in eight days. Organics waste pile at the Pasar Pagi 45,174 m3/days while anorganics 0,242 m3/days. TPST Edelweiss has 12 m2 area for collecting and distinguishing the waste, devastating and scaling area 12 m2, 21 compost bin, shifting and packaging compost 9 m2, and 1 biogas fixed dome reactor 10 m3. The development of TPST Edelweiss into district scale needs 100 m2 for collecting area. 157.44 m2 for distinguishing area with conveyor belt. 30.176 m2 for devastating area. Compost area with open windrow composting method within 3421.83 m2. 16.5 m2 for compost’s shifting and packaging area. Anorganics and B3 area need 94.64m2. Biogas fixed dome type reactor within10 m3. Storehouse 80 m2. Parking lot 34.44 m2. Maintenance house 24 m2. The space needs for waste management in district scale is 4458,143 m2. Keywords: Waste Management, Development, TPST
PENURUNAN KEKERUHAN AIR BAKU PDAM GUNUNG POTENG SINGKAWANG DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN TAWAS DAN PAC BEWA MULYATAMA; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 4, No 1 (2016): Jurnal 2016
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v4i1.17889

Abstract

ABSTRAKPengolahan air baku di PDAM Gunung Poteng Singkawang menggunakan proses pengolahan konvensional lengkap. Koagulan yang digunakan adalah tawas. Hasil pengolahan air baku masih belum konsisten. Pengolahan air baku pada tahun 2015 menghasilkan kekeruhan antara 0,2 NTU sampai 9,2 NTU. Upaya perbaikan untuk masalah di PDAM Gunung Poteng Singkawang adalah dengan mencampurkan koagulan tawas dan PAC yang diharapkan dapat mengurangi kekeruhan dari hasil pengolahan air baku. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis efektifitas penurunan kadar kekeruhan dengan pencampuran koagulan tawas dan PAC untuk memperbaiki tingkat kekeruhan air baku di PDAM Gunung Poteng Singkawang sesuai baku mutu dan menganalisis perbandingan dosis pencampuran koagulan tawas dan PAC yang optimum terhadap tingkat kekeruhan di PDAM Gunung Poteng Singkawang. Pengujian yaitu dengan mengadakan eksperimen pengolahan air baku menggunakan koagulan Tawas dan PAC yang dilakukan dengan menggunakan metode Jar Test. Percobaan dilanjutkan dengan pemeriksaan kualitas air yang meliputi kekeruhan dan pH yang akan dilakukan sebelum dan setelah jar test. Variasi larutan Tawas dan PAC dengan perbandingan 1:0, 1:1, 1:2, 2:1, 1:3, 3:1 dan 0:1. Hasil dari penelitian didapat bahwa dosis 1:0 dan 0:1 menghasilkan kekeruhan yang buruk daripada perbandingan dosis lainya. Pengkondisian kekeruhan dari data sekunder kualitas air baku PDAM Gunung Poteng Singkawang tahun 2015 didapat kekeruhan 116 NTU untuk kekeruhan tertinggi dan 9,6 NTU untuk kekeruhan terendah. Pengujian penegasan dilakukan dengan kondisi kekeruhan sebenarnya di lapangan didapat kekeruhan 22,42 NTU. Perbandingan yang efektif untuk kondisi kekeruhan 116 NTU adalah 1:2 dengan efektivitas penurunan kekeruhan mencapai 98,9 % dan kondisi kekeruhan 9,6 NTU adalah 1:3 dengan efektivitas penurunan kekeruhan 93,5 %. Hasil uji penegasan menghasilkan perbandingan efektif dengan kondisi kekeruhan 22,42 NTU (kekeruhan air baku bulan September tahun 2016) adalah 1:2  dengan efektivitas penurunan kekeruhan 96,3 %. Penggunaan perbandingan dosis pencampuran koagulan dapat menunjukkan bahwa pada kondisi kekeruhan kurang dari 10 NTU sampai 20 NTU dapat menggunakan perbandingan dosis 1:3. Kekeruhan pada nilai 21 NTU sampai 116 NTU dapat menggunakan dosis pencampuran 1:2.Kata Kunci : Kekeruhan, air baku, koagulan, tawas, PAC
Potensi Cangkang Telur Ayam sebagai Media Filter untuk Meningkatkan pH pada Pengolahan Air Gambut (The Potential of Chicken Eggshells as a Filter Media to Increase pH for Peat Water Treatment) Novianti Novianti; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 7, No 2 (2019): Juli 2019
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v7i2.37234

Abstract

Abstract The availability of clean water in peat areas is limited, for the color of the water in these areas are having some shade of dark brown, the content of organic matter is high, but has a level of acidity (pH), thus making the peat water not fit for consumption and a treatment is needed in advance to use the water suitable for daily use. Therefore, this study aims to analyze the ability of the filter media with a variety of chicken egg shell thickness of 20 cm, 30 cm and 40 cm to increases of pH level of peat water. The use of debit inlet in this matter is 8,3 x 10-3 m3/h and is repeated 2 times (Duplo) on trial. Peat water test results prior to the processing of pH is 4.63 and doesn’t fullfil the quality standard of PERMENKES (minister of health regulation) No. 32 of 2017. The best results were obtained for pH of 4.63 becomes 7.78 with 40.45% efficiency. Optimum results obtained at a thickness of 20 cm filter media has been able to increase pH become 7,31.Keywords: Peat water, Chicken Egg Shells, Filtration  Abstrak Ketersediaan air bersih menjadi terbatas pada wilayah dengan jenis tanah gambut yang memiliki air berwarna merah kecoklatan, kandungan zat organik yang tinggi, namun mempunyai derajat keasaman (pH) yang relatif rendah sehingga membuat air gambut tidak layak konsumsi dan diperlukan pengolahan sebelum menggunakan air tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan media filter cangkang telur ayam dengan variasi ketebalan 20 cm, 30 cm dan 40 cm dalam meningkatkan pH pada air gambut. Debit inlet yang digunakan yaitu 8,3 x 10-3 m3/jam. Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali (duplo) pada percobaan. Hasil uji air gambut sebelum pengolahan untuk pH sebesar 4,63 dan tidak memenuhi baku mutu PERMENKES No 32 Tahun 2017. Hasil terbaik yang diperoleh untuk pH 4,63 menjadi 7,78 dengan ketebalan 40 cm dengan efisiensi sebesar 40,45%. Hasil optimal diperoleh pada ketebalan media filter 20 cm telah dapat meningkatkan pH menjadi 7,31.Kata Kunci: Air Gambut, Cangkang Telur Ayam, Filtrasi
RANCANGAN TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH IBU KOTA KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK Erland Evansta Sulisuka; Laili Fitria; Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 6, No 1 (2018): Januari 2018
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v6i1.26631

Abstract

ABSTRAKSumber mata air Bukit Godang merupakan salah satu sumber mata air yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sumber air baku di Kecamatan Mandor. Penelitian yang dilakukan meliputi; proyeksi kebutuhan air penduduk Kecamatan Mandor hingga tahun 2037, analisis kualitas air sumber air baku yang ditinjau, analisis kuantitas dan kontinuitas air baku, serta pembuatan rencana desain jaringan pipa transmisi, bangunan penangkap mata air, dan reservoir. Hasil proyeksi penduduk pada tahun 2037 adalah 11.881 jiwa. Dari hasil analisis diketahui bahwa sumber air Bukit Godang layak dikembangkan sebagai sumber air baku. Hasil analisis debit andalan 99%  dengan menggunakan Metode Mock adalah 42,78 liter/detik, besarnya debit ini masih dapat memenuhi kebutuhan air penduduk sampai dengan tahun 2037 yang besarnya 5,16 liter/detik, Hasil analisis terhadap uji kualitas air memenuhi kelas mutu air kelas 1 berdasarkan PPRI 82 tahun 2001. Hasil analisis rencana jaringan pipa menggunakan EPANET 2.0, dapat diketahui bahwa sistem pengaliran secara gravitasi,  panjang pipa 2.230 m, velocity 1,5 meter/detik dan tekanan rata-rata adalah 12,82 m. Dalam penelitian ini juga dilakukan perencanaan bangunan penangkap mata air / broncaptering yang terletak pada titik kordinat 0o20’21,9” LU, 1090 18’17,8” BT. Reservoir terletak didesa Salatiga dengan kapasitas 326 m3.Kata Kunci: Air baku, debit andalan, kebutuhan air.