Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing)

GAMBARAN PUTUS BEROBAT DARI SUDUT PANDANG PENDERITA DAN PENGAWAS MINUM OBAT DI KOTAMADYA PAREPARE: Overview Of Drug Withdrawal From Sufferers And Supervisors Of Taking Medicine Viewpoint In Parepare I Wayan Dedus Suriyana; Elly Lilianty Sjattar; Andi Masyitha Irwan; Hapsah Hapsah
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 4 No. 2 (2018): JIKep | September 2018
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.733 KB) | DOI: 10.33023/jikep.v4i2.171

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang : Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi dan kuman penyebabnya telah diketahui serta obat-obatan untuk menyembuhkan sudah sangat efektif dan maju pesat, namun masalah pemberantasan dan penanggulangannya sampai saat ini belum memuaskan, sehingga perlu uraian tentang gambaran putus obat penderita tuberkulosis ditinjau dari penderita dan pengawas minum obat. Tujuan : Memberikan gambaran putus berobat dari sudut pandang penderita tuberkulosis dan pengawas minum obat di Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kotamadya Parepare. Metode : Penelitian deskriptif ini memiliki 32 responden 16 orang penderita tuberkulosis paru, dan 16 orang pengawas minum obat, yang diperoleh secara purposive sampling. Data ditelusuri dengan wawancara terstruktur dengan mempertimbangkan peran masing-masing responden. Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa penderita mengalami putus obat (12 laki-laki; 4 perempuan; rata-rata berusia 47,81 tahun (21-71tahun)); dengan rata-rata lama terdiagnosis tuberkulosis 6,94 bulan (±3,1; range: 3–13 bulan) dan rata-rata lama konsumsi obat anti tuberkulosis 1,95 bulan (±1,2; range: 1–4 bulan). Pengawas minum obat berjumlah 16 orang yang terdiri dari laki-laki 2 orang (12,5%), dan perempuan sebanyak 14 orang (87,5%). Penderita tuberkulosis memiliki pengawas minum obat sebanyak 16 orang (100%). Pengawan minum obat dan keluarga mendukung pengobatan pasien sebanyak 13 orang (81,25%). Alasan putus berobat ada dua yaitu yang pertama karena efek samping obat seperti Mual, muntah, Pusing, nyeri sendi, badan tertusuk-tusuk sebanyak 12 orang (75%) dan alasan yang kedua adalah penderita tuberkulosis merasa sembuh sebanyak 4 orang (25%). Kesimpulan : Mayoritas penderita tuberkulosis mengalami putus obat disebabkan karena efek samping obat sehingga menurunkan keinginan untuk melanjutkan pengobatan meskipun memperoleh dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan. Kata kunci : Penderita tuberkulosis, Pengawas minum obat, Putus Berobat.
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS: SYSTEMATIC REVIEW: Nursing Intervention for Patients With Chronic Renal Failure Who Undergoing Hemodialysis : A Systemtic Review Hayyu Sitoresmi; Andi Masyitha Irwan; Elly Lilianty Sjattar
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 6 No. 1 (2020): JIKep | Maret 2020
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.847 KB) | DOI: 10.33023/jikep.v6i1.451

Abstract

Background : Nursing intervention is very important for care providers to achieve adequacy in hemodialysis (HD) process. Nurses as the front line in services need to know precisely the nursing interventions that can reduce the mortality rate of HD patients. Objective: to identify what kind of nursing interventions can be done during hemodialysis. Methods: Pubmed, Science Direct, Wiley Online, Proquest, and Google Scholar are databases used in collecting articles with relevant keywords and PRISMA guidelines. Results: obtained six randomized controlled trial articles according to the inclusion criteria. The research article presents nursing interventions such as inhalation therapy, training programs, foot massage, acupressure, cold dialysate use, and music therapy. The intervention can reduce complications that often occur in HD patients and have appropriate duration to be applied during intradialytic phase. Conclusion: nursing intervention can be witnessed to overcome complaints of nausea, vomiting, pain, pruritus, physical weakness, cramps, and psychological disorders. But it needs to be adjusted to the patient's condition and coordination with other medical officers in improving the quality of nursing care.
FAKTOR PREDIKTOR KELULUSAN UJIAN KOMPETENSI NERS INDONESIA: TINJAUAN LITERATUR: Predictors of Ners Indonesia Competency Exam Graduation: Literature Review Basso Palingrungi; Kusrini S Kadar; Elly Lilianty Sjattar
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 7 No. 1 (2021): JIKep | Maret 2021
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.953 KB) | DOI: 10.33023/jikep.v7i1.704

Abstract

Kelulusan mahasiswa keperawatan dalam mengikuti UKNI sejak periode ke-IV terus menerus menurun dan sangat rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara yang tingkat kelulusannya diatas 80%. Tujuan Tujuan studi ini yaitu untuk melihat prediktor terhadap tingkat kelulusan uji kompetensi nasional yang dapat diajukan sebagai salah satu upaya perbaikan institusi Pendidikan. Metode Studi ini menggunakan desain literature review. Database yang digunakan yaitu PubMed, ClinicalKey Nursing, Google Scholar bahasa Inggris. Kata kunci sebagai berikut: nursing program “OR” nursing student “OR” undergraduate nursing program “AND” predictor NCLEX-RN “AND” NCLEX-RN Success. Pada database Google Scholar bahasa Indonesia, Portal Garuda dan pencarian sekunder menggunakan bahasa Indonesia dengan kata kunci program keperawatan “OR” mahasiswa perawat “OR” ners prekdiksi ujian kompetensi “OR” faktor yang mempengaruhi “DAN” Sukses Ukom. Kriteria inklusi yaitu (1) fokus pada prediktor ujian kompetensi, (2) diterapkan pada mahasiswa keperawatan, dan (3) dipublikasikan 10 tahun terakhir yaitu rentang tahun 2011-2020. Adapun kriteria eksklusi yaitu artikel yang tidak tersedia dalam teks lengkap, artikel berganda dan artikel yang tidak cocok dengan pertanyaan penelitian Hasil Hasil tinjauan literatur ini didapatkan 9 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Ada beberapa prediktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menghadapi ujian kompetensi diantaranya: prestasi akademik, hasil try out,bimbingan insentif, status akreditasi, Indepent test taker berbasis web e-learning dan faktor demografi.
EKSPLORASI PENGALAMAN PERAWAT TERHADAP STIGMATISASI SELAMA PANDEMI COVID-19: Exploration of Nurses Experiences with Stigmatization During The Covid-19 Pandemic Mindo Kristofani Elizabeth Siahaan; Kusrini S Kadar; Elly Lilianty Sjattar
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing) Vol. 8 No. 2 (2022): JIKep | Juni 2022
Publisher : LPPM STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.589 KB) | DOI: 10.33023/jikep.v8i2.998

Abstract

Pendahuluan : Meningkatnya kasus dan kematian selama pandemic COVID-19, menyebabkan petugas kesehatan sebagai garda terdepan memperoleh berbagai tekanan sosial termasuk isolasi , stigma dan diskriminasi maupun masalah psikologis lainnya. Tidak jarang petugas kesehatan seringkali diberi label, ditetapkan sebagai bagian yang terpapar dan menghadapi kehilangan status dan diskriminasi karena stigma terkait dengan COVID-19. Tujuan: untuk menggali pengalaman perawat terhadap stigmatisasi selama pandemic COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif  dengan pendekatan eksplorasi deskriptif kualitatif. Hasil: Terdapat 6 tema yang didapatkan: Penyebab terjadinya stigmatisasi; Sumber stigmatisasi terhadap perawat; Bentuk stigmatisasi yang dialami perawat; Respon perawat terhadap stigmatisasi yang dirasakan; Mekanisme koping yang digunakan perawat; dan Dukungan sosial bagi perawat dalam menghadapi stigmatisasi. Kesimpulan: Mayoritas perawat mengungkapkan bahwa stigmatisasi yang mereka alami disebabkan karena kurangnya pengetahuan, tingginya resiko penularan, dan informasi yang kurang tepat atau hoax yang diterima oleh keluarga maupun masyarakat. Untuk mengatasi stigmatisasi penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dengan melakukan pendidikan kesehatan dan diskusi terbuka antara masyarakat dengan petugas kesehatan tentang Covid-19 untuk mendukung mereka mengambil tindakan yang efektif dalam memerangi penyakit, mengurangi ketakutan dan stigma.