Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Pengaruh Therapy Supportif Konsep Diri terhadap Konsep Diri Anak Sekolah Dasar Aprida Manurung; Budi Anna Keliat; Ira Erwina
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 7, No 3 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.058 KB) | DOI: 10.26714/jkj.7.3.2019.293-302

Abstract

Permasalahan kenakalan anak usia sekolah yang sering terjadi adalah bolos, melangar peraturan sekolah, merokok, tauran hingga bully. Hal ini disebabkan karena saat perkembangan konsep diri anak mengalami kerancuan identitas, hingga depersonalisasi. Untuk mencegah hal itu maka diperlukan suatu tindakan preventif, salah satunya dengan melakukan therapy supportif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Therapy Supportif terhadap Konsep Diri dan perkembangan anak, dengan metode quasi eksperimental pre-post test with control group dan menggunakan kuesioner konsep diri. Sampel berjumlah 80, 40 Kelompok Intervensi dan 40 kontrol, mengunakan tehnik random sampling. Hasil penilitian  didapatkan ada pengaruh yang bermakna pada Therapy supporti terhadap perkembangan dan konsep diri, denga nilai rerata variabel perkembangan sebelum diberikan Therapy supportif pada kelompok intervensi 72,78 atau 77,45% dan nilai rerata setelah dilakukan therapy supportif  83 atau 88,32% dari nilai tersebut terjadi peningkatan perkembangan sebesar 10,22 (10,87%) yang artinya Therappy Supportif  memiliki pengaruh bermakna terhadap perkembangan anak, Sedangkan untuk nilai variabel konsep diri sebelum dilakukan terapi suportif pada kelompok intervensi 68,28 atau 72,63%, Setelah dilakukan Therapy Supportif  didapatkan nilai rerata 83,87 atau 89,22%, dari nilai tersebut dapat dianalisis bahwa terjadi peningkatan, sebesar 15,59 atau 22,84% yang artinya Therappy Supportif  memiliki pengaruh bermakna terhadap konsep diri anak Kata kunci: terapi supportif, konsep diri, anak sekolah dasar THE EFFECT OF THERAPY SUPPORTIVE SELF-CONCEPT AGAINSTCHILDREN'S CONCEPT OF BASIC SCHOOL ABSTRACTThe problem of delinquency in school-age children that often occurs is truancy, violating school rules, smoking, mixing, and bullying. This is because when the child's self-concept development experiences confusion in identity, to depersonalization. To prevent that, we need a preventive action, one of them is by doing supportive therapy. The purpose of this study was to determine the effect of Supportive Therapy on Self-Concept and child development, with a quasi-experimental method of pre-post test with control group and using a self-concept questionnaire. Samples amounted to 80, 40 intervention groups and 40 controls, using random sampling techniques. The results of the study, found that there is a significant relationship in supportive therapy to development and supportive therapy in self-concept, with the average value of the development variables before being given supportive therapy in the intervention group 72.78 or 77.45% and the mean value after supportive therapy 83 or 88.32% of the value there was an increase in development of 10.22 (10.87%) which means that Therappy Supportive has a significant influence on children's development, while for the value of self-concept variables before supportive therapy in the intervention group 68.28 or 72, 63%, after supportive therapy, the mean value is 83.87 or 89.22%. From this value, it can be analyzed that there is an increase of 15.59 or 22.84%, which means that therapeutic support has a significant influence on the child's self-concept Keywords: supportive therapy, self-concept, elementary school children
PELATIHAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK GUNA MENINGKATKAN PENGETAHUAN PERAWAT DALAM CARING Rika Sarfika; Esthika Ariany Maisa; Siti Yuliharni; Dewi Eka Putri; Ira Erwina; Bunga Permata Wenny; Rika Fatmadona; Dwi Novrianda
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.166 KB) | DOI: 10.25077/jhi.v3i2.386

Abstract

The caring behavior is the main basis that underlies the mutual help relationship established between the nurse-patient. This therapeutic relationship is built through therapeutic communication that is practiced to achieve the success of the therapeutic program. However, there are still many nurses who do not apply therapeutic communication in interacting with patients. This activity was aimed to improve nurses' understanding through therapeutic communication training for nurses at a hospital in Padang city. The implementation of this activity used method lecture, discussion, and demonstration. Learning was carried out for 8 hours effectively, before and following learning the measurement of pre-test and post-test knowledge were carried out. The number of participants as many as 20 nurses who served in the unit inpatient care room. Based on paired t-test, the results obtained were differences in the average knowledge of participants about therapeutic communication before and after training (p value = 0,000). The average difference in knowledge scores before and after training was 2.550. The results of this activity showed that learning activities using lecture, discussion, and demonstration methods were proven to increase nurses' knowledge about therapeutic communication. Therefore, it is suggested that this activity can be carried out routinely in order to improve the quality of nursing care for patients through the application of good therapeutic communication by nurses.
Hubungan Dukungan Sosialdengan Tingkat Kecemasan Narapidanadi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2014 Dewi Eka Putri; Ira Erwina
Ners Jurnal Keperawatan Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.635 KB) | DOI: 10.25077/njk.10.2.118-135.2014

Abstract

Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kecemasan Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2014.Status sebagai narapidana merupakan stressor yang berat dalam kehidupan, narapidana kehilangan kebebasan, kehilangan rasa aman dan nyaman, terpisah dari keluarga dan komunitas, adanya perubahan pada dukungan sosial yang diterima serta dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan yang terbatas, yang menyebabkan narapidana mengalami masalah kesehatan mental yaitu kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada 237 responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi, tingkat kecemasan, dan dukungan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48.5% narapidana mengalami kecemasan ringan, dan 52.3% narapidana mendapatkan dukungan sosial yang tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang tahun 2014 dengan p= 0.000 dan r = -0.72 1, yang berarti terdapat korelasi kuat dengan arah negative, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah tingkat kecemasan atau sebaliknya. Disarankan untuk petugas Lapas, perawat, keluarga, dan rekan sesama narapidana untuk menjadi sumber dukungan sosial bagi narapidana sehingga dapat menurunkan kecemasan
Hubungan Antara Harga Diri dengan Interaksi Sosial pada Orang dengan HIV AIDS di Yayasan Lantera Minangkabau Support Yudhi Aulia; Ira Erwina; Alfitri -
Ners Jurnal Keperawatan Vol 10, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.969 KB) | DOI: 10.25077/njk.10.1.37-45.2014

Abstract

Orang dengan HIV AIDS bukan hanya mengalami masalah secara fisik atau biologis, tetapi jugamengalami masalah secara psikis, sosial dan spiritual. Ketika seseorang telah didiagnosa terkena virus HIV inidalam pengkajian psikososialnya ODHA akan menarik diri dari lingkungannya. Terganggunya harga diriODHA berpengaruh terhadap komunikasinya yang merupakan bagian proses dari interaksi sosial. Tujuan daripenelitian ini adalah unutk mengetahui sejauh mana hubungan harga diri dengan interaksi social pada orangdengan HIV AIDS. Penelitian ini dilakukan di Yayasan Lantera Minangkabau Support Padang dari bulan Aprilhingga bulan Mei 2013. Jenis penelitian inni adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlahsampel pada penelitian ini sebanyak 45 ODHA dengan menggunakan teknik Total Sampling. Pengumpulan datamenggunakan kuesioner yang menggunakan skala likert untuk variabel harga diri dan interaksi sosial. Analisadata univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi dan untuk bivariat dilakukan dengan uji Spearman. Hasilpenelitian menunjukkan sebanyak 91,4% ODHA memiliki harga diri yang positif dan 64,4% ODHA denganinteraksi sosial yang baik. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara harga diri dan interaksi sosial. Hasilpenelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan dalam melaksakan asuhankeperawatan terhadap ODHA.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISTRESS EMOSIONAL PADA CAREGIVER PEREMPUAN DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Ira Erwina; Reni Prima Gusty; Monalisa -
Ners Jurnal Keperawatan Vol 8, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.736 KB) | DOI: 10.25077/njk.8.2.28 - 37.2012

Abstract

Caring for mental patients can be done by families and health professionals. The family is the closest to patients with mental disorders, referred as caregiver. Caregiver always give support for patient care. Caring for patients with mental disorders will make caregivers vulnerable to emotional problems such as anxiety, depression and worries. The purpose of this study was to determine the emotional distress experienced by female caregiver and the characteristics and its relationship with mental patients. Design of this research is analytic survey with purposive sampling technique. The total sample of 86 respondents, data were collected using questionnaires. The results of the data obtained and tested using correlation analysis. The result is women caregivers for experiencing emotional distress is 7.73 (77.3%), and there is a relationship between the family situation (caregiver relationship and supervision) to emotional distress, and there is no relationship between the characteristics of caregivers and the characteristics of mental disorder patients with emotional distress. Advised the caregiver to seek information and to improve the ability to solve problems.
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kadar Kolesterol Pasien Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2013 Ira Erwina; Fitra Yeni
Ners Jurnal Keperawatan Vol 9, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.977 KB) | DOI: 10.25077/njk.9.1.30-38.2013

Abstract

Hiperkolesterolemia menjadi salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab kematian nomor satu. Pengontrolan kolesterol dilakukan dengan melibatkan keluarga dalam melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel yang paling signifikan. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Lokasi penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang dengan responden 60 orang. Analisis dengan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian ada hubungan bermakna antara fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam pelaksanaan praktik diet P=0,004 (p<0,05), aktifitas fisik dan rekreasi p=0,002 (p<0,05) dengan kadar kolesterol. Sedangkan praktik pencegahan berbasis pengobatan tidak terdapat hubungan bermakna p=0,925 (p>0,05). Variabel yang paling signifikan adalah fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam pelaksanaan praktik diet dengan nilai p=0,007 dengan nilai OR=4,896 (95%CI=1,548-15,486). Saran kepada pihak puskesmas agar dapat meningkatkan frekuensi kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan yang lebih ditekankan pada praktik diet dan menyarankan keluarga untuk berperan lebih aktif dalam melaksanakan fungsi perawatan kesehatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISTRESS EMOSIONAL PADA CAREGIVER PEREMPUAN DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA ira Erwina; reni prima gusty; Monalisa -
Ners Jurnal Keperawatan Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.45 KB) | DOI: 10.25077/njk.12.1.28-37.2016

Abstract

Abstract                                                                                                                 Caring for mental patients can be done by families and health professionals. The family is the closest to patients with mental disorders, referred as caregiver. Caregiver always give support for patient care. Caring for patients with mental disorders will make caregivers vulnerable to emotional problems such as anxiety, depression and worries. The purpose of this study was to determine the emotional distress experienced by female caregiver and the characteristics and its relationship with mental patients. Design of this research is analytic survey with purposive sampling technique. The total sample of 86 respondents, data were collected using questionnaires. The results of the data obtained and tested using correlation analysis. The result is women caregivers for experiencing emotional distress is 7.73 (77.3%), and there is a relationship between the family situation (caregiver relationship and supervision) to emotional distress, and there is no relationship between the characteristics of caregivers and the characteristics of mental disorder patients with emotional distress. Advised the caregiver to seek information and to improve the ability to solve problems. Keywords      : caregiver, women, emotional distress, mental disorders Abstrak Merawat pasien gangguan jiwa bisa dilakukan oleh keluarga dan tenaga kesehatan. Keluarga adalah orang yang terdekat dengan pasien dengan gangguan jiwa, yang disebut dengan istilah caregiver. Caregiver selalu memberikan support dan dukungan selama merawat pasien. Merawat pasien dengan gangguan jiwa akan membuat caregiver rentan terhadap masalah emosional seperti cemas, depresi dan kekhawatiran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distress emosional yang dialami caregiver perempuan dan hubungannya dengan karakteristik caregiver dan pasien gangguan jiwa. Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 86 orang, data dikumpulkan menggunakan kuisioner. Hasil data diperoleh dan diuji menggunakan analisis korelasi. Hasilnya adalah caregiver perempuan mengalami distress emosional sebesar 7,73 (77,3%), dan terdapat hubungan antara situasi keluarga (hubungan caregiver dan pengawasan) terhadap distress emosional, dan tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden dan karakteristik pasien gangguan jiwa dengan distress emosional. Disarankan pada caregiver untuk mencari informasi dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi masalah. Kata kunci   : caregiver, perempuan, distress emosional, gangguan jiwa
Aplikasi Model Adaptasi Roy pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan dengan Penerapan Asertiveness Training di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Ira Erwina
Ners Jurnal Keperawatan Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.304 KB) | DOI: 10.25077/njk.8.1.66-74.2012

Abstract

Perilaku kekerasan atau risiko perilaku kekerasan adalah salah satu gejala positif dari skizoprenia (Kaplan & Sadock, 1997). Asertiveness training dapat menurunkan perilaku kekerasan pada klien Skizoprenia (Wahyuningsih, 2009). Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan model adaptasi Roy pada klien dengan risiko perilaku kekerasan. Penerapan assertiveness training  dilakukan pada 23 orang klien di ruang Utari dan Srikandi pada kurun waktu 14 Pebruari – 15 April 2011. Hasil assertiveness training sangat efektif pada 23 klien menunjukkan peningkatan dalam mencegah perilaku kekerasan. Berdasarkan hasil di atas perlu direkomendasikan bahwa assertiveness training dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan perlu disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA YANG MERAWAT ANAK AUTIS DI KOTA PADANG FACTORS ASSOCIATED WITH FAMILY BURDEN CARING FOR CHILDREN WITH AUTISM IN PADANG Yola Yolanda; Khatijah Binti Abdullah; Ira Erwina
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 11, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.399 KB) | DOI: 10.30633/jkms.v11i1.531

Abstract

Keluarga yang merawat anak autis tidak terlepas dari kondisi stres, depresi, cemas, dan tekanan lain yang dialami selama mengasuh anak. Kondisi tersebut juga mempengaruhi kemampuan keluarga dalam mengasuh anak autis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan beban keluarga yang merawat anak autis di kota Padang tahun 2016. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah 301 keluarga yang memiliki anak autis di seluruh SLB kota Padang dan sampel sebanyak 172 orang. Pengumpulan data pada tanggal 25 Mei– 8 Juni 2016. Tekhnik pengambilan sampel dengan Proporsional Stratified  Random sampling. Instrument penelitian dukungan sosial menggunakan MSPSS dan beban keluarga menggunakan instrument ZBI. Uji statistik Chi-square membuktikan adanya hubungan bermakna antara dukungan sosial dan pendidikan dengan beban keluarga yang merawat anak autis. Faktor yang paling berhubungan dengan beban keluarga adalah dukungan sosial dan pendidikan. Diharapkan sekolah khusus anak autis di kota Padang lebih memotivasi keluarga untuk hadir di kegiatan Parenting Sosial Support setiap bulannya, mencari informasi lewat media online yang terpercaya karena dengan adanya berbagi pengalaman dalam pengasuhan anak autis dapat mengurangi beban dalam merawat anak autis, dan perawat jiwa berperan dalam deteksi masalah psikososial dan kejiwaan dalam keluarga merawat anak autis di sekolah autis, memberikan Family Psiko Edukasi (FPE), dan Terapi Supportif Kelompok .
Hubungan Motivasi Bermain Game Online Dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Adiksi Game Online Pada Remaja di SMPN Kota Padang Dwi Christina Rahayuningrum; Zabidah Putit; Ira Erwina
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 10, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.105 KB) | DOI: 10.30633/jkms.v10i1.315

Abstract

ABSTRAK Adiksi game online saat ini menjadi permasalahan global. Adiksi game online akan membuat pemainnya asik bermain game online hingga melupakan waktu dan menimbulkan hal negatif seperti melupakan kewajiban dan terganggu pola tidur. Faktor yang mempengaruhi adiksi game online motivasi dan dukungan sosial teman sebaya, motivasi yang tinggi bisa dari diri sendiri dan lingkungan akan mempengaruhi adiksi seseorang terhadap game online. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi dan dukungan sosial dengan adiksi game online pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 7 dan 8 SMP N 13 Padang yang bermain game online yang berjumlah 150 orang. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner adiksi game online (GASA), motivasi bermain game online¸ dan dukungan sosial teman sebaya (ISEL). Hasil penelitian menunjukkan 64,7% remaja yang mengalami adiksi game online, motivasi bermain game online tinggi pada remaja 66,7%, dan dukungan sosial teman sebaya yang tinggi 76,7%. Terdapat hubungan antara motivasi dengan adiksi game online dengan p value=0,000 (p<0,05), serta tidak ada hubungan dukungan sosial dengan adiksi game online dengan p value=0,450 (p<0,05). Disarankan kepada pihak sekolah untuk melakukan konseling terkait dampak game online pada guru dan meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler juga untuk keperawatan jiwa disarankan untuk melakukan kegiatan berupa promosi dan preventif seperti melakukan konseling atau psikoedukasi pada keluarga serta anak terkait dengan dampak bermain game online. Kata Kunci       : game online, motivasi, dukungan sosial, adiksi¸ psikososial, remaja Relationships Motivation Playing Online Games And Social Support Peers With Online Game Addiction Adolescents in SMPN Padang City ABSTRACT Online game addiction is now a global problem. Online game addiction will make the players cool to play online games to forget about time and give rise to negative things like forgetting its obligations and disturbed sleep patterns. Getting addicted to online game could ense from oneself and or being motivated and supported by peers. The purpose of this study is to determine the relationship between motivation and social support with online game addiction in adolescents. This study is a descriptive with cross sectional design. The samples of this studi include 7th and 8th grade students of SMPN 13 Padang the total sample are 150. The research instrument used questionnaire online game addiction (GASA), the motivation to play online games and social support peer (ISEL). The results showed 64.7% of adolescents who experience addiction online games, play online games high motivation in adolescents 66.7%, and peer social support high 76.7%. There is a relationship between motivation and addiction online games with p value = 0,000 (p<0,05), and no social support relationships with online gaming addiction with p value = 0.450 (p<0,05). It suggested to the school counseling online game-related impacts on teachers and increase extracurricular activities also for the soul of nursing are advised to carry out promotion and preventive activities such as counseling or psycho-education in family and child related to the impact of online gaming. Keywords: online games, motivation, social support, psychosocial addiction, teen