cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 143 Documents
Resensi Buku 'Stalking Ala Milenial di Era Digital' PUTRI REYNA JAFAR; Moses Glorino Pandin
Sosioglobal Vol 6, No 2 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v6i2.37235

Abstract

Buku yang berjudul 'Stalking Ala Milenial di Era Digital' ini berisi tentang cara-cara milenial melakukan kegiatan 'stalking' atau menguntit akun orang lain tanpa sepengetahuan pemilik akun yang bersangkutan untuk mendapat kepuasan tersendiri.
Partisipasi Komunitas Adat Kalitanjung Dalam Pengawasan Pemilu 2019 Di Kabupaten Banyumas Yon Daryono; Wahyu Gunawan; Ari Ganjar Herdiansyah
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.31433

Abstract

Peran komunitas adat dalam pemilu di Indonesia sangat penting bagi legitimasi hasil pemilu. Peran komunitas adat selama ini sering dimanfaatkan sebagai partisipasi pemilih. Sementara fungsi komunitas adat sebagai pemantau pemilu atau pengawas pemilu jarang disentuh penyelenggara pemilu, partai politik dan pemerintah. Dalam tulisan ini diuraikan bagaimana pelibatan dan civic engagement yang dilakukan negara (Badan Pengawas Pemilu) terhadap partisipasi komunias adat Kalitanjung dalam pengawasan Pemilu 2019 di Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi literatur. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan masyarakat cenderung sangat mematuhi norma, budaya dan tradisi tentang perilaku baik yang sudah melekat erat dari pesan-pesan para lelulur dan adat. Sementara dari sisi lain mereka menghormati negara dengan perangkat regulasinya menjaga hukum positif sebagai bagian warga negara.  The role of indigenous communities in elections in Indonesia is very important for the legitimacy of the election results. The role of indigenous communities has been used as voter participation. Meanwhile, the function of indigenous communities as election observers or election supervisors is rarely touched by election organizers, political parties and the government. In this paper, it describes how the state (Election Supervisory Body) involved and civic engagement with the participation of the Kalitanjung traditional community in the supervision of the 2019 Election in Banyumas Regency. The method used in this research uses qualitative methods with data collection techniques through interviews and literature studies. The conclusion from the research results shows that people tend to adhere to norms, culture and traditions about good behavior which are closely attached to the messages of ancestors and customs. Meanwhile, on the other hand, they respect the state by means of its regulations to maintain positive law as part of citizens. 
Intoleransi Di Tengah Toleransi Kehidupan Beragama Generasi Muda Indonesia Widya Setiabudi; Caroline Paskarina; Hery Wibowo
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.29368

Abstract

Tulisan ini meneliti tentang permasalahan agama serta perkembangan toleransi antar umat beragama khususnya generasi muda di Indonesia. Bertolak dari kondisi Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, setiap kelompok dan individu terbentuk secara alamiah dengan perbedaan pandangan serta pendapat yang sewaktu-waktu bisa saja lepas kendali. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan fokus kajian adalah kondisi toleransi beragama di Indonesia saat ini serta menunjukkan upaya pemerintah membangun toleransi beragama. Agama dan politik menjadi faktor penting bagi politik Indonesia sejak awal berdirinya. Pasca reformasi, masyarakat menjadi lebih terbuka dan demokratis. Meski begitu, di sisi lain, dunia internasional juga menyorot tren kelompok intoleran yang mengecam demokrasi Indonesia sebagai “budaya kafir”, Pancasila sebagai “sistem thoghut”, Indonesia sebagai negara tidak Islami, dan seterusnya. Praktek intoleransi beragama di Indonesia ditunjukkan dengan praktek pelarangan pendirian tempat ibadah, kekerasan yang dialami oleh para ulama, kasus penolakan terhadap identitas tertentu, dan lain sebagainya. Sejatinya, pasca reformasi ada tiga pihak yang seharusnya berperan dan bertanggung jawab sesuai dengan kapasitasnya dalam pemeliharaan kerukunan dan toleransi beragama yaitu individu, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Sejumlah fakta lapangan menunjukkan dalam perkembangannya, regulasi yang secara tegas disebutkan sebagai pedoman tugas pemerintah daerah nampaknya masih belum diperhatikan dan diimplementasikan secara optimal oleh sejumlah pemerintah daerah. Khususnya terkait dengan fasilitasi kerja dan dukungan untuk FKUB, banyak pemerintah daerah yang belum cukup memberikan perhatian kepada FKUB yang merupakan wadah bagi masyarakat untuk membangun, memelihara dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. This paper examines religious problems and the development of tolerance between religious people, especially the younger generation in Indonesia. This study uses a descriptive qualitative approach with the focus of the study being the current state of religious tolerance in Indonesia and showing the government's efforts to build religious tolerance. Post-reform, society became more open and democratic. Even so, on the other hand, the international world also highlights the trend of intolerant groups that denounce Indonesian democracy as a "pagan culture", Pancasila as a "thoghut system", Indonesia as an un-Islamic state, and so on. The practice of religious intolerance in Indonesia is shown by the prohibition of the establishment of places of worship, violence experienced by scholars, rejection of certain identities, and so on. In fact, after the reform, there are three parties that should play a role and be responsible according to their capacity in maintaining religious harmony and tolerance, namely individuals, local governments, and the central government. A number of field facts show that in its development, regulations that are expressly mentioned as guidelines for local government tasks still seem to have not been considered and implemented optimally by a number of local governments. Especially related to the facilitation of work and support for FKUB, many local governments have not paid enough attention to FKUB which is a forum for the community to build, maintain and empower religious people for harmony and welfare in the life of society, nation and state.
Konstruksi Sosial Dalam Kasus Kekerasan Seksual Anak Di Bandung Barat Ajeng Syaripah Tunur; Budiawati Supangkat; Budhi Gunawan; Ardi Maulana Nugraha
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.28440

Abstract

Kekerasan seksual merupakan salah satu masalah sosial yang sangat memprihatinkan bagi Negara Indonesia, kekerasan seksual saat ini, sudah mulai dialami oleh anak-anak remaja. Tujuan penelitian ini, untuk menganalisis proses terbentuknya konstruksi social yang terjadi pada kasus kekerasan seksual anak di Kecamatan Cipongkor Bandung Barat. Pendekatan ini, menggunakan konsep konstruksi sosial yang terdiri dari proses eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode kualitatif. Data penelitian didapatkan melalui tahapan observasi, wawancara dan dokumen penelitian. Hasil penelitian ini bahwa Pertama, pada tahap eksternalisasi keluarga korban mendefinisikan kekerasan seksual merupakan aib karena dengan anaknya menjadi korban kekerasan seksual artinya anaknya telah kehilangan kehormatannya. Kedua, Proses Objektivikasi dimana proses ini sudah pada tahap terlegitimasi secara pemikiran, cara pandang orang tua korban yang memandang bahwa kekerasan seksual sebagai aib sudah menjadi pemikiran secara kolektif sehingga menjadi suatu acuan keluarga korban dalam mengambil tindakan, termasuk melakukan tindakan melalui jalur hokum. Ketiga, Proses Internalisasi dalam proses ini dimana korban dan keluarga merasa harus beradaptasi dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat sekitar. Proses konstruksi social dalam terjadi kekerasan seksual karena adanya proses sosialiasi yang tidak sempurna di masyarakat atau keluar dari nilai-nilai dan norma-norma toleransi masyarakat.    Sexual abuse is one of the social problems that is very concerning for the Indonesian State, sexual violence at this time, has begun to be experienced by teenagers. The purpose of this study was to analyze the process of social construction that occurred in cases of child sexual violence in Cipongkor District, West Bandung Regency. This approach, using the concept of social construction consisting of externalization, objectification and internalization processes. The method used in this research is qualitative method. Research data obtained through stages of observation, interviews and research documents. The results of this study that first, at the stage of externalizing the victim's family defines sexual violence as a disgrace because with her child being a victim of sexual violence means her child has lost his honor. Second, the objectification process in which this process has been legitimized in the mindset, the perspective of the victim's parents who view sexual violence as a disgrace has become a collective thought so that it becomes a reference for the victim's family to take action, including taking action through legal channels. Third, the internalization process in this process where victims and families feel they have to adapt to the values that exist in the surrounding community. The process of social construction in the occurrence of sexual abuse due to an imperfect socialization process in society or out of the values and norms of community tolerance.
Genealogi Kewirausahaan Sosial Rizqyansyah Fitramadhana
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.35658

Abstract

Kewirausahaan sosial sedang menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Pemerintah, lembaga non-profit, dan universitas terus mempromosikan kehebatan kewirausahaan sosial. Mereka mengklaim bahwa kewirausahaan sosial akan menghasilkan kemaslahatan. Sayangnya, meskipun banyak penelitian menunjukkan dampak baik kewirausahaan sosial, kajian historis dan kritis tentangnya jarang sekali dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan itu dan menunjukkan konteks serta kepentingan kewirausahaan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode genealogi digunakan sebagai ujung tanduk penelitian dengan fokus pada studi pustaka. Setelah melakukan pembacaan kritis terhadap historiografi kewirausahaan sosial studi ini menghasilkan empat kesimpulan. Pertama, palingan sosial terjadi di tahun 1980. Ini mengizinkan lahirnya kewirausahaan sosial. Neoliberalisme dan penekanannya kepada pemotongan peran negara merupakan konteks kemunculan kewirausahaan sosial. Secara sederhana, keputusan pemerintah untuk memangkas bantuan sosial serta permasalahan sosial yang mengikutinya adalah alasan utama timbulnya ide kewirausahaan sosial. Kedua, kewirausahaan sosial lahir dari rahim kewirausahaan tradisional. Keduanya sama-sama mendayagunakan subjek kewirausahaan. Ketiga, institusionalisasi kewirausahaan sosial dipengaruhi oleh kepentingan pasar bebas dan individualisasi neoliberal. Keempat, organisasi internasional berperan penting dalam penyebaran kewirausahaan sosial di seluruh dunia, khususnya negara berkembang. In Indonesia, social entrepreneurship has became the new buzzword. Government, non-profit organizations, and university continuisly promoting the positives side of social entrepreneurship. It has been claimed that social entrepreneurship always yields prosperity. Unfortunately, although a number of publications has shown decent effects of social entrepreneurship, there was and is small attention to critical and historical reading of it. This study attempts to fill that gap and discloses the context and interest of social entrepreneurship. Genealogy method which depends on literature study will be used to attain the goals of this research. After doing critical reading of social entrepreneurship genealogy, the study has four conclusions to offer. First, social turn had been happening in the 1980 allowing the emergence of social entrepreneurship. Neoliberalism with its emphasis on minimal state was the exact context of the advent of social entrepreneurship. To simplify, government decision to retreat social benefits and social problems ensuing from it were important factors in supporting social entrepreneurship ascendancy. Second, social entrepreneurship was born out of traditional entrepreneurship. Both of them galvanize entrepeneur subject. Third, the institutionalization of social entrepreneurship was heavily influenced by neoliberal spirit of free market and individualization. Four, international organizations have been crucial to social entrepeneurship expansion across developing contries.
Social Media Trap: Remaja Dan Kekerasan Berbasis Gender Online Feryna Nur Rosyidah; Hadiyanto A. Rachim; Pitoyo Pitoyo
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.27083

Abstract

Artikel ini berfokus pada masalah kekerasan berbasis gender online (KGBO), khususnya keterkaitan antara remaja dan penggunaan media sosial. Pendekatan kualitatif dengan metode etnografi virtual dilakukan untuk melihat fenomena sosial dan kultural penggunaan ruang siber. Fokus kajian dalam artikel ini adalah membahas; (1) lingkup KGBO, dan (2) hubungan antara KGBO dan penggunaan media sosial pada kalangan remaja. Teori Interaksi Simbolik dari Mead digunakan dalam penelitian ini sebagai pisau analisis untuk mengupas fenomena KGBO di kalangan remaja. Kemunculan fenomena kekerasan berbasis gender online merupakan salah satu dari sekian banyak dampak negatif penggunaan media sosial. Sebanyak 61% KGBO dengan berbagai bentuk dilakukan oleh orang terdekat korban (intimate partner violence). Media sosial bagi remaja menjadi bukti eksistensi dirinya dalam masyarakat. Perlu adanya sosialisasi dan pemahaman yang cukup dalam penggunaannya sehingga remaja dapat terbebas dari bahaya KGBO dan dampak negatif lainnya. This article focuses on the issue of online gender based violence (OGBV), specifically the link between youth and the use of social media. A qualitative approach with a virtual ethnographic method is carried out to see social and cultural phenomena in the use of cyberspace. The focus of the study in this article is to discuss; (1) the scope of the OGBV, and (2) the relationship between the OGBV and the use of social media among adolescents. The Symbolic Interaction Theory from Mead is used in this study as a knife for analyzing the phenomenon of OGBV among adolescents. The emergence of the phenomenon of online gender based violence is one of the many negative impacts of the use of social media. As many as 61% OGBV in various forms were carried out by those closest to the victim (intimate partner violence). Social media for adolescents is proof of their existence in society. It is necessary to have sufficient socialization and understanding in its use so that young people can be free from the dangers of OGBV and other negative impacts. 
Social Network Analysis (SNA) Tentang Protes Digital di Twitter: Studi Pada Tagar #CabutPermenJHT56Tahun Alhamudin Maju Hamonangan Sitorus
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.38611

Abstract

Pada era digital, penggunaan Twitter sebagai medium aspirasi dan alat untuk menyebarluaskan gerakan sosial semakin meningkat. Artikel ini mengidentifikasi bentuk gerakan sosial online dalam tagar Twitter#CabutPermenJHT56Tahun menggunakan abstraksi teoritik Slavina and Brym (2019)  terhadap teori gerakan sosial di era digital Castell (2012). Mengisi kekosongan pembahasan jaringan sosial dalam gerakan sosial online pada studi sebelumnya (Coley, Cornfield, Isaac, & Dickerson, 2020; Walsh, 2012; Carty, 2006), penelitian ini menggunakan Social Network Analysis (SNA) untuk memetakan aktor penting dalam protes online. Kebaruan metodologi melalui pendekatan digital berkontribusi dalam proses pengumpulan dan analisis data menggunakan perangkat lunak NVIVO dan Gephi. Hasil penelitian ini menjelaskan mekanisme gerakan sosial online pada tagar Twitter #CabutPermenJHT56Tahun melalui empat indikator, yaitu aggrieved, available, digitally connected, dan globally conscious.  Jaringan sosial aktor yang terlibat dalam gerakan juga dibahas dalam artikel ini.In the digital era, social movements have increasingly used Twitter as a medium to mobilize their ideas. This article identifies the online social movement on Twitter Hashtag #CabutPermenJHT56Tahun using Slavina and Brym's (2019) adaption to Castell's (2012) theory of social movement in the digital era. Given the lack of social network discussion of online social movement in previous studies (Coley, Cornfield, Isaac, & Dickerson, 2020; Walsh, 2012; Carty, 2006),  this article used Social Network Analysis (SNA) on mapping the influential actors in the online protest. Methodological novelty through digital approach is contributed to data collection and analysis using NVIVO and Gephi Software. Finally, this study identifies the mechanism of online social movement through Twitter Hashtag #CabutPermenJHT56Tahun through four indicators: aggrieved, available, digitally connected, and globally conscious. The social network of actors in the movement is also provided in this article.
Srategi Penguatan Modal Sosial Pedagang Bubur Kacang Ijo (Burjo) Di Kawasan Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta Muhammad Rois Burhan; Nurhadi Nurhadi; Yuhastina Yuhastina
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.26619

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menjelaskan strategi yang dijalankan oleh pedagang burjo di seputar kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dalam memperoleh, mempertahankan, dan mengakumulasi modal sosial yang menunjang berputarnya roda usaha mereka. Metode kualitatif digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan 30 orang partisipan yang terdiri dari pedagang (20 orang), pemasok bahan baku (5 orang), dan pemilik modal (5 orang). Ketiga pihak dipilih sebagai partisipan penelitian karena keterlibatannya secara langsung di dalam bisnis ini dan karena kaitan yang terjalin di antara mereka. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pedagang burjo menjalankan dua jenis strategi dalam kaitan dengan modal sosial.  (1) Strategi internal yang dijalankan adalah membangun hubungan yang menyerupai keluarga, membangun ikatan kepercayaan dengan semua karyawan, saling memberikan bantuan berupa meminjamkan tenaga karyawan, memberikan bahan baku makanan, bertukar menukar informasi seputar perdagangan, berbagi resep menu makanan dan berbagi antar karyawan. (2) Strategi eksternal yang ditempuh adalah memilih agen untuk dijadikan langganan, mengalah terhadap masyarakat setempat, membersihkan lingkungan usaha, menjaga kualitas masakan, harga murah,  pelayanan yang cepat dan ramah,  membayar uang parkir keamanan, memberikan bantuan terhadap masyarakat sekitar, melayat, menjaga nilai kejujuran, keramahan, keakraban dengan pelanggan, memberi hutang pada pembeli, menaruh kepercayaan terhadap pembeli dan ikut memberikan sumbangan terhadap pegawai burjo lain ketika ada yang meninggal.This research aims at understanding and explaining strategies that green bean porridge (burjo) vendors around the area of Universitas Sebelas Maret campus develop in gathering, maintaining, and accumulating social capitals for the improvement of their businesses’ performance. Qualitative method was used for the data collection and analysis. Primary data was collected through in-depth intervews with 30 research participants, consisting of 20 vendors, 5 suppliers, and 5 investors. These participants were selected due their direct involvement in this business and their close interrelation. This research results in two main conclusions concerning the way burjo vendors manage the social capital. (1) Internally, they build family-like relation, develop trust among employee, and practice mutual help, e.g. lending food materials, sharing business-reated informations as well as recipes. (2) Externally, they develop trust with preferred suppliers, be kind always available for helping the local inhabitants, manage a clean business location, keep the food quality,  give better price, provide a quick and friendly service, regularly pay the parking tribute, go to funeral, allow costumers to pay later, and donate certain amount of cash for bereavement.
Relasi Gender Pada Keluarga Perempuan Miskin Di Kelurahan Wonokusumo Kota Surabaya Azizah Alie; Yelly Elanda; Ratih Retnowati
Sosioglobal Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i2.42046

Abstract

Artikel ini mengkaji salah satu penyebab feminisasi kemiskinan, yaitu ketimpangan gender. Ketimpangan gender yang terjadi pada hubungan keluarga miskin semakin memperparah kondisi perempuan miskin di kota Surabaya. Relasi gender pada keluarga perempuan miskin di Surabaya akan dijelaskan melalui tiga hal, yaitu relasi gender di bidang reproduktif, produktif, dan manajemen komunitas. Dari relasi gender tersebut akan diketahui bentuk-bentuk ketimpangan gender yang dialami perempuan pada keluarga miskin di kota Surabaya. Penelitian ini dilakukan di Desa Wonokusumo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Lokasi ini dipilih karena Kecamatan Wonokusumo merupakan salah satu daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif. Peneliti melakukan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi literatur dalam proses pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan teori analisis gender yang dikemukakan oleh Caroline Moser sebagai pisau analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan gender pada keluarga perempuan miskin di kota Surabaya. Kontribusi dan kehadiran perempuan dalam keluarga miskin di Surabaya kurang diakui, tetapi perempuanlah yang harus menanggung beban produksi, reproduksi, dan pengelolaan masyarakat. Perempuan dalam keluarga miskin di Surabaya mengalami triple burden, dan mengalami bentuk-bentuk ketidaksetaraan gender lainnya, termasuk subordinasi, marginalisasi, kekerasan, dan stereotip negatif.
Dinamika Fungsi Keluarga Pasca Reunifikasi Anak Korban Kekerasan Seksual Di Kabupaten Garut Sri Pujiati; Parwitaningsih Parwitaningsih; Nur Hayati
Sosioglobal Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i2.45654

Abstract

ABSTRAK Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak yang seringkali dianggap sebagai kelompok yang rentan. Pemerintah Indonesia menyatakan sepanjang tahun 2021, sekitar 58,6 persen kasus kekerasan terhadap anak adalah kekerasan seksual. Salah satu kasus yang dilaporkan adalah kasus enam anak di Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, yang mengalami kekerasan seksual oleh pemilik Yayasan tempat mereka mengenyam pendidikan formal dan keagamaan. Kejadian kekerasan seksual ini tentunya berdampak tidak hanya bagi para korban tetapi juga bagi keluarga mereka yang mau tidak mau harus menerima kondisi baru anaknya.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses reunifikasi korban dilakukan dan dinamika fungsi keluarga korban pasca proses reunifikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian lapangan diketahui bahwa para korban melalui proses reunifikasi yang diadakan oleh pemerintah daerah. Namun, terjadi pergeseran fungsi dalam keluarga korban pasca proses reunifikasi, terutama pada keluarga korban yang memiliki anak akibat kekerasan seksual yang dialaminya. Kata Kunci: Fungsi Keluarga, Kekerasan Seksual, Kekerasan Seksual Anak, Reunifikasi. ABSTRAK Pelecehan seksual merupakan kejahatan yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak yang seringkali dianggap sebagai kelompok rentan. Pemerintah Indonesia menyatakan sepanjang tahun 2021, sekitar 58,6 persen kasus kekerasan terhadap anak adalah kekerasan seksual. Salah satu kasus yang dilaporkan adalah kasus enam anak di Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, yang mengalami pelecehan seksual oleh pemilik yayasan tempat mereka mengenyam pendidikan formal dan keagamaan. Kejadian pelecehan seksual ini tentunya berdampak tidak hanya bagi para korban tetapi juga bagi keluarga mereka yang mau tidak mau harus menerima kondisi baru anaknya.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses reunifikasi korban dilakukan dan dinamika fungsi keluarga korban pasca proses reunifikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian lapangan diketahui bahwa para korban melalui proses reunifikasi yang diadakan oleh pemerintah daerah. Namun, terjadi perubahan fungsi dalam keluarga korban pasca proses reunifikasi, terutama pada keluarga korban yang memiliki anak akibat pelecehan seksual yang dialaminya. Kata kunci: Fungsi keluarga, Pelecehan seksual anak, Reunifikasi, Pelecehan Seksual.

Page 11 of 15 | Total Record : 143


Filter by Year

2016 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 9, No 2 (2025): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 9, No 1 (2024): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 8, No 2 (2024): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 8, No 1 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 6, No 2 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 6, No 1 (2021): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 5, No 2 (2021): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 5, No 1 (2020): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 4, No 2 (2020): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 4, No 1 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 3, No 1 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 2 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 2 (2018): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 1 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 2, No 1 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 2 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 2 (2017): SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 1 (2016): SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi Vol 1, No 1 (2016): SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi More Issue