cover
Contact Name
Yushak Soesilo
Contact Email
yushak@sttintheos.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.dunamis@sttintheos.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : 25413937     EISSN : 25413945     DOI : -
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani dengan nomor ISSN 2541-3937 (print), ISSN 2541-3945 (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Pendidikan Kristiani.
Arjuna Subject : -
Articles 350 Documents
Membangun Budaya Kampus Anti Perundungan Berbasis Pendidikan Agama Kristen Model Makan Patita Souisa, Nancy Novitra; Gaspersz, Steve Gerardo Christoffel; Sekewael, Olivia Reny; Maruanaya, Seiron Ceziya Nathania; Timotius, Caitlin Angel
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1518

Abstract

Abstract. Bullying in educational environments shows an increasingly high graph. Several studies have tried to map the reality of bullying in different contexts while tracing the triggering factors to be handled with various approaches. This article aimed to propose the Patita model of Christian Religious Education as a strategy to overcome the problem of bullying in higher education. This study addressed student groups at State and Private Universities in Ambon. The results of the study indicated that conventional approaches to the problem of bullying are not significant enough to restore traumatic memories experienced by victims and perpetrators of bullying. The Patita model offers a more humanistic and egalitarian approach so that the conversation space is more open and dialogical to discuss memories of bullying.Abstrak. Perundungan di lingkungan pendidikan memperlihatkan grafik yang semakin tinggi. Sejumlah penelitian mencoba memetakan realitas perundungan pada konteks yang berbeda-beda sekaligus melacak faktor-faktor pemicunya untuk ditangani dengan berbagai pendekatan. Artikel ini bertujuan mengusulkan Pendidikan Agama Kristen model patita sebagai strategi dalam mengatasi masalah perundungan di perguruan tinggi. Penelitian ini menyasar kelompok-kelompok mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta di Ambon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan konvensional terhadap masalah perundungan tidak cukup signifikan untuk memulihkan ingatan traumatik yang dialami oleh korban dan pelaku perundungan. Model patita menawarkan pendekatan yang lebih humanis dan egaliter sehingga ruang percakapan lebih terbuka dan dialogis untuk membincangkan memori tentang perundungan.
Memoria Passionis dalam Perayaan Ekaristi sebagai Dasar Pengembangan Teologi Migrasi Monteiro, Yohanes Hans; Jew, Jean Loustar; NaE, Roberthus Gaga
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1525

Abstract

Abstract. The unfair treatment experienced by migrants in overseas lands should receive a response from the Church by grounding migration theology. This article was written to provide a theological basis for the development of migration theology so that it can encourage the formation of a synodal Church for migrants. By using literature research methods, this article confirms that the idea on memoria passionis can function as a theological foundation for the development of migration theology and the realization of the Church's synodality with migrants. The form of Church synodality with migrants that we offer in this article is the Church's openness to listen to and learn from the life experiences of migrants, the development of collaborative work of the Church with related parties in order to fight for the noble dignity of migrants, and the implementation of pastoral diakonia in the form of animation, mediation, and advocacy.Abstrak. Perlakuan tidak adil yang dialami oleh kaum migran di tanah rantau sudah sepatutnya mendapat respons dari Gereja dengan membumikan teologi migrasi. Artikel ini ditulis untuk memberikan pendasaran teologis bagi pengembangan teologi migrasi sehingga dapat mendorong pembentukan Gereja yang sinodal untuk kaum migran. Dengan menggunakan metode studi pustaka, artikel ini menegaskan bahwa gagasan memoria passionis dapat berfungsi sebagai salah satu landasan teologis untuk pengembangan teologi migrasi dan perwujudan sinodalitas Gereja bersama kaum migran. Bentuk sinodalitas Gereja bersama kaum migran yang kami tawarkan dalam artikel ini ialah keterbukaan diri Gereja untuk mendengarkan dan belajar dari pengalaman hidup kaum migran, pengembangan kerja kolaboratif Gereja bersama pihak-pihak terkait dalam rangka memperjuangkan martabat luhur kaum migran, dan pelaksanaan pastoral diakonia dalam bentuk animasi, mediasi, dan advokasi.
Roh Kudus sebagai Pleroma Allah Oddeng, Zulkifli
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1562

Abstract

Abstract. In Christian theological discourse, the term pleroma of God is commonly applied to Jesus Christ, the second Person of the Trinity. Despite the explicit support of biblical texts, the consensus indicates a lack of attention to the Holy Spirit, the Third, especially in conversations about the characteristics of the pleroma of God. An exegetical approach to the text of Acts 2:2 opens up the imaginative possibility that the Holy Spirit also assumes a pleromative role, precisely post-ascension of Christ. As a finding, the elaboration of the pleroma of the Holy Spirit makes room for the prophetic role, that the fulfillment by the Holy Spirit empowers a universal prophetic voice. Secondly, the pleroma of the Holy Spirit will always confirm the Trinitarian faith, a belief that underlies every theological passion in the Christian faith.Abstrak. Dalam diskursus teologi Kristen, predikat  pleroma Allah lazimnya dikenakan pada Yesus Kristus, Pribadi kedua dalam Trinitas. Kelaziman tersebut memang dapat diafirmasi dengan teks-teks biblis. Namun di sisi lain, konsensus tersebut mengindikasikan kurangnya perhatian pada Roh Kudus, Sang Pribadi ketiga dalam iman Trinitarian. Salah satunya mengemuka dalam percakapan mengenai karakteristik pleroma Allah. Pendekatan eksegetis terhadap teks Kisah Para Rasul 2:2 membuka kemungkinan imajinatif bahwa Roh Kudus juga mengemban peran pleromatif, tepatnya pascaasensi Kristus. Sebagai temuan, elaborasi pleroma Roh Kudus memberi ruang untuk peran profetis, bahwa pemenuhan oleh Roh Kudus memberi kuasa untuk suara profetik yang universal. Kedua, pleroma Roh Kudus akan selalu mengonfirmasi iman Trinitarian, sebuah keyakinan yang mendasari setiap gairah berteologi dalam iman Kristen.
Raqaf Ruach Yahweh: Urapan, Katekumen, dan Dinamika Pengajaran Roh Kudus dalam Spiritualitas Pentakostal Pakpahan, Gernaida Krisna R.; Tanonggi, Graciela Sharel
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1521

Abstract

Abstract. Christian education that is solely oriented toward academic aspects without the active involvement of the Holy Spirit loses its transformative power and risks becoming a purely intellectual process. Pentecostal pedagogy emphasizes the simultaneity between spiritual experience and theological learning, rejecting the dichotomy between cognition and faith experience. The concept of Raqaf Ruach Yahweh in Genesis 1:2, Deuteronomy 32:11, and Jeremiah 23:9 illustrates the Holy Spirit's role as an agent of transformation in creation, protection, and character formation. This article studied the concept by conducting theological analysis and literature review, including biblical hermeneutics and reflections on the catechumenal tradition of the early church. The findings indicate that Pentecostal pedagogy must integrate orthodoxy (right doctrine), orthopraxy (right action), and orthopathy (right feeling) within the educational process. Faith testimony in the Pentecostal community is not merely a personal expression but also serves as a pedagogical tool that strengthens the understanding and internalization of Christian teachings.Abstrak. Pendidikan Kristen yang hanya berorientasi pada aspek akademik tanpa keterlibatan aktif Roh Kudus kehilangan daya transformasinya dan berisiko menjadi proses intelektual yang kering. Pedagogi Pentakostal menekankan simultanitas antara pengalaman spiritual dan pembelajaran teologis, menolak dikotomi antara kognisi dan pengalaman iman. Konsep Raqaf Ruach Yahweh dalam Kejadian 1:2, Ulangan 32:11, dan Yeremia 23:9 menunjukkan bahwa Roh Kudus berperan sebagai agen transformasi dalam penciptaan, perlindungan, dan pembentukan karakter. Tulisan ini akan mengkaji konsep tersebut melalui analisis teologis dan kajian literatur, termasuk hermeneutika biblika dan refleksi terhadap tradisi katekumenat gereja mula-mula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedagogi Pentakostal harus mengintegrasikan ortodoksi (ajaran yang benar), ortopraksis (tindakan yang benar), dan ortopati (perasaan yang benar) dalam proses pendidikan. Kesaksian iman dalam komunitas Pentakostal bukan sekadar ekspresi pengalaman pribadi, tetapi juga alat pedagogis yang memperkuat pemahaman dan internalisasi ajaran Kristen.
Basis Filosofis dan Teologis Doa Harian Romo Paul Janssen bagi Pelayan Orang Miskin Orong, Yohanes
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1543

Abstract

Abstract. This article aims to explore the intersection of theology, ethics, and pastoral care for the poor and disabled as revealed in the daily prayer that Father Paul Janssen bequeathed to ministers of the poor. The prayer is titled “The Prayer of a Minister of Love, Minister of the Poor.” A critical analysis of the daily prayer was conducted using the philosophical perspectives of Immanuel Kant and Emanuel Levinas. The concept of categorical imperative applies to service to the poor by establishing moral obligations as maxims that transcend situational considerations. Through the philosophical basis of Kant and Levinas, a critique of conditional forms of service is obtained. Kant and Levinas' philosophical perceptions also emphasize the importance of selfless love and compassion, as illustrated by the parable of the Good Samaritan.Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi persimpangan antara teologi, etika, dan pelayanan pastoral bagi orang miskin dan kaum disabilitas yang terungkap dalam doa harian yang diwariskan Romo Paul Janssen untuk para pelayan orang miskin. Doa itu diberi judul “Doa Seorang Pelayan Kasih, Pelayan Orang Miskin.” Analisis kritis terhadap doa harian itu dilakukan dengan memakai sudut pandang filsafat Immanuel Kant dan Emanuel Levinas. Konsep imperatif kategoris berlaku untuk pelayanan kepada orang miskin dengan menetapkan kewajiban moral sebagai maksim yang melampaui pertimbangan situasional. Melalui basis filosofis Kant dan Levinas diperoleh kritik terhadap bentuk-bentuk pelayanan bersyarat. Persepsi filsafat Kant dan Levinas  juga memberi penekanan pada pentingnya kasih dan belas kasih tanpa pamrih, seperti yang diilustrasikan oleh perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati.
Framing Biblical Inclusive Theology in Acts 10:12-16, 34-36 Sitio, Robert Juni Tua; Limbong, Nurelni; Siburian, Bernhardt; Simanjuntak, Ririn; Lumbantobing, Grace Na Anantha
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1627

Abstract

This article offers a biblical theological for Christians to act inclusively toward other faiths. This biblical inclusive theology frame is a guideline for the church to be used as a consideration in conducting inter-religious and cultural encounters and dialogues. This study used hermeneutical approach on Acts 10:12-16, 34-36. The method used in this study is descriptive qualitative which aims to understand and describe real events based on facts. In the context of this research, the data analyzed is a discourse obtained from relevant data sources. The result of this study showed that inclusivity does not eliminate the belief in the exclusivity of Christ as saviour, but rather the acceptance of different people as part of Christian people.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Menanamkan Nilai Moderasi Beragama Damayanti, Devinta; Partono, Partono
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1578

Abstract

Abstract. This study aims to explain the role of Islamic Religious Education teachers and Christian Religious Education teachers in instilling the values of religious moderation. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The study was conducted on Christian Religious Education teacher, Islamic Religious Education teacher, and grade IX students of Junior High School 2 Pencangaan Jepara. The result of this study indicate that Islamic Religious Education teacher and Christian Religious Education teacher in instilling the values of religious moderation to students are carried out immersively into the Learning Process Plan (RPP) and Religious Education teaching materials. In this way, the values of religious teachings are connected to the values of religious moderation, so that students can have moderate faith according to their respective religious beliefs.Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran guru Pendidikan Agama Islam dan guru Pendidikan Agama Kristen dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Kristen, guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa-siswi kelas IX SMP 2 Pencangaan Jepara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam dan guru Pendidikan Agama Kristen dalam menanamkan nilai moderasi beragama kepada siswa dilakukan secara imersif ke dalam Rencana Proses Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar Pendidikan Agama. Dengan cara demikian, nilai-nilai ajaran agama terhubung dengan nilai-nilai moderasi beragama, sehingga siswa dapat beriman secara moderat sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing.
Model Disabilitas dan Implementasinya Terhadap Praktik Pelayanan Pastoral di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Harisantoso, Imanuel Teguh; Julianto, Simon; Tamelab, Viktor Imanuel Salni Deki Kulis; Tinambunan, Boy Yohannes Mulana
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1597

Abstract

Abstract. Implementing the disability model offers a new paradigm for pastoral ministry to individuals with disabilities within congregations. This study employs a qualitative approach by accurately detailing facts related to the phenomenon under investigation. The study’s results indicate that the disability model is a theoretical framework for understanding and addressing disability in pastoral ministry. The practices of the GKJW (Greja Kristen Jawi Wetan) implicitly incorporate the principles of a new friendship approach—known in Javanese as paseduluran (brotherhood)—and kinship in developing pastoral services for individuals with disabilities. Disability pastoral care is further conceptualized as both a physical and social space, facilitating communion and fostering the creation of meaning within pastoral relationships. This approach embodies forming a new community that includes the pastor, individuals with disabilities, and their families. It simultaneously becomes a space for holistic growth and the flourishing of the congregation as an integrated community.Abstrak. Implementasi model disabilitas dapat memberikan paradigma baru dalam pelayanan pastoral disabilitas di jemaat. Untuk menemukan problematika yang dimaksud, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menyusun deskripsi secara akurat mengenai fakta terkait fenomena yang diselidiki. Hasil yang ditemukan dari penelitian ini antara lain: bahwa model disabilitas dapat menjadi kerangka teoritis dalam memahami dan melayani disabilitas. Secara tidak langsung GKJW mempraktikan pendekatan new friendship (Jawa: paseduluran = persaudaraan) dan kekeluargaan dalam mengembangkan pelayanan pastoral disabilitas. Pelayanan pastoral disabilitas juga dipahami sebagai ruang fisik dan ruang sosial, sebagai wahana persekutuan memproduksi makna hidup bagi relasi pastoral yang ada. Pastoral disabilitas merupakan perwujudan dari komunitas baru antara “pastor” dan disabilitas (dan keluarga disabilitas) yang dilayani dan sekaligus ruang bagi tumbuhnya komunitas sebagai pribadi yang utuh.
Hospitalitas Kepemimpinan Kristen: Analisis Kepemimpinan Yesus dalam Injil Lukas Situmorang, Meditatio; Butar-butar, Grecetinovitria Merliana; Sigiro, Adi Suhenra; Tarigan, Seri Antonius; Silalahi, Arju Priandi
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1661

Abstract

Abstract. This paper aimed to analyze the leadership of Jesus found in several narratives in the Gospel of Luke. The purpose was to find the values of hospitality in His leadership and ministry. The method used in this study is the literature study method. The result of the study showed that in His ministry, Jesus treated the poor and marginalized with respect. His ministry also emphasized equality between humans. Leaders with these hospitality values will in turn become initiators for the formation of communities that care about the poor and marginalized.Abstrak. Tulisan ini bermaksud untuk menganalisis kepemimpinan Yesus yang terdapat dalam beberapa narasi di Injil Lukas. Tujuannya adalah untuk menemukan nilai-nilai hospitalitas dalam kepemimpinan dan pelayanan-Nya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelayanan-Nya, Yesus memperlakukan orang-orang miskin dan orang-orang yang termarginalkan dengan hormat. Pelayanan-Nya juga menekankan kesetaraan antar-manusia. Pemimpin dengan nilai hospitalitas tersebut pada gilirannya akan menjadi penggagas bagi terbentuknya komunitas yang perduli dengan orang-orang miskin dan orang-orang yang termaginalkan.
Murid-Murid Yesus Buta Huruf? Analisis Istilah Agrammatoi dan Idiotai dalam Kisah Para Rasul 4:13 Sutoyo, Daniel; Tirakusuma, Rina Yugi; Retnowati, Eni
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 10, No 1 (2025): Oktober 2025 (In Progress)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v10i1.1217

Abstract

Abstract. The writing of this article intended to answer the accusation that Jesus' disciples were illiterate and therefore could not have written his Gospel. The accusation is based on the statement in Acts 4:13 which refers to Peter and John as "unlettered" (agrammatoi) and "ordinary" (idiotai). For that, the researcher will provide an analysis of both the internal and external aspects of the Bible that indicate that Peter and John could read and write. The results of the study show that the statement that Peter and John were ordinary and unlettered does not mean illiterate, but rather a term that has the meaning of Peter and John's status as people who never studied academically and formally in Jewish schools, and their social status as lay people who did not have a religious position. Thus, it indicates that Jesus' disciples, especially Peter and John, were the authors of the books in the New Testament.Abstract. Penulisan artikel yang bermaksud untuk menjawab tuduhan bahwa murid-murid Yesus buta huruf sehingga tidak mungkin dapat menulis Injilnya. Tuduhan tersebut di antaranya didasarkan atas pernyataan dalam Kisah Para Rasul 4:13 yang menyebut Petrus dan Yohanes dengan istilah “tidak terpelajar” (agrammatoi) dan “orang biasa” (idiotai). Untuk itu, peneliti akan memberikan analisis baik dari internal dan eksternal dari Alkitab yang mengindikasikan bahwa Petrus dan Yohanes bisa membaca dan menulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernyataan Petrus dan Yohanes orang biasa dan tidak terpelajar bukan berarti buta huruf, melainkan suatu istilah yang mempunyai pengertian status Petrus dan Yohanes sebagai orang yang tidak pernah belajar secara akademis dan formal di sekolah-sekolah Yahudi, dan status sosialnya sebagai orang biasa yang tidak punya jabatan religius. Dengan demikian, hal itu mengindikasikan bahwa murid-murid Yesus, terkhusus Petrus dan Yohanes, adalah penulis kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.