cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : 2579891X     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil (JATS) E-ISSN 2579-891X, memuat tulisan tentang aplikasi dibidang Teknik Sipil. Aplikasi ini boleh berasal dari semua cabang ilmu teknik sipil baik itu struktural, geoteknik, manajemen konstruksi, hidrologi, transportasi, dan informatika teknik sipil. Sehingga aplikasi ini tidak hanya mengenai urusan pembangunan sebuah proyek bangunan, tetapi juga memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan software.
Arjuna Subject : -
Articles 414 Documents
Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya S Kamilia Aziz; Ismail Sa'ud
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1975.459 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v14i1.3046

Abstract

Kota Surabaya mengalami hujan pada bulan-bulan tertentu. Dari data curah hujan diketahui curah hujan tinggi terjadi pada bulan Desember- Januari. Sedangkan curah hujan rendah terjadi pada bulan Juli - September. Karena di Surabaya ini terdapat 11 stasiun hujan yang ditempatkan secara terpencar, maka tinggi hujan yang tercatat pada masing-masing stasiun tidak sama. Tujuan dari studi ini yaitu untuk mendapatkan suatu pola/gambaran penyebaran hujan rencana dan intensitas hujan yang terjadi dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun. Manfaat dari studi ini yaitu bisa dijadikan acuan awal dalam perencanaan sistem drainase di pengembangan wilayah di Kota Surabaya. Hasil yang didapatkan yaitu dari pola intensitas hujan rencana 2 tahun, 5 tahun dan 10 tahun menunjukkan semakin besar periode ulangnya maka semakin kecil kerapatan garis isohyetnya. Intensitas hujan yang terbesar periode ulang 2 tahun, 5 tahun terjadi di Stasiun Simo sebesar 28 mm/jam dan 40 mm/jam, sedangkan periode ulang 10 tahun terjadi di Stasiun Wonorejo sebesar 47 mm/jam. Intensitas hujan yang terkecil periode ulang 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun terjadi di Stasiun Kedung Cowek sebesar 15 mm/jam, 26 mm/jam, dan 33 mm/jam. Berdasarkan wilayah kecamatan Intensitas hujan yang terbesar periode ulang 2 tahun, 5 tahun terjadi di Kecamatan Sawahan dan periode ulang 10 tahun terjadi di Kecamatan Rungkut. Sedangkan intensitas hujan yang terkecil periode ulang 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun terjadi di Kecamatan Kenjeran.
Penambahan Abu Ampas Tebu (AAT) dan Limbah Boma Bisma Indra (BBI) untuk Pembuatan Paving Block FX Didik Harijanto; Endang Kasiati; Boedi Wibowo; Sulchan Arifin
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.479 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v12i1.2583

Abstract

Pada proses pembuatan besi cor PT Boma Bisma Indra (BBI) ada limbah buangan yang tidak terpakai, berupa pasir silika. Pasir silika ini sebagai bahan tambahan agregat halus dalam campuran paving block yang mempunyai keunggulan yaitu porositasnya kecil, kepadatan, kekerasan, kekedapannya tinggi, dan banyak mengandung senyawa SiO2 yang bersifat sebagai silika reaktif. Pada penelitian ini pembuatan paving block dilakukan dengan cara menambah sebagian pasir dengan limbah BBI yaitu dengan variasi; 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat pasir ke masing-masing campuran 1 PC : 1 Pasir : 2 Stenslag : 2 Abu Batu dengan bahan tambahan AAT 10% yang diambil dari berat semen. Stenslag yang digunakan mempunyai ukuran 5 mm. Pembuatan paving block dengan ukuran P = 21 cm, L = 10,5 cm, dan T = 6 cm. Uji kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari dan resapan pada umur 28 hari. Dari hasil pengujian  didapatkan hasil tertinggi pada variasi penambahan limbah 10% dan AAT 10% dengan kuat tekan  sebesar 589,51 kg/cm2yang telah memenuhi standar kuat tekan SNI 03-0691-1996, yakni mutu A dan resapan yang optimum pada variasi penambahan limbah 20% dan AAT 10% sebesar 3,12%, telah memenuhi standar resapan, yakni mutu B.
Perbandingan Penggunaan Pasir Lumajang dengan Pasir Gunung Merapi terhadap Kuat Tekan Beton Dewi Pertiwi; Boedi Wibowo; Endang Kasiati; Triaswati MN; Ari Gandhi Sabban
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 9, No 2 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.25 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v9i2.2686

Abstract

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambahan. Dalam penelitian ini ada dua jenis agregat halus yang dipergunakan yakni pasir lumajang dan pasir gunung merapi. Pasir gunung Merapi merupakan pasir dengan kualitas baik, dikarenakan partikelnya yang memiliki sudut. Pola partikel yang memiliki sudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung merapi degan semen menjadi lebih kuat. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini mencoba untuk melakukan perbandingan pasir lumajang dengan pasir gunung merapi terhadap kuat tekan beton. Metode pembuatan benda uji menggunakan beton silinder (Ø15 cm, tinggi 30 cm) dengan kuat tekan rencana 30 Mpa, menggunakan variasi Faktor Air Semen (FAS) 0.6, 0.5, 0,4 dan 0,3 serta dicampurkan dengan Fly Ash 20%. Dari hasil penelitian didapatkan hasil pada FAS 0,6 kuat tekan beton untuk pasir Lumajang sebesar 273,964 dan pasir Gunung Merapi  270,094 ini semua tidak memenuhi kuat tekan rencana ,yang memenuhi kuat tekan beton rencana yakni pada FAS 0,5 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 27% yakni 411,499 kg/cm2, sedangkan pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 22,9% yakni 389,351 kg/cm2. Pada FAS 0,4 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 32,6% yakni 445,728 kg/cm2, sedangkan pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 36,5% yakni 472,716 kg/cm2. Pada FAS 0,3 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 48,3% yakni 580,432 kg/cm2, sedangkan Pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 54,7% yakni 663,224 kg/cm2. 
Identifikasi Struktur Pelat Baja Dengan dan Tanpa Retak yang Berosilasi di dalam Dua Fluida yang Berbeda Agung Budipriyanto
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.228 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v4i1.2766

Abstract

Identifikasi struktur yang berosilasi dalam fluida perlu dilakukan untuk memahami perilaku dinamis struktur dalam interaksinya dangan fluida tersebut.  Tulisan ini menyajikan hasil uji dinamis pelat baja elastis dengan dan tanpa retak di dua macam fluida yaitu udara dan air. Metoda analisis modal eksperimental digunakan  untuk uji ragam lentur struktur baik di udara (tanpa adanya pengaruh rendaman air), terendam sebagian ataupun terendam seluruhnya di dalam air. Paramater modal (frekwensi alamiah, faktor redaman, bentuk ragam), added mass dan added damping factor struktur, yang diperoleh dari hasil studi ini,  dibandingkan guna meneliti pengaruh rendaman air serta retak pada struktur. Hasil studi ini menunjukkan bahwa rendaman air dan retak pada struktur berpengaruh cukup signifikan terhadap nilai added damping factor.
Metode Analitycal Hierarchy Process untuk Menentukan Prioritas Penanganan Jalan di Wilayah Balai Pemeliharaan Jalan Mojokerto Ahcmad Faiz Hadi P
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 6, No 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.324 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v6i1.2754

Abstract

Jaringan jalan di Indonesia termasuk ruas jalan di Wilayah BPJ Mojokerto, merupakan salah satu penunjang kegiatan perekonomian yang bermuara pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Untuk hal tersebut diperlukan layanan jaringan jalan yang mantap dan memadai, maka upaya penanganan jaringan jalan tersebut haruslah dilakukan terus menerus pada seluruh ruas jalan. Adanya kebijakan pendanaan, dan kebijakan lainnya berakibat semua ruas jalan tidak dapat tertangani seluruhnya, untuk itu dalam penyusunan program penanganan jalan harus menghasilkan urutan  prioritas/peringkat ruas-ruas jalan yang akan ditangani, maka diperlukan metode seleksi untuk menentukan peringkat/prioritas tersebut yang dapat menampung berbagai kebijakan dan permasalahan yang terjadi. Dalam tulisan ini metode seleksi yang  digunakan adalah Analitycal Hierarchy Process Method. Untuk tujuan tersebut, diperlukan data-data eksisting ruas-ruas jalan dan data/informasi tentang kriteria penanganan jalan dari berbagai pihak di Bina Marga yang didapat melalui questioner-questioner. Hasil analisis menunjukkan pembobotan setiap elemen/kriteria harus dikalikan dengan bobot nilai kriteria yang sama yang dihasilkan dari data eksisting setiap ruas-ruas jalan, sehingga setiap ruas jalan akan mendapatkan skore dengan nilai angka tertinggi adalah mendapatkan prioritas pertama untuk ditangani dan akhirnya tersusun suatu daftar prioritas ruas-ruas jalan yang akan mendapatkan penanganan.
Rencana Distribusi dan Operasi Air Bersih dari Embung Kalisat Untuk Masyarakat Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Didik Harijanto; Dwi Indriyani; Bangkit Widya Aji
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.295 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v15i1.3155

Abstract

Air mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk lainnya di alam ini. Tidak ada satupun kehidupan di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Pertumbuhan penduduk harus diikuti dengan ketersediaan air bersih yang sehat dan cukup. Air tersebut dapat berasal dari atas permukaan tanah, bawah, maupun dari tanah (misalnya air sungai, air danau, dan lain sebagainya), dimana sebelum digunakan harus diolah terlebih dahulu. Saat ini di Desa Kalisat telah dibangun embung yang tujuan awalnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Desa Kalisat. Namun hingga saat ini tidak ada sistem pendistribusian air bersih dari Embung Kalisat tersebut. Perencana menargetkan proyeksi pelayanan air bersih pada tahun 2041 sebesar 251 m3/hari terpenuhi dari Embung Kalisat yang berada di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan dengan volume kapasitas embung sebesar 57.000 m3. Dalam perencanaan ini, diprediksikan penduduk yang akan mendapatkan layanan 6.084 orang
Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya Dunat Indratmo
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2006)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.316 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v1i1.2773

Abstract

Jumlah kendaraan bermotor di kota Surabaya dari hari ke hari semakin meningkat, sehingga menimbulkan kepadatan dan kemacetan lalu-lintas. Kemacetan dan kepadatan lalu-lintas, merupakan gambaran nyata bahwa kapasitas jalan telah terlampaui dan derajat kejenuhan (DS) semakin meningkat, seperti halnya Jl. Ahmad Yani Surabaya sebagai jalan Arteri Primer yang menghubungkan Surabaya dan Sidoarjo. Pengkajian kapasitas dan derajat kejenuhan, diharapkan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dibidang manajemen transportasi dan rekayasa lalu-lintas. Data primer arus kendaraan bermotor yang lewat di jalan Ahmad Yani berupa Sepeda Motor (SM), Mobil Penumpang Pribadi (MPP), Mobil Penumpang Umum (MPU), Bis dan Truk, diperoleh  dengan cara menghitung di suatu titik oleh 6 (enam) Observer menggunakan Traffic Counter, dicatat selama 3 (tiga) hari @ 8 (delapan) jam dengan mempertimbangkan jam-jam puncak (peak hours), serta karakteristik hari-hari kerja. Pengkajian menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dan software KAJI 2001. Hasil pengkajian menunjukkan, bahwa kapasitas Jl. Ahmad Yani saat ini (tahun 2006) adalah 4.428 smp /jam untuk arah Sidoarjo ke Surabaya pada kondisi lebar perkerasan rata-rata  10,25 meter,  arus kendaraan rata-rata yang lewat 6.506 smp/jam, dengan  DS = 1,469 dan diprediksikan mencapai 1,715 pada tahun 2010. Sedangkan untuk arah Surabaya ke Sidoarjo pada kondisi lebar perkerasan rata-rata 9,70 meter kapasitasnya adalah 3.954 smp/jam,  arus kendaraan rata-rata yang lewat 5.835 smp/jam, dengan DS = 1,475 dan diprediksikan mencapai 1,727 pada tahun 2010.
Inisiasi Perkiraan Arah Pergerakan Alur Sungai Kuntjoro Kuntjoro; Choirul Anwar; Pudiastuti Pudiastuti; FX Didik Harijanto; Sungkono Sungkono
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 11, No 2 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.56 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v11i2.2591

Abstract

Kondisi alamiah sungai tidak ada yang lurus sempurna, karena setiap sungai selalu dipengaruhi oleh keseimbangan dinamis di dalam sungai. Keseimbangan tersebut adalah antara erosi dan sedimentasi yang terjadi di daerah aliran sungai dan di sepanjang alur sungai. Sedangkan erosi dan sedimentasi sendiri dipengaruhi banyak faktor, yang terpenting adalah debit yang terjadi, jenis tanah dan geometri sungai. Dalam makalah ini hanya dibahas satu segmen sungai yang dengan tinjauan tujuh belas cross section dengan geometri yang telah ditentukan, debit yang terjadi dinyatakan dalam elevasi muka air di sungai ditinjau tiga kondisi yaitu 4.5 meter, 3.0 meter, dan 2.0 meter.Perkiraan arah pergerakan dan perubahan geometri sungai dibuat untuk menganalisis proses yang kompleks dari peristiwa gerusan dan pengendapan didasar dan ditebing sungai. Besaran sedimen dari erosi tebing dihitung dengan menggunakan metode Meyer-Piter-Muler (MPM). Sedangkan sedimen dari keruntuhan tebing dihitung dengan persamaan.Degradasi terbesar pada tebing dengan sudut lereng terbesar dan berada pada cross section bagian luar. Agradasi terbesar tidak selalu pada tebing dengan sudut lereng terkecil dan berada pada pada cross section bagian dalam. Tetapi biasa juga terjadi kondisi bolak-balik yaitu terjadi degradasi pada kedalaman air h = 4.5 meter dan agradasi pada kedalaman air 3.0 atau 2.0 meter. 
42Pemodelan Infiltrasi Air ke Dalam Tanah dengan Alat ”Kolom Infiltrasi” untuk Menghitung Koefisien Permeabilitas Tanah Tidak Jenuh (kw) Mohammad Muntaha
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 8, No 1 (2010)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.923 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v8i1.2732

Abstract

Secara alami, tanah di alam dapat dibagi menjadi dua kondisi: pertama, tanah berada pada kondisi jenuh sempurna (fully saturated), dan kedua, tanah dalam kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Kondisi kejenuhan yang berbeda ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan fase air/kebasahan di dalam struktur partikel-pertikel yang membentuk suatu massa tanah. Satu parameter penting pemahaman perilaku tanah tidak jenuh adalah koefisien permeabilitas tanah tidak jenuh air (kw). Dalam studi ini akan dilakukan penelitian tentang pengaruh perubahan kadar air terhadap koefisien permeabilitas tanah tidak jenuh (kw). Sebuah alat “Kolom Infiltrasi” disiapkan untuk menghitung koefisien permeabilitas tanah tidak jenuh (kw). Persamaan empiris dari Campbell, untuk menghitung koefisien permeabilitas tanah tidak jenuh (kw) digunakan sebagai kalibrasi alat. Dari hasil penelitian, pada kondisi kadar air 12% dengan alat “kolom Infiltrasi” didapat koefisien permeabilitas tanah tidak jenuh (kw) adalah 1,338x10-7 m/s. Dengan kondisi yang sama jika dihitung dengan menggunakan perumusan Campbel koefisien permeabilitas tanah tidak jenuh (kw) adalah 1,35x10-9 m/s. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan media tanah yang dipakai pengujian berbeda. Campbel menurunkan perumusan, memakai media tanah pasir kelempungan, sedangkan benda uji alat “kolom infiltrasi” adalah lanau kelempungan.
Analisis Perkembangan Volume Lalu Lintas dan Manfaat Langsung Sebelum dan Sesudah Operasionalisasi Jembatan Suramadu Achmad Faiz Hadi Prajitno
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 14, No 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.56 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v14i2.3051

Abstract

Jembatan Suramadu, yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura melalui jalan darat, diharapkan pergerakan menjadi efektif dan efisien serta ketimpangan sosial dapat segera direduksi. Arus transportasi yang cepat dan efektif akan membuat perkembangan Madura segera melejit, bersaing dengan daerah-daerah lain. Tata wilayah dan tata guna lahan juga akan terbentuk secara proporsional, dan juga bertujuan untuk menciptakan jaringan jalan yang handal dalam mengantisipasi perkembangan lalu lintas pada masa mendatang. Pada penelitian ini dibahas mengenai perkembangan volume lalu lintas yang menggunakan penyeberangan Ferry sebelum dibangunnya jembatan Suramadu dan setelah dioperasikannya jembatan Suramadu pada tahun 2009 yang lalu serta manfaat langsung yang diperolehnya. Penelitian ini sebagai tolok ukur awal untuk mempercepat pergerakan transportasi penumpang maupun barang dari Surabaya ke Pulau Madura. Tinjauan perkembangan volume lalu lintas dilakukan pada 11 tahun terakhir dan 30 tahun setelah dioperasikannya jembatan Suramadu.Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa volume lalu lintas penumpang dan barang yang terjadi sebelum dibangunnya Jembatan Suramadu perkembangannya adalah sebesar -0,659 % untuk penumpang, 6,523 % roda 2 dan 0,930 % untuk kendaraan roda 4 dengan jumlah minimum sebesar 10.095.643 Png/th, 1.731.195 unit kend/th roda 2 dan 1.514.696 unit kend/th untuk roda 4. Sedangkan setelah dioperasikannya jembatan Suramadu pada th 2009 jumlah volume lalu lintas terbesar adalah, 34.294.786 unit kend/th untuk roda 2 dan 9.929.491 unit kend/th untuk roda 4. Hal ini berarti bahwa pembangunan jembatan Suramadu sangat efektif untuk meningkatkan volume lalu lintas dan manfaat langsung berupa penghematan waktu perjalanan sangat signifikan.

Page 5 of 42 | Total Record : 414