cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 763 Documents
HUBUNGAN KELIMPAHAN MIKROPLASTIK DENGAN KERUSAKAN HISTOPATOLOGIS PADA INSANG DAN USUS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DI PROBOLINGGO, JAWA TIMUR, INDONESIA Putra, Andhika Farras Rahardian; Hertika, Asus Maizar Suryanto; Maimunah, Yunita
Jurnal Riset Akuakultur Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.20.1.2025.63-77

Abstract

Peningkatan kontaminasi mikroplastik di lingkungan tambak menjadi ancaman serius bagi kesehatan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kelimpahan mikroplastik pada insang dan usus dengan tingkat kerusakan histopatologis udang vaname yang dibudidayakan di tambak yang berlokasi di Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia. Penelitian dilakukan secara deskriptif kuantitatif menggunakan analisis korelasi Spearman. Sampel udang diambil dari tiga lokasi tambak dan dianalisis secara histologis untuk menilai skor kerusakan jaringan. Hasil menunjukkan korelasi sangat kuat dan signifikan antara kelimpahan mikroplastik dengan skor kerusakan insang (r = 0,815; p-value = 0,007), degenerasi usus (r = 0,885; p-value = 0,002), nekrosis (r = 0,804; p-value = 0,009), dan inflamasi (r = 0,688; p-value = 0,041). Temuan ini menunjukkan bahwa mikroplastik berkontribusi besar terhadap kerusakan struktural organ respirasi dan pencernaan udang. Penelitian ini menegaskan pentingnya pengelolaan pencemaran mikroplastik dalam sistem budidaya berkelanjutan. The increasing presence of microplastic contamination in shrimp ponds poses a serious threat to the health of whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei). This study aimed to analyze the relationship between microplastic abundance in gills and intestines with the level of histopathological damage in whiteleg shrimp cultivated in ponds located in Probolinggo, East Java, Indonesia. A quantitative descriptive method was used with Spearman correlation analysis. Shrimp samples were collected from three pond locations and histologically examined to assess tissue damage scores. The results showed a very strong and significant correlation between microplastics abundance and gill damage (r = 0.815; p-value = 0.007), intestinal degeneration (r = 0.885; p-value = 0.002), necrosis (r = 0.804; p-value = 0.009), and inflammation (r = 0.688; p-value = 0.041). These findings indicated that microplastics significantly contribute to structural damage in the respiratory and digestive organs of shrimp. This study highlighted the importance of effectively managing microplastic pollution in sustainable aquaculture systems.
EFFECT OF DIFFERENT FEEDING RATES OF CORN COB FLOUR SUPPLEMENTED-FEED ON THE GROWTH OF FARMED Osphronemus gouramy Yulfiperius, Yulfiperius; Firman, Firman; Hartini, Sri
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.4.2024.315-329

Abstract

The rapid growth of the aquaculture industry and the limited availability of conventional fish feed have driven the need for alternative feed sources, particularly in intensive fish farming systems. This study, conducted from May 15 to July 5, 2017, in Bengkulu, aimed to determine the optimal feeding rate for gourami (Osphronemus goramy) using artificial fish pellets. A completely randomized design was applied, testing four feeding rates based on fish biomass: D1 (2%), D2 (3%), D3 (4%), and D4 (5%) per day. Gouramis (3.2–3.3 g, 1.1–1.3 cm) were reared in 24 plastic containers (50×30×27 cm3) under controlled water quality conditions. The results showed that a 5% feeding rate (D4) yielded the best outcomes in absolute length (1.97 ± 0.13 cm), specific growth rate (2.78 ± 0.17% day⁻¹), feed conversion ratio (3.72 ± 0.11), feed efficiency (26.85 ± 0.30%), and survival rate (88.89%). Statistical analysis revealed that different feeding rates significantly influenced absolute length, specific growth rate, and feed conversion ratio, while feed efficiency and survival rate remained unaffected. Despite the promising growth performance at higher feeding rates, the high feed conversion ratio and low feed efficiency highlight the need for improved feed formulations. Future research should focus on optimizing corn cobs as a complementary ingredient to enhance feed efficiency, minimize waste, and contribute to sustainable aquaculture. Incorporating corn cob-based feeds could improve waste management and provide economic benefits to fish farmers.Pesatnya pertumbuhan industri akuakultur dan keterbatasan ketersediaan pakan ikan konvensional mendorong perlunya sumber pakan alternatif, terutama dalam sistem budidaya ikan intensif. Penelitian ini, yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei hingga 5 Juli 2017 di Bengkulu, bertujuan untuk menentukan tingkat pemberian pakan optimal bagi ikan gurami (Osphronemus gouramy) menggunakan pakan buatan ikan. Rancangan acak lengkap diterapkan dengan menguji empat tingkat pemberian pakan berdasarkan biomassa ikan: D1 (2%), D2 (3%), D3 (4%), dan D4 (5%) per hari. Ikan gurami (3,2–3,3 g, 1,1–1,3 cm) dipelihara dalam 24 wadah plastik (50×30×27 cm³) dengan kualitas air yang terkontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemberian pakan 5% (D4) memberikan hasil terbaik dalam hal panjang mutlak (1,97 ± 0,13 cm), laju pertumbuhan spesifik (2,78 ± 0,17% hari⁻¹), rasio konversi pakan (3,72 ± 0,11), efisiensi pakan (26,85 ± 0,30%), dan tingkat kelangsungan hidup (88,89%). Analisis statistik menunjukkan bahwa tingkat pemberian pakan yang berbeda berpengaruh signifikan terhadap panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi pakan, sedangkan efisiensi pakan dan tingkat kelangsungan hidup tidak terpengaruh. Meskipun tingkat pemberian pakan yang lebih tinggi menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, tingginya rasio konversi pakan dan rendahnya efisiensi pakan menunjukkan perlunya perbaikan formulasi pakan. Penelitian lebih lanjut perlu difokuskan pada optimalisasi tongkol jagung sebagai bahan tambahan pakan untuk meningkatkan efisiensi pakan, mengurangi limbah, dan mendukung kegiatan akuakultur berkelanjutan. Penggunaan pakan berbasis tongkol jagung juga dapat membantu pengelolaan limbah serta memberikan manfaat ekonomi bagi pembudidaya ikan.
GROWTH PERFORMANCE, SURVIVAL RATE, AND RESISTANCE AGAINST AHPND OF Litopenaeus vannamei JUVENILES FED WITH SYNBIOTIC BIO-ENCAPSULATED ARTEMIA Yudiati, Ervia; Azhar, Nuril
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 3 (2024): September (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.3.2024.191-201

Abstract

The whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) is a highly valued aquaculture species globally, yet its production faces challenges due to disease outbreaks, notably acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). This study aimed to evaluate the growth and survival of L. vannamei juveniles fed with synbiotic bio-encapsulated Artemia and their resilience against AHPND-causing Vibrio parahaemolyticus and salinity stress. The experiment employed a completely randomized design with two treatments: one with synbiotic-enriched Artemia (600 ppm alginate and Lactobacillus bulgaricus) and a control without synbiotic. Each treatment was replicated five times, using 600 juveniles at a density of 30 post-larvae per L over a 14-day rearing period. Growth and survival metrics were recorded, followed by challenge tests for AHPND and salinity shock. The juveniles' survival rate was recorded 54 hours post-infection with VpAHPND and every 10 minutes for 230 minutes after salinity exposure until 100% mortality. Results indicated higher survival (92.0 ± 9%), length gain (243.33 ± 18.80 mm), specific growth rate (18.44±2.01%), and stress tolerance in juveniles fed synbiotic encapsulated Artemia compared to the control. The survival rates for the challenge test with AHPND and salinity shock were similarly improved under synbiotic treatment, suggesting that synbiotics significantly benefit nursery production of L. vannamei. This study highlights the potential of synbiotic application in enhancing the resilience and growth of L. vannamei against common stressors in aquaculture, indicating its potential to support more sustainable shrimp farming practices.Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah komoditas budidaya bernilai tinggi di seluruh dunia, namun produksinya menghadapi tantangan akibat wabah penyakit, terutama serangan acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih L. vannamei yang diberi pakan Artemia yang dibioenkapsulasi dengan sinbiotik serta ketahanannya terhadap Vibrio parahaemolyticus penyebab AHPND dan stres salinitas. Eksperimen ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan: satu dengan Artemia diperkaya sinbiotik (600 ppm alginat dan Lactobacillus bulgaricus) dan kontrol tanpa sinbiotik. Setiap perlakuan diulang lima kali, dengan menggunakan 600 ekor benih udang pada kepadatan 30 ekor pascalarva per L selama 14 hari periode pemeliharaan. Parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup dicatat, diikuti dengan uji tantang terhadap AHPND dan kejutan salinitas. Tingkat kelangsungan hidup benih dicatat 54 jam pasca-infeksi dengan VpAHPND dan setiap 10 menit selama 230 menit setelah paparan salinitas hingga mortalitas mencapai 100%. Hasil menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih tinggi (92,0 ± 9%), peningkatan panjang (243,33 ± 18,80 mm), laju pertumbuhan spesifik (18,44 ± 2,01%), dan toleransi stres yang lebih baik pada benih udang yang diberi pakan Artemia berenkapsulasi sinbiotik dibanding kontrol. Tingkat kelangsungan hidup pada uji tantang dengan AHPND dan kejutan salinitas juga meningkat dengan perlakuan sinbiotik, menunjukkan bahwa sinbiotik memberikan manfaat signifikan pada produksi L. vannamei fase pendederan. Penelitian ini menunjukkan adanya potensi aplikasi sinbiotik dalam meningkatkan ketahanan dan pertumbuhan L. vannamei terhadap stresor umum dalam akuakultur, serta potensinya untuk mendukung kegiatan budidaya udang yang lebih berkelanjutan. 

Filter by Year

2006 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue