Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PEMANFAATAN MADU UNTUK MENINGKATKAN RESPONS IMUN DAN RESISTANSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TERHADAP INFEKSI White Spot Syndrome Virus Widanarni Widanarni; Muhamad Gustilatov; Sukenda Sukenda; Diah Ayu Satyari Utami
Jurnal Riset Akuakultur Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.14.1.2019.59-69

Abstract

Wabah penyakit white spot diseases (WSD) akibat infeksi white spot syndrome virus (WSSV) menyebabkan penurunan produksi udang global. Alternatif pencegahan infeksi WSSV dapat dilakukan melalui peningkatan respons imun udang dengan aplikasi madu sebagai prebiotik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian madu dalam meningkatkan respons imun dan resistansi udang vaname (Litopenaeus vannamei) terhadap infeksi WSSV. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan yang meliputi perlakuan kontrol positif (tanpa pemberian madu dan diuji tantang dengan WSSV), kontrol negatif (tanpa pemberian madu dan tanpa uji tantang dengan WSSV), pemberian madu pada dosis 0,2%; 0,4%; dan 0,6%; serta diuji tantang dengan WSSV. Udang vaname berukuran 0,4 ± 0,11 g diberi pakan komersial dengan penambahan madu selama 10 minggu sebelum diuji tantang dengan WSSV, kemudian udang diuji tantang dengan WSSV dan diamati sintasan, serta parameter respons imunnya selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter respons imun udang yang diberi perlakuan madu meliputi total haemocyte count (THC), aktivitas fagositik (AF), respiratory burst (RB), dan phenoloxidase (PO), baik sebelum maupun setelah uji tantang dengan WSSV lebih baik (P<0,05) dibanding kontrol. Pada akhir uji tantang, sintasan udang yang diberi perlakuan madu pada dosis 0,4% dan 0,6% masing-masing mencapai 66,67%; sedangkan pada perlakuan kontrol positif hanya mencapai 36,67%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu pada dosis 0,4% efektif meningkatkan respons imun dan resistansi udang vaname terhadap infeksi WSSV.White spot disease (WSD) outbreaks due to white spot syndrome virus (WSSV) infection cause the decline of the global shrimp production. The alternative prevention method against WSSV infection can be done by the improvement of immune responses through the application of honey as a prebiotic. This study aimed to evaluate the effectiveness of the administration of honey in improving immune responses and resistance of Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) against WSSV infection. This study consisted of five treatments and triplicates including positive control (without the administration of honey and challenged by WSSV); negative control (without the administration of honey and without the challenge test with WSSV); the administration of honey at doses of 0.2%, 0.4%, and 0,6% and challenged by WSSV. Pacific white shrimp sized 0.4 ± 0.11 g were fed commercial feed with the addition of honey for 10 weeks before challenged by WSSV, then the shrimp were challenged by WSSV and were observed their survival and immune responses parameters for seven days. The results of the study showed that immune responses parameters of the shrimp treated by honey treatments including total haemocyte count (THC), phagocytic activity (PA), respiratory burst (RB), and phenoloxidase (PO), both before and after the challenge test with WSSV were better (P<0.05) compared to control. At the end of the challenge test, the survival of the shrimp treated with honey treatments at doses of 0.4% and 0.6% reached 66.67%, while that of positive control treatment only reached 36.67%. These results indicated that the administration of honey at a dose of 0.4% was effective to improve immune responses and resistance of Pacific white shrimp against WSSV infection.
Kinerja Reproduksi dan Produksi Benih Ikan Kerapu Hibrida (Epinephelus sp.) yang Diproduksi Oleh Unit Pembenihan Di Bali Utara Diah Ayu Satyari Utami; Alfandi Fatchur Rizki; Anisa Sufiati; Hakimatul Azizah Ainun Riyadi; Arief Angga Maulana; Masya Dina Fardhani
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol. 17 No. 2 (2022): Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Publisher : University of PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/jipbp.v17i2.9244

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja reproduksi dan kinerja produksi benih ikan kerapu hibrida yang diproduksi oleh unit pembenihan di Bali Utara. Penelitian ini dilakukan pada beberapa unit pembenihan yang memproduksi larva ikan kerapu hibrida seperti ikan kerapu cantang dan ikan kerapu cantik yang terletak di Bali Utara yang terdiri atas unit pembenihan di Desa Gerokgak, Desa Penyabangan, dan Desa Sanggalangit. Parameter yang diamati meliputi kriteria induk, jumlah telur, derajat pembuahan, derajat penetasan, kualitas air, perkembangan larva, dan kinerja produksi. Perkembangan larva dan kinerja produksi diamati hingga umur pemeliharaan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan kerapu cantang mencapai 4.605.600 butir/induk ikan kerapu macan dengan derajat pembuahan dan derajat penetasan 60 dan 86%, sedangkan ikan kerapu cantik menghasilkan 4.651.200 butir/induk ikan kerapu macan dengan derajat pembuahan dan derajat penetasan 93 dan 55%. Kinerja produksi pada pembenihan ikan kerapu cantang menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 38,25%, panjang akhir 0,91 cm, dan bobot akhir 0,02 g, sedangkan kinerja produksi pada pembenihan ikan kerapu cantik menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 56%, panjang akhir 1,86 cm, dan bobot akhir 1,25 g. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kerapu cantik memiliki kinerja reproduksi dan kinerja produksi yang lebih tinggi dibanding ikan kerapu cantang.
Administration of Microencapsulated Probiotic at Different Doses to Control Streptococcosis in Tilapia (Oreochromis niloticus) DIAH AYU SATYARI UTAMI; WIDANARNI - WIDANARNI; M AGUS SUPRAYUDI
Microbiology Indonesia Vol. 9 No. 1 (2015): March 2015
Publisher : Indonesian Society for microbiology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.398 KB) | DOI: 10.5454/mi.9.1.3

Abstract

This study aimed to produce microencapsulated probiotic and determine its optimal dose to control streptococcosis in tilapia (Oreochromis niloticus). The probiotic used in this study was Bacillus sp. NP5 RfR that was encapsulated by sterile 10% maltodextrin solution and dried by spray dryer. The experimental fish were reared 28 days and fed by the administration of microencapsulated probiotic in feed with different doses (0,5% (A), 1% (B), and 2% (C)) which were 1010 CFU g-1 as the concentration and control without administration of microencapsulated probiotic, including negative (K-) and positive (K+) control. On day 30, all of the fish except K- were challenged by injecting 0.1 mL/fish  of Streptococcus agalactiae (105 CFU ml-1) by intra-peritoneal (IP) route. This study showed that administration of 0.5% microencapsulated probiotic was effective to control streptococcosis in tilapia with higher post-challenge survival rate, better hematological parameter values, and could inhibit S. agalactiae growth in the host target organs.
PREVALENSI ORGANISME PENEMPEL PADA INDUK TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) Diah Ayu Satyari Utami; Anik Kusmiatun; Anisa Sufiati; Komang Sika Wati; Ricky Djauhari
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 11, No 2 (2023): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jr.v11i2.5297

Abstract

Salah satu masalah utama yang dihadapi dalam budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah adanya organisme penempel yang melekat pada keranjang maupun pada cangkang tiram mutiara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi organisme penempel pada induk tiram mutiara yang dipelihara dengan metode long line. Obyek penelitian yang diamati adalah induk tiram mutiara yang dipelihara dengan metode long line pada kedalaman 3-5 m. Induk tiram mutiara yang diamati sebanyak 46 induk yang berumur 3-14 tahun dengan panjang, lebar, dan ketebalan cangkang 11-16,5 cm, 11,8-17,5 cm, dan 0,21-0,40 cm. Induk tiram mutiara yang diambil sebagai sampel diambil secara acak dengan mengambil 1 sampel induk/pocket net. Parameter kualitas air yang diamati terdiri atas suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, kecerahan, total amoniak nitrogen (TAN), nitrit, nitrat, dan fosfat. Organisme penempel yang menyerang induk tiram mutiara selama penelitian terdiri atas Polydora sp., Balanus sp., Ascidian sp., Nereis sp., Cliona sp., dan Mytilus sp. Organisme penempel yang memiliki prevalensi tinggi pada induk tiram mutiara yaitu Ascidian sp. (85%), kemudian diikuti oleh Polydora sp., Balanus sp., dan Nereis sp. dengan prevalensi 80%. Cliona sp. dan Mytilus sp. menunjukkan prevalensi yang rendah pada induk tiram mutiara yaitu 37,5 dan 10%. Kualitas air pada lahan pemeliharaan induk tiram mutiara berada pada kisaran normal untuk pemeliharaan tiram mutiara.
PREVALENSI ORGANISME PENEMPEL PADA INDUK TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) Diah Ayu Satyari Utami; Anik Kusmiatun; Anisa Sufiati; Komang Sika Wati; Ricky Djauhari
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 11, No 2 (2023): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jr.v11i2.5297

Abstract

Salah satu masalah utama yang dihadapi dalam budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah adanya organisme penempel yang melekat pada keranjang maupun pada cangkang tiram mutiara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi organisme penempel pada induk tiram mutiara yang dipelihara dengan metode long line. Obyek penelitian yang diamati adalah induk tiram mutiara yang dipelihara dengan metode long line pada kedalaman 3-5 m. Induk tiram mutiara yang diamati sebanyak 46 induk yang berumur 3-14 tahun dengan panjang, lebar, dan ketebalan cangkang 11-16,5 cm, 11,8-17,5 cm, dan 0,21-0,40 cm. Induk tiram mutiara yang diambil sebagai sampel diambil secara acak dengan mengambil 1 sampel induk/pocket net. Parameter kualitas air yang diamati terdiri atas suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, kecerahan, total amoniak nitrogen (TAN), nitrit, nitrat, dan fosfat. Organisme penempel yang menyerang induk tiram mutiara selama penelitian terdiri atas Polydora sp., Balanus sp., Ascidian sp., Nereis sp., Cliona sp., dan Mytilus sp. Organisme penempel yang memiliki prevalensi tinggi pada induk tiram mutiara yaitu Ascidian sp. (85%), kemudian diikuti oleh Polydora sp., Balanus sp., dan Nereis sp. dengan prevalensi 80%. Cliona sp. dan Mytilus sp. menunjukkan prevalensi yang rendah pada induk tiram mutiara yaitu 37,5 dan 10%. Kualitas air pada lahan pemeliharaan induk tiram mutiara berada pada kisaran normal untuk pemeliharaan tiram mutiara.
IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DI SMART FISHERY VILLAGE (SFV) PENGAMBENGAN, KABUPATEN JEMBRANA, PROVINSI BALI Annisa Khairani Aras; Ilham; Mohsan Abrori; I Nyoman Sudiarsa; Liga Insani; Arie Kiswanto; Diah Ayu Satyari Utami; Anik Kusmiatun; Andina Chairun Nisa; Diklawati Jatayu; Amiqatul Fikriyah; Muhammad Chaidir Undu
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Panrita Abdi - April 2024
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v8i2.30103

Abstract

This community service activity in the aquaculture community at SMART Fishery Village (SFV) Pengambengan aims to increase understanding and management skills of institutional administration and the formation of the SFV Pengambengan secretariat. The problems faced by partners are the lack of insight and knowledge of the group in advancing the business, the implementation of institutional administration that is less than optimal and not yet neatly arranged, and the absence of a permanent SFV Pengambengan secretariat. The method for implementing this service is to provide technical guidance regarding institutional administration management through the preparation of simple financial reports and partner participation by providing improvements to the SFV Pengambengan secretariat facilities that are more appropriate. The result of this community service activity is that partners experience increased understanding and skills in managing institutional administration in the form of preparing simple financial reports. Partners understand the types of costs, identify financial transactions in vaname shrimp cultivation activities, can keep financial journals, and can make simple financial reports per production cycle. The Pengambengan SFV secretariat can be formed permanently, making it easier for all members to gather, monitor, and assist ongoing production activities.  ||  Kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada Pokdakan di SMART Fishery Village (SFV) Pengambengan ini bertujuan adalah untuk peningkatan pemahaman dan keterampilan pengelolaan administrasi kelembagaan dan pembentukan sekretariat SFV Pengambengan. Masalah yang dihadapi mitra adalah minimnya wawasan dan pengetahuan kelompok dalam memajukan usaha, pelaksanaan administrasi kelembagaan yang kurang optimal dan belum tertata rapi serta belum adanya sekretariat SFV Pengambengan yang permanen. Adapun metode pelaksanaan pengabdian ini yakni bimbingan teknis tentang pengelolaan administrasi kelembagaan melalui pembuatan laporan keuangan sederhana dan partisipasi mitra dengan menyediakan perbaikan fasilitas sekretariat SFV Pengambengan yang lebih layak. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa mitra mengalami peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam pengelolaan administrasi kelembagaan berupa pembuatan laporan keuangan sederhana. Mitra memahami jenis biaya, mengidentifikasi transaksi keuangan di kegiatan budidaya udang vaname, mampu membuat jurnal keuangan serta mampu membuat laporan keuangan sederhana per siklus produksi. Sekretariat SFV Pengambengan dapat terbentuk secara permanen dan memudahkan seluruh anggota untuk berkumpul, memonitoring dan pendampingan kegiatan produksi yang berlangsung.
PADAT TEBAR OPTIMUM UNTUK MENDUKUNG OPTIMASI KUALITAS AIR DAN PRODUKSI TAMBAK INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Utami, Diah Ayu Satyari; Ramlanis, Afan Auriel; Faruq, Wifky Ezra Mohammad; Saputra, Fazril
JURNAL AKUAKULTURA Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Akuakultura Universitas Teuku Umar
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/ja.v6i1.6268

Abstract

This study aimed to determine the optimum stocking density that supported optimization of water quality and production of white shrimp (Litopenaeus vannamei) ponds. This study was conducted in 2 different cycles, namely cycles 14 and 15 and with different shrimp stocking densities in each cycle, namely 94 and 150 shrimp/m2. Each cycle and stocking density was represented by 2 ponds, namely ponds B5 and B6. Experimental animals used were white shrimp post-larvae stadia 9-10 (PL 9-10) with a size of 9-12 mm. Experimental parameters observed included water quality parameters (brightness, salinity, temperature, dissolved oxygen, pH, alkalinity, ammonium, and nitrite) and production performance (average body weight, average daily growth, biomass, feed conversion ratio, survival rate, and feed intake). Water quality of rearing medium reached the optimum value at a stocking density of 94 shrimp/m2. This was indicated by higher dissolved oxygen (4.0-5.3 mg/l) and lower ammonium (0.5-3.0 mg/l) compared to rearing ponds with a stocking density of 150 shrimp/m2 (4 0.0-5.0 mg/l; 1.0-3.0 mg/l). A stocking density of 94 shrimp/m2 showed a higher production performance than a stocking density of 150 shrimp/m2. This was indicated by the higher average body weight, average daily growth, and SR (18.20-19.77 g/shrimp; 0.30-0.48 g/day; 80.60-80.90%) and the lower FCR (1.11-1.33) at stocking density of 94 shrimp/m2 compared to 150 shrimp/m2 (17.18-17.40 g/shrimp; 0.45-0.50 g/day; 73, 92-78.32%; 1.64-1.75). The results of this study indicated that stocking density could affect water quality and shrimp production performance. The optimum shrimp stocking density in this study was 94 shrimp/m2.
APLIKASI PROBIOTIK MULTISPESIES KOMERSIAL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Anik Kusmiatun; Ilham Ilham; Mohsan Abrori; I Nyoman Sudiarsa; Andina Chairun Nisa; Annisa Khairani Aras; Liga Insani; Wahyu Wahyu; Diklawati Jatayu; Amiqatul Fikriyah; Arie Kiswanto; Muhammad Chaidir Undu; Diah Ayu Satyari Utami
Jurnal Perikanan Unram Vol 12 No 4 (2022): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v12i4.402

Abstract

Probiotik adalah mikroba yang dapat diberikan ke lingkungan budidaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan meningkatkan kecernaan pakan. Penggunaan probiotik tidak hanya satu jenis saja, tetapi juga dapat menggunakan campuran dari berbagai spesies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi probiotik multispesies komersial melalui pakan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Penelitian ini dilakukan melalui Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu kontrol (pakan tanpa campuran probiotik), A (pakan dicampur 0,2% probiotik multispesies komersial Bacillus sp.), B (pakan dicampur 0,2% probiotik multispesies komersial Lactobacillus sp.), C (pakan dicampur 0,2% probiotik multispesies komersial mix bacteria). Perlakuan tersebut diberikan pada udang uji selama 40 hari. Parameter yang diamati selama penelitian terdiri atas bobot akhir, pertumbuhan bobot harian, panjang akhir, pertumbuhan panjang harian, tingkat kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, dan kualitas air. Bobot udang vaname tertinggi diperoleh pada perlakuan A (9,1100 ± 0,0100 g) yang diikuti perlakuan C (8,8767 ± 0,0153 g) dan perlakuan B (8,6100 ± 0,0100 g). Rasio konversi pakan terendah ditunjukkan oleh perlakuan A (1,43 ± 0,13) yang berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol, B, dan C. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan A (85,00 ± 7,50%) yang berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol, B, dan C. Aplikasi probiotik multispesies komersial dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vaname. Hasil terbaik diperoleh pada udang vaname yang diberi probiotik multispesies komersial jenis Bacillus sp.
SUPLEMENTASI SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA PADA BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA DI KOLAM TANAH Ricky Djauhari; Sinar Wati Gea; Suriansyah Suriansyah; Matling Matling; Shinta Sylvia Monalisa; Diah Ayu Satyari Utami
Jurnal Perikanan Unram Vol 13 No 2 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i2.495

Abstract

Penelitian mengenai suplementasi sinbiotik dari kombinasi antara Lactobacillus cf. plantarum dan madu pada pemeliharaan benih ikan patin (Pangasius sp.) di kolam tanah hingga saat ini belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian menggunakan sinbiotik tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh teknis penggunaan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis suplementasi sinbiotik yang efektif untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan benih ikan patin yang dipelihara di kolam tanah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini terdiri atas perlakuan A (kontrol), B (penambahan sinbiotik 0,5 dosis pada pakan), C (penambahan sinbiotik 1 dosis pada pakan), dan D (penambahan sinbiotik 2 dosis pada pakan). Benih ikan patin berukuran 1,13-1,5 g ditebar secara acak ke dalam 12 unit jaring hapa berukuran 1x1x1 m3, yang dipasang dalam kolam tanah dengan jumlah tebar 40 ekor/jaring hapa. Pakan uji untuk perlakuan sinbiotik disiapkan dengan mencampur pakan komersial dengan sinbiotik dan putih telur 2% sebagai perekat, sedangkan pakan kontrol disiapkan dengan mencampur pakan komersial dengan putih telur. Ikan uji dipelihara selama 21 hari dan diberi pakan uji dengan frekuensi 2 kali/hari. Parameter penelitian terdiri atas biomassa panen (Bt), weight gain (Wg), laju pertumbuhan harian (LPH), feed conversion ratio (FCR), efisiensi pakan (EP), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH). Pemberian sinbiotik dengan dosis yang terendah dan tertinggi tidak memberikan hasil yang optimum pada pertumbuhan ikan patin. Hasil optimum diperoleh pada perlakuan C.
SUPLEMENTASI EKSTRAK KASAR BONGGOL NANAS (Ananas comosus L) PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) DI KOLAM TANAH GAMBUT Ricky Djauhari; Maryani Maryani; Shinta Sylvia Monalisa; Mohamad Rozik; Ivone Christiana; Matling Matling; Diah Ayu Satyari Utami
Jurnal Perikanan Unram Vol 13 No 4 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i4.702

Abstract

Salah satu kendala dalam budidaya ikan lele (Clarias sp.) adalah efisiensi pakan yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan dalam budidaya ikan lele guna meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang berujung pada peningkatan produksi dan profit usaha budidaya ikan lele. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari suplementasi ekstrak kasar bonggol nanas terhadap kinerja pertumbuhan ikan lele di kolam tanah gambut tergenang. Pada penelitian ini ekstrak kasar bonggol nanas dicampurkan ke dalam pakan dengan dosis 0 (A), 3 (B), 6 (C), dan 9% (D) dengan ulangan tiga kali. Ikan dengan bobot awal 0,63-0,88 g ditebar secara acak pada 12 hapa berukuran 1 x 1 x 1 m3 yang dipasang pada kolam tanah dengan kepadatan 40 ekor/hapa. Ikan diberi pakan uji secara ad satiation dengan frekuensi dua kali sehari selama 14 hari. Suplementasi ekstrak kasar bonggol nanas pada dosis 6% (perlakuan C) menunjukkan hasil yang optimal pada kinerja pertumbuhan ikan lele dibanding perlakuan lainnya. Perlakuan C menghasilkan biomassa akhir (203,33 g), laju pertumbuhan (0,32 g/hari), laju pertumbuhan spesifik (13,69 %/hari), dan tingkat kelangsungan hidup (97,5%) yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Suplementasi ekstrak kasar bonggol nanas juga menunjukkan pengaruh positif pada efisiensi pemanfaatan pakan yang ditunjukkan dengan nilai rasio konversi pakan (0,77) yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya. Suplementasi ekstrak kasar bonggol nanas dapat menjadi terobosan baru pada pemeliharaan ikan pada kolam tanah gambut mengingat perannya yang signifikan dalam reduksi stress oksidatif selama pemeliharaan ikan.