cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 746 Documents
GROWTH AND REPRODUCTIVE PERFORMANCES OF RAMIREZI (Mikrogeophagus ramirezi) FED WITH DIFFERENT FEED TYPES Azizah Azizah; Yeni Elisdiana; Yudha Trinoegraha Adiputra; Munti Sarida
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.3.2023.141-151

Abstract

The Ramirezi (Mikrogeophagus ramirezi) is an ornamental fish in high demand with significant economic value. The high demand for this commodity has yet to be met by the quantity of fry production generated by farmers. It is due to the Ramirezi's long maturation time and slow growth, which are influenced by factors such as the feed used. This study aimed to evaluate the effect of feeding with different feed types on the growth and development of the gonads of prospective Ramirezi broodstocks. The research design employed a completely randomized design (RAL) with four treatments and three replications, using a combined ratio of artificial feed to bloodworm (Chironomus sp.): (A) 3:0, (B) 0:3, (C) 2:1, and (D) 1:2, for 45 days of culture. The results showed that a combination of artificial feed and bloodworm in a 1:2 ratio increased the absolute body growth of Ramirezi by 1.267 g, with a positive allometric growth pattern. This ratio also affected the egg diameter, leading to a higher percentage of broodstock maturing more quickly and improving reproductive performance, as seen in the parameters of the number of eggs produced (ranging from 80-200 eggs), a 96.83% fertilization rate, and a 91.80% hatching rate. Therefore, researchers and farmers can combine artificial feed and bloodworms in a 1:2 ratio in Ramirezi cultivation activities.Ramirezi (Mikrogeophagus ramirezi) adalah salah satu ikan hias yang banyak diminati dengan nilai ekonomis tinggi. Tingginya permintaan terhadap komoditas ini belum diimbangi dengan jumlah produksi benih yang dihasilkan oleh pembudidaya. Hal tersebut karena secara biologis ramirezi memiliki waktu maturasi yang cukup lama dan pertumbuhan yang lambat. Salah satu factor, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pakan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan dengan jenis pakan berbeda terhadap pertumbuhan dan perkembangan gonad calon induk ramirezi. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, menggunakan rasio kombinasi pakan buatan dengan cacing sutra (Chironomus sp.): (A) 3:0, (B) 0:3, (C) 2:1, dan (D) 1:2, selama 45 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pakan buatan dan cacing sutra dengan rasio 1:2 mampu meningkatkan pertumbuhan bobot mutlak ramirezi sebesar 1,267 g, dengan pola pertumbuhan alometrik positif. Rasio ini memberikan pengaruh terhadap diameter telur, menghasilkan persentase induk yang lebih cepat matang gonad serta meningkatkan performa reproduksi, terlihat dari parameter jumlah telur yang dihasilkan (berkisar 80-200 butir), derajat pembuahan 96,83%, dan derajat penetasan sebesar 91,80%. Oleh karena itu, peneliti dan pembudidaya dapat mengombinasikan pakan buatan dan cacing sutra dengan rasio 1:2 pada kegiatan budidaya ramirezi. 
EFIKASI VAKSIN Aeromonas hydrophila TERHADAP IMUNITAS IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DENGAN METODE INFILTRASI HIPEROSMOTIK Anis Zubaidah; Yussandra Khartika Sari; Sri Dwi Hastuti; Hany Handajani
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.1.2024.31-44

Abstract

Kendala yang sering dialami pembudidaya ikan lele salah satunya yaitu serangan motile Aeromonas septicemia (MAS). Vaksinasi melalui perendaman merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan sistem imun pada tubuh ikan lele, namun kurang memberikan hasil yang optimal sehingga perlu adanya penambahan metode infiltrasi hiperosmotik untuk memaksimalkan penyerapan vaksin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kisaran salinitas yang baik dalam memaksimalkan penyerapan vaksin Aeromonas hydrophila pada ikan lele. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental rancangan acak lengkap dengan lima taraf perlakuan dan tiga kali ulangan, antara lain kontrol negatif (Kn), kontrol positif (Kp), perendaman salinitas 3 ppt (P1), perendaman salinitas 6 ppt (P2), dan perendaman salinitas 9 ppt (P3) pada ikan lele berukuran 12-15 cm. Parameter yang diamati antara lain titer antibodi, relative percent survival, survival rate (SR), total eritrosit, total leukosit, kualitas air, dan gejala klinis. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi yaitu pada P2 (6 ppt) dengan nilai titer antibodi sebesar 8,0 ± 0,0, relative percent survival 100%, survival rate 100%, dan total eritrosit 2,80 x 106 sel mm-3, namun total leukosit pada P2 (6 ppt) menunjukkan nilai terendah karena leukosit melawan serangan patogen sehingga jumlah sel menurun. Disimpulkan bahwa perendaman dalam salinitas 6 ppt merupakan salinitas terbaik pada ikan lele dan berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya karena proses penyerapan vaksin terjadi secara maksimal sehingga dapat meningkatkan sistem imun ikan lele.One of the obstacles often experienced by catfish farmers is attacks by the motile Aeromonas septicemia (MAS). Vaccination through immersion is an effective way to improve the immune system in the body of catfish, but it does not provide optimal results so it is necessary to add a hyperosmotic infiltration method to maximize vaccine absorption. This study aimed to determine an optimum salinity range to maximize the absorption of the Aeromonas hydrophila vaccine in catfish. This study used a completely randomized design experimental method with five treatment levels and three replications, including negative control (Kn), positive control (Kp), 3 ppt salinity immersion (P1), 6 ppt salinity immersion (P2), and 9 ppt salinity immersion (P3) in catfish sizing 12-15 cm. The parameters observed included antibody titer, relative percent survival, survival rate (SR), total erythrocytes, total leukocytes, water quality, and clinical symptoms. The results of the study showed that the highest value was at P2 (6 ppt) with an antibody titer value of 8.0 ± 0.0, relative percent survival 100%, survival rate 100%, and total erythrocytes 2.80 x 106 cells mm-3, while total leukocytes in P2 (6 ppt) showed the lowest value because leukocytes fought against pathogen attacks so that the number of cells decreased. It was concluded that immersion in 6 ppt salinity was the best salinity for catfish and was significantly different (P<0.05) from other treatments because the vaccine absorption process occurred optimally so that it could improve the catfish's immune system.
PEMBERIAN FUCOIDAN SECARA ORAL DARI HASIL EKSTRAKSI Sargassum sp. UNTUK MENANGGULANGI MOTILE AEROMONAS SEPTICEMIA PADA IKAN LELE (Clarias sp.) Nuri Muahiddah; Alim Isnansetyo
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.3.2023.197-206

Abstract

Motile aeromonas septicemia (MAS) adalah salah satu penyakit yang sering menyebabkan kematian pada ikan, dan disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Salah satu cara untuk menanggulangi penyakit bakteri yang menyerang ikan adalah dengan menggunakan imunostimulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fucoidan secara oral terhadap perkembangan gejala penyakit ikan lele yang diinfeksi A. hydrophila.  Penggunaan metode asam digunakan untuk mengekstraksi fucoidan dari Sargassum sp. Penelitian ini melibatkan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan P1, P2, P3, dan P4, masing-masing meliputi kontrol, 2, 4, dan 6 g fucoidan per kilogram pakan. Pakan diberikan kepada ikan dalam jumlah 5% dari berat kering pakan terhadap biomassa ikan. Setelah itu, dilakukan uji tantang dengan memberikan dosis 0,1 mL per ikan dari A. hydrophila dengan kepadatan 2,77 x 107 sel per ml secara intraperitonial satu minggu setelah pemberian fucoidan secara oral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fucoidan secara oral dengan dosis 2, 4, dan 6 g fucoidan per kilogram pakan tidak menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam sintasan (P>0,05) dan tidak mampu menunda MTD pada ikan yang terinfeksi A. hydrophila KP1 jika infeksi dilakukan di bawah LD50. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan dosis fucoidan pada pakan ikan lele untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.Motile aeromonas septicemia (MAS) is a disease that often causes death in fish, and is caused by Aeromonas hydrophila. One of ways to overcome bacterial diseases that attack fish is to use immunostimulants. The aim of this study was to determine the effect of oral administration of fucoidan on the development of disease symptoms in catfish infected with A. hydrophila. The acid method was used to extract fucoidan from Sargassum sp. This experiment involved four treatments and three replications. Treatments P1, P2, P3, and P4, respectively, included control, 2, 4, and 6 g of fucoidan per kilogram of feed. Feed was given to fish in an amount of 5% of the dry weight of the feed to fish biomass. After that, a challenge test was carried out by giving a dose of 0.1 mL per fish of A. hydrophila with a density of 2.77 x 107 cells per mL intraperitoneally one week after oral administration of fucoidan. The results showed that oral administration of fucoidan at doses of 2, 4, and 6 g of fucoidan per kilogram of feed did not result in a significant increase in survival (P>0.05) and was unable to delay MTD in fish infected with A. hydrophila KP1 if infection carried out below LD50. Further study needs to be done by adding a dose of fucoidan to catfish feed to get better results. 
PENGARUH WARNA LATAR WADAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LARVA IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) Benny Heltonika; Dio Izmi Hasyim; Sukendi Sukendi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.3.2023.153-163

Abstract

Penglihatan bagi sebagian besar larva ikan memiliki peran yang sangat penting yang digunakan dalam mendeteksi keberadaan pakan. Salah satu faktor yang memengaruhi penglihatan dalam kondisi alami bergantung pada warna latar habitat yang disukai ikan tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh warna latar wadah terhadap pertumbuhan dan sintasan larva ikan nilem (Osteochilus hasselti). Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor dengan lima perlakuan warna latar media dengan tiga ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan warna wadah yaitu Wo (wadah oranye), Wbr (wadah biru), Wm (wadah merah), Wb (wadah bening), dan Wh (wadah hitam). Penelitian ini menggunakan larva ikan nilem berusia 5 hari setelah menetas dengan ukuran 0,5 ± 0,03 cm dengan pada tebar 2 ekor L-1. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan Artemia selama 10 hari pertama dan dilanjutkan dengan Moina sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna latar wadah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan nilem (P<0,05). Perlakuan terbaik adalah Wo (wadah oranye) dengan pertumbuhan bobot mutlak 1,08 ± 0,03 g, pertumbuhan panjang mutlak 3,04 ± 0,02 cm, laju pertumbuhan spesifik 14,57 ± 0,07 % hari-1, dan sintasan 93,33 ± 2,89 %. Hal ini ditunjukkan dengan respons larva ikan nilem terhadap pakan yang diberikan.  Vision ability has a very important role for most fish larvae which are used to detect the presence of food. One of the factors that affecting vision in natural conditions depends on the favorable background color of the fish’s habitat. The aim of study was to determine the effects of the background colors of the container on the growth and survival of bonylip barb (Osteochilus hasselti) larvae. The experimental method has used in this study was one factor completely randomized design with five different background’s colors of the container with three replications for each treatment. The treatments in this study were different color containers, namely Wo (orange container), Wbr (blue container), Wm (red container), Wb (clear container), and Wh (black container). This study used bonylip larvae aged 5 days after hatching with a size of 0,5±0,03 cm with a stocking of 2 individuals L-1. During the rearing period, the fish were fed Artemia for the first 10 days and continued with Moina sp. The results showed that the background’s color of the container significantly affected on the growth and survival of bonylip barb larvae (P<0.05). The best treatment was Wo (orange container) with an absolute weight growth of 1.08 ± 0.03 g, an absolute length growth of 3.04 ± 0.02 cm, a specific growth rate of 14.57 ± 0.07% day-1, and a survival of 93.33 ± 2.89%. It was indicated with the response of bonylip barb fish larvae to the administered feed.
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN FERMENTASI AMPAS SAGU DAN TEPUNG KEPALA IKAN TERI DENGAN PERSENTASE BERBEDA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) Agusnimar Agusnimar; Jarod Setiaji; Khairil Sadikin; Desi Marliana; Firsal Eko Cahyo; Khairul Hadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.2.2023.71-80

Abstract

Salah satu ikan air tawar yang bernilai ekonomi tinggi di Asia Tenggara adalah ikan baung (Hemibagrus nemurus). Namun dalam memenuhi permintaan masyarakat, permasalahan yang sering dihadapi pembudidaya adalah besarnya biaya pakan, sehingga perlu adanya pemberian pakan buatan berbahan dasar lokal yang murah dan mudah didapat. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat pengaruh pemberian pakan buatan berupa kombinasi fermentasi ampas sagu dan tepung kepala ikan teri (Stolephorus indicus) dengan persentase yang berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan benih ikan baung. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor dengan empat tingkat perlakuan, yaitu P1 pemberian pakan sebanyak 6%, P2 (8%), P3 (10%), dan P4 (12%) dari bobot tubuh ikan uji dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menemukan bahwa persentase pemberian pakan uji kombinasi fermentasi ampas sagu dan tepung kepala ikan teri hingga 10 % dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan baung, namun bila ditingkatkan menjadi 12% pertumbuhan mengalami penurunan. Secara statistik persentase pemberian pakan uji berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian benih ikan baung. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persentase pemberian pakan fermentasi ampas sagu dan tepung kepala ikan teri sebanyak 10% dari bobot tubuh ikan baung optimal untuk meningkatkan pertumbuhan karena sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan baung. Pakan ini dapat dikembangkan sebagai pakan berbahan baku lokal untuk ikan baung karena mudah diperoleh, harganya murah, dapat menekan biaya produksi, dan tersedia berkesinambungan.One of high value freshwater fish in Southeast Asia is the Asian redtail catfish (Hemibagrus nemurus). However, to meet the public demand, the frequently problem faced by farmers is the high cost of feed, so it is necessary to provide artificial feed based on local ingredients that are cheap and easy to obtain. The aim of this study was to determine the effects of feeding of an artificial feed in the form of a combination of fermented sago dregs and anchovy head meal (Stolephorus indicus) at different percentages on the survival and growth of the Asian redtail catfish. This study used a one-factor completely randomized design (CRD) with four treatment levels, namely P1 feeding as much as 6%, 8% (P2), 10% (P3), and 12% (P4) of the test fish's body weight triplicates. The results of this study showed that feeding of the test feed up to 10% could increase the growth of Asian redtail catfish fry, but when it was increased to 12%, growth decreased. Statistically, the percentages of feeding of fermented sago dregs and anchovy head meal as much as 10% of Asian redtail catfish body weight was optimum to increase, because it meets the nutritional requirements of Asian redtail catfish (P<0.05). From the results of the study, it can be concluded that the percentage of feeding fermented sago waste and anchovy head meal as much as 10% of the body weight of Asian redtail catfish is optimal for increasing growth because it is in accordance with the nutritional needs of Asian redtail catfish. This feed can be developed as the feed based on local ingredients for Asian redtail catfish because it is easily obtained, the price is cheap, it can reduce production costs, and it is available continuously.
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI RIBO NUCLEIC ACID YANG BERBEDA PADA JARINGAN MANTEL KERANG BIRU (Mytilus edulis) Anna Rejeki Simbolon
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.2.2023.129-139

Abstract

Kerang biru (Mytilus edulis) merupakan salah satu sentinel spesies yang dapat bertahan hidup di berbagai kondisi lingkungan, bahkan di daerah dengan tekanan tinggi, namun kemampuan fisiologisnya masih belum  banyak diketahui hingga saat ini. Regulasi fisiologis hewan dapat diketahui dengan mengetahui karakteristik genotip hewan melalui analisis genomik. Salah satu tahap yang diperlukan dalam analisis genomik adalah ekstraksi RNA. Perolehan kualitas dan kuantitas RNA yang baik merupakan langkah awal yang penting untuk analisis genomik selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode ekstraksi RNA yang berbeda pada jaringan mantel kerang biru agar dapat dihasilkan kualitas dan kuantitas RNA yang baik untuk analisis genomik. Dua metode ektraksi RNA yaitu menggunakan RNAqueous Phenol-free total RNA Isolation dan TRIzolTM. Reagent. Data berupa hasil deskriptif dan kuantitatif, RNA yang telah berhasil diekstraksi dinilai kualitas dan kuantitasnya dengan menggunakan alat Agilent 5300 Fragment Analyzer. Penggunaan RNAqueous Phenol-free total RNA Isolation dalam mengekstraksi jaringan mantel kerang biru tidak dapat dilakukan dengan baik. Penggunaan metode ekstraksi RNA dengan Kit TRIzolTM Reagent menghasilkan ekstrak RNA jaringan mantel kerang biru dengan nilai konsentrasi total RNA berkisar 48,91-392,38 ng mL-1, nilai RNA Quality Number (RQN) berkisar 7,6-9,6 dan rasio 28S:18S berkisar 0-3,5. Metode TRIzolTM Reagent kit memiliki efektifitas lebih baik dalam menghasilkan ekstrak RNA pada jaringan mantel kerang biru dengan kualitas dan kuantitas RNA yang baik.The blue mussel (Mytilus edulis) is a sentinel species that can survive in various environmental conditions, even in high pressure areas, but its physiological abilities has not been widely known. Marine physiological regulation can be known by knowing the characteristics of the biota genotype through genomic analysis. One of the steps required in genomic analysis is RNA extraction. Obtaining good quality and quantity of RNA is an important first step for further genomic analysis. This study aimed to compare different RNA extraction methods in blue mussel mantle tissue, so that it is expected to produce good RNA for genomic analysis. Two RNA extraction methods used were RNAqueous Phenol-free total RNA Isolation and TRIzolTM. Reagents. The data were in the form of descriptive and quantitative results, the quality and quantity of RNA that has been successfully extracted is assessed using the Agilent 5300 Fragment Analyzer. The use of RNAqueous Phenol-free total RNA Isolation in extracting mantle tissue of blue mussel cannot be carried out well. The use of the RNA extraction method with the TRIzolTM Reagent Kit produced RNA extract of blue mussel mantle tissue with total RNA concentration values ranging from 48,91-392,38 ng mL-1, RNA quality number (RQN) ranging from 7.6-9.6 and ratio of 28S:18S ranging from 0-3.5. The TRIzolTM Reagent kit method had better effectiveness in producing RNA extract from blue mussel mantle tissue with good quality and quantity of RNA.
STUDI EFISIENSI ASIMILASI DAN KECERNAAN LIMBAH ORGANIK PADAT TAMBAK UDANG SEBAGAI PAKAN TERIPANG PASIR Kadir Sabilu; Agus Kurnia; Yusnaini Yusnaini; Rahmad Sofyan Patadjai; Muhammad Idris; Abdul Muis Balubi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.1.2023.15-26

Abstract

Laju pertumbuhan teripang pasir yang relatif lambat dan kurangnya informasi mengenai pakan yang baik menyebabkan intensifikasi budidaya teripang pasir (Holothuria scabra) kurang berkembang. Berkaitan dengan pemanfaatan limbah organik padat tambak udang sebagai pakan teripang pasir, uji efisiensi asimilasi dan kecernaan penting dilakukan untuk memastikan kemanfaatan riil material organik tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi asimilasi dan kecernaan limbah sedimen tambak udang sebagai sumber nutrisi teripang pasir. Pemanfaatan limbah organik padat tambak udang sebagai pakan teripang pasir dilakukan dengan cara dicampurkan ke dalam pasir dengan komposisi 40% dari total substrat. Penelitian menggunakan delapan unit akuarium berukuran 40 x 30 x 40 cm3, yaitu empat unit untuk uji efisiensi asimilasi dan empat unit lainnya digunakan untuk uji kecernaan. Hasil penelitian ini menunjukkan teripang pasir dapat memperoleh nutrisi dan energi dari sedimen tambak udang, dimana kemampuan tersebut ditunjukkan dengan nilai efisiensi asimilasi (AE) bahan organik sebesar 53,20 ± 13,23%, efisiensi asimilasi bakteri total sebesar 41,76 ± 1,69%, kecernaan total sebesar 46,63 ± 17,57%, kecernaan protein sebesar 71,52 ± 17,11%, dan kecernaan fosfor 73,32 ± 13,83%. Kemampuan tersebut mengofirmasi teripang pasir sebagai salah satu spesies ekstraktif yang dapat mengonsumsi limbah organik padat tambak udang. Teripang pasir berpotensi besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai spesies Budidaya Multi-Tropik Terpadu, khususnya dalam pemanfaatan nutrisi limbah organik padat tambak udang.The relatively slow growth rate of sea cucumber (Holothuria scabra) and limited numbers of alternative feed have prevented the development and intensification of sea cucumber aquaculture. Anecdotal evidences suggested that solid organic waste from shrimp ponds could be used as feed for sea cucumbers. However, the efficiency of assimilation and digestibility of the waste have to be tested scientifically to ensure its real potential and benefits to farmed sea cucumber. This study aimed to determine the efficiency of assimilation and digestibility of solid organic waste sourced from shrimp ponds to be used as a feed for sea cucumber. The solid organic waste was treated by mixing it with a sand substrate at 40% of the total substrate. This study used eight aquarium units measuring 40 x 30 x 40 cm3, from which, four units for assimilation efficiency tests, and the remaining four for digestibility tests. The results of this study indicate that sea cucumbers were able to make use of nutrients and energy from the shrimp solid waste-based feed, where this ability was indicated by the assimilation efficiency (AE) of organic matter of 53.20 ± 13.23%, the assimilation efficiency of total bacteria of 41.76 ± 1.69 %, total digestibility of 46.63 ± 17.57%, protein digestibility of 71.52 ± 17.11%, and phosphorus digestibility of 73.32 ± 13.83%. The findings from this research confirms that sea cucumber can use the solid organic waste nutrients from shrimp ponds as feed and has a great potential as Integrated Multi-Trophic Aquaculture species to utilize solid organic waste nutrients from shrimp ponds.
INDUKSI HORMONAL PADA SEX REVERSAL UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) MENGGUNAKAN EKSTRAK SERBUK SARI PINUS (Pinus tabulaeformis) Harton Arfah; Dinar Tri Soelistyowati; Hidayatush Sholihin; Kesit Tisna Wibowo; Agus Oman Sudrajat; Odang Carman; Fajar Maulana; Alimuddin Alimuddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.2.2024.85-95

Abstract

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan komoditas perikanan air tawar yang memiliki ciri dimorfisme seksual pada pertumbuhan individu jantan lebih cepat dibanding betina. Pembentukan populasi monoseks jantan potensial dalam budidaya bertujuan untuk meningkatkan keseragaman, memacu pertumbuhan, dan efisiensi produksi. Induksi sex reversal pada pembentukan individu neomale dapat dilakukan secara hormonal menggunakan bahan yang mengandung derivat testosteron, yaitu serbuk sari pinus (Pinus tabulaeformis). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas ekstrak serbuk sari pinus terhadap performa sex reversal pada udang galah. Ekstrak serbuk sari pinus dengan dosis berbeda (0,0 mL L-1; 0,2 mL L-1; 0,4 mL L-1; dan 0,6 mL L-1) diberikan melalui perendaman selama 24 jam pada larva udang galah sebelum berdiferensiasi kelamin (PL15) berukuran panjang 12 ± 0,3 mm dan bobot 0,02 ± 0,001 g dengan kepadatan 60 individu per L, kemudian dipelihara selama 45 hari dalam kontainer (60 x 40 x 30 cm3) dengan tinggi air 20 cm dan kepadatan 1 individu per L. Perlakuan dosis ekstrak serbuk sari pinus dosis 0,2 mL L-1 menghasilkan nisbah kelamin jantan 46,69 ± 5,36%, sedangkan peningkatan dosis 0,4-0,6 mL L-1 dan kontrol tidak efektif mengarahkan kelamin jantan (35-42%) dengan tingkat kelangsungan hidup udang PL60 berkisar 66-82%. Ciri kelamin sekunder udang galah jantan PL60 berukuran 30-32 mm berupa male gonopore (MG) dan appendix masculine (AM), sedangkan betina memiliki appendix interna (AI) pada kaki renang kedua dan rongga di antara kedua kaki jalan kelima. Aplikasi ekstrak serbuk sari pinus pada dosis maksimal 0,2 mL L-1 dapat mengarahkan kelamin jantan udang galah.Giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii) is a freshwater fishery commodity with sexual dimorphism in which male individuals grow faster than females. The establishment of a male monosexual population is expected to increase individual uniformity, growth rate, and production efficiency. Induction of sex reversal in the formation of the pseudomale can be done hormonally using materials containing testosterone derivatives, for example, pine pollen (Pinus tabulaeformis). This study aimed to evaluate the effectiveness of pine pollen extract on the sex reversal performance of giant prawns. Pine pollen extract with different doses (0.0 mL L-1; 0.2 mL L-1; 0.4 mL L-1; and 0.6 mL L-1) was given by immersion during 24 hours in prawns before sexual differentiation (PL15) with a length of 12 ± 0.3 mm and a weight of 0.02 ± 0.001 g with a density of 60 individuals per L, then reared for 45 days in a container (60 x 40 x 30 cm3) with a water height of 20 cm and a density of 1 individual per L. Treatment with a dose of pine pollen extract at a dose of 0.2 mL L-1 resulted in a male sex ratio of 46.69 ± 5.36%, while increasing doses of 0.4-0.6 ml L-1 and the control were not effective in the sex reversal (35-42%) with a survival rate of PL60 ranged from 66-82%. The secondary sexual characteristics of PL60 male giant prawns measuring 30-32 mm are male gonopore (MG) and masculine appendix (AM), while female giant prawns have an internal appendix (AI) on the second swimming leg and the cavity between the fifth swimming leg. This study concludes that the application of pine pollen extract at a maximum dose of 0.2 mL L-1 could directly induced sex reversal of female to male of giant prawns.
PEMANFAATAN KOMBINASI PREBIOTIK DAN PROBIOTIK ASAL RAWA UNTUK MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, DAN STATUS KESEHATAN IKAN SELINCAH (Belontia hasselti) Tanbiyaskur Tanbiyaskur; Marini Wijayanti; Mochamad Syaifudin; Retno Cahya Mukti; Lilis Pritamasari Aritonang
Jurnal Riset Akuakultur Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.18.4.2023.239-249

Abstract

Ikan selincah (Belontia hasselti) merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi untuk dibudidayakan, namun terdapat beberapa tantangan seperti kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang masih rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu menggunakan probiotik rawa berupa Bacillus sp. dan Streptomyces sp. yang dikombinasikan dengan prebiotik.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis kombinasi prebiotik dan probiotik asal rawa yang tepat untuk meningkatkan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan status kesehatan ikan selincah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan, dengan jumlah probiotik yang sama pada setiap perlakuan yaitu sebanyak 5 mL kg-1 pakan dan jumlah prebiotik yang berbeda yaitu P0 tanpa prebiotik, P1 1%, P2 2%, dan P3 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis prebiotik yang terbaik saat dikombinasikan dengan probiotik asal rawa adalah 3% (P3) yang menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 96% sebelum infeksi dan 91,33% setelah diinfeksi  dengan bakteri Aeromonas hydrophila, total eritrosit sebesar 1,08-2,57 x 106 sel mm-3, total leukosit sebesar 3,39-6,44 x 104 sel mm-3, total bakteri di usus sebesar 0,59-7,38 x 108 CFU mL-1, pertumbuhan bobot 4,15 g, dan pertumbuhan panjang sebesar 1,03 cm. Kombinasi probiotik rawa dan 3% prebiotik ubi jalar, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan performa kesehatan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selincah.Malay Combtail (Belontia hasselti) is a commodity that has the potential to be cultivated, but there are several challenges such as survival and growth which are still low. Efforts that can be made to overcome this problem are using swamp probiotics in the form of Bacillus sp. and Streptomyces sp. combined with prebiotic. The aim of this study was to determine the correct combination dose of prebiotic and probiotics from swamps to improve the survival, growth and health status of Malay combtail. This study used a completely randomized design (CRD) consisting of four treatments and three replications, with the same amount of probiotics in each treatment, namely 5 mL kg-1 feed and different amounts of prebiotic, namely P0 without prebiotics, P1 1%, P2 2 %, and P3 3%. The results showed that the best dose of prebiotics when combined with swamp probiotics was 3% (P3) which resulted in survival of 96% before infection and 91.33% after infection with Aeromonas hydrophila bacteria, total erythrocytes of 1.08-2,57 x 106 cells mm-3, total leukocytes of 3.39-6.44 x 104 cells mm-3, total bacteria in the intestine of 0.59-7.38 x 108 CFU mL-1, weight gain of 4.15 g, and length gain of 1.03 cm. The combination of swamp probiotics and 3% sweet potato prebiotic can be used to improve the health performance, growth and survival of Malay combtail.
GROWTH PERFORMANCE OF WHITELEG SHRIMP (Litopenaeus vannamei) AT DIFFERENT STOCKING DENSITIES IN A POLYCULTURE SYSTEM WITH SEA GRAPE (Caulerpa sp.) Valentine, Riris Yuli; Hariyadi, Dimas Rizky; Tangguda, Sartika
Jurnal Riset Akuakultur Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.20.1.2025.49-62

Abstract

This study evaluated the growth performance, survival rate, and water quality improvement in a polyculture system integrating whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) and sea grapes (Caulerpa sp.) with different shrimp stocking densities. This study employed a completely randomized design with three treatments, each at three levels of shrimp densities (15, 30, and 45 individuals per tank with a capacity of 0.06 m³), integrated with sea grape (50 g) for 60 days. During maintenance, shrimp were fed commercial feed, and no water changes were performed. The results showed that the highest shrimp growth and survival were obtained at a density of 15 individuals per tank, with growth rates of 6.54% day-1 and survival rates of 98% for the shrimp, resulting in optimal growth in Caulerpa sp. In contrast, a higher stocking density (45 individuals per tank) was associated with lower observed growth and survival rate of whiteleg shrimp throughout the culture period. Water quality showed favourable conditions for both, with pH levels (6.5–9.4), dissolved oxygen concentrations (5.0–8.2 mg L-1), and temperatures (26–38°C) within the optimal range. The polyculture system facilitated nutrient recycling, where shrimp waste was utilized by Caulerpa sp., effectively reducing nitrate and phosphate concentrations and preventing eutrophication in all treatments with increased stocking density. The conclusion of this study highlighted the potential of the polyculture system to improve ecological balance and productivity in aquaculture. Lower shrimp stocking densities resulted in high growth and survival, while integrating Caulerpa sp. contributed to environmental sustainability. Penelitian ini mengevaluasi performa pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, dan perbaikan kualitas air dalam sistem polikultur yang mengintegrasikan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan anggur laut (Caulerpa sp.) dengan kepadatan tebar udang yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan, yaitu tiga tingkat kepadatan udang (15, 30, dan 45 ekor per wadah berkapasitas 0,06 m³), masing-masing diintegrasikan dengan anggur laut (50 g) selama 60 hari. Selama pemeliharaan, udang diberi pakan komersial dan tidak dilakukan pergantian air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang tertinggi diperoleh pada kepadatan 15 ekor per wadah, masing-masing sebesar 6,54% per hari dan 98%, serta menghasilkan pertumbuhan Caulerpa sp. yang optimal. Sebaliknya, kepadatan tebar yang lebih tinggi (45 ekor per wadah) menghasilkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang vaname yang lebih rendah selama masa pemeliharaan. Kualitas air menunjukkan kondisi yang mendukung untuk keduanya, dengan pH (6,5–9,4), oksigen terlarut (5,0–8,2 mg L-1), dan suhu (26–38°C) berada dalam kisaran optimal. Sistem polikultur ini memfasilitasi daur ulang nutrien, di mana limbah udang dimanfaatkan oleh Caulerpa sp., secara efektif mengurangi konsentrasi nitrat dan fosfat serta mencegah eutrofikasi pada semua perlakuan, bahkan dengan peningkatan kepadatan tebar. Kesimpulan dari penelitian ini menyoroti potensi sistem polikultur dalam meningkatkan keseimbangan ekologis dan produktivitas di bidang akuakultur. Kepadatan tebar udang yang rendah menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang tinggi, sementara integrasi dengan Caulerpa sp. berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.

Filter by Year

2006 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue