cover
Contact Name
Tajerin
Contact Email
marina.sosek@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
marina.sosek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 25020803     EISSN : 25412930     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Buletin Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 157 Documents
SALURAN PEMASARAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR Permana Ari Soejarwo; Risna Yusuf
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (859.486 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i2.7399

Abstract

ABSTRAKNusa Tenggara Timur merupakan produsen terbesar kedua setelah Sulawesi Selatan dalam produksi rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Karena itu, peluang pengembangan rumput laut jenis E. cottonii sangat menjanjikan dengan pangsa pasar yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran rumput laut jenis Eucheuma cottonii di Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Data dan informasi dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan pembudidaya serta dengan pengumpulan data sekunder. Data dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif dengan memberikan informasi mengenai saluran pemasaran rumput laut jenis Eucheuma cottonii di Sumba Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran rumput laut di Sumba Timur dapat ditentukan oleh sumber permodalan yang berasal dari modal pribadi dan koperasi sehingga pemasaran tidak dipengaruhi oleh pedagang atau tengkulak. Kemudian dari sisi serapan dan pemasaran sumput laut dapat ditentukan oleh jenis produksi rumput laut yang terdiri dari raw material dan chips rumput laut. Raw material akan diserap oleh pedagang rumput laut lokal, pedagang rumput laut luar daerah Sumba Timur dan PT ASTIL. PT ASTIL akan mengolah rumput laut menjadi chips yang kemudian diserap oleh pembeli yang ada di Maassar, Surabaya dan Jakarta.Title: ABSTRACTEast Nusa Tenggara is the second largest producer after South Sulawesi in the production of Eucheuma cottonii. Therefore, the opportunity to develop Euchema cottonii seaweed is very promising with a high market share. This study aims to determine the marketing distribution of Eucheuma cottonii in East Sumba, East Nusa Tenggara Province. Data and information were collected through field observations and in-depth interviews with farmers as well as with secondary data collection. The data were analyzed qualitatively and described in descriptive form by providing information about the marketing distribution of Eucheuma cottonii in East Sumba. The results showed that the marketing distribution for seaweed in East Sumba could be determined by capital sources that originating from private capital and cooperatives so that marketing was not influenced by traders or middlemen. Furthermore the absorption and marketing of seaweed can be determined by the type of seaweed production consisting of raw material and seaweed chips. Raw material will be absorbed by local seaweed traders, seaweed traders in outside East Sumba and PT ASTIL. PT ASTIL will process seaweed into chips which are then absorbed by buyers in Makassar, Surabaya and Jakarta. 
Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat dan Peran KIMBis dalam Kehidupan Masyarakat Kota Tegal Yayan Hikmayani
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 2, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.009 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i2.3022

Abstract

Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) adalah wadah komunikasi, advokasi/pendampingan, serta konsultasi antara kelompok masyarakat nelayan (perikanan) yang beraktivitas di daerah (pesisir) dengan stakeholder terkait, melalui pendekatan technopreneurship untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat nelayan (perikanan). KIMBis Kota Tegal telah berdiri sejak tahun 2012. Metode yang digunakan dalam riset aksi, diawali dengan melakukan studi dasar, kemudian merumuskan perlakuan yang langsung diikuti dengan tindakan nyata dan setelah dievaluasi dan dikaji ulang dikembangkan perlakuan-perlakuan baru. Kegiatan yang dilakukan bersifat kesinambungan dan evaluasi secara terus menerus. Analisa dilakukan secara evaluatif terhadap berbagai tujuan terkait dengan aspek pengembangan ekonomi masyarakat di lokasi KIMBis. Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan diketahui bahwa KIMBis telah berperan dalam mengembangkan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan khususnya untuk kelompok binaan KIMBis.
Kearifan Lokal Masyarakat Lamalera: Sebuah Ekspresi Hubungan Manusia Dengan Laut Nendah Kurniasari; Elly Reswati
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 2, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.823 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i2.5810

Abstract

Makalah ini bertujuan melihat kearifan lokal yang dibentuk oleh sebuah masyarakat nelayan dilihat dari perspektif psikologi lingkungan. Makalah ini merupakan studi literatur, dimana informasi diperoleh dengan cara mengkaji literatur yang terkait dengan teori-teori adaptasi lingkungan, kearifan lokal serta kehidupan masyarakat Lamalera. Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Lamalera mengenai norma berburu paus telah berusia ratusan tahun. Kearifan itu merupakan perbauran yang kental antara tradisi dan ajaran Katolik. Kearifan yang muncul tidak hanya menjaga kelestarian dan kesimbangan ekosistem laut namun juga menjaga keseimbangan dalam berhubungan dengan sesama warga masyarakat. Keseimbangan alam tersebut terancam ketika Pemerintah Daerah mengeluarkan ijin untuk penambangan emas. Kearifan lokal yang muncul sabagai reaksi dari adanya stimulus ini adalah penolakan terhadap penambangan emas di Lamalera dengan alasan akan merusak keseimbangan ekosistem yang mengakibatkan terputusnya ikatan mereka dengan para leluhur yang selama ini telah menjaganya.
Prospek Pengembangan KIMBis (Klinik Iptek Mina Bisnis) Pamisaya Mina Kabupaten Wonogiri Rizky Muhartono; Sonny Koeshendrajana; Sastrawidjaja Sastrawidjaja
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 1, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.865 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i1.2612

Abstract

Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) adalah kelembagaan yang berfungsi bukan sebagai pesaing/menggantikan kelembagaan yang sudah ada, tetapi merupakan kelembagaan yang mempererat komunikasi dan membangun kebersamaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Prinsip kegiatan yang dilakukan adalah dari-oleh-untuk masyarakat. Tulisan ini bertujuan menggambarkan prospek pengembangan KIMBis di Kabupaten Wonogiri. Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada 2012 dengan cara observasi lapang, wawancara dan studi dokumen. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KIMBis di Kabupaten Wonogiri memiliki prospek pengembangan yang baik. Hal ini ditandai dari respon positif PEMDA berupa kesepakatan MoU/KB, PKS serta dana pendampingan kegiatan KIMBis pada tahun berjalan (2012). Saran dalam pengembangan KIMBis Wonogiri adalah tetap melakukan sinergi kegiatan, menjaga komunikasi dan koordinasi antar satker yang melakukan kegiatan di Waduk Gajah Mungkur. Hal ini penting dilakukan agar kegiatan pemberdayaan masyarakat akan optimal dilakukan, sehingga tidak terjadi pengakuan sepihak jika terjadi keberhasilan kegiatan ataupun saling menyalahkan jika terjadi kegagalan kegiatan.
SALURAN, MARGIN DAN EFISIENSI PEMASARAN RUMPUT LAUT DI SENTRA KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN SUMBAWA Hikmah Hikmah; Agus Heri Purnomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2152.88 KB) | DOI: 10.15578/marina.v3i2.7325

Abstract

ABSTRAKKomoditas rumput laut merupakan salah satu komoditas yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dan meningkatkan devisa, namun mengalami permasalahan pada aspek pemasaran terutama menyangkut lembaga, saluran, dan jaringan serta pola pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola saluran, margin dan efisiensi pemasaran yang diperoleh masing-masing lembaga. Data dikumpulkan dengan observasi dan wawancara, di mana populasi dalam penelitian ini adalah pembudiaya rumput laut, pengumpul rumput laut, eksportir dan industri pengolahan rumput laut di daerah Kabupaten Sumbawa. Pemilihan sampel (responden) pembudidaya rumput lautdigunakan metode purposive sampling, sedangkan sampel pedagang digunakan metode snowball sampling. Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif berdasarkan analisis biaya danmargin pemasaran serta perhitungan pangsa (farmer’s share). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola saluran pemasaran rumput laut di sentra kawasan minapolitan Kabupaten Sumbawa terbagi menjaditiga, dimana saluran pemasaran saluran 1 lebih panjang dibanding saluran pemasaran 2 dan 3. Saluran yang paling efisien terjadi pada saluran pemasaran 2 dimulai dari pembudidaya dijual ke pengumpullokal 2 diteruskan pedangang besar di Lombok kemudian ke eksportir Surabaya dan berakhir di pabrik mancanegara. Pada saluran ini merupakan saluran yang relatif lebih pendek dan margin yang kecil13,3 % atau Rp. 1000,- (per kilogram) serta nilai farmer’s share (86,67 %) yang paling besar dibanding saluran 1 dan 2. Untuk itu, perlu dukungan kebijakan untuk menguatkan saluran pemasaran 2 denganmeningkatkan keberpihakan terhadap pembudidaya rumput laut yang tercermin dari besaran farmer’s  shere.Title: SeaweedMarketing Channels, Margin and Efficiency in The Minapolitan Area of Sumbawa DistrictSeaweed is a commodity that could improve the community economic, absorb labor and increase foreign exchange. However, problems occur in marketing particularly related to institutions, channels, networks and marketing patterns. This study aims to determine the channel patterns, margins and marketing efficiency obtained by each institution. Data was collected by observations and interviews toward seaweed growers, seaweed collectors, exporters and seaweed processing industries in theSumbawa Regency. Samples (respondents) of seaweed cultivators were selected using purposive sampling method, while the merchant samples were selected using snowball sampling method. Quantitative descriptive approach was used to analyzed the data based on analysis of marketing costs and margins as well as share calculations (farmer’s share). The study suggests that the seaweed marketing channel pattern in minapolitan area of Sumbawa Regency was divided into three, wheremarketing channel 1 were longer than marketing channel 2 and 3. The most efficient channel occurred in marketing channel 2 starting from farmers to local collectors 2, forwarded to wholesellers in Lombok, then to Surabaya exporters and ended up in foreign factories. This is a relatively shorter channel with small margin of 13.3% or Rp. 1000, - (per kilogram) and has the highest value of farmer’s share (86.67%)compared to channel 1 and 2. Therefore, policy is necessary to strengthen marketing channel 2 by supporting seaweed farmers as reflected in farmer’s share percentages.
Fungsi Laut dalam Menjaga Harmonisasi Hidup Masyarakat Adat Lambadalhok, Aceh Besar Nendah Kurniasari; Nurlaili Nurlaili
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 2, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1913.519 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i2.5759

Abstract

Makalah ini bertujuan menganalisis fungsi laut dalam menjaga harmonisasi kehidupan masyarakat Desa Lambadalhok, Aceh Besar. Penelitian dilakukan pada Tahun 2011 dengan menggunakan metode kualitatif dan dianalisis secara deskriptif. Laut bagi masyarakat Lambadhalhok mempunyai peran yang strategic dalam menciptakan harmonisasi hidup antara manusia, Tuhan dan alam. Keberadaan laut dinilai tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi, namun juga mempunyai fungsi sosial dan fungsi spiritual. Semua fungsi tersebut harus berjalan seimbang dalam norma-norma religi yang mereka anut. Masyarakat membuat kesepakatan dalam mengelola dan memanfaatkan laut yang terlembaga dalam kelembagaan Panglima Laot. Adat kenduri laut, adat hari pantang melaot, adat sosial dan adat pemeliharaan lingkungan merupakan aturan untuk menjaga berjalanannya fungsi-fungi tersebut secara seimbang sehingga harmonisasi hubungan antara manusia, Tuhan dan alam dapat terwujud.
Pengaruh Program Minapolitan Terhadap Kelembagaan Usaha Budidaya Rumput Laut di Pulau Sumbawa Mira Mira
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 1, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.685 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i1.1015

Abstract

Tujuan dari penelitian ini menganalisis pengaruh program minapolitan terhadap karakteristik kelembagaan usaha budidaya rumput laut di Pulau Sumbawa. Aspek yang dilihat adalah kelembagaan aktor dan pola hubungan, kelembagaan aturan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pendukung internal, dan kebijakan eksternal. Dari sisi kelembagaan aktor terlihat bahwa sebelum program minapolitan usaha budidaya rumput laut bersifat perorarangan, akan tetapi setelah program minapolitan budidaya rumput laut berkelompok. Hal inilah yang menjadi kelemahan dari motivasi pembudidaya rumput laut di Pulau Sumbawa, dimana hanya wahana pencairan bantuan. Pada sisi kelembagaan aturan, sebelum program minapolitan harga ditentukan oleh pengepul karena adanya ikatan utang. Setelah program minapolitan bargaining position pembudidaya naik sehingga harga ditentukan berdasarkan kesepakan pembudidaya dan pengepul. Pada dimensi kebijakan internal pemerintah: pemerintah daerah menindak lanjuti kebijakan pemerintah pusat dalam bantuan PUMP untuk pembudidaya rumput laut dengan fasilitasi berupa pembentukan kelompok pembudidaya rumput laut, penentuan penerima bantuan, dan pembuatan aturan yang terkait zonasi. Pada dimensi kebijakan eksternal berupa bantuan dari pihak perbankan untuk penguatan kelembagaan dimana Bank Bukopin menginisiasi pembentukan koperasi “Algae Bersaing” dengan bantuan modal untuk petani rumput laut sebesar Rp. 900 juta. Diharapkan pemerintah membenahi motivasi berkelompok pembudidaya rumput laut, yaitu untuk mencapai tujuan yang sama, tapi di Pulau Sumbawa setelah pencairan bantuan kelompok pembudidaya banyak yang bubar.
PRINSIP-PRINSIP PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PESISIR UTARA JAWA TENGAH Arif Sofianto
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 2, No. 2, Tahun 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.019 KB) | DOI: 10.15578/marina.v2i2.4679

Abstract

Masyarakat pesisir merupakan salah satu kelompok termiskin. Kebijakan-kebijakan yang telah dilaksanakan di kawasan pesisir sering mengakibatkan beberapa kondisi berupa perusakan ekologi, kesenjangan dan kemiskinan nelayan tradisional, serta ketergantungan masyarakat terhadap pemodal. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kebutuhan penanggulangan kemiskinan pada wilayah pesisir sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Juwana dan Margoyoso di Kabupaten Pati, serta Kecamatan Ulujami di Kabupaten Pemalang. Informan penelitian ini berjumlah 100 orang terdiri dari unsur pemerintah daerah, lembaga masyarakat, koperasi, nelayan, petambak, pengolah hasil perikanan dan petani. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, FGD dan Observasi. Teknik analisisdata menggunakan model yang dikembangkan oleh Spradley, yang merupakan kesatuan proses linear yang dimulai dari analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema budaya.Kesimpulan dari penelitian ini adalah model penanggulangan kemiskinan pada masyarakat pesisir utara Jawa Tengah berupa konsep pemberdayaan yang mengutamakan prinsip a). Komitmen pada keyakinan, nilai, adat kebiasaan, kepentingan bersama, b). Menciptakan keterbukaan, kejujuran, solidaritas dan pelibatan masyarakat. Tittle: Need For Poverty Reduction In North Coastal Areas In Central JavaThe coastal communities is one of the main groups of the poorest. The policies that have been implemented in coastal areas often result in some circumstances as ecological destruction, poverty gap and traditional fishing, as well as public dependence on financiers. This study aims to understand the need to reduce poverty in coastal areas according to the characteristics and needs of the community. This type of research is qualitative descriptive. The location of research in the Juwana and Margoyoso sub district in Pati Regency, and the Ulujami Subdistrict in Pemalang Regency. The informants of 100 people consisting of representatives from local government, community organizations, cooperatives, fishermen, farmers, fishpond farmers, and fish processors. The technique of collecting data using interviews, focus group discussions and observation. Data were analyzed using a model developed by Spradley, which is the unity of a linear process that starts from domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis and analysis of cultural themes. The conclusion of this study is a model of addressing poverty in the north coast of Central Java community a concept that promotes empowerment principle a). Commitment to the beliefs, values, customs, common interests, b). Create transparency, honesty, solidarity and community involvement.
Potensi Pemanfaatan Limbah Perikanan di Banda Aceh Estu Sri Luhur; Armen Zulham; Joni Haryadi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 2, No. 1, Tahun 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.338 KB) | DOI: 10.15578/marina.v2i1.3276

Abstract

Tujuan tulisan ini memaparkan hasil identifikasi dan potensi pemanfaatan limbah perikanan di Banda Aceh. Hasil kajian menunjukkan bahwa limbah yang dihasilkan dari usaha perikanan (penangkapan, budidaya, pengolahan) dan usaha non-perikanan sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah yang dihasilkan dari usaha penangkapan adalah limbah padat berupa sisa ikan hasil pembongkaran dengan status sudah dimanfaatkan untuk pakan unggas. Limbah dari usaha pengolahan antara lain limbah padat berupa sisa ikan bagian kepala, isi perut dan tulang dengan status belum dimanfaatkan karena terbatasnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengadopsi teknologi. Limbah dari usaha budidaya berupa padatan yang sudah dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, sedangkan limbah dari budidaya kepiting soka belum dimanfaatkan. Jenis usaha yang berpotensi untuk dikembangkan dengan memanfaatkan limbah tersebut adalah: 1) usaha tepung ikan; 2) usaha pembuatan pakan ikan dan unggas; 3) usaha olahan makanan ringan (snack) tulang ikan; 4) usaha kerajinan aksesoris berupa tas atau dompet; 5) usaha pembuatan tepung bahan baku citosan.Title: Potential Use of Fisheries Waste in Banda AcehThis paper aimed to describe the identification of fisheries waste management in Banda Aceh. Results showed that waste from fisheries (catching, aquaculture, fish processing) and non-fisheries activities largely untapped optimally. Solid waste from marine captured fisheries is demolition of the remaining fish with status already used for poultry feed. Waste from processing businesses include solid waste such as leftover fish head, entrails and bone status untapped due to limited knowledge and skills in adopting technology. Waste from aguaculture  in the form of solids that have been used as compost, while soft-shelled crab waste from aquaculture untapped. Type of business which have potential to be developed by utilizing the waste are: 1) business of fish meal; 2) business of making fish feed and poultry; 3) business of processed snack fish bone; 4) craft business accessories such as handbags or wallets; 5) business of making starch feedstock citosan.
Penerapan Prinsip Blue Economy pada Masyarakat Pesisir di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Mira Mira; Maulana Firdaus; Elly Reswati
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 9, No. 1, Tahun 2014
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.719 KB) | DOI: 10.15578/marina.v9i1.213

Abstract

Konsep blue economy sudah menjadi perhatian dalam pembangunan sektor perikanan di Indonesia. Hal ini diindikasikan dengan dirumuskannya sebuah konsep pengembangan blue economy untuk kelautan dan perikanan Indonesia. Pada tahun 2013 Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBSEKP) melakukan identifikasi penerapan prinsip blue economy pada lokasi sasaran pengembangan Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBIS) di wilayah pesisir Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder yang dianalisis dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga usaha perikanan dan kelautan yang telah menerapkan prinsip-prinsip blue economy di lokasi penelitrian, yaitu: usaha longyam, polikultur, dan usaha pengolahan kulit ikan menjadi kerupuk. Untuk lebih meningkatkan tingkat penerapan prinsip blue economy pada ketiga usaha tersebut, perlu dukungan pemerintah baik berupa sarana maupun prasarana yang lebih baik dengan disertai upaya pendampingan yang lebih intensif.

Page 8 of 16 | Total Record : 157