cover
Contact Name
Tajerin
Contact Email
marina.sosek@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
marina.sosek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 25020803     EISSN : 25412930     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Buletin Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 157 Documents
Nilai Ekonomi Pemanfaatan Ikan Napoleon (Cheilinus Undulatus) di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau Maulana Firdaus; Rani Hafsaridewi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 1, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.326 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i1.4589

Abstract

Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi karena populasinya yang terancam. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi ikan Napoleon adalah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Eksploitasi ikan Napoleon di perairan tersebut tidak dapat dilakukan secara leluasa mengingat ada beberapa kebijakan pemerintah yang mengatur tentang tata cara pemanfaatan ikan ini. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bentuk pemanfaatan ikan Napoleon di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan Napoleon di Kabupaten Natuna dilakukan melalui usaha penangkapan dan budidaya (pembesaran). Usaha pemanfaatan ikan Napoleon merupakan mata pencaharian utama masyarakat, karena harga jualnya yang tinggi. Kebijakan pemerintah terkait pemanfaatan ikan Napoleon adalah mengatur tentang tata cara penangkapan, ukuran yang diperbolehkan ditangkap dan pelarangan ekspor. Implementasi kebijakan ini harus mempertimbangkan dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat, mengingat bahwa ada sebagian masyarakat yang menjadikan usaha penangkapan dan budidaya ikan Napoleon menjadi sumber ekonomi.
Membangun Sinergitas Antar Pelaku Dalam Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Melalui Klinik Iptek Mina Bisnis (Studi Kasus Pada Pelaksanaan Klinik Iptek Mina Bisnis Di Kabupaten Subang) Nendah Kurniasari
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 9, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.031 KB) | DOI: 10.15578/marina.v9i2.427

Abstract

Sinergitas antara pelaku pemberdayaan merupakan hal mendasar dalam pelaksanaan sebuah program pemberdayaan agar dapat berjalan efektif dan berkesinambungan. Makalah ini bertujuan untuk menggambarkan prinsip-prinsip dan langkah strategis membangun sinergitas yang harus ditempuh oleh KIMBis dalam menjalankan fungsinya sebagai wadah pemberdayaan masyarakat perikanan. Penelitian dilaksanakan di Subang pada Tahun 2013. Penelitian merupakan action research dimana kegiatan yang dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat pesisir subang melalui kelembagaan KIMBis (Klinik Iptek Mina Bisnis). Data diambil melalui wawancara, dan observasi berkelanjutan terhadap jalannya KIMBis Subang. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Terdapat tiga prinsip dalam membangun sinergitas antar pelaku pelaksanaan KIMbis yaitu partisipatif yang mengarah pada emansipatif dan problem-posing education. Terkait dengan pelaksanaan prinsip tersebut, maka langkah strategis yang harus dilaksanakan adalah proses pembentukan harus melibatkan pemangku kepentingan lokal yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat, membuat program kerja yang mengarah pada kemandirian KIMBis yang dilakukan secara partisipatif, melakukan sinkronisasi program dengan instasi/lembaga terkait, membangun percaya diri para pengurus KIMBis dalam membangun jaringan kerja secara mandiri,membuat pelaporan terhadap instasi/lembaga mitra, dan menjaga hubungan non formaluntuk menumbuhkan ikatan emosional.
Assesment Blue Economy: Implementasi Integrated Multi-Tropic Aquaculture (IMTA) pada Kawasan KIMBis Cakradonya di Banda Aceh Armen Zulham; Estu Sri Luhur; Joni Haryardi; Freshty Yulia Arthatiani
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 2, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1498.504 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i2.3021

Abstract

Salah satu prinsip dari ekonomi biru (blue economy) adalah memanfaatkan limbah berbagai usaha kelautan dan perikanan pada masyarakat menuju zero waste. Tiga prinsip lain yang mendukung pencapaian zero waste adalah teknologi yang digunakan harus inovatif dan adaptif, usaha tersebut harus memiliki inklusi sosial dan mampu mendorong multiplier effect yang luas dalam perekonomian. Dengan empat prinsip tersebut pada tahun 2013, KIMBis Cakradonya di Banda Aceh melakukan implementasi ekonomi biru dengan menggunakan teknologi Integrated Multitropic Aquaculture (IMTA). Teknologi ini mengutamakan budidaya kepiting soka sebagai komoditas target, diintegrasikan dengan komoditas bandeng dan rumput laut sebagai komoditas non-target. Tulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran hasil pelaksanaan implementasi prinsip ekonomi biru dengan menggunakan teknologi IMTA. Hasil implementasi menunjukkan bahwa kondisi perairan kawasan implementasi IMTA sangat baik untuk dikembangkan budidaya kepiting soka, rumput laut dan bandeng secara terpadu. Sementara itu, data pertambahan berat kepiting soka selama 45 hari adalah: 11 gram per ekor dengan tingkat kematian 10%. Pertambahan berat rumput laut menunjukkan hasil yang sangat baik karena mengalami pertambahan 100% dibandingkan dengan berat awal penanaman. Namun, ikan bandeng tidak mengalami pertumbuhan yang cukup baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan nener bandeng dibesarkan di kolam pada umumnya. Penerapan prinsip Blue Economy pada budidaya kepiting soka berpotensi menghasilkan limbah cangkang kepiting sekitar 1 kuintal per hektar per hari, sehingga jika usaha ini berkembang sekitar 100 hektar akan terdapat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sebanyak 100 kuintal per hari (10 ton). Implementasi Blue Economy ini sangat bergantung pada tingkat partisipasi para pemangku kepentingan di luar satker litbang. Oleh sebab itu, hasil kegiatan ini mengusulkan perlu dilakukan sosialisasi lanjutan kepada SKPD dan masyarakat, termasuk enterpreneur agar level partisipasi mereka dalam kegiatan KIMBis berada pada level involvement. Dengan level partisipasi tersebut maka implementasi blue economy dapat memenuhi prinsip-prinsip minimize waste, inklusi sosial, teknologi inovatif dan adaptif serta memiliki multiplier effect yang luas.
Peran Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Terhadap Peningkatan Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 1, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1198.777 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i1.5808

Abstract

Kabupaten Pandeglang adalah daerah penghasil ikan ekonomis tinggi terbesar di Provinsi Banten. Kontribusi perikanan tertinggi berasal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran Tempat Pelelangan Ikan (TPI) khususnya TPI Panimbang dalam mendukung peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang. Penelitian dilakukan pada Bulan Juli dan Agustus Tahun 2010, di Desa Panimbang Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara, sedangkan data sekunder secara studi kepustakaan (desk study). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPI Panimbang selain berperan dalam peningkatan produksi perikanan melalui retribusi/pemungutan perikanan, juga berperan sebagai objek pariwisata melalui pesta laut ‘nadran’, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang.
Dampak Peningkatan Investasi untuk Pengembangan Industri Pengolahan Produk Perikanan Indonesia Terhadap Perekonomian Nasional Tajerin Tajerin; Tikkyrino Kurniawan; Maulana Nuradhi Wicaksana
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 2, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.895 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i2.2075

Abstract

Industri pengolahan produk perikanan Indonesia merupakan sektor usaha yang sangat potensial dan strategis untuk terus dikembangkan. Industri ini didukung ketersediaan sumber daya perikanan, sumber daya manusia serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar. Di samping itu, adanya tuntutan diversifikasi produk, menjadikan industri ini sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional; dan pengembangannya ke depan memerlukan dukungan investasi dan dukungan lainnya dari berbagai pihak. Untuk itu, penelitian ini bertujuan menganalisis dampak pengembangan industri pengolahan produk periknanan terhadap pembentukan output, nilai tambah, pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian nasional. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari sumber BPS berupa Tabel Input-Output Tahun 2012 yang dimutakhirkan, yang telah mengalami proses disagregasi dan agregasi di sektor industri pengolahan produk perikanan. Analisi data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Model Input-Output dengan melakukan simulasi dampak peningkatan investasi untuk pengembangan industri pengolahan produk perikanan Indoensia sebesar 100% dari sebesar Rp328.057,2 juta pada kondisi awal total investsi pada tahun 2012 dan setelah dilakukan injeksi meningkat menjadi sebesar Rp 656.114,4 juta. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengembangan industri pengolahan produk perikanan Indonesia melalui peningkatan investasi sebesar 100% memberikan dampak terhadap perekonomian nasional berupa meningkatkan output ekonomi sebesar 0,83% (Rp107,97 trilyun); Nilai Tambah Bruto sebesar 0,48% (Rp61,64 trilyun); pendapatan masyarakat sebesar 0,09% (Rp11,33 trilyun) dan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,004% (503 ribu orang). Untuk itu, sudah semestinya pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara sungguh-sungguh melakukan dan mendorong upaya pengembangan industri pengolahan produk perikanan Indonesia ke depan baik di lingkup KKP maupun secara sinergi dengan Lembaga Kementerian (LK) lain (di luar KKP), Khususnya yang ditujukan bagi peningkatan investasi secara siignifikan, seperti dengan memberikan berbagai iklim usaha investasi yang kondusif berupa kemudahan-kemudahan serta program dan kegiatan bagi peningkatan kapasitas para pelaku usaha dan kinerja organisasi (perusahaan) yang tekait.
PELUANG PENERAPAN KONSEP BLUE ECONOMY PADA USAHA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Achmad Zamroni; Nurlaili Nurlaili; Cornelia Mirwantini Witomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6476.751 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i2.7388

Abstract

Tantangan pengembangan ekonomi biru di Lombok adalah menurunnya habitat terutama rumput laut, terumbu karang dan bakau, karena tingginya tekanan ekonomi yang menyebabkan orang terlibat dalam eksploitasi sumber daya perikanan. Tujuan riset adalah mereview penerapan konsep “Ekonomi Biru” pada usaha perikanan budidaya di Kabupaten Lombok Timur. Data dan informasi dikumpulkan melalui penelusuran dokumen, laporan riset dan publikasi ilmiah terkait topik kajian. Dokumen-dokumen tersebut dianalisis secara konten (content analysis) dan direview dari aspek sosial dan ekonomiyang dijelaskan secara kualitatif. Hasil review menunjukkan bahwa 6 (enam) usaha perikanan dapat memberikan efek berganda yaitu budidaya lobster, budi daya rumput laut, pengolahan kepiting, pengolahan limbah kepala ikan, dan tambak garam mempunyai peluang menciptakan efek berganda, artinya keenam usaha tersebut dapat menciptakan alternatif mata pencaharian yang bisa berdampak pada peningkatan ekonomi rumah tanggaTitle:  Prospects of the Implementation of Blue Economy Concept on An opportunity Fisheries Bussiness in East Lombok DistrictThe challenge of developing a blue economy in Lombok is the decline of habitats, especially seaweed, coral reefs and mangroves, due to the high economic pressure that causes people to be involved in exploitation of fisheries resources. The aim of the research is to review the application of the concept of “Blue Economy” in aquaculture businesses in East Lombok District. Data and information were collected through documents investigation, research reports and scientific publications related to the topic of the study. These documents were analyzed using content analysis and reviewed from the social and economic aspects qualitatively described. The result shows that the review indicates that 6  (six) fisheries businesses can provide multiple effects namely lobster aquaculture, seaweed farming, crab processing, fish head waste treatment, and salt farming have the opportunity to create multiple effects, meaning that the six businesses can create alternative livelihoods that can has an impact on improving the household economy
Hubungan Patron-Klien pada Usaha Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) dan Bandeng (Chanos chanos) di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat Ellen Suryanegara; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 2, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1913.297 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i2.5755

Abstract

Tujuan penulisan adalah untuk menggambarkan dinamika hubungan patron-klien pada pelaku usaha perikanan budidaya, khususnya antara bakul (pengumpul) dengan langgan (pembudidaya polikultur udang dan bandeng) di Kabupaten Indramayu. Metode penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Analisis data dilakukan dengan pendekatan teori patron-klien dari James Scott (1972). Penelitian dilakukan pada tahun 2012 dengan jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen tertulis dan laporan-laporan, sedangkan data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan para pelaku usaha perikanan budidaya polikultur udang-bandeng yang terlibat dalam pola hubungan patron-klien. Hasil penelitian menunjukkan dalam hubungan patron klien, pengumpul bertindak sebagai pihak patron yang memilki modal (capital), kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh terhadap pembudidaya (langgan). Pembudidaya merupakan subordinat, diposisikan sebagai klien, yakni sebagai bawahan dari si patron. Hubungan patron-klien ini bersifat dominatif dan sengaja dipelihara patron (pengumpul) agar klien (pembudidaya) menjadi tergantung dan terus menyediakan pasokan hasil budidayanya.
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang dan Bandeng: Studi Kasus di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Riesti Triyanti; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 1, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.848 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i1.1007

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya polikultur udang windu dengan ikan bandeng. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan mix method research (kuantitatif dan kualitatif). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Sampel responden ditentukan secara simple random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dan analisis deskriptif untuk faktor pendukung dan penghambat usaha budidaya. Hasil penelitian menyatakan bahwa kelayakan usaha budidaya polikultur udang windu dengan ikan bandeng ini layak untuk dijalankan. Namun, usaha ini masih memiliki hambatan usaha berupa benih yang kurang berkualitas, kondisi saluran irigasi yang buruk, konstruksi kolam yang belum memenuhi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), harga pakan yang mahal, adanya penyakit pada udang dan terbatasnya pengetahuan pembudidaya tentang teknologi budidaya udang dan bandeng. Untuk meningkatkan kualitas dari hasil budidaya udang dan bandeng di Indramayu diperlukan penguatan sistem dan manajemen CBIB penetapan standarisasi harga bahan baku dan kualitas pakan, penguatan sistem dan manajemen standarisasi dan modernisasi sarana perikanan budidaya dan penguatan manajemen sumber daya manusia dan kelembagaan non-bisnis dan bisnis pembudidaya.
PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DARI PETANI KE NELAYAN PERIKANAN TANGKAP LAUT DI DESA KANIGORO KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Budi Wardono
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 2, No. 2, Tahun 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.475 KB) | DOI: 10.15578/marina.v2i2.4966

Abstract

Telah terjadi perubahan mata pencaharian masyarakat di sepanjang pantai selatan Kabupaten Gunungkidul. Semula, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, namun sejak tahun 1980-an mulai beralih profesi sebagai nelayan. Perubahan pekerjaan tersebut terjadi sejak masyarakat mendapat pelatihan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Baron. Tujuan penelitian untuk mengetahui transformasi pekerjaan dari petani menjadi nelayan, dan peran  perikanan tangkap laut sebagai sumber mata pencaharian utama. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2014, di TPI Ngrenehan, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Responden terdiri dari nelayan, Anak Buah Kapal (ABK), pedagang, penyedia bahan bakar minyak (BBM) dan jasa modal usaha (juragan). Hasil analisis menunjukkan bahwa pekerjaan nelayan dilokasi penelitian saat ini memberikan kontribusi utama sebagai sumber pendapatan keluarga. Namun demikian nelayan tidak meninggalkan kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian masih tetap dilakukan oleh nelayan dengan memanfaatkan waktu luang setelah bekerja jadi nelayan dan pada saat cuaca buruk. Kegiatan peternakan, dijadikan sebagai sumber tabungan yang akan digunakan untuk biaya pendidikan atau sebagai tabungan untuk sumber permodalan. Pendapatan dari sektor peternakan digunakan untuk investasi baru yaitu memperbaiki/membeli perahu, membeli mesin dan alat tangkap. Title: Transformation livelihood: From Farmers To Fishermen On The Southern Coast, Gunungkidul RegencyHave been changes in the livelihoods of communities along the southern coast of Gunungkidul Regency. Originally, mostly subsistence farmers, but since the 1980s began to change their profession as a fisherman. The job changes have occurred since the community received training fishermen in TPI Baron. Purpose of research to transform the work of farmers become fishermen, and the role of capture fisheries as the main source of livelihood. Research conducted from February to May 2014, in TPI Ngrenehan, Kanigoro, District Saptosari, Gunungkidul Regency. Respondents consisted of fishermen and crew, traders, fuel providers, venture capital services (middlemen). The analysis showed that fishermen work in the location of current research provides a major contribution as a source of family income. However, the fishermen did not leave the farm. Agricultural activities are still carried out by fishermen to use their spare time after work so fishermen and during bad weather. Farming activities, serve as a source of savings that will be used for education or as a source of savings for capital. Revenue from livestock used for new investments is to improve / buy a boat, buy machinery and fishing gear. 
Keragaan Penerapan Teknologi dan Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Ikan Tuna di Kabupaten Pacitan Rismutia Hayu Deswati; Hikmah Hikmah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 2, No. 1, Tahun 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.833 KB) | DOI: 10.15578/marina.v2i1.3278

Abstract

Kabupaten Pacitan selain memiliki produksi perikanan tangkap yang tinggi juga saat ini terkenal dengan tingginya usaha pengolahan hasil perikanan. Pengolahan tahu tuna merupakan salah satu usaha olahan yang tergolong berhasil dan hingga saat ini memberikan dampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung analisis secara finansial usaha pengolahan ikan tuna agar bisa menjadi bahan pertimbangan untuk keberlanjutan dari usaha pengolahan ikan tuna ini. Metode penelitian menggunakan alat analisis finansial usaha yang secara sederhana. Hasil dari penghitungan menunjukkan bahwa usaha pengolahan memiliki R/C ratio sebesar 1,55 yang artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi olahan tersebut menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.550.Title: Performance Identification Technology Application And Feasibility Analysis Of Tuna Fish Processing In The District PacitanPacitan in addition to having a high capture fisheries production is also famous for the high current fishery product processing business. Processing tofu tuna is one of the enterprises belonging processed successfully and to this day have a positive impact in improving the welfare of society. This study aims to calculate the financial analysis tuna fish processing business in order to be taken into consideration for the sustainability of the tuna fish processing business. The research method uses financial analysis tools. The results of calculation show that the processing business has R/C ratio of 1.55, which means every USD 1.000 costs incurred to produce the processed produce revenues of Rp 1,550. 

Page 6 of 16 | Total Record : 157