cover
Contact Name
Agus Mailana
Contact Email
agus.mailana@gmail.com
Phone
+6281222202006
Journal Mail Official
agus.mailana@gmail.com
Editorial Address
Bumi Menteng Asri Jl Farmasi 3 BG 15 Bogor Barat
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman
Published by Institut PTIQ Jakarta
ISSN : 20878125     EISSN : 27146405     DOI : 10.36671
Quranic Studies, Interpretation, Hadith, Islamic Philosophy, Kalam Science, Islamic Education, Dakwah, Islamic Economics, Islamic Language and Literature, Sufism, and other Islamic Studies Groups
Articles 156 Documents
Rekonstruksi Aksin Wijaya atas Interpretasi Qs. an-Nisa’ [4]: 1 Sebuah Kritik atas Penafsiran Tekstualis Normatif dan Kontekstualis Progresif Haitomi, Faisal
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 5, No 2 (2021): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v5i02.186

Abstract

Some scholars say that the biased interpretation of religion has contributed greatly to the gender discrimination that has occurred over the last few decades. Understanding of Qs. an-Nisa' [4]: 1 regarding the beginning of creation is alleged to be the starting point for discrimination in the name of gender. There are groups who are always at odds in understanding this verse, the first is the normative group which thinks that Eve was created from Adam's rib, while the rational group thinks that Eve was not created from Adam's rib but from one kind (nafsun wahidah). But on the other hand, Aksin Wijaya denied the two groups, because according to him the two groups had misunderstood the spirit of the verse. The method used in this paper is library research with historical analysis as the approach used. This research concludes that human social status is not determined by gender, but by devotion to God. Because in Qs. an-Nisa' [4]: 1 the right emphasis is not on the sentence "nafsun wahidah" but on the sentence "ittaqullah". Because this verse was revealed in Medina even though it is linguistically categorized as a Meccan verse because it uses the initial redaski "ya ayyuhan nas".
TAFSIR MAQÂȘIDÎ PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD RASYID RIDA Saihu, Made
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 5, No 2 (2021): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v5i02.213

Abstract

Tulisan ini menyimpulkan bahwa implementasi pola tafsir maqâṣidî menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid berdasar pada aspek kebermanfaatan dengan menjadikan akidah dan muamalah sebagai pijakan dasar. Bagi Abduh, prinsip utama utama syari‘ah adalah keadilan dan kesetaraan. Atas dasar ini, gagasan keagamaan dimasukkan meliputi dua hal: akidah dan muamalah. Akidah bersifat statis dan muamalah bersifat dinamis berubah-ubah sesuai waktu dan tempat. Sementara menurut Muhammad Rasyid Rida, implementasi tafsir  didasarkan pada kerangka atas tantangan zaman, secara internal dan eksternal yang bersumber dari dalil naqli untuk urusan ibadah dan berasas pada aspek kebutuhan untuk urusan muamalah ini didasarkan pada pemikiran bahwa Islam menghargai kefitrahan, pengetahuan, kebijaksanaan, akal, pembuktian, kemerdekaan, kebebasan, reformasi di bidang sosial, politik, ekonomi, dan hak-hak wanita. Kajian literatur ini juga menegaskan bahwa yang menjadi titik fokus dalam tafsir maqasidi adalah tentang penggunaan akal dalam penelusuran maqâșidî syariah. Dengan mengutamakan pertimbangan aspek kemanfaatan yang dipahami seseorang secara saksama. Sebuah model implementasi tafsir yang tidak saja berdimensi teologis tetapi juga sosialis. 
POLA IMPLEMENTASI TAFSIR MAQĀȘIDÎ Kamaludin, Ahmad; Saefudin, Saefudin
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 5, No 2 (2021): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v5i02.211

Abstract

Kajian ini menyimpulkan bahwa pola tafsir maqâṣid merupakan penafsiran yang berlandaskan penafsiran moderat dengan pijakan utamanya adalah tujuan Al-Qur’an dan syariat dengan berlandaskan pada lima langkah, yaitu: 1) Identifikasi Ayat. Tahap ini menggambarkan tiga fitur; holistik, interrelasi hierarki, dan kebermaksudan; 2) Identifikasi Makna. Tahap ini, menelusuri makna ayat primer, yang bertujuan memperoleh spirit ayatnya; 3) Eksplorasi Maqāșidasy-Sharî‘ah. Tahap ini menjadi ciri khas pendekatan Maqāșid asy-Shari’ah dalam menafsirkan Al-Qur’an, karena maqâṣid al-Shari’ahal-khâssah bakal digunakan sebagai wawasan penghubung dua konteks yang diambil dari ayat sekunder; 4) Kontekstualisasi Ayat. Proses ini mengacu kepada Maqāșid asy-Shari’ah yang sebelumnya telah dilakukan eksplorasi; 5) Penarikan Kesimpulan. Studi literatur ini mempertegas bahwa pola tafsir maqasidi juga mengacu pada komponen-komponen yang harus ada dalam dunia tafsir Al-Qur’an, yaitu 1) Penjelasan; 2) Maksud firman Tuhan; 3) Sesuai kemampuan manusia. Dengan ketiga komponen tersebut muncul konsekuensi khusus dalam suatu proses penafsiran atas Al-Qur’an. Sebuah pola penafsiran yang relevan dengan perkembangan zaman
رَسْمُ الـمُصحَفِ وَضَبْطُهُ: دراسَةٌ مُقارَنةٌ بين مُصحفِ المدينةِ المنوَّرَةِ ومصحفِ منارة قُدُس-إندونيسيا N, Abd Muid; B, Muhaemin; al-Kannash, Ahmad Samir
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 5, No 2 (2021): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v5i02.212

Abstract

Tulisan ini membahas tentang perbandingan penulisan mushaf Menara Kudus, Indonesia dan mushaf Madinah. Mushaf Madinah merujuk kepada rasm utsmani. Sementara mushaf Kudus dalam beberapa hal berbeda, yang sesungguhnya ada saling pengaruh dan memengaruhi antara keduanya dari sisi penulisan dan pemberian harakat. Pada sisi lain, mushaf Madinah dan Mushaf Kudus berbeda dari sisi metode. Mushaf Madinah berpegang kepada simbol-simbol hukum tajwidnya. Sementara mushaf Kudus menyebutkan nama-nama hukum tajwidnya. Kemunculan mushaf Kudus lebih dahulu daripada mushaf Madinah
MENGGALI “IBRAH” DARI QASHASH AL-QUR’AN; Sebuah Kajian Pengantar Dalam Tinjauan Ilmu Al-Qur’an Sulaiman, Sulaiman; Ahmad, Afrizal
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 5, No 2 (2021): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v5i02.183

Abstract

 Qashash al-Qur’an atau kisah-kisah dalam al-Qur’an yang mengisi seperempat al-Qur’an diyakini kebenarannya sebagai kisah nyata yang diturunkan Allah untuk diambil pelajaran (ibrah), hikmah dan dijadikan sumber tauladan dalam keseharian. Sebagian kisah tersebut telah didapatkan bukti sejarahnya melalui peneltian arkeologis, sementara sebagiannya yang lain belum didapatkan buktinya. Banyak cara yang dilakukan guna menggali ibrah dari kisah-kisah tersebut, antara lain; pendekatan sejarah, filsafat, sosiologis, psikologis dan sebagainya. Peneliti menggunakan metode kajian pustaka untuk menggali lebih dalam tentang (ibrah) yang didalam Al-Qur’an. Al-Qur’an bukanlah buku ilmiah, seperti buku sejarah misalnya, namun ia dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari tulisan Ibnu Khaldun, Haekal, Muhammad al-Ghazali, Sayid Ramadhan al-Buti, Munzir Hitami, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Komaruddin Hidayat dan sebagainya yang menjadikan kisah-kisah dalam al-Qur’an sebagai sumber rujukan atau inspirasinya. Sayangnya, pendekatan yang dilakukan oleh beberapa kalangan dalam kajian terhadap kisah-kisah al-Qur’an lebih kepada penyusunan riwayat dari pada kajian mendalam tentang ibrah atau hikmah yang dapat diambil darinya. Agaknya, perlu diupayakan pengkajian kisah-kisah al-Qur’an dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan lainnya agar ia lebih berguna bagi pembangunan peradaban ilahiah di muka bumi.  Kata kunci; Ibrah, Qashash, dan al-Qur’an
KOHESI GRAMATIKAL (TAMASUK NAHWI) Aplikasi Substitusi dan Elipsis pada Wacana Ayat Al-Quran Aziz, Abd
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 5, No 2 (2021): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v5i02.210

Abstract

Tulisan ini membahas tentang penerapan substitusi dan elipsis pada ayat al-Quran, sebagai bentuk kohesi gramatikal (tamasuk nahwi). Substitusi yang diterapkan yaitu pada Q.S. al-Munafiqun: 63/9; Q.S. Ali Imran: 3/14. Bentuk elipsis yang diterapkan, yaitu dalam empat bentuk; elipsis pada partikel (hadzf al-harf); elipsis kalimat (hadzf al-kalimah); elipsis pada klausa (hadzf al-jumlah); elipsis pada rangkaian (hadzf al-tarkib), yang keempat tersebut diaplikasikan dalam Q.S. al-Nisa’ 4/176; Q.S. al-Kahfi 18/79; Q.S. al-Nahl 16/30; Q.S. al-Ahzab 33/37. Tujuan penggunaan substitusi dan elipsis adalah pemerolehan pragmatis dan efisien atas penggunaan bahasa sebagai media komunikasi, kehematan penggunaan bahasa, kepaduan struktur kalimat, dan perangsang pembaca untuk menggunakan daya pikirnya. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kepustakaan.
POLITIK DALAM KANDUNGAN AL-QUR’AN Sulaeman, Eman; Nurbaiti, Nurbaiti; B, Muhaemin; N, Abd Muid
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 6, No 1 (2022): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v6i01.276

Abstract

Al-Qur’an bukanlah buku Ilmu Pengetahuan, meski di dalamnya terdapat ayat-ayat yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an bukan buku Sejarah, meski di dalamnya berisi ayat-ayat tentang kisah-kisah umat terdahulu dan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada jaman Nabi Muhamad SAW. Al-Qur’an bukan pula buku Fiqih, meski di dalamnya terdapat ayat-ayat yang terkait dengan masalah fiqih dan ibadah. Demikian juga dengan bidang-bidang yang lainnya dalam kehidupan manusia yang disampaikan penjelasannya di dalam Al-Qur’an, tidak lantas menjadikan Al-Qur’an disebut dengan buku bidang tersebut. Namun pandangan Al-Qur’an terhadap suatu bidang atau permasalahan dalam kehidupan manusia tentu harus menjadi kajian dan ladasan utama seorang muslim dalam mengambil sikap. Lantas bagaimana Al-Qur’an berbicara tentang politik? Tulisan ini mencoba memaparkan bagaimana politik dalam perbincangan Al-Qur’an. Atau dengan kata lain seperti apakah Al-Qur’an berbicara tentang politik.
REGULASI EMOSI BERBASIS AL-QURAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA KOMUNITAS PUNK TASAWUF UNDERGROUND Febriani, Nur Arfiyah; Kamaluddin, Ahmad
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 6, No 1 (2022): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v6i01.277

Abstract

Regulasi emosi berbasis al-Qur’an dalam penelitian ini mengusung teori psikosufistik, yakni teori yang membahas tentang tingkah laku manusia dari sudut pandang tasawuf yang mengedepankan pengembangan potensi batin (qalb) ke arah psikologis agar senantiasa dekat dengan Allah. Hal ini berdasarkan dari perintah Al-Qur’an kepada manusia untuk menggali potensi hati (qalb) untuk membangun hubungan vertikal dan horizontal dengan baik agar tercipta kesejahteraan diri (kebahagiaan) bagi individu. Penelitian ini mengungkapkan isyarat Al-Qur’an tentang regulasi emosi yang  mencakup empat model yaitu: 1) displacement, yaitu mengalihkan emosi kepada obyek lain seperti berdzikir. 2) adjusment, yaitu mengalihkan pikiran ke arah yang positif seperti husnuzzhon. 3) coping, yaitu menerima dan menjalani segala hal yang terjadi dalam hidup seperti bersabar. 4) regresi, yaitu kembali kepada fitrah manusia seperti bertaubat. Hasil penelitian ini adalah bahwa konsep psikosufistik dinilai dapat mengurangi kegelisahan hati dan tekanan psikologis komunitas punk tasawuf underground sehingga dapat merubah sikap dan perilaku mereka dari aspek kepribadian (personaliity), kesejahteraan diri (well being), penerimaan diri (self acaptance), dan kesadaran diri (self awareness).
REKONSTRUKSI TAFSIR MUQÂRAN Hariyadi, Muhammad; Muhammad, Achmad
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 6, No 1 (2022): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v6i01.273

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi tafsir muqâran yang telah ada, namun masih terserak dalam berbagai kajian tafsir tahlili. Rekonstruksi dilakukan dengan mengintegrasikan lima tahap, yaitu; menentukan diksi (kata kunci, tema, atau ayat, yang hendak ditafsirkan); menyeleksi dan menyaring ayat dan hadits yang memiliki redekasi serupa maupun yang memiliki tema pokok sama; mengomparasi ayat dengan ayat, ayat dengan hadits, dan pendapat para mufasir dalam semua dimensinya; memilah dan memilih (ekleksasi) bagian dari pendapat mufasir yang dipandang penting sebagai rumuskan kesimpulan akhir; dan terakhir menyimpulkan keseluruhannya sebagai produk akhir dari tafsir komparatif dalam bingkai penafsiran yang kontekstual, argumentatif, dan solutif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis komparatif, dengan pendekatan yang menggunakan pendekatan kualitatif
PENDIDIKAN SOSIAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN PANCASILA PADA ORIENTASI PEMBENTUKAN MASYARAKAT MADANI DALAM KONTEKS INDONESIA Rohman, Baeti
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 6, No 1 (2022): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v6i01.278

Abstract

Penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan sosial berbasis al-Qur’an dan Pancasila dapat membentuk masyarakat madani di Indonesia. Sesuai dengan spirit Pancasila, terlebih lagi dengan ajaran Islam yang terkandung di dalam al-Qur’an, masyarakat madani yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, harus berlandaskan atas Ketuhanan yang Maha Esa. Masyarakat madani memiliki peran sebagai sambungan paling penting antara rakyat dan negara dengan proses pembentukan peradaban pemerintahan yang baik dan bersih. Masyarakat madani Pancasilais yang bermoral, sadar hukum dan beradab mampu mewakili masyarakat umum atau rakyat dalam memperjuangkan kepentingan bersama kepada pemerintahan. Lebih lanjut, masyarakat madani akan menyokong pemerintahan yang berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat umum

Page 8 of 16 | Total Record : 156