cover
Contact Name
Yosep Belen Keban
Contact Email
yosephbelen@gmail.com
Phone
+6285235312315
Journal Mail Official
lppmstpreinhalarantuka@gmail.com
Editorial Address
Jln. Ki Ageng Gribig, Gang Kaserin MU No. 36 Malang
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Reinha
Published by Ahlimedia Press
ISSN : 20893159     EISSN : 28072669     DOI : https://doi.org/10.56358/ejr.v13i2.164
Pendidikan dan Pengajaran Agama Katolik, Budaya, Sosiologi, Antropologi, Pastoral, Katekese, Teologi Katolik, Kitab Suci Katolik, Liturgi Gereja Katolik, Ekopastoral, Teologi Kontekstual
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 46 Documents
REFLEKSI FILOSOFIS DAN TEOLOGI KEBEBASAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ARMADA RIYANTO Damianus Suryo Pranoto
Jurnal Reinha Vol 14 No 2 (2023)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v14i2.281

Abstract

Fokus tulisan ini ingin menguraikan tentang kebebasan manusia sebagai makhluk peziarah. Maksudnya, bagaimana manusia dalam memahami dan merefleksikan eksistensi dan esensi dalam hidupnya yang bertujuan untuk menyatakan makna eksistensi seseorang sebagai subyektif “aku bertindak”, dalam artian keberadaan seseorang yang mampu menciptakan makna hidup melalui sikap-sikap kemanusiaan seperti peduli, membantu, menolong, dan bertanggung jawab bahkan memampukan diri rela berkorban demi orang lain. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan literatur buku yang menitikberatkan pada tindakan manusia sebagai makhluk rasional dan sensitivitas terhadap kehidupan dan metode konsep filosofis juga digunakan, diungkapkan melalui refleksi pribadi terkait kebebasan manusia dalam berelasi dengan sesamanya serta membahas konsep-konsep filosofis seperti eksistensi manusia, kebebasan, jiwa, tubuh, dan tujuan hidup. Dengan demikian tulisan ini membahas eksistensi manusia dari segi tubuh dan jiwa, menjelaskan dualitas yang ada dalam manusia yang menyoroti kebebasan subyektif, di mana kebebasan dipahami sebagai tanggung jawab yang membutuhkan kesadaran akan nilai moral masing-masing individu. Oleh karena itu, kebebasan manusia ingin menunjukkan pemaknaan hidup dalam relasi dengan sesamanya dengan menyadari tanggung jawab moralnya sebagai suatu landasan mencapai kesempurnaan diri.
REFLEKSI FILOSOFIS GELASSENHEIT ATAU KESEDERHANAAN MANUSIA DALAM HUBUNGAN DENGAN ALAM MENURUT PERSPEKTIF MARTIN HEIDEGGER Marianus Elki Semit; Yosep Belen Keban; Armada Riyanto
Jurnal Reinha Vol 15 No 1 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i1.282

Abstract

Fokus tulisan ini menggali konsep Gelassenheit menurut perspektif Martin Heidegger dalam keterkaitan manusia dengan alam. Heidegger mengartikan Gelassenheit sebuah kesederhanaan atau penyerahan diri yang memuat sikap manusia terhadap alam sebagai suatu eksistensi yang terkait. Buah-buah pemikiran Heidegger mencuat akal budi dan menilik subyek (human being) itu sendiri sebagai Dasein, individu yang memiliki kesadaran eksistensial unik. Dalam konteks ini, Gelassenheit menggambarkan karakter penerimaan, penyerahan, dan keseimbangan antara human being dan nature. Manusia diajak untuk semakin menyadari akan ketergantungannya pada alam itu sendiri, mencari keseimbangan dan mengakui peran penting alam dalam eksistensinya. Kita dapat menggali esensi dari relasi manusia dan alam dalam konsep filosofis menurut Heidegger serta mempertimbangkan implikasinya terhadap kebijakan lingkungan dan etika manusia bagi ekosistem. Tulisan ini menggunakan tinjauan kepustakaan dan pendekatan kualitatif. Temuan dalam tulisan ini bahwa manusia harus  semakin menyadari eksistensi dirinya sendiri di dunia ini sebagai makhluk peziarah yang mencari makna dan mengakui alam sebagai sumber kehidupan.
SEJARAH AGAMA KATOLIK MASA RENAISSANCE DAN REVOLUSI PRANCIS: SUATU REFLEKSI FILOSOFIS PERGULATAN IMAN MELAWAN NALAR Cosmas Buru; Yohanes Wilson Bei Lena Meo
Jurnal Reinha Vol 15 No 1 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i1.285

Abstract

Fokus tulisan mengali sejarah perkembangan Gereja zaman renaisance dan revolusi Prancis. Kedua periode tersebut dikenal zaman pencerahan, abad pencarian kodrat manusia. Masa agama kekristenan mengalami tantangan hebat karena arogansi zaman yang sangat mendewakan akal budi manusia. Mendorong kebebasan berpikir, merupakan cikal bakal lahirnya sekularisasi. Artikel ini bertujuan untuk embuka pencerahan cakrawala ilmu pengetahuan dalam terang iman. Penulis menggunakan metode kualitatif berupa pengumpulan data, studi literatur, literatur review. Temuan artikel ini bahwa antara iman dan akal budi, tidak berbeda haluan namun saling berhubungan. Iman dan akal budi tidak hanya sepasang sayap namun sangat penting bagi satu dengan yang lain. Iman tanpa akal budi, ia beragumen, akan menjurus pada takhayul. Akal budi tanpa iman akan mengarah pada paham nihilisme dan relativisme. Kekhasan tulisan ini iman Katolik mengalami perkembangan hebat, melakukan pembaharuan signifikan setelah mengalami situasi sulit. Sumbangan tulisan ini menyoroti implikasi luas pertalian ratio-iman dalam pembaharuan hidup konkret komunitas-komunitas beriman umat manusia.
KRISTOLOGI LOGOS DALAM INJIL YOHANES Petrus Tukan
Jurnal Reinha Vol 14 No 2 (2023)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v14i2.286

Abstract

Salah satu tema utama dalam Injil Yohanes adalah kristologinya. Injil Yohanes secara jelas dan tegas berbicara tentang Kristologi Logos, siapa identitas pribadi dan peran Kristus. Tulisan ini hendak menguraikan konteks yang melatarbelakangi Kristologi Logos dalam Injil Yohanes mulai dari siapa penulisnya, asal usul gagasan Logos dan apa maksud Logos dalam Injil Yohanes. Penulis hendak menunjukkan bahwa dalam Injil Yohanes, Yesus itu Logos Allah. Yesus itu pra-eksistensi yaitu bahwa Yesus itu ada sebelum segala makhluk ada. Logos Allah itu menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nazaret.
DIALOG INTERRELIGIUS MENURUT REDEMPTORIS MISSIO ARTIKEL 55-57 DAN SUMBANGANNYA BAGI PRAKSIS HIDUP BERAGAMA UMAT KATOLIK DI INDONESIA Alkuinus Ison Babo; Antonius Denny Firmanto
Jurnal Reinha Vol 15 No 1 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i1.320

Abstract

Fokus studi ini adalah mengkaji terkait dengan dialog interreligius dalam Redemptoris Missio artikel 55-57 dan sumbangannya bagi praksis hidup beragama umat Katolik di Indonesia. Bahwasanya, bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki kekayaan baik dari suku, bahasa, kesenian dan agama yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Fakta empiris tersebut mengingatkan sekaligus menggarisbawahi bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen. Kekhasan studi ini adalah tema dialog interreligius dalam ensiklik Redemptoris Missio artikel 55-57 yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II dibawa masuk dan dibaca dalam konteks hidup beragama di Indonesia. Studi ini menemukan bahwa upaya membangun dialog interreligius yang otentik itu ketika orang mampu menghidupi agamanya sesuai dengan karakter dan kebudayaan orang Indonesia yang ramah, peduli, dan bersaudara. Dialog interreligius membuka ruang bagi setiap agama untuk mendialogkan kekhasan dari setiap ajaran dan tradisi. Melalui dialog interreligius setiap orang disadarkan bahwa perbedaan dari setiap agama merupakan suatu keindahan yang patut dirayakan dan dilestarikan. Studi ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan pendekatan library research.
MEDIATISASI TUGAS GEREJA OLEH KAUM SELIBAT: STRATEGI MENUMBUHKAN, MENJAGA DAN MEMPERKUAT IMAN MELALUI MEDIA SOSIAL Sergius Hendi; F.X. Eko Armada Riyanto
Jurnal Reinha Vol 15 No 1 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i1.329

Abstract

Penelitian ini berbicara mengenai usaha kaum selibat dalam menjaga eksistensi iman melalui media sosial. Hal ini dilakukan kerena melihat banyak dari orang-orang yang percaya telah mengalami penurunan kepercayaan karena globalisasi. Krisis iman adalah kondisi di mana hilangnya kepercayaan yang berakibat pada kriris identitas. Akibatnya orang-orang akan lebih mengikuti pikiran ketimbang hati nurani dan menjadi seorang yang individualis. Kehadiran kaum selibat sebagai orang-orang yang memilih hidup khusus, yaitu tidak menikah atau aseksual untuk kerajaan Allah, berusaha menjalankan tugas pewartan Injil sebagai garda terdepan untuk masalah krisis iman. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk membantu mereka yang bingung memahami ajaran agama di zaman digital. Selain itu tujuan penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana kaum selibat dapat memanfaatkan media sosial ini untuk menjaga eksistensi iman banyak orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode studi literatur. Dalam mendukung penulisan, penulis mencari data-data terpercaya berupa jurnal-jurnal di google scholar yang kemudian penulis baca dengan teliti untuk mencari kesesuaian data dengan topik yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial sungguh membantu kaum selibat dalam menjalankan tugas pewartaan. Pewartaan seperti katekese, pendalaman iman dan promosi panggilan melalui aplikasi YouTube, Zoom, dan Tik-Tok menunjukkan keberhasilan kaum selibat dalam menjawab tantangan zaman untuk menjaga eksistensi iman.
PENGHORMATAN KEPADA“INA LEFA” DALAM BUDAYA LAMALERA SEBUAH PANDANGAN TEOLOGIS DAN ETIKA DALAM ENSIKLIK LAUDATO SI Lelu Skolastika
Jurnal Reinha Vol 15 No 1 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i1.333

Abstract

Ensiklik Laudato Si oleh Paus Fransiskus menekankan pentingnya menjaga dan menghormati lingkungan alam sebagai bagian dari tanggung jawab manusia. Penelitian ini mengaitkan pandangan masyarakat Lamalera tentang laut sebagai Ina Lefa dengan nilai-nilai Teologis dan Etika yang terdapat dalam Ensiklik Laudato Si. Penelitian ini bertujuan untuk membahas pentingnya menghormati laut sebagai Ina Lefa ( ibu laut) dalam kebudayaan Lamalera dari sudut pandang teologis dan etika, dengan merujuk pada Ensiklik Laudato Si. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif  dengan mengkaji aneka referensi ilmiah terkait dengan ensiklik Laudato Si dan juga budaya Lamalera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghoramatan laut sebagai Ina Lefa (Ibu Laut) dalam masyarakat Lamalera-Lembata  memiliki kaitan erat dengan nilai-nilai teologis dan etika yang diajarkan dalam Ensiklik Laudato Si. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan masyarakat Lamalera tentang laut dapat menjadi contoh yang baik dalam menjaga dan menghormati lingkungan alam. Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam mempromosikan kesadaran akan pentingnya menjaga dan menghormati lingkungan alam, serta menghargai kebudayaan lokal yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan pandangan teologis dan etika. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat dan pemerintah dalam upaya pelestarian lingkungan alam dan keberlanjutan budaya lokal.
OPTIMALISASI PERAN KENABIAN MELALUI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SEKAMI DI STASI ST. HILDEGARD RIANGKOTEK Alfonsus Mudi Aran; Ignasia Yofita Kuna Koten; Anna Theresia Golu Aran; Barbara Leto Kolin Tukan; Margaretha Ema Tukan; Maria Angela Dora Kelen; Maria Magdalena Wea
Jurnal Reinha Vol 15 No 2 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i2.328

Abstract

Penelitian ini membahas peran kenabian anak-anak dalam Gereja Katolik, dengan fokus pada kelompok Serikat Kepausan Anak Misioner (Sekami) di Stasi St. Hildegard Riangkotek. Dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran kenabian anak-anak melalui aktivitas Sekami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak memainkan peran penting dalam mengekspresikan ketaatan kepada Tuhan, menyampaikan kebenaran, memberikan dukungan rohani, terlibat dalam pelayanan sosial, menjadi saksi kasih Allah, serta berdoa dan berkorban. Melalui aktivitas Sekami dan pendekatan PPR, anak-anak dapat menginternalisasi ajaran agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang proses pendidikan agama dapat memperkuat peran kenabian anak-anak dalam Gereja Katolik. Maka dari itu, pendekatan PPR dapat dijadikan model dalam pembinaan anak-anak untuk menjadi individu yang beriman, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama.
INTEGRASI AJARAN SANGHYANG SIKSAKANDANG KARESIAN DAN KRISTIANI DALAM PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA Yusuf Siswantara; Angga Satya Bhakti
Jurnal Reinha Vol 15 No 2 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i2.356

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai dalam Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK) ke dalam pendidikan agama Katolik, dengan fokus pada pengembangan karakter siswa. SSK, sebagai naskah moralitas Sunda, menawarkan pedoman hidup yang mengedepankan tanggung jawab sosial dan etika moral. Metodologi yang digunakan mencakup pendekatan kualitatif dengan analisis mendalam terhadap tiga bagian utama SSK: Dasa Kreta, Dasa Prebakti, dan karma ning hulun. Penelitian juga menelisik korelasi antara ajaran moral dalam SSK dan ajaran Katolik untuk menarik implementasinya dalam konteks pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesamaan signifikan antara ajaran moral dalam SSK dan prinsip-prinsip ajaran Katolik, terutama dalam hal tanggung jawab individu dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian ini menemukan bahwa integrasi nilai-nilai ini dalam kurikulum pendidikan agama Katolik dapat mendorong siswa untuk lebih aktif berkontribusi dalam masyarakat, serta mengembangkan rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan sosial mereka. Signifikansi dari penelitian ini terletak pada kontribusinya terhadap pengembangan pendidikan agama yang relevan dengan konteks budaya lokal. Dengan memasukkan kearifan lokal, pendidikan agama Katolik tidak hanya menjadi proses transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter yang berintegritas dan peduli terhadap kesejahteraan sosial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar bagi pengembangan kurikulum pendidikan agama yang lebih holistik dan kontekstual.
ESENSI DAN EKSISTENSI HIDUP SELIBAT DALAM PEMIKIRAN METAFISIKA THOMAS AQUINAS Sergius Hendi
Jurnal Reinha Vol 15 No 2 (2024)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56358/ejr.v15i2.359

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali pandangan Thomas Aquinas mengenai hidup selibat dalam perspektif metafisika dengan fokus pada hubungan antara eksistensi dan esensi dalam hidup selibat. Hidup selibat dalam tradisi Katolik dipandang sebagai panggilan ilahi yang mendalam, namun sering kali dianggap sebagai bentuk pengorbanan atau pengekangan yang tidak realistis. Masyarakat cenderung melihat hidup selibat sebagai pilihan hidup yang bertentangan dengan kodrat manusia, sehingga pemahaman yang mendalam mengenai esensi dan eksistensinya sering terabaikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan deskriptif. Data diperoleh dari kajian literatur terkait filsafat metafisika Thomas Aquinas dan kajian hidup selibat dengan fokus pada karya-karya Thomas Aquinas yang relevan dengan topik yang dibahas. Hasil kajian menunjukkan bahwa esensi hidup selibat menurut Thomas Aquinas terlihat dari penyerahan dirinya secara total demi Kerajaan Allah sementara eksistensi hidup selibat terlihat dari kehidupan sehari-hari seperti berdoa, pelayanan dan pengudusan dengan tujuan akhir yaitu, bersatu dengan Tuhan. Kajian ini mengungkap bahwa hidup selibat memiliki nilai lebih tinggi dalam mencapai kebahagiaan abadi dibandingkan dengan pernikahan. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman teologi moral Katolik, serta relevansi dan implikasi hidup selibat dalam kehidupan rohani masa kini, dengan menekankan sinergi antara eksistensi dan esensi dalam kehidupan spiritual.