cover
Contact Name
Winati Nurhayu
Contact Email
winati.nurhayu@bi.itera.ac.id
Phone
+6281214188043
Journal Mail Official
journal@itera.ac.id
Editorial Address
Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365 Phone : (0721) 8030188, (0721) 8030189
Location
Kab. lampung selatan,
Lampung
INDONESIA
Maximus: Journal of Biological and Life Sciences
ISSN : -     EISSN : 30218195     DOI : https://doi.org/10.35472/maximus
Maximus: Journal of Biological and Life Sciences is a peer-reviewed and open access journal that publishes original research across all areas of biology and life sciences. A primary aim of the journal is to provide scientific information on the original results of research, focused on biological and life sciences cases such as plant and animal biology, genetic and microbiology, biotechnology, social and environmental science by publishing biannually, on March and October. A manuscript on Sumatran biological resources will be strongly considered for publication. Maximus warmly accepts manuscripts written in full English or Bahasa and processes submitted original script related of scope such as: • Plant Biology: - Plant Physiology, - Plant Taxonomy, - Plant Ecology, - Plant Biodiversity • Zoology: - Animal Physiology, - Animal Taxonomy, - Animal Ecology, - Human Biology, - Animal Biodiversity • Genetics dan Microbiology: - Genetic Microbial - Environment and Microbial Products - Plant and Animal Genetics - Microbial Biodiversity • Biotechnology: - Molecular and Cell Biology - Bioprocess Engineering - Aquatic Biotechnology - Microbial Biotechnology - Plant and Animal • Social and Environmental Science: - Environmental Health and Toxicology - Ethnobiology
Articles 28 Documents
IMMUNOSTIMULATORY EFFECT OF VITAMIN C ON MICE INDUCED BY STAPHYLOCOCCUS AUREUS Iffa Afiqa Khairani; Elisa Nurma Riana; Gres Maretta; Najla Nur Azizah; Isnaini Anggraini Putri; Berkat Afni Maruli; Salsa Pratiwi Mulyadi; Antonius Antonius
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 1 No 2 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v1i2.1636

Abstract

Several compounds that can boost immune activity (immunostimulatory) include vitamin E, curcumin, flavonoids, and vitamin C. In this study, ascorbic acid or vitamin C, was used as one method to enhance the immune system. This study aims to determine the immunostimulatory effect of vitamin C on the phagocytosis activity of macrophages in mice induced by Staphylococcus aureus. The mice were divided into two groups: the control group, which received 0.3 ml of distilled water orally, and the treatment group, which received 0.036 mg/g BW of vitamin C orally for 14 days. On the 15th day, each mouse was intraperitoneally induced with 0.5 mL of Staphylococcus aureus bacterial suspension and left for two hours. The phagocytic activity value represents the percentage of active macrophage cells among all macrophages observed. The result showed that the value of % phagocytic activity in the control group was 21.43% ± 7.92, whereas the % phagocytic activity in the treatment group was 48.31% ± 22.27. The group of mice given vitamin C 0.036 mg/g BW orally showed increased phagocytic activity compared to the control group mice. This shows that vitamin C has potential as an immunostimulator.
Keanekaragaman Arthropoda Di Sekitar Laboratorium Teknik II ITERA Menggunakan Berlese Funnel Meriza Ananda; Intan Sutari Br. Sigalingging; Andy Darmawan; Winati Nurhayu
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 1 No 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v1i1.1169

Abstract

Arthropoda tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang hidup dipermukaan tanah dan di dalam tanah. Arthropoda berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga lain. Arthropoda memiliki kerugian dalam tanah yaitu semakin beragamnya keanekaragaman predator pada suatu ekosistem, maka semakin menekan kerugian hasil akibat serangan hama. Sehingga, tujuan pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui keragaman Arthropoda permukaan tanah di sekitar Laboratorium Teknik II Institut Teknologi Sumatera. Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Berlese Funnel (alat untuk mengekstrak organisme hidup dari sampel tanah). Dari hasil yang sudah didapatkan dari pengamatan bahwa ditemukan 10 spesies Arthropoda, yaitu Ceratophysella denticulate, Folsomia, Oecophylla, Charidotella sexpunctata, Geophilus flavus, Isotomurus nebulosus, Leptotrombidium pallidum, Nerilla cf. antennata, Cryptophagus lemonchei, larva Ctenocephalides felis. Kesimpulan dari pengamatan ini adalah ditemukan spesies Arthropoda yang beragam. Hal ini menjadi hama bagi tanah, karena semakin banyak jumlah spesies yang ditemukan maka akan semakin besar kerugian yang terjadi pada tanah.
Batik Liquid Waste Management in the Batik Center Area of Tasikmalaya Vita Meylani; Frista Mutiara; Diana Hernawati
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 1 No 2 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v1i2.1152

Abstract

Batik production in Indonesia is increasing from year to year. However, regarding environmental quality, it is feared that it will produce waste that pollutes the surrounding water bodies. This study aims to describe problems and solutions in improving the management of batik liquid waste in the city and district of Tasikmalaya (Cipedes and Sukaraja) using descriptive qualitative methods and the Miles and Huberman model. The results of the research using interview and observation methods show that most batik SMEs in these two areas have been unable to manage waste optimally. The problem arising from batik liquid waste is the contamination of residents' fish ponds, sewers, and bathtubs. Although there are three independent and communal WWTPs (Wastewater Treatment Plants) in Cipedes (MSME Agnessa, Deden, and riverbanks) as well as one independent WWTP in UMKM Sukapura "GJM," their utilization is still constrained by various natural and artificial factors. The role of the surrounding community is still low in understanding the existence and impact of batik waste around them.
Studi Penggunaan Dua Spesies Kuda Laut Hippocampus kuda dan Hippocampus comes untuk Produksi Benih di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung Septi Putri Wandasari; Gres Maretta; Ali Hafiz Al Qodri
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 2 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v2i1.1736

Abstract

Kuda laut merupakan salah satu komoditas ikan yang memiliki nilai jual tinggi karena memiliki bentuk yang unik dan banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional menyebabkan permintaan pasar ekspor akan kuda laut meningkat sehingga saat ini status konservasi tergolong dalam apendiks II dan dibatasi dalam perdagangan internasional. Untuk mencegah hal tersebut, dilakukan upaya budidaya untuk pelestarian kuda laut. Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung merupakan unit pelaksana teknis yang melakukan kegiatan budidaya kuda laut karena itu melakukan praktik kerja dengan tujuan membandingkan penggunaan dua jenis kuda laut dalam produksi benih unggul untuk mencapai produksi yang maksimal. Metode pengambilan dan pengolahan data yaitu melalui data primer dengan melakukan observasi dan mengikuti kegiatan di BBPBL dan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data melalui studi literatur pustaka berupa jurnal artikel dan e-book. Prosedur yang dilakukan meliputi persiapan wadah, pemeliharaan, pengambilan sampel dan pengujian kualitas udara. Hasil yang diperoleh dari sampling Hippocampus kuda betina memiliki rata-rata panjang 17,9 cm dengan rata-rata bobot 13,1 gram dan jantan 18 cm dengan rata-rata bobot 17,65 gram, Hippocampus betina memiliki rata-rata panjang 16, 05 dengan rata-rata bobot 10 gram dan jantan 16,35 dengan rata-rata bobot 8,7 gram. Kelangsungan hidup induk kuda 50% dan datang 96,30% sedangkan kelangsungan hidup benih kuda 48,74% dan benih datang sebesar 90,23%, sehingga spesies yang paling bagus untuk dibudidayakan adalah jenis datang. Kata kunci: Hippocampus kuda, Hippocampus datang
Keanekaragaman Atrhropoda Nokturnal di Jalan Urip Sumoharjo Way Halim Bandar Lampung Menggunakan Light Trap Ridha Azhima; Agitha Safrilia Defy; Winati Nurhayu; Andy Darmawan
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 1 No 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v1i1.1186

Abstract

Arthropoda merupakan filum terbesar dari animal kingdom dengan salah satu kelas arthropoda yang sering ditemui adalah serangga (insekta) yang dibagi menjadi 2 yaitu diurnal dan nokturnal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghitung keanekaragaman arthropoda nokturnal di daerah perkotaan. Penelitian ini menggunakan alat berupa light trap sederhana dan bahan yang digunakan yaitu air. Metode yang digunakan yaitu metode survey deskriptif dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap arthropoda nokturnal yang terperangkap. Jenis- jenis arthropoda nokturnal yang terperangkap diantaranya yaitu dari famili Culicidae, famili Rhinotermitidae, famili Zygoptera, famili Pholcidae, dan famili Noctuidae dengan nilai Keanekaragaman Shannon yang didapat yaitu H' = 1,339. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa keanekaragaman pada lokasi pengamatan tergolong ke dalam kategori sedang yaitu 1,339.
Variasi Pola Sidik Bibir Pada Siswa Penyandang Down Syndrome dari Beberapa Sekolah di Kota Bengkulu Santi Nurul Kamilah; Fepta Aryanti; Dian Fita Lestari; Jarulis Jarulis; Sipriyadi Sipriyadi
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 1 No 2 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v1i2.1150

Abstract

ABSTRAK Down Syndrome merupakan kelainan genetik autosomal karena kelebihan pada jumlah kromosom21 (Trisomi). Salah satu kekhasan pada penyandang down syndrome adalah mulut selalu terbuka, bibir memiliki celah dan relatif tebal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik pola sidik bibir pada penyandang down syndrome. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2021-Februari 2022 menggunakan metode wawancara dan pendataan langsung terhadap siswa penyandang down syndrome yang memenuhi syarat inklusi dari beberapa sekolah di Kota Bengkulu. Identifikasi pola sidik bibir mengacu pada klasifikasi menurut Suzuki dan Tsuchihashi. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square pada program SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa penyandang down syndrome ditemukan dua pola sidik bibir yaitu tipe I dan tipe II dengan pola dominan pada tipe I. Persentase pola sidik bibir tipe I pada siswa laki-laki sebesar 66,7% dan pada siswa perempuan 57,1%. Pola sidik bibir tipe II pada siswa laki-laki sebesar 33,3% dan pada siswa perempuan 42,9%. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Chi-square, tidak terdapat hubungan antara pola sidik bibir dengan rasio tebal bibir dan panjang bibir, serta tidak terdapat hubungan antara pola sidik bibir dengan kemampuan berbicara, kemampuan berjalan, kemampuan menggenggam pena dan kemampuan menulis pada siswa penyandang down syndrome dari beberapa sekolah di kota Bengkulu. Pola sidik bibir dominan tipe I dan II yang ditemukan pada siswa penyandang down syndrome juga umum ditemukan pada non-down syndrome. Kata Kunci: Cheiloscopy, Down syndrome, Pola sidik bibir ABSTRACT An excess of chromosomal number 21 (Trisomy) causes the autosomal genetic disease known as down syndrome. One of the characteristics of people with down syndrome is that their lips have a gap and are rather thick, and their mouths are always open. This study's objective was to examine the characteristics of down syndrome students' lip print patterns. The study was carried out at multiple schools in Bengkulu City between December 2021 and February 2022 using interviews and direct data collecting on Down syndrome pupils with inclusion requirements. The classification of Suzuki and Tsuchihashi is used to identify lip print patterns. The Chi-square test was used to examine the data in SPSS version 22. Data were analyzed using the Chi-square test in the SPSS version 22. The findings indicated that students with Down syndrome had type I and type II lip print patterns, with type I predominating. Male students had a type I lip print pattern prevalence of 66.7%, compared to 57.1% for female students. 33.3% of male students have type II lip print patterns, compared to 42.9% of female students. According to the Chi-square analysis, there is no correlation between lip print patterns, the ratio of lip thickness to lip length, and speaking, walking, pen grasping, and writing abilities in down syndrome from various schools in Bengkulu city. Since the dominating lip print pattern of types I and II observed in down syndrome students is also frequently shown in non-down syndrome individuals, this pattern cannot be used to predict specific motor skills in down syndrome students. Keywords: Cheiloscopy, Down syndrome, Lip print patterns
Pengaruh Pengaruh Detergen terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptants Por.) Maria Agthananda Tyasastaningsih; Umi Nur Jannah; Duwe Letareyance; Audryana Tio Patricia
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 2 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v2i1.1327

Abstract

Abstrak Tanaman kangkung di Indonesia terdapat dua varietas yaitu kangkung air (Ipomoea aquatica) dan kangkung darat (Ipemoea reptants Por.). Deterjen merupakan produk pembersih dan penyempurna sabun yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu surfaktan, bahan builder dan bahan aditif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon dan pengaruh detergen terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kangkung. pengujian ini dimulai dengan perendaman benih kangkung selama 24 jam, dilanjutkan dengan penyemaian selama 10 hari, lalu dilakukan perlakuan dengan konsentrasi deterjen 0 gram, 1 gram, 2,5 gram, dan 5 gram dengan pengamatan dan diberi perlakuan 2 hari 1 kali selama 30 hari dan parameter yang diamati yaitu warna daun, jumlah helaian daun, tinggi tanaman, berat basah dan panjang akar. Hasil yang didapatkan diketahui tanaman yang diberi cekaman deterjen dengan konsentrasi tertinggi, yaitu 5 gram berpengaruh terhadap perubahan warna daun, panjang akar tanaman, dan berat tanaman. Kata kunci : Kangkung (Ipomoea reptants Por.), cekaman, detergen. Abstract: Kangkung plants in
Pengaruh Invigorasi Benih dengan Berbagai Zat Pengatur Tumbuh Alami terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau Mayang Rosi Dwi Sari; Novriadi Novriadi; Dian Anggria Sari; Winati Nurhayu; Jeane Siswitasari Mulyana
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 2 No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v2i2.1979

Abstract

Sawi hijau (Brassica juncea) menjadi salah satu sayuran yang banyak diminati masyarakat karena manfaat dan kandungan gizinya, sehingga ketersediaan sawi hijau di pasar harus ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan masyarakat. Untuk meningkatkan ketersediaan sawi hijau dapat dilakukan dengan memastikan benih yang digunakan memiliki kualitas baik yaitu dengan memberikan perlakuan pada benih (invigorasi) sebelum ditanam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai ZPT alami beserta konsentrasi dan lamanya waktu perendaman yang efektif bagi perkecambahan dan pertumbuhan sawi hijau. Perlakuan invigorasi dilakukan dengan merendam benih sawi hijau dengan berbagai ZPT alami selama 1 jam dan 2 jam setelah itu benih disemai menggunakan rockwool. Parameter yang diamati adalah daya viabilitas dan daya vigor benih. Daya viabilitas benih, yang mencakup daya berkecambah (%), laju perkecambahan (hari), dan indeks kecepatan perkecambahan (IKP) serta indeks vigor benih yang mencakup kecepatan tumbuh benih (%), dan keserempakan tumbuh benih (%) dari semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas benih yang masih baik dan perendaman yang dapat membantu mengaktifkan hormon giberelin. Hal ini menyebabkan baik benih yang diberi perlakuan invigorasi dengan ekstrak zat pengatur tumbuh dan direndam air tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
EFEKTIFITAS PEMBENIHAN PADA CEKAMAN SUHU YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TOMAT (Solanum lycopersicum) Nova Hotmauli Tampubolon; Lasriama Kembar Dabukke; Nurul Nurul Syifa; Lintang Dwi Bawono; Puput Eka Mahendra
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 2 No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v2i2.1329

Abstract

Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga produksi nya meningkat. Namun pada penelitian ini, diberikan perlakuan pada tanaman tomat dengan adanya cekaman suhu yang berbeda-beda terhadap biji tanaman tomat. Biji tanaman tomat diberi perlakuan dengan meletakkan di dalam freezer dengan suhu 4 derajat, 17 derajat, dan 27 derajat (suhu kontrol). Kemudian tanaman ini ditanam dan diamati selama 5 minggu serta dilakukan penyiraman rutin. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, warna tanaman, dan jumlah daun. Pada masing-masing perlakuan, biasanya tanaman kontrol menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang paling baik namun berbeda dengan penelitian yang kami lakukan bahwa pada tanaman kontrol yang memiliki perkembangan dan pertumbuhan lebih rendah daripada perlakuan yang lainnya. Hal ini dikarenakan meletakkan polybag yang tidak merata terhadap penyinaran matahari sehingga menyebabkan perlakuan kontrol memiliki perbedaan terhadap berbagai parameter seperti tinggi tanaman, diameter batang, lebar daun, warna daun, dan jumlah daun.
Laboratory Scale Brachionus plicatilis Culture Technique with Natural Feeds Nannochloropsis oculata and Tetraselmis chuii in Marine Aquaculture Center Lampung, Teluk Pandan, Pesawaran Desvita Putri Ramadhani; Gres Maretta
MAXIMUS: Journal of Biological and Life Sciences Vol 2 No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/maximus.v2i2.1757

Abstract

A very influential factor in marine fish production is the provision of efficient and appropriate feed and feed management for marine fish larvae. Natural feed has content that can meet the nutritional needs of marine fish larvae. One of the natural feeds that can be utilized in marine fish farming is rotifer (Brachionus plicatilis). This study aims to determine the laboratory scale culture technique of Brachionus plicatilis, determine the growth rate of Brachionus plicatilis with different phytoplankton feeding, determine the optimal phytoplankton density for Brachionus plicatilis. Data collection techniques in this study used 2 kinds of data, namely primary data and secondary data. Primary data comes from observation, interviews, and active participation. While secondary data comes from literature studies, namely books, journals, annual reports, theses, and so on. Laboratory-scale Brachionus plicatilis culture starts from sterilization of tools and materials, planting Brachionus plicatilis seedlings, feeding, and calculating the population of Brachionus plicatilis. Brachionus plicatilis fed with Nannochloropsis oculata at a density of 100,000 cells/ml entered the exponential phase on day 4 with a total number of individuals of 72 ind/ml, while Brachionus plicatilis fed with Tetraselmis chuii at a density of 3000 cells/ml entered the exponential phase on day 5 with a total number of individuals of 100 ind/ml.

Page 2 of 3 | Total Record : 28