cover
Contact Name
Dominikus Sukristiono
Contact Email
seminarfilsafat.teo@usd.ac.id
Phone
+62274-880957
Journal Mail Official
seminarfilsafat.teo@usd.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma Jl. Kaliurang Km. 7, Yogyakarta, Indonesia Kotak Pos : 1194, Yogyakarta 55011 Telp : 0274-880957
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
ISSN : 30471451     EISSN : 30470714     DOI : https://doi.org/10.24071/snf
Proceedings of the National Conference on Indonesian Philosophy and Theology is an academic journal organized and operated by Faculty of Theology, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. The Theological Faculty has been acknowledged as the Pontifical Faculty of Theology “Wedhabakti” by the Holy See. These proceedings aim to disseminate reflections on Philosophy and Theology, especially those conducted in or related to the Indonesian context. The proceedings conduct interdisciplinary and monodisciplinary reflections and are scientific publications with a peer review process. The themes in these proceedings include (but are not limited to): Methods of Philosophy and Theology, Philosophy of Religion, Metaphysics, Epistemology, Philosophy of Education, Empirical Research in Philosophy and Theology, Public Philosophy and Theology, Eastern Thought, Socio-Political Philosophy, Interreligious Dialogue, Ecological Theology, Ethno-religiosity, and Socio-Biblical Studies. The Proceedings conduct a rigorous process of paper submission. We welcome only selected (and invited) papers, both in Bahasa Indonesia and in English, that has been accepted and presented at the Annual Seminar on Indonesian Philosophy and Theology (Seminar Nasional Filsafat dan Teologi Indonesia), and those that are suggested by the Chief Editor of the Annual Seminar. The suggested papers will be peer reviewed by our editors and independent reviewers.
Articles 61 Documents
Pendidikan Iman bagi Kaum Muda Menurut Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium Gautama, Moses Putra; Adrian, Vincentius Paskalis Felix; Mulyatno, C.B.
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10202

Abstract

Young people are essential members of the Church who play a significant role in proclaiming the Good News in both the present and the future. As they are in direct contact with the advancements of today's world, young people need to be equipped with a strong foundation of faith. Pope Francis, in his apostolic exhortation Evangelii Gaudium, provides special attention to the education of the youth. This article aims to identify and describe faith education for young people according to Pope Francis in Evangelii Gaudium. In this research, the author employs the library research method to explore the content of Evangelii Gaudium. The results of this study show that Evangelii Gaudium offers a call to proclaim the Gospel in the modern era to all members of the Church. Therefore, young people must receive adequate education to become evangelizers. The elements of faith education for Catholic youth include the model of faith education, the parties involved, the objectives, the subject matter, the content of faith education, and the strategies for faith education.AbstrakKaum muda merupakan anggota Gereja yang berperan penting dalam pewartaan kabar gembira di masa sekarang dan masa depan. Kaum muda yang bersentuhan langsung dengan kemajuan dunia saat ini perlu memiliki bekal hidup beriman yang kokoh. Paus Fransiskus, dalam seruan apostolik Evangelii Gaudium, memberikan beberapa perhatian khusus bagi pendidikan kaum muda. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan pendidikan iman bagi kaum muda menurut Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi pustaka (library research) untuk mengeksplorasi isi Evangelii Gaudium. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Evangelii Gaudium memberikan suatu dorongan bagi pewartaan Injil di zaman modern ini bagi seluruh lapisan umat di dalam Gereja. Untuk itu, kaum muda perlu mendapatkan bekal pendidikan yang memadai untuk menjadi pewarta. Unsur-unsur pendidikan iman bagi kaum muda Katolik berupa model pendidikan iman, pihak-pihak yang berperan dalam pendidikan iman, tujuan pendidikan iman, objek pendidikan iman, isi pendidikan iman, dan strategi pendidikan iman.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan: Jejak Sejarah, Klasifikasi, dan Strategi Perkembangan Surajiyo, Surajiyo
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.11802

Abstract

This article aims to discuss the development of science through its history, classification and strategies for the development of science, especially in Indonesia.  Against the background of the development of science from time to time, this research aims to answer questions about how human science has developed from pre-Ancient Greece, Ancient Greece, the Middle Ages, Renaissance, modern and postmodern times, as well as how to classify science and strategy. development of science in Indonesia. This research is qualitative research in the nature of a literature study or literature review. The literature review method is a method carried out by collecting and reading existing sources of information. The results show that philosophy as a manifestation of science has laid the foundations of an intellectual tradition that began with ancient Greek philosophers in the 6th century BC. In its development, philosophy led to the birth of a configuration that shows how the branches of science separated themselves from their connection with philosophy, each of which independently developed according to its own methodology. Science classification and development strategies play an important role in guiding the evolution of knowledge, by providing a framework for further development and influencing the direction of research and innovation. The author concludes that a deep understanding of the history, classification and development strategies of science is the key to predicting and shaping the future of human knowledge.AbstrakArtikel ini bertujuan untuk membahas perkembangan ilmu pengetahuan melalui sejarahnya,  klasifikasi dan strategi perkembangan ilmu khususnya di Indonesia.  Dengan latar belakang perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana ilmu pengetahuan manusia telah berkembang dari zaman pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Renaissace, zaman modern dan zaman postmodern, serta bagaimana klasifikasi ilmu dan strategi perkembangan ilmu di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka atau kajian pustaka. Metode kajian pustaka merupakan metode yang dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca sumber-sumber informasi yang ada. Hasilnya menunjukkan bahwa Filsafat  sebagai manifestasi ilmu pengetahuan telah meletakkan dasar-dasar tradisi intelektual yang diawali oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno di abad ke 6 SM. Dalam perkembangannya filsafat mengantarkan lahirnya suatu konfigurasi yang menunjukkan bagaimana cabang-cabang ilmu pengetahuan melepaskan diri dari keterkaitannya dengan filsafat, yang masing-masing secara mandiri berkembang menurut metodologinya sendiri-sendiri. Klasifikasi ilmu dan strategi perkembangan memainkan peran penting dalam mengarahkan evolusi pengetahuan, dengan memberikan kerangka kerja untuk pengembangan lebih lanjut serta mempengaruhi arah penelitian dan inovasi. Penulis menyimpulkan bahwa pemahaman yang mendalam tentang sejarah, klasifikasi, dan strategi perkembangan ilmu pengetahuan merupakan kunci untuk meramalkan dan membentuk masa depan pengetahuan manusia.
Hukum Kristus di Era Krisis Ekologi: Mengintegrasikan Pemikiran Bernhard Haring dengan Ekologi Integral dalam Laudato Si Fofid, Elisabet Maria; Irawan, Paulus Bambang
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10208

Abstract

The recent climate change is one of the consequences of the gap in the relationship between humans and the universe. This gap ultimately gives rise to a prolonged ecological crisis. The current environmental crisis is a global challenge, with severe impacts such as increased migration, loss of homes, and the extinction of various plant and animal species. Conditions like these are essentially caused by the loss of human connectivity and sensitivity to nature, which then leads to unpredictable weather changes, decreased agricultural yields, and the exploitation of environmental issues in political policies. In response to this crisis, this paper proposes an integration between the concept of the Law of Christ from Bernhard Haring's thought and the idea of integral ecology in Laudato Si by Pope Francis. So the question of this paper is how to rebuild human connectivity and sensitivity to nature through responsible moral action. The method of this paper is to analyze the concept of the law of Christ according to Bernhard Haring and integrate it with the understanding of the integral ecology of Pope Francis in the encyclical Laudato Si. Bernhard Haring, who lived during World War II, emphasized love as the core of the Law of Christ, where love encourages responsible moral action towards others and nature. He also underlines the importance of freedom of action balanced with responsibility for its impact on creation. Meanwhile, Pope Francis in Laudato Si sees the roots of the ecological crisis in technology, the technocratic paradigm, and the modern anthropocentric view. Pope Francis offers the principle of solidarity and the importance of considering the impact of our actions on the environment for future generations. Both of these thoughts emphasize the need for an ecological conversion based on love as the main driver to give birth to awareness of the importance of responsible moral action to recreate the harmony of the relationship between humans and the universe as a common home.AbstrakPerubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini merupakan salah satu akibat dari  adanya kesenjangan relasi antara manusia dan alam semesta. Kesenjangan ini pada akhirnya melahirkan krisis ekologi yang berkepanjangan. Krisis ekologi saat ini menjadi tantangan global, dengan dampaknya yang sangat serius seperti meningkatnya migrasi, hilangnya tempat tinggal, serta punahnya berbagai spesies tumbuhan dan hewan. Kondisi-kondisi seperti ini pada hakekatnya disebabkan oleh hilangnya konektivitas dan sensitivitas manusia terhadap alam, yang kemudian berujung pada perubahan cuaca tidak menentu, penurunan hasil pertanian, dan eksploitasi isu lingkungan dalam kebijakan politik. Menanggapi krisis ini, paper ini mengusulkan integrasi antara konsep Hukum Kristus dari pemikiran Bernhard Haring dan konsep ekologi integral dalam Laudato Si oleh Paus Fransiskus. Maka pertanyaan dari paper ini adalah bagaimana membangun kembali konektivitas dan sensivitas manusia dengan alam melalui tindakan moral yang bertanggungjawab? Metode dari paper ini adalah menganalisa konsep hukum Kristus menurut Bernhard Haring dan mengintegrasikannya dengan paham ekologi integral Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si. Bernhard Haring, yang hidup di masa Perang Dunia II, menekankan kasih sebagai inti Hukum Kristus, di mana kasih mendorong tindakan moral yang bertanggungjawab terhadap sesama dan alam. Ia juga menggarisbawahi pentingnya kebebasan untuk bertindak yang diimbangi dengan tanggung jawab atas dampaknya terhadap ciptaan. Sementara itu, Paus Fransiskus dalam Laudato Si melihat akar dari krisis ekologi adalah teknologi, paradigma teknokratis dan pandangan antroposentrisme modern. Paus Fransiskus menawarkan prinsip solidaritas dan pentingnya mempertimbangkan dampak tindakan kita terhadap lingkungan untuk generasi mendatang. Kedua pemikiran ini menekankan perlunya pertobatan ekologis yang berdasarkan pada kasih sebagai penggerak utama untuk melahirkan kesadaran akan pentingnya tindakan moral yang bertanggung jawab untuk menciptakan kembali harmonisasi relasi antara manusia dan alam semesta sebagai rumah bersama.
Eko-Etika Menurut Laudato-Si’ Artikel 138-141 Sebagai Upaya Mengatasi Krisis Ekologis di Indonesia Ton, Sekundus Septo Pigang
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10156

Abstract

The focus of this article is to examine eco-ethics according to the encyclical Laudato-Si articles 138-141 as an effort to overcome the ecological crisis in Indonesia. Indonesia is experiencing an ecological crisis as a result of irresponsible human behavior in utilizing natural resources. The findings of this article are first, there needs to be ethics (transcendental awareness) in relating to organisms, in order to create order in the ecosystem. Second, destroying the universe is the same as destroying oneself because the ecosystem is a place of survival, if its balance is disturbed, it will also have an impact on human welfare. Third, nature as a life giver, natural resources play an important role in various aspects of life. Fourth, humans come from nature and return to nature. The role of the government is needed to issue strict laws. Also the role of society and non-governmental organizations (NGOs) and international cooperation in overcoming the global ecological crisis. The method used is a literature review with descriptive analysis. With this method, the team of writers found four contributions in the 4 numbers of the encyclical article concerned, namely in the form of eco-ethical values.AbstrakFokus penulisan artikel ini adalah menelaah eko-etika menurut ensiklik Laudato-Si artikel 138-141 sebagai sebuah upaya untuk mengatasi krisis ekologis di Indonesia. Indonesia tengah mengalami krisis ekologi sebagai akibat dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan hasil alam. Temuan dari penulisan artikel ini adalah pertama, perlu ada etika (kesadaran transendental) dalam berelasi dengan organisme, agar terciptanya keteraturan dalam ekosistem tersebut. Kedua, merusak alam semesta sama dengan menghancurkan diri karena ekosistem adalah wadah kelangsungan hidup, apabila terganggu keseimbangannya maka berdampak juga pada kesejahteraan manusia. Ketiga, alam sebagai pemberi hidup, sumber daya alam memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan. Keempat, manusia berasal dari alam dan kembali ke alam. Peran pemerintah dibutuhkan untuk menerbitkan hukum yang tegas. Juga peran masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kerjasama internasional dalam mengatasi krisis ekologis global. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dengan analisis deskriptif. Dengan metode ini, tim penulis menemukan empat sumbangsih dalam 4 nomor artikel ensiklik bersangkutan, yaitu berupa nilai eko-etis.
Pendidikan Iman Bagi Kaum Muda Katolik Menurut Paus Fransiskus Dalam Seruan Apostolik Christus Vivit: Pendekatan, Tantangan, Dan Arah Pastoral Tambunan, Hary Suhut; Mulyatno, Carolus Borromeus; Agustra, Markus Trio
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10197

Abstract

Nowadays, the negative impact of the Digital Era and globali-zation has brought many young people into a crisis situation regarding moral values. As a result, more and more young Catholics are not growing in their faith and commitment to love God and their fellow humans. The faith education of young Catholics, whether in the family, church, or formal schools, seems unable to overcome the negative impacts of the Digital Era and globalization. Pope Francis, in his Apostolic Exhortation, Christus Vivit, pays special attention to the faith education of young Catholics. So, in this writing, the author wants to identify and describe faith education for young Cath-olics based on Pope Francis' perspective. Previously, Marihot Simanjuntak and Monika Br Bangun (2023) had conducted research on the same theme, but the content was more about the application of theory and did not explain Pope Francis' views regarding faith education for young Catholics. This re-search was carried out using library research. The results of this research show that there are three main approaches to faith education, namely the love and understanding approach, the inclusive and contextual approach, and the community approach. So, faith education is not just a transfer of knowledge but must touch the heart and build a relationship with Christ. This article also discusses the challenges and rel-evant pastoral strategies.AbstrakDewasa ini, dampak negatif Era Digital dan globalisasi membawa masuk banyak orang muda dalam situasi krisis akan nilai-nilai moral. Akibatnya, semakin banyak orang muda Katolik yang tidak berkembang dalam iman dan komitmen untuk mencintai Allah dan sesama manusia. Pendidikan iman orang muda Katolik baik di lingkup keluarga, gereja, maupun sekolah formal seolah-olah tidak mampu mengatasi dampak negatif Era Digital dan globalisasi ini. Paus Fransiskus, dalam Seruan Apostoliknya, Christus Vivit, memberikan beberapa perhatian khusus bagi pendidikan iman kaum muda Katolik. Maka dalam penulisan ini, penulis hendak mengidentifikasi dan mendeskripsikan pendidikan iman bagi kaum muda Katolik berdasarkan perspektif Paus Fransiskus itu. Sebelumnya, Marihot Simanjuntak dan Monika Br Bangun (2023) sudah melakukan penelitian dengan tema yang sama, namun isinya lebih pada penerapan teori dan tidak menjelaskan pandangan Paus Fransiskus mengenai pendidikan iman bagi kaum muda Katolik. Penelitian ini dilakukan dengan studi Pustaka (library research). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tiga pendekatan utama pendidikan iman, yaitu pendekatan kasih dan pengertian, pendekatan inklusif dan kontekstual dan pendekatan komunitas. Sehingga, pendidikan iman bukan hanya transfer pengetahuan, tetapi harus menyentuh hati dan membangun hubungan dengan Kristus. Artikel ini juga membahas tantangan, dan strategi pastoral yang relevan.
Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SDN 05 Surau Gadang Padang Damayanti, Yrmina; Oktavi, Theresia Avila Clarita; Mulyatno, Carolus Borromeus
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10235

Abstract

Choosing the right extracurricular activities affects the devel-opment of students' social, emotional, and cognitive skills. This study aims to identify the types of extracurricular activi-ties that are of interest to students and analyze their impact on their learning motivation at the Elementary School level. This study was conducted at SDN 05 Surau Gadang Padang with a qualitative approach. Data collection techniques were carried out through in-depth interviews. Interviews were conducted with teachers and students in order to obtain detailed infor-mation. Researchers were directly involved in the data collec-tion process by interacting with teachers and students in the field. The theoretical framework used in this study is Abraham Maslow's learning motivation theory, which emphasizes the importance of intrinsic and extrinsic factors. Extracurricular activities are one of the extrinsic factors that can increase stu-dents' learning motivation. The results showed that students tended to like tahfidz extracurricular activities that were car-ried out routinely every week, especially on Saturdays. Stu-dents' involvement in this favorite extracurricular activity has a positive impact on increasing their learning motivation. The data shows that learning motivation can be seen from stu-dents' enthusiasm in participating in the learning process. Students are encouraged to involve themselves in learning activities by memorizing lesson materials in class. The enthu-siasm of students in learning together shows the emotional and social involvement of students which influences the im-provement of social and emotional skills. The habit of memo-rizing formed through tahfidz activities has a good influence on improving students' basic cognitive abilities.AbstrakMemilih kegiatan ekstrakurikuler  secara tepat berpengaruh terhadap pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan  kognitif siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diminati oleh siswa serta menganalisis dampaknya terhadap motivasi belajar mereka di tingkat Sekolah Dasar. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Surau Gadang Padang dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa dengan tujuan dapat memperoleh informasi detail. Peneliti secara langsung terlibat dalam proses pengumpulan data dengan berinteraksi bersama guru dan siswa di lapangan. Kerangka teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motivasi belajar dari Abraham Maslow, yang menekankan pentingnya faktor intrinsik dan ekstrinsik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung menyukai kegiatan ekstrakurikuler tahfidz yang dilakukan secara rutin setiap minggu khususnya di hari Sabtu. Keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler favorit ini berdampak positif terhadap peningkatan motivasi belajar mereka. Data menunjukkan bahwa motivasi belajar terlihat dari antusiasme siswa  dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa terdorong untuk melibatkan diri  dalam kegiatan belajar dengan  menghafal materi pelajaran di kelas. Antusiasme siswa dalam belajar bersama menunjukkan keterlibatan emosional dan sosial siswa yang berpengaruh pada peningkatan keterampilan sosial dan emosional.   Kebiasaan menghafal yang terbentuk melalui kegiatan tahfidz membawa pengaruh baik pada peningkatan kognitif dasar siswa.
Evaluasi Diri Mahasiswa Pendidikan Keagamaan Katolik Terhadap Fenomena Phubbing di Era Digital Oktovianus, Marianus; Kurnia Adi, Gabriella Novena; Leli, Ana Angela; Amkay, Samuel Nim; Sianipar, Cecilia Paulina
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10241

Abstract

Phubbing (ignoring others to use a mobile phone) has become an increasingly common social phenomenon in the digital era. Preliminary observations reveal that several students of the Catholic Religious Education Study Program (Pendikkat) tend to prioritize smartphone use over face-to-face interaction. This study aims to evaluate students’ self-awareness regarding phubbing and its impact on interpersonal relationships. Using a qualitative method involving in-depth interviews with selected Pendikkat students, the study seeks to explore motivations, emotional responses, and personal reflections on this behavior. The findings are expected to contribute to the development of more meaningful, ethical, and socially responsible relationships among future Catholic educatorsAbstrakPhubbing, atau mengabaikan seseorang demi menggunakan ponsel, menjadi trend atau lifestyle yang semakin berkembang di era digital saat ini. Dalam observasi yang ditemukan oleh peneliti, didapat bahwa beberapa mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Keagamaan Katolik (Pendikkat) lebih senang menggunakan ponsel saat berkumpul bersama. Penelitian ini akan terfokus pada mahasiswa Prodi Pendikkat terhadap phubbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi diri mahasiswa Prodi Pendikkat terhadap fenomena phubbing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan melibatkan wawancara mendalam dengan mahasiswa Prodi Pendikkat. Hasil penelitian diharapkan dapat meminimalisir dampak phubbing dalam relasi antar mahasiswa, mengevaluasi diri mereka sendiri terhadap phubbing, serta membangun hubungan yang berkualitas antar mahasiswa Pendikkat. Penelitian ini menekankan pentingnya kesadaran dan kebijaksanaan dalam pengelolaan penggunaan ponsel.
Penafsiran Ulang atas Aksi Puasa Pembangunan berdasarkan Perspektif Moral Gerard Gilleman Adi, Feremenatos; Bambang Irawan, Paulus
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10205

Abstract

Aksi Puasa Pembangunan is a program held regularly by all dioceses beneath Indonesian Church Conference (Ind.: Konfer-ensi Waligereja Indonesia). The spirit of this program in early years actually was only to help those who are economically poor. Many years later, APP program were developed in every diocese according to its context and function. Through entrust-ing APP in family stage, the Archdiocese of Semarang (Indo-nesia: Keuskupan Agung Semarang or KAS) tries to involve and build social structure. It shows hope that APP would edu-cate all members of family, to internalize charity value and diligently set some funds to give alms. From the perspective of moral theology’s history, APP’s ap-proaches have some similarity with manualist’s approaches. APP is an obligant program for all the dioceses in Indonesia. The new policy of APP which due in KAS since 2023, even highlightened the obligance side of this program, simply ‘forc-ing’ people to donate everyday for alms. The main question in this paper is: how this practice of APP, with all of its manualist strong nuance, develop moral of the faithful in KAS? Gerard Gilleman criticize the manualist’s practice which only discussed moral education from the out-side, rather than interior side of human heart. Moral act should explore the higher value which lead human morality to mature stage. Internal charity must set at the heart of moral life.AbstrakAksi Puasa Pembangunan adalah sebuah program yang menjadi gerak bersama umat di seluruh keuskupan yang bernaung di bawah Konferensi Waligereja Indonesia. Semangat awal yang hendak dibangun adalah membantu mereka yang berkekurangan. Kendati demikian, perlahan APP dikembangkan di berbagai keuskupan sesuai fungsi dan konteksnya masing-masing. Dengan mempercayakan APP pada masing-masing keluarga, Keuskupan Agung Semarang mengharapkan terciptanya budaya dan kontrol sosial yang mendidik anggota keluarga tekun menyisihkan nafkah setiap hari untuk bersedekah. Dalam kacamata sejarah teologi moral, pendekatan APP mirip dengan pendekatan yang dilakukan oleh kelompok manualis. APP merupakan program Konferensi Waligereja Indonesia yang diterapkan kepada seluruh umat Katolik Indonesia. Kebijakan terbaru mengenai APP yang diberlakukan di Keuskupan Agung Semarang sejak 2023, tentu semakin menekankan unsur kewajiban yang memaksa. Maka, pertanyaan pokok di dalam paper ini adalah: karena nuansa manualis yang sangat kuat, sejauh mana praktek APP membantu perkembangan moral umat Keuskupan Agung Semarang? Gerard Gilleman, seorang teolog moral kenamaan abad XX memberi kritik keras pada teologi moral yang hanya berfokus pada 'paksaan' eksternal. Bagi Gilleman, perilaku moral tidak boleh terjebak pada sekedar kewajiban dan kriteria minimal, melainkan harus mengeksplorasi nilai luhur yang hendak diinternalisasikan untuk mendewasakan nurani. Cinta kasih internal harus menjadi pusat kehidupan moral.
Interreligious Dialogue Menurut Felix Wilfred dalam Konteks Keberagaman Agama di Indonesia Tyas Prasaja, Leo Agung; Agung Yubile, Andreas; Septaldo, Billy Deva
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10321

Abstract

One of the distinctive features of the Indonesian nation is multi religion. This theme is not only intriguing but also poses challenges in the efforts to build peace and harmony in communal life. The article employs a literature review method to gather and analyze data from Felix Wilfred’s writings, as well as previous research to support Wilfred’s ideas on interreligious dialogue. The research findings from this article indicate that interreligious dialogue is highly important and relevant in fostering harmony, solidarity, and peace in Indonesia’s diverse society. Felix Wilfred emphasizes the significance of interreligious dialogue in addressing conflicts and promoting peace. He believes that such dialogue should also involve an understanding of local culture. The concept of “Bhinneka Tunggal Ika” in Indonesia, which emphasizes acceptance of cultural, religious, and ethnic differences, aligns with the spirit of pluralism in society. The model of religious cosmopolitanism offered by Wilfred, particularly through interreligious dialogue, can promote solidarity and understanding among different religious communities. One concrete manifestation of this is the Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC). YIPC in Indonesia plays a crucial role in promoting tolerance, understanding, and peace among religious communities, aligning with the concepts of postcolonial theology and interreligious dialogue proposed by Felix Wilfred.AbstrakSalah satu kekhasan bangsa Indonesia ialah keberagaman agama. Hal ini sangat menarik namun sekaligus memunculkan tantangan dalam upaya membangun perdamaian dan keharmonisan di tengah kehidupan bersama. Untuk menanggapi tantangan tersebut, tulisan ini menawarkan kajian menarik yakni pemikiran Felix Wilfred tentang interreligious dialogue dalam konteks keberagaman agama di Indonesia. Artikel ini menggunakan metode tinjauan literatur untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari tulisan Felix Wilfred, serta penelitian-penelitian terdahulu untuk mendukung pemikiran Wilfred tentang interreligious dialogue. Hasil penelitian dari tulisan ini menunjukkan bahwa interreligious dialogue sangat penting dan relevan dalam upaya menciptakan keharmonisan, solidaritas, dan perdamaian dalam masyarakat Indonesia yang beragam. Felix Wilfred menekankan pentingnya interreligious dialogue dalam mengatasi konflik dan mendorong perdamaian, dan ia yakin bahwa dialog tersebut juga harus melibatkan pemahaman tentang budaya lokal. Konsep “Bhinneka Tunggal Ika” di Indonesia yang mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan budaya, agama, dan etnis, sejalan dengan semangat pluralisme dalam masyarakat. Model berteologi kosmopolitanisme keagamaan yang ditawarkan Wilfred terutama dengan interreligious dialogue dapat mendorong solidaritas dan pemahaman antar komunitas agama yang berbeda. Salah satu bentuk konkretisasinya ialah Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC). YIPC di Indonesia memainkan peran penting dalam dalam mempromosikan toleransi, pemahaman dan perdamaian antar umat beragama di Indonesia yang juga sejalan dengan konsep teologi postkolonial dan interreligious dialogue yang diusulkan oleh Felix Wilfred. Dengan demikian, gagasan mengenai pentingnya interreligious dialogue oleh Felix Wilfred sangat relevan dan kontekstual untuk diwujudkan dalam konteks keberagaman agama di Indonesia.
Belas Kasih dalam Pendampingan Pastoral Orang Sakit di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Loru, Kornelia Ina; Andalas, Mutiara
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10232

Abstract

The spiritual needs of patients who are ill often receive insuffi-cient attention.  Pastoral accompaniment for the sick is a meet-ing space based on compassion that provides holistic support to those in need. A loving encounter brings forth a new life that offers comfort and peace. What strategies does Panti Rapih Hospital in Yogyakarta use to apply compassion to the sick? This research uses a qualitative descriptive analysis method that involves in-depth interviews with pastoral care staff and the families of patients as informants and validators. This re-search took place at Panti Rapih Hospital in Yogyakarta. Pas-toral accompaniment based on compassion plays an im-portant role in providing spiritual and emotional support for those who are ill. Pastoral accompaniment carried out with full compassion and empathy has a positive impact on the spiritual well-being of the sick. Compassion-based mentoring helps to find the meaning of life. This finding shows a positive correlation between compassionate pastoral care and an im-provement in people's quality of life.AbstrakKebutuhan spiritual pasien yang sakit seringkali kurang mendapat perhatian. Pendampingan pastoral  orang sakit berbasis dengan belaskasih  merupakan sesuatu yang  penting dalam memberikan dukungan pada mereka yang sakit. Perjumpaan  yang dilandasi belas kasih   mereupakan perjumpaan iman dalam memberikan dukungan spritual  dengan  rasa  damai dan pengharapan. Strategi  apa yang digunakan oleh Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta dalam  menerapkan belas kasih pada orang sakit? Penelitian ini menggunakan  metode penelitian kualitatif analisis  deskriktif  yang  melibatkan wawancara mendalam  bersama petugas pastoral care dan keluarga pasien  sebagai informan dan validator. Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Pendampingan pastoral berlandaskan  belas kasih memiliki peran penting dalam memberikan dukungan spritual dan emosional bagi mereka yang sakit. Pendampingan pastoral dengan landasan belas kasih diharapkan mampu memberikan dukungan   kesejahteraan spiritual orang sakit, sehingga merasakan kehadiran Tuhan dalam proses penyembuhan dan mereka mampu menerima penderitaan mereka.  Pendampingan yang  berlandaskan  belaskasih membantu untuk memiliki harapan serta menguatkan iman  mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa penerapan belas kasih  pastoral  sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraaa mereka secara holistik.