cover
Contact Name
Samadi
Contact Email
jurnalagripet@usk.ac.id
Phone
+6281383736633
Journal Mail Official
jurnalagripet@usk.ac.id
Editorial Address
Animal Husbandry Department, The Faculty of Agriculture, Universitas Syiah Kuala Jln. Tgk. H. Hasan Krueng Kalee No. 3, Kopelma Darussalam, Banda Aceh, 23111, Aceh, Indonesia
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Agripet
ISSN : 14114623     EISSN : 24604534     DOI : https://doi.org/10.17969/agripet
Core Subject : Agriculture,
Aims Jurnal Agripet aims to publish original research results on farm tropical animals such as cattle, buffaloes, sheep, goats, horses, poultry, etc. Scope Jurnal Agripet encompasses a broad range of research topics in animal sciences and biotechnology including animal physiology and nutrition, feed processing and technology, animal productions, animal genetics, breeding and reproduction, meat and milk sciences, animal health, behavior and welfare, animal housing and livestock farming system.
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023" : 15 Documents clear
Optimalisasi Produksi Protein Mikroba Rumen Melalui Suplementasi Ekstrak Tepung Daun Sengon (Albizia falcataria) yang Mengandung Tanin Kondensasi Afzalani Afzalani; Rahmi Dianita; Sinta Apriani; Raguati Raguati; R.A. Muthalib; Endri Musnandar
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.22473

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi produksi protein mikroba rumen melalui suplementasi ekstrak tepung daun sengon (ETDS) yang mengandung condensed tannin (CT). Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 7 perlakuan 5 ulangan menggunakan uji in vitro. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini berupa rumput kolonjono (Brachiaria mutica) dan konsentrat. Perlakuan yang diberikan terdiri dari P0 = Ransum tanpa suplementasi ETDS (kontrol); P1 = Ransum + ETDS 1%; P2 = Ransum + ETDS 2%; P3 = Ransum + ETDS 3%; P4 = Ransum + ETDS 4%; P5 = Ransum + ETDS 5%; P6 = Ransum + ETDS 6%. Peubah yang diamati adalah pH, populasi protozoa, dan produksi protein mikroba (PPM). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan taraf suplementasi ETDS yang mengandung condensed tannin (CT) tidak berpengaruh (P0.05) terhadap nilai pH, namun berpengaruh nyata (P0.05) terhadap populasi protozoa dan PPM. Terdapat pola hubungan antara taraf suplementasi ETDS dengan populasi protozoa dan produksi protein mikroba dengan model persamaan Y= -0,2896 x2 + 1,2583 x + 8,1633 (R2 = 0,84) dan Y= -0,0764 x2 + 0,41x + 0,8257 (R2= 0,67). Suplementasi ETDS di atas taraf 3% memperlihatkan terjadinya penurunan populasi protozoa. Sementara itu, produksi protein mikroba terus meningkat sampai level suplementasi ETDS pada taraf 3 % dan selanjutnya mengalami penurunan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa suplementasi ETDS pada taraf 3% mampu menghasilkan produksi protein mikroba yang tertinggi. Populasi protozoa mengalami penurunan pada suplementasi ETDS pada taraf di atas 3%.(Optimizing the production of rumen microbial protein through supplementation sengon leaf extracts (Albizia falcataria) containing condensed tannin)ABSTRACT. This study aimed to optimize the rumen microbial protein production through supplementation of sengon leaf extract (SLE) which contains condensed tannin (CT). The study arranged in completely randomized design (CRD) consisting of 7 treatments and 5 replications using in vitro test. The ration used was kolonjono grass (Brachiaria mutica) and concentrate. The treatments consisted of P0 = Ration without supplementation of SLE (control); P1 = Ration + 1% SLE; P2 = Ration + 2% SLE; P3 = Ration + 3% SLE; P4 = Ration + 4% SLE; P5 = Ration + 5% SLE; P6 = Basic Ration + 6% SLE. The observed variables were pH, protozoa population, and microbial protein production (MPP). The results showed that the supplementation of SLE containing CT did not affect (P0.05) the pH value, but significantly (P0.05) affected the protozoa population and MPP. There was a relationship pattern between the supplementation level of SLE with the population of protozoa and MPP with an equation model of Y= -0.2896 x2 + 1.2583 x + 8.1633 (R2 = 0.84) and Y= -0.0764 x2 + 0.41x + 0.8257 (R2= 0.67). Supplementation of SLE above 3% indicates a decrease in protozoa population. Meanwhile, MPP continues to increase until the supplementation level of 3% and subsequently decreases. From this study, it was concluded that supplementation SLE at the level of 3% was able to produce the highest production of microbial proteins. The protozoa population decreased in the supplementation of SLE at levels above 3%.
Pengaruh Substitusi Daun Indigofera dengan Silase Daun Pepaya serta Jenis Kemasan Berbeda terhadap Kualitas dan Sifat Fisik Wafer Dewi Febrina; Iis Muliati; Anwar Efendi Harahap; Sadarman Sadarman; Fitrah Khairi; Novia Qomariyah
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.28277

Abstract

ABSTRAK. Penelitian bertujuan mengetahui kualitas fisik (warna, aroma, tekstur,) serta sifat fisik (kerapatan, berat jenis, kadar air) wafer dengan perbedaan komposisi substrat (substitusi daun indigofera/DI dengan silase daun pepaya/SDP) dan kemasan berbeda. Rancangan Acak Lengkap (RAL) berfaktor (4x4), 3 ulangan digunakan pada penelitian ini. Faktor H merupakan komposisi substrat (substitusi DI dengan SDP) yaitu, H1= SDP 0% + DI 30%; H2= SDP 2% + DI 28%; H3= SDP 4% + DI 26%; H4 = SDP 6% + DI 24%; faktor N adalah jenis kemasan, N0 = tanpa dikemas; N1= plastik; N2= kertas; N3= karung goni. Kualitas fisik (warna, aroma, tekstur) dan sifat fisik (kadar air, berat jenis, kerapatan) wafer merupakan parameter yang diukur. Hasil penelitian menunjukkan interaksi (P0,01) antara komposisi substrat dan jenis kemasan memengaruhi aroma dan tekstur wafer. Komposisi substrat (P0,01) sangat nyata memengaruhi berat jenis dan aroma wafer. Jenis kemasan (P0,01) sangat nyata memengaruhi kualitas fisik (aroma, warna, tekstur) dan sifat fisik (kadar air). Substitusi 28% DI dengan 2% SDP pada wafer yang dikemas dengan karung goni menghasilkan tekstur wafer terbaik (tidak berlendir, tekstur padat dan kasar dan skor 3,44) dan substitusi 24% DI dengan 6% SDP yang dikemas dengan karung goni menghasilkan aroma wafer terbaik (skor 3,46 aroma khas wafer).(Effect of substitution of indigofera leaves with papaya leaf silage and different types of packaging on the quality and physical properties of wafers)ABSTRACT. The aims of this study to determine the quality of physical (aroma, color, texture) and the properties of physical (compactness, density, moisture content) of wafers with substrate composition (substitution of indigofera leaves/IL with papaya leaf silage/PLS) and different packaging. The study used a factored completely randomized design (CRD) (4x4) with 3 replications. The H factor is the composition of the substrate (substitution of IL with PLS), namely, H1= PLS 0% + IL 30% H2= PLS 2% + IL 28%; H3= PLS 4% + IL 26%; H4 = PLS 6% + IL 24%; factor N is the type of packaging, N0 = no packaging; N1= plastic; N2= paper; N3 = gunny sack. Parameters measured were quality of physical (color, texture, aroma) and properties of physical (specific gravity, density and moisture content) of wafers. The results showed that the interaction between the type of packaging and the composition of the substrate (P0.01) affected the texture and aroma of wafers. Composition of substrate significantly (P0.01) affected the density and aroma of wafers. The type of packaging significantly (P0.01) affected the physical quality (aroma, color, texture) and physical properties (moisture content). Substitution of 28% IL with 2% PLS on wafers with gunny sack resulted in the best texture of wafer (coarse, dense and not slimy texture, score 3.44) and substitution of 24% DI with 6% SDP with gunny sack packaging with the best aroma of wafer (typical wafer aroma, score 3.46).
Hubungan antara Ukuran Linear Tubuh dengan Bobot Badan Domba Texel dan Domba Awassi Faris Eko Wahyudi; Sucik Maylinda; Tri Eko Susilorini
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.24871

Abstract

ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran tubuh linier dengan bobot badan domba Texel dan Awassi. Materi penelitian adalah 35 ekor domba yang terdiri dari 20 ekor domba Texel betina umur 1-1,5 tahun dan 15 ekor domba Awassi betina umur 2 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dengan melakukan pengukuran ukuran linear tubuh dan penimbangan bobot badan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah lingkar dada (LD), panjang badan (PB), tinggi pundak (TP), dan bobot badan (BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara LD dan PB dengan BB pada domba Texel (P0,01). Sementara itu, TP memiliki hubungan yang signifikan dengan BB pada domba Texel (P0,05). Nilai korelasi dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu 0,82; 0,64; 0,48. Pada domba Awassi terdapat hubungan yang sangat signifikan antara LD dan TP dengan BB domba Awassi (P0,01). Sedangkan PB memiliki hubungan yang signifikan dengan BB domba Awassi (P0,05). Nilai korelasi dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu 0,89; 0,63; 0.73. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa ukuran linear tubuh pada domba Texel dan Awassi seperti LD, PB, dan TP memiliki hubungan positif dengan BB.(Relationship between linear body measurements and body weight of Texel sheep and Awassi sheep)ABSTRAK. The aim of this research was to find the relationship between linear body measurements and body weight of Texel and Awassi sheep. The research material was 35 sheep consisting of 20 female Texel sheep aged 1-1,5 years and 15 female Awassi sheep aged 2 years. The method used in this research is observation by measuring body linear size and weighing body weight. Sampling was done by purposive sampling. The variables observed in this study were chest girth (CG), body length (BL), shoulder height (TP), and body weight (BW).The results showed that the very significant relationship between CG and BL with BW in Texel ewes (P0.01). Meanwhile, BH had a significant relationship with BW in Texel ewes (P0,05). The correlation values from the highest to the lowest, which is 0,82; 0,64; 0,48. In Awassi sheep there is a very significant relationship between CG and TP with BW Awassi ewes (P0,01). Meanwhile, TP had a significant relationship with the BW of Awassi ewes (P0.05). The correlation value from the highest to the lowest, which is 0.89; 0.63; 0.73. The conclusion in this study is that linear body measurements in Texel and Awassi ewes have a positive relationship with body weight.
Effect of Using Black Garlic Instead of Fresh Garlic in The Ration on The Performances and Blood Cholesterol Properties of Quail Berliana Berliana; Nurhayati Nurhayati; Nelwida Nelwida; Raden Abdul Muthalib; Yun Alwi
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.27604

Abstract

ABSTRACT. This study aimed to determine the effects of using black garlic (BG) instead of fresh garlic (FG) in the ration on the performances and quail blood cholesterol properties. Two hundred 3-week-old female quails were fed five experimental diets for 8 weeks. Each treatment was repeated four times with ten quails each. The treatment diets were: T0= commercial feed (CF) without FG and BG supplementation, T1= CF + 3% FG, T2= CF + 2% FG + 1% BG, T3= CF + 1% FG + 2% BG, and T4= CF + 3% BG. The parameters measured were feed consumption, egg production, egg weight, egg mass, feed conversion ratio, meat quality, and blood cholesterol properties. This study found no significant (P0.05) difference among treatment groups on feed conversion, egg weight, egg mass, total cholesterol, LDL, and HDL. Meat fat decreased significantly (P0.05) by increasing levels of dietary black garlic. A diet with black garlic supplementation significantly increased feed consumption, egg production, and meat protein (P0.05). It is concluded that substituting 100% garlic with black garlic in the diet could increase quail performance without adverse effects on blood cholesterol properties.(Pengaruh penggunaan bawang hitam sebagai pengganti bawang putih dalam ransum terhadap performa dan kadar kolesterol darah puyuh)ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bawang hitam (BG) sebagai pengganti bawang putih (FG) dalam ransum terhadap performa dan kolesterol darah puyuh. Dua ratus ekor puyuh betina berumur 3 minggu diberi pakan perlakuan selama 8 minggu dan diulang sebanyak empat kali. Setiap unit perlakuan terdiri dari sepuluh ekor puyuh. Pakan perlakuan adalah: T0= pakan komersial (CF) tanpa suplementasi FG dan BG, T1= CF + 3% FG, T2= CF + 2% FG + 1% BG, T3= CF + 1% FG + 2% BG, dan T4= CF + 3% BG. Parameter yang diukur adalah konsumsi pakan, produksi telur, berat telur, massa telur, rasio konversi pakan, kualitas daging, dan sifat kolesterol darah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata (P0,05) antar kelompok perlakuan terhadap konversi pakan, bobot telur, massa telur, kolesterol total, LDL, dan HDL. Lemak daging menurun secara signifikan (P0,05) dengan peningkatan kadar bawang hitam dalam ransum. Pakan yang disuplementasi dengan bawang hitam nyata meningkatkan konsumsi pakan, produksi telur, dan protein daging (P0,05). Disimpulkan bahwa penggantian 100% bawang putih dengan bawang hitam dalam pakan dapat meningkatkan performa puyuh tanpa memberikan efek negatif terhadap kolesterol darah.
Aktivitas Enzim dan Kecernaan Pakan Domba yang Disuplementasi Complete Rumen Modifier (CRM) Tri Laras Wigati; Fransiska Maria Suhartati; Sri Rahayu; Muhamad Bata
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.26725

Abstract

ABSTRACT. Penelitian bertujuan mengkaji pengaruh suplementasi complete rumen modifier (CRM) terhadap aktivitas enzim rumen dan kecernaan pakan domba. Delapan belas ekor domba jantan lokal umur 6 8 bulan dengan bobot rata-rata 18,602,11 kg dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan bobot badan. Masing-masing kelompok tersebut diacak untuk mendapatkan satu dari tiga perlakuan sehingga penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Konsumsi bahan kering yang diberikan adalah 4% dari bobot badan domba dengan imbangan bahan kering jerami padi amoniasi dan konsentrat adalah 60 dan 40%. Perlakuan yang diuji adalah penambahan CRM 0, 1, dan 2% dari bahan kering ransum untuk P1, P2, dan P3. Peubah yang diamati meliputi aktivitas protease, dan selulase rumen, kecernaan bahan kering, protein kasar, dan serat kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi CRM menurunkan aktivitas protease rumen secara kuadrater (P0,01) dengan aktivitas terendah pada taraf CRM 1,16%. Aktivitas selulase meningkat secara kuadrater (P0,01) dengan aktivitas tertinggi pada taraf CRM 1,06% dengan aktivitas enzim sebesar 0,37 U/mg. Suplementasi CRM tidak berpengaruh (P0,05) terhadap kecernaan bahan kering pakan. Kecernaan protein kasar dan serat kasar meningkat secara kuadratik (P0,01) dengan kecernaan tertinggi dicapai pada taraf CRM 1,43% dan 1,69%. Kesimpulan penelitian, suplementasi CRM sebesar 1% - 2% mampu meningkatkan aktivitas enzim rumen dan kecernaan pakan pada domba. Taraf CRM 1% (P2) merupakan taraf terbaik untuk menghasilkan aktivitas enzim rumen dan kecernaan nutrien secara optimal.(Ruminal enzymes activity and nutrient digestibility of sheep supplemented with Complete Rumen Modifier (CRM))ABSTRAK. This research was carried out to study the supplementation of complete rumen modifier (CRM) to improve feed digestibility and rumen enzymes activity in lambs. Eighteen male local lambs age of 6 8 month with average body weight 18.602.11 kg were grouped into 6 blocks by initial body weight. Each group was randomly got one out of three treatments, so the experiment used randomized block design. Dry matter intake (DMI) was 4% of body weight which consisted of concentrate and ammoniated rice straw with ratio 60:40%. As a treatment were the addition of CRM to the concentrate of 0, 1, and 2% based on the diet for P1, P2, and P3 respectively. The variables measured were rumen enzymes activity (protease, and cellulose) and nutrient digestibility (dry matter, crude protein, and crude fiber). The result showed that CRM supplementation quadratically (P0.01) decreased protease activity with the lowest activity at CRM 1,16% but increase cellulose activity quadratically (P0.01) optimum at level CRM 1,06%. CRM supplementation had no effect (P0.05) on dry matter digestibility. CRM supplementation quadratically (P0.01) improved crude protein dan crude fiber digestibility optimum at CRM 1,47% and 1,69% respectively. In conclusion, CRM at a dose 1% - 2% can improve ruminal enzymes and nutrient digestibility in sheep. CRM dose 1% (P2) was the best dose to optimize specific enzymes activity and nutrient digestibility.
Suplementasi Nukleotida dan Ekstrak Kunyit pada Pakan terhadap Kualitas Kimia Daging Ayam Broiler Kusbiono Jumadi Rahman; Elly Tugiyanti; Agustinus Hantoro Djoko Rahardjo
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.25600

Abstract

ABSTRACT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian nukleotida dan ekstrak kunyit terhadap kualitas kimia daging ayam broiler pada periode finisher. Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu DOC ayam broiler CP 707 Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. sebanyak 168 ekor, yang dipelihara selama 42 hari. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 7 perlakuan dan 4 ulangan yang meliputi kontrol negatif: pakan basal + antibiotik zinc bacitracin 0,1 g/hari; N0K0 (kontrol positif): pakan basal + nukleotida 0 mg/kg pakan + ekstrak kunyit 0 mg/kg pakan; N0K1: pakan basal + nukleotida 0 mg/kg pakan + ekstrak kunyit 600 mg/kg pakan; N1K0: pakan basal + nukleotida 250 mg/kg pakan + ekstrak kunyit 0 mg/kg pakan; N1K1: pakan basal + nukleotida 250 mg/kg pakan + ekstrak kunyit 600 mg/kg pakan; N2K0: pakan basal + nukleotida 500 mg/kg pakan + ekstrak kunyit 0 mg/kg pakan; N2K1: pakan basal + nukleotida 500 mg/kg pakan + ekstrak kunyit 600 mg/kg pakan. Variabel penelitian yang diukur dan diamati yaitu kualitas kimia daging ayam broiler yaitu kadar kolagen, kadar lemak, kadar protein daging dan kadar air. Analisis data yang digunakan yaitu analisis variansi/analysis of variance (ANOVA) menggunakan IBM SPSS. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa suplementasi nukleotida dan penambahan ekstrak kunyit pada pakan berpengaruh nyata (P0,05) terhadap kadar lemak dan kadar protein daging, tetapi tidak berpengaruh nyata (P0,05) pada kadar kolagen dan kadar air. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa suplementasi nukleotida dan ekstrak kunyit menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan pada kadar lemak dan protein daging ayam broiler karena memiliki nilai yang lebih baik dan efektif dibandingkan dengan kontrol negatif (zinc bacitracin) dan kontrol positif (ransum basal).(Nucleotide supplementation and turmeric extract in feed on chemical quality of broiler meat)ABSTRAK. This study aims to examine the effect of giving nucleotides and turmeric extract on the chemical quality of broiler meat in the finisher period. The material used were 168 DOC broilers CP 707 produced by PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. was kept for 42 days and used a Completely Randomized Design (CRD). There were 7 treatments and 4 replications which included negative control: Basal feed + antibiotic Zink Bacitracin 0.1 g/day; N0K0 (positive control): Basal feed + nucleotide 0 mg/kg feed + turmeric extract 0 mg/kg feed; N0K1: Basal feed + nucleotide 0 mg/kg feed + turmeric extract 600 mg/kg feed; N1K0: Basal feed + nucleotides 250 mg/kg feed + turmeric extract 0 mg/kg feed; N1K1: Basal feed + nucleotides 250 mg/kg feed + turmeric extract 600 mg/kg feed; N2K0: Basal feed + nucleotides 500 mg/kg feed + turmeric extract 0 mg/kg feed; N2K1: Basalt feed + nucleotides 500 mg/kg feed + turmeric extract 600 mg/kg feed. The research variables measured and observed were the chemical quality of broiler chicken meat, namely collagen content, fat content, meat protein content, and water content. Data analysis with analysis of variance (ANOVA) using IBM SPSS. The results of the analysis of variance showed that nucleotide supplementation and the addition of turmeric extract to feed had a significant effect (P0.05) on fat content and protein content of meat, but had no significant effect (P0.05) on collagen content and water content. Based on the results of the study, it can be concluded that nucleotide supplementation and turmeric extract showed significant differences in the fat and protein content of broiler meat because it had a better and more effective value than the negative control (zinc bacitracin) and positive control (basal ration).
Aktivitas Antioksidan dari Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) sebagai Minuman Kesehatan Zuraida Hanum; Zikri Maulina Gaznur; Zahratul Aini; Ari Wibowo
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.28380

Abstract

ABSTRACT. Proses pasteurisasi membuat susu hanya dapat disimpan hingga 5 hari, sehingga diperlukan teknik pengawetan dan pengolahan lainnya untuk memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi. Tujuan penelitian ini adalah memperpanjang masa simpan dari susu sapi pasteurisasi dengan penambahan bahan alam berupa ekstrak kayu manis dilihat dari aktivitas antioxidant. Ekstrak kayu manis yang ditambahkan pada susu pasteurisasi sebanyak 1 %. Ekstrak kayu manis diperoleh dengan metode maserasi dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan penyimpanan (0 hari, 5 hari, 7 hari, 9 hari, dan 11 hari), setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Parameter yang dihitung meliputi uji storch, Total Plate Count nilai pH, dan nilai antioksidan (IC50). Hasil pengamatan menunjukkan nilai storch pada susu pasteurisasi yang mengindikasikan kesempurnaan susu pasteurisasi dengan hasil pemanasan yang sempurna, nilai TPC masih dalam standar normal pertumbuhan mikroba sampai dengan hari ke 7, nilai pH normal sampai dengan hari ke 7 dan nilai antioksidan mengindikasikan bahwa penambahan 1% ekstrak kayu manis mampu mempertahankan nilai antioksidan dengan kategori sangat kuat. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian susu pasteurisasi dengan penambahan 1% ekstrak kayu manis memiliki daya antioksidan yang kuat dan memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi hingga hari ke 7.(The antioxidant activity of pasteurized milk with the addition cinnamon (Cinnamomum burmannii) as healthy drink)ABSTRAK. The pasteurization process makes milk only be stored for 5 days, so preservation and other processing techniques are needed to extend the shelf life of pasteurized milk. The purpose of this research was to extend the shelf life as antioxidant activity. of pasteurized cow's milk with the addition of natural ingredients in the form of cinnamon extract. The cinnamon extract added to pasteurized milk as much as 1%. The cinnamon extract was obtained by maceration method and concentrated using a rotary evaporator. This study used a completely randomized design (CRD) consisting of 5 storage treatments (0 day, 5 days, 7 days, 9 days and 11 days), each treatment was repeated 4 times. The calculated parameters include Storch test, Total Plate Count pH value, and antioxidant value (IC50). The results showed that the storch value in pasteurized milk indicated the perfection of pasteurized milk with perfect heating results, the TPC value was still within the normal standard for microbial growth up to day 7, normal pH value up to day 7 , and antioxidant value indicated that the addition of 1% extract cinnamon is able to maintain antioxidant value with a very strong category. The conclusions obtained from research on pasteurized milk with the addition of 1% cinnamon extract has strong antioxidant power and extends the shelf life of pasteurized milk up to the 7th day.
Perubahan Morfologi dan Morfometri Saluran Reproduksi Kelinci Lokal Bunting Semu Hasil Induksi Menggunakan GnRH Sri Wahyuni; Syafruddin Syafruddin; Muhammad Fathan Rizky Athallah; Tongku Nizwan Siregar; Mulyadi Adam; Roslizawaty Roslizawaty
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.25377

Abstract

ABSTRACT. Bunting semu pada kelinci dapat terjadi karena adanya induksi secara hormonal dan stimulasi fisik yang dapat menyebabkan perubahan pada morfologi saluran reproduksi. Salah satu metode induksi bunting semu adalah melalui injeksi GnRH. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perubahan terhadap anatomi dan histologi saluran reproduksi pada kelinci lokal bunting semu yang diinduksi dengan penyuntikan GnRH. Dalam penelitian ini digunakan sembilan ekor kelinci betina lokal, berumur 1-2 tahun dengan bobot badan 1,8-2,2 kg. Kelinci yang dibagi ke dalam tiga kelompok perlakuan (n=3) yakni K1, K2, dan K3. Kelompok K1 (kontrol negatif), diinjeksi dengan 0,1 ml NaCl fisiologis tanpa perkawinan; K2 (kontrol positif), kelinci diinduksi dengan 100 IU PMSG, tiga hari kemudian dikawinkan dan diinjeksi 75 IU hCG; dan K3, kelinci diinduksi dengan penyuntikan 5 g GnRH secara intravena. Pada hari ke-8 setelah perlakuan seluruh kelinci disembelih lalu saluran reproduksi diambil untuk pengamatan morfologi dan morfometri oviduk, kornua uteri, serviks uteri dan vagina lalu diproses secara histoteknik dan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin untuk pengamatan histologi dan histomorfometri. Panjang oviduk, kornua, dan vagina kelinci memperlihatkan perbedaan yang nyata (P0,05) antar K1 dan K2 dengan K3. Ketebalan lapisan muskularis ampula, lamina propia isthmus, lamina muskularis isthmus, tunika serosa isthmus memperlihatkan perbedaan yang nyata (P0,05) antara K1 dan K2 dengan K3. Tebal lapisan endometrium kornua uterus K2 berbeda sangat nyata (P0,05) dengan K3, namun tidak berbeda nyata (P0,05) dibandingkan K1. Lapisan serosa serviks uteri K1 dan K2 berbeda sangat nyata (P0,05) dengan K3. Histomorfometri vagina kelinci menunjukkan perbedaan yang nyata (P0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa induksi GnRH tidak menyebabkan perubahan morfologi dan morfometri saluran reproduksi kelinci lokal pada hari ke-8 setelah induksi.(Morphology and morphometry changes of reproductive tract in the pseudo pregnant doesusing GnRH)ABSTRAK. Pseudopregnancy in rabbits can occur due to hormonal induction and physical stimulation that can cause changes in the morphology of the reproductive tract. One method of hormonal induction is GnRH injection. This study aimed to determine the anatomical and histological changes of the reproductive tract in pseudo pregnant local rabbits induced by injection of GnRH. In this study, nine local female rabbits, aged 1-2 years with a body weight of 1.8-2.2 kg, were divided into three treatment groups (n=3), namely, K1 (negative control): injected with 0.1 ml of physiological NaCl without mating, K2 (positive control): injected with 100 IU PMSG and then mated with male rabbits after three days of injection and followed by injection of 75 IU Hcg; K3 injection 5g of GnRH intravena route. On the day-8 after treatment, all rabbits were slaughtered and the reproductive tract was collected for morphological and morphometric observation of the oviduct, uterine horn, uterine cervix, and vagina, and then processed histotechnically and stained with hematoxylin and eosin for histological and histomorphometric observation. The length of oviduct, uterine horn and vagina showed significant different (P0.05) between K1 and K2 with K3. The thickness of the lamina muscularis of ampulla, lamina propia of isthmus, lamina muscularis of isthmus, tunica serous of isthmus showed significant different (P0.05) between K1 and K2 with K3.The thickness of the endometrium of uterine horn was significant different (P0.05) between K2 and K3, but not significantly different (P0.05) with K1. The thickness of tunica serous of servical uterine K1 and K2 was significant different (P0.05) with K3. Vaginal histomorphometry of rabbits was not significantly different (P0.05). It can be concluded that the induction of GnRH did not changes the morphology and histology of the reproductive tract in the local rabbits on the day-8 after treatment.
Kualitas Semen Beku Sapi Limousin setelah Thawing Menggunakan Air Dingin dengan Lama Waktu yang Berbeda Aulia Puspita Anugra Yekti; Rheta Eva Ramadhani Setiawan; Achadiah Rachmawati; Trinil Susilawati
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.23331

Abstract

ABSTRACT. Keberhasilan inseminasi buatan dipengaruhi oleh kualitas semen atau motilitas spermatozoa post thawing. Inseminator menggunakan air dingin (28oC) untuk thawing semen beku sedangkan SNI menyarankan thawing semen beku dengan air hangat (37oC) selama 30 detik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama dan suhu thawing pada semen beku sapi Limousin terhadap kualitas semen serta mengetahui perlakuan terbaik dari penelitian ini. Materi yang digunakan adalah 50 straw semen beku sapi Limousin yang diproduksi oleh BBIB Singosari. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan 5 perlakuan dan 10 ulangan. Variabel yang diamati adalah Motilitas Individu spermatozoa, Viabilitas spermatozoa, Abnormalitas spermatozoa, Konsentrasi dan Total Motilitas Spermatozoa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam Analysis of Variance (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) kemudian diuji dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) jika terdapat perbedaan nyata. Selanjutnya diuji Chi square untuk variabel motilitas individu, konsentrasi dan total spermatozoa dan dibandingkan dengan SNI untuk semen beku. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa thawing pada suhu 28C dengan lama waktu 60 detik berpengaruh sangat nyata (P0,01) terhadap viabilitas dan berpengaruh nyata (P0,05) pada motilitas individu dan total spermatozoa motil. Sedangkan, konsentrasi dan abnormalitas spermatozoa memberikan hasil tidak berpengaruh nyata (P0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah thawing dengan air dingin (suhu 28C) selama 60 detik memberikan kualitas semen terbaik setelah thawing.(Quality of Post Thawing Frozen Semen on Limousin Bull Using Cold Water with Different Durations)ABSTRAK. The quality of post-thawing semen influences the success factor of artificial insemination (AI). Inseminators usually used tap water (28C) to thaw the frozen semen, while Indonesian National Standard used warm water (37C) for 30 seconds. This study aims to determine the effect of thawing duration on the frozen semen quality of Limousin Bull and also to know the best treatment between the five treatments of this experiment. The material used in this study was 50 straws of frozen semen produced by Artificial Insemination Center Singosari. The method was an experiment method with five treatments and ten replications. the variables observed were individual motility, sperm viability, sperm abnormality, concentration, and total motile of sperm. The data obtained were analyzed statistically using Analysis of Variance (ANOVA) of Randomized Block Design (RBD) and then using Duncan Multiple Range Test if there is a difference. Then using Chi-Square Test for individual motility, concentration, and total motile of sperm and compared with the Indonesian National Standard of frozen semen. The results show that a temperature of 28C with a duration of 60 seconds is highly significant (P0,01) to viability and significant (P0,05) to individual motility and total motile of sperm. While, the concentration and abnormality of sperm give no significant effect (P0,05). In conclusion, the temperature and duration of thawing at 28C for 60 seconds show the best quality of post-thawing semen.
Tingkat Produksi dan Keragaman Vegetasi Hijauan Pakan di Padang Penggembalaan Berdasarkan Sistem Penanaman Berbeda Iwan Prihantoro; Panca DMH Karti; Asep Tata Permana; Edit Lesa Aditia; Sherly Dwi Putri
Jurnal Agripet Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v23i1.28096

Abstract

ABSTRACT. Padang penggembalaan yang berkualitas baik akan menghasilkan produktivitas ternak yang optimal. Sistem penanaman hijauan pakan secara monokultur dan polikultur berperanan penting dalam menciptakan padang penggembalaan yang berkualitas baik. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur tingkat produksi dan keragaman vegetasi hijauan pakan di padang penggembalaan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mengatas berdasarkan sistem penanaman berbeda. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan berdasarkan perbedaan sistem penanaman (monokultur dan polikultur) dan 4 ulangan. Data penelitian dianalisis menggunakan T-test paired sample berdasarkan perbedaan sistem penanaman. Peubah yang diamati adalah karakteristik warna dan pH tanah, tingkat keragaman vegetasi, dan tingkat produksi tanaman pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan sistem penanaman monokultur dan polikultur menghasilkan hasil yang sama baik dan tidak berbeda nyata (P0,05) terhadap pH tanah, produksi biomassa tanaman dan kapasitas tampung. Visualisasi warna tanah adalah cenderung gelap dan pedok didominasi tanaman pakan sesuai desain penanaman, yakni Brachiaria decumbens pada sistem monokultur, Brachiaria decumbens, Panicum maximum, dan Cynodon plectostachyus untuk sistem penanaman polikultur. Kesimpulan dari penelitian bahwa tingkat produksi hijauan dan kapasitas tampung padang penggembalaan tidak berbeda nyata (P0,05) antara perlakuan monokultur dan polikultur, tetapi cenderung lebih tinggi pada perlakuan sistem penanaman polikultur, yakni 4,86 0,88 ST/ha/th dan 5,26 2,42 ST/ha/th. Keragaman vegetasi dari rumput yang dikembangkan berdasarkan indeks nilai penting (INP) adalah tinggi dan dominan Brachiaria decumbens pada sistem monokultur. Begitu juga INP yang tinggi dan dominan dari tanaman Brachiaria decumbens, Panicum maximum, dan Cynodon plectostachyus untuk sistem penanaman polikultur.(Production rate and diversity of forage vegetation at pasture base on planting system)ABSTRAK. Good quality pasture will produce optimum livestock productivity. Forage planting system both monoculture and polyculture have important role to provide good quality pasture. The objective of the research was to evaluate production rate and forage diversity at Center of Animal Breeding and Forage (BPTUHPT) Padang Mengatas based on different planting system. A completely randomized design with 2 treatments based on planting system (monoculture and polyculture) and 4 replication were applied for the research. Data was analyzed by T-test paired sample based on planting system. Parameters observed were color characteristics and soil pH, vegetation diversity rate, and forage productivity. Research shows that planting system by monoculture and polyculture provide similar result (P0,05) for soil pH, biomass production and carrying capacity. Soil color visualization tend to be darker and paddock was dominated by Brachiaria decumbens for monoculture system, meanwhile Brachiaria decumbens, Panicum maximum, dan Cynodon plectostachyus were dominant for polyculture system. Production rate and carrying capacity of pasture were not significantly different (P0,05) for both monoculture and polyculture system, but tend to be higher on polyculture system. The average production rate were 4,860,88 AU/ha/yr for monoculture system and 5,262,42 AU/ha/yr for polyculture system. Diversity of forage vegetation according to the Importance Value Index (IVI) was high and dominance for Brachiaria decumbens at monoculture system. In addition, it was similar result for Brachiaria decumbens, Panicum maximum, dan Cynodon plectostachyus with polyculture system.

Page 1 of 2 | Total Record : 15


Filter by Year

2023 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 2 (2025): Volume 25, No. 2 October 2025 Vol 25, No 1 (2025): Volume 25, No. 1, April 2025 Vol 24, No 2 (2024): Volume 24, No. 2, October 2024 Vol 24, No 1 (2024): Volume 24, No. 1, April 2024 Vol 23, No 2 (2023): Volume 23, No. 2, Oktober 2023 Vol 23, No 1 (2023): Volume 23, No. 1, April 2023 Vol 22, No 2 (2022): Volume 22, No. 2, Oktober 2022 Vol 22, No 1 (2022): Volume 22, No. 1, April 2022 Vol 21, No 2 (2021): Volume 21, No. 2, Oktober 2021 Vol 21, No 1 (2021): Volume 21, No. 1, April 2021 Vol 20, No 2 (2020): Volume 20, No. 2, Oktober 2020 Vol 20, No 1 (2020): Volume 20, No. 1, April 2020 Vol 19, No 2 (2019): Volume 19, No. 2, Oktober 2019 Vol 19, No 1 (2019): Volume 19, No. 1, April 2019 Vol 18, No 2 (2018): Volume 18, No. 2, Oktober 2018 Vol 18, No 1 (2018): Volume 18, No. 1, April 2018 Vol 17, No 2 (2017): Volume 17, No. 2, Oktober 2017 Vol 17, No 1 (2017): Volume 17, No. 1, April 2017 Vol 16, No 1 (2016): Volume 16, N0. 1, April 2016 Vol 16, No 2 (2016): Volume 16, No. 2, Oktober 2016 Vol 15, No 1 (2015): Volume 15, N0. 1, April 2015 Vol 15, No 2 (2015): Volume 15, No. 2, Oktober 2015 Vol 14, No 2 (2014): Volume 14, No. 2, Oktober 2014 Vol 14, No 1 (2014): Volume 14, No. 1, April 2014 Vol 13, No 2 (2013): Volume 13, No. 2, Oktober 2013 Vol 13, No 1 (2013): Volume 13, No. 1, April 2013 Vol 12, No 2 (2012): Volume 12, No. 2, Oktober 2012 Vol 12, No 1 (2012): Volume 12, No. 1, April 2012 Vol 11, No 2 (2011): Volume 11, No. 2, Oktober 2011 Vol 11, No 1 (2011): Volume 11, No. 1, April 2011 Vol 10, No 2 (2010): Volume 10, No. 2, Oktober 2010 Vol 10, No 1 (2010): Volume 10, No. 1, April 2010 Vol 9, No 2 (2009): Volume 9, No. 2, Oktober 2009 Vol 9, No 1 (2009): Volume 9, No. 1, April 2009 Vol 8, No 2 (2008): Volume 8, No. 2, Oktober 2008 Vol 8, No 1 (2008): Volume 8, No. 1, April 2008 Vol 7, No 2 (2007): Volume 7, No. 2, Oktober 2007 Vol 7, No 1 (2007): Volume 7, No. 1, April 2007 Vol 3, No 1 (2002): Volume 3, No. 1, April 2002 Vol 2, No 2 (2001): Volume 2, No. 2, Oktober 2001 Vol 2, No 1 (2001): Volume 2, No. 1, April 2001 Vol 1, No 1 (2000): Volume 1, No. 1, April 2000 More Issue