Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Al Qadim. Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir adalah wadah intelektual yang didedikasikan untuk memahami, menganalisis, dan menggali kekayaan pemahaman tafsir dan ilmu terkait dalam tradisi Islam. Jurnal ini membuka pintu bagi para akademisi, peneliti, dan praktisi untuk berbagi kontribusi dan wawasan mereka dalam merespons berbagai isu terkini yang terkait dengan tafsir Al Quran dan ilmu yang terkait.
Articles
22 Documents
Konsep Kejujuran dan Keadilan dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik)
Ilma;
Ilma Aurelly;
Nur Kholillah;
Ana Rahmawati
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 1 No 2 (2024): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Kajian ini fokus pada penafsiran konsep kejujuran dan keadilan dalam Al-Qur’an yang menjadi elemen kunci dalam tafsir Islam. Dalam ayat Al-Qur’an, menyoroti pentingnya sifat jujur dan adil sebagai pondasi dalam hubungan antar manusia serta hubungan dengan Allah SWT. Kajian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan kita mengenai tafsir ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan tema “ jujur dan adil”. Dalam Q.S. an-Nisa’ (4): 105, menegaskan pentingnya mengadili perkara berdasarkan wahyu Allah SWT, yakni kejujuran dan keadilan harus dijadikan dasar dalam setiap mengambil Keputusan. Dalam Q.S. an-Nahl (16) 90, secara eksplisit menyebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan keadilan dan kebijakan (Ihsan). Dalam Q.S. al-Muthaffifin (83): 1-17, ayat ini mengkritik perilaku curang dalam kegiatan ekonomi, terutama dalam hal takaran dan timbangan. Dalam Q.S. al-An’am (6) : 152, memberikan arahan tentang tanggung jawab moral dalam menjaga Amanah terutama dalam mengelola harta anak yatim. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah tafsir tematik. Menurut kajian yang telah dilakukan mengenai konsep kejujuran dan keadilan dalam Al-Qur’an, khususnya dari empat ayat utama yang dibahas dapat disimpulkan bahwa islam menempatkan dua nilai utama dalam kehidupan Masyarakat. Keadilan adalah prinsip universal yang harus dijaga setiap orang, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Zikir dan Pengaruhnya terhadap Ketenangan Jiwa di Era Modern menurut Al-Qur’an
Rafikah Marhani Hsb;
Ali Akbar;
Ghina Adilah;
Izzi Munaya Putri
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 1 No 2 (2024): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
In the modern world filled with pressure, many individuals experience stress and anxiety that disrupt their inner peace. Dhikr, as a spiritual practice in Islam, offers a solution for achieving tranquility and true happiness. This research analyzes the influence of dhikr practices taught in the Qur'an on individuals' peace of mind and the spiritual dimensions of dhikr as a means to cope with stress. Through a library study, it was found that dhikr is not just verbal recitation but a deep spiritual experience that brings individuals closer to Allah SWT. Consistent practice of dhikr helps individuals attain inner peace and overcome emotional disturbances. There are three forms of dhikr—dhikr jali, dhikr khafi, and dhikr haqiqi—which reflect levels of depth in remembering Allah. Therefore, it is recommended that individuals integrate dhikr into their daily lives and that social institutions organize programs supporting dhikr practices. Further research is also needed to explore the effectiveness of dhikr in facing the challenges of modern life
Kualitas Penggunaan Sumber Hadis pada Penafsiran Ayat Ahkam: Telaah Validitas dalam Kitab Tafsir Ahkam Shiddiq Hasan Khan
Muhammad Luqman Hakim Al Qindi;
Fatika Viradinita Wardatul Azkiya;
Abd. Kholid
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 1 (2025): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Artikel ini mengkaji tentang kitab nail al maram min tafsir ayat al ahkam karya Shaddiq Hasan Khan yang termasuk sebagai salah satu kitab tafsir ahkam pada era kontemporer penafsiran al-Qur’an. Kitab ini hanya akan dianalisis dari segi penggunaan sumbernya, tidak dikaji metodologi atau sistematika penafsirannya secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis validitas penggunaan sumber hadis dalam ayat ahkam pada kitab nail al maram min tafsir ayat al ahkam. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa bagaimana jalan pemikiran Shiddiq Hasan Khan terhadap ayat-ayat ahkam. Objek studi ini meliputi tiga ayat ahkam yang terfokus pada hukum fikih ibadiyah, yakni ayat tentang makna salat wusta, ayat tentang makna istatha’a (mampu) dalam haji, dan ayat tentang syarat berwudhu. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi analisis teks. Peneliti akan menganalisis tiga ayat ahkam pada kitab nail al maram min tafsir ayat al ahkam, kemudian mencari dan menelaah apakah terdapat sebuah hadis dalam penafsiran tersebut dan dianggap benar oleh Shiddiq Hasan Khan. Setelah melakukan langkah tersebut, maka peneliti akan menemukan sebuah hasil yang kemungkinan besar dapat divalidasi kebenarannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Shiddiq Hasan Khan terbukti tidak bertaqlid pada satu madzhab fikih dan langsung merujuk pada hadis Nabi. Dengan kata lain, pemikiran Shiddiq Hasan Khan menyerupai pemikiran salafi.
Mengungkap Validitas Penafsiran Bi al-Ra’yi Tafsir al-Kasysyaf: Antara Retorika Bahasa dan Bias Teologi
Akhmad Baihaqi;
Akhmad;
Alif Akbar Hidayatullah
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 1 (2025): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tulisan ini membahas sosok al-Zamakhsyari, seorang mufasir kenamaan dari kalangan Mu’tazilah, yang terkenal dengan karya tafsirnya yang monumental, al-Kasysyaf. Karya ini dikenal luas karena pendekatan kebahasaan dan retorikanya yang mendalam, serta penekanan pada aspek Balaghah dalam Al-Qur'an. Tujuan penulisan ini adalah untuk memvalidasi penafsiran Bi al-Ra’yi dalam tafsir al-Kasysyaf. metode yang digunakan al-Zamakhsyari dalam penafsirannya, serta pengaruh pemikiran teologis Mu’tazilah terhadap hasil tafsirnya. Dengan pendekatan kualitatif dan studi pustaka, makalah ini menemukan bahwa meskipun al-Kasysyaf sangat dihargai dari sisi bahasa dan sastra, pembaca perlu berhati-hati terhadap bias teologis yang terkandung di dalamnya. Makalah ini diakhiri dengan refleksi atas kontribusi dan kontroversi tafsir al-Kasysyaf dalam tradisi keilmuan Islam.
KRETERIA KHUSUS YANG HARUS DIPENUHI GHARIM DALAM AL-QURAN SURAT AT-TAUBAH AYAT 60 STUDI TAFSIR IBNU KATSIR
Andriantoro;
Haslinda;
Chalid Sitorus;
adrianto
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 1 (2025): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Abstract This study aims to describe Increasing how to specific criteria that must be met Gharim on Al-Qur’an at-taubah at 60 in tafsir of Ibnu Katsir the data collection technique is using library research or library study research with data collection techniques carried out by examining literature, document, and other sources of information related to the Topik of researchers. The result of this study the first, Ibnu Katsir interpret gharim on al-quran at-Taubah at 60 such as individuals in debt due to economic hardship and unable to meet his life's needs Unable to Pay lawful debt For Basic Needs Also, things that are prohibited include: Illegal Debts from Immoral Acts Riba Gambling, online gambling debt ibnu katsir emphasizes the importance of safeguarding Permissibility of Debt The second, specific criteria that must be met gharim include; The debt is due and must be paid off immediately Debt is not due to non-urgent consumption Debt due to basic needs or for public interest the third, giving zakat to gharim those that do not meet the criteria may lead to abuse and ineffective in helping those who truly need it. where a person is not allowed to have savings or assets that can be used to pay off debts
Menjaga Amanah Dalam Al-Qur’an; Solusi Atas Kasus Korupsi
Said Fadil Daulay;
Ahmad Abdul Aziz Efendi;
Hasnan Rivaldi Silaban;
Muhammad Nizar Batubara;
Zidan Ananda Armi
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 1 (2025): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi umat manusia. Diantara petunjuk Al-Qur'an itu bermacam-macam, salah satunya adalah ajakan untuk berperilaku dengan akhlak yang mulia, seperti: jujur, adil, lemah lembut, amanah. Korupsi merupakan salah satu tantangan terberat bagi pembangunan di sebuah negara. Penelitian ini bertujuan mempelajari tentang konsep amanah dalam Al-Qur'an. Tentang berbagai bentuk kata amanah serta menjadi solusi dalam korupsi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Pendekatan yang digunakan adalah tafsir kontekstual dengan Langkah analisis berupa pengenalan makna teks, makna historis, dan makna kontemporer. Ayat yang dikaji dalam penelitian ini adalah QS. Al-Mu'minun: 8 dan An-Nisa: 58 yang tekanannya beberapa poin penting menjelaskan tentang amanah.
Formalisasi Syariat Islam: Analisis Tafsir Tematik Al-Qur'an dan Tantangan Sosial di Indonesia
Haidi Asy Syafii, Muhammad Thirafi;
Nur Mochtar, Rahardian Ahmad;
Failusufa, Nida Azkia;
Abu Bakar
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 1 (2025): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Artikel ini akan membahas mengenai formalisasi syariat yang merupakan isu yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Formalisasi syariat adalah proses mentransfer hukum syariat Islam menjadi hukum dalam negara. Yang mana negara menggunakan dasar hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini mengungkap formalisasi syariat yang menjadi wacana dari sebagian golongan masyarakat. Kemudian, penulis menjelaskan formalisasi syariat yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. Pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif dengan metode deskriptif-analisis. Penulis menggunakan library research dalam menggali data, yakni data-data yang diambil dari buku-buku, jurnal, artikel dan literatur yang berkaitan dengan pembahasan. Penulis menemukan hasil bahwasanya formalisasi syariat sendiri tidak bisa jika dilakukan secara menyeluruh. Dalam artian, menggunakan prinsip Islam dalam mengatur negara dan kehidupan sehari-hari. Disebabkan, Indonesia tidak menggunakan sistem khilafah, melainkan negara berkedaulatan. Walaupun demikian, formalisasi tetap dilakukan untuk beberapa hukum di Indonesia.
Konsep Keluarga Harmonis Dalam Al-Qur’an Studi Tafsir Maqashidi QS. Al-Isra:23-24
Fadli Salim;
Said Fadil Daulay;
Virman Muhammad
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 1 (2025): Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Keluarga merupakan kelompok sosial utama dalam islam dalam keluarga yang harmonis dapat menciptakan sebuah ikatan keluarga yang kuat, tentunya untuk menggapai itu semua al-Qur’an memberikan petunjuk agar sebuah keluarga tadi menjadi ideal dalam islam. Salah satunya dalam surat Al-Isra ayat 23 berisikan perintah agar berbakti kepada orang tua serta larangan tidak berkata uff, larangan supaya jangan membentak kedua orang tua. Untuk menganalisa ayat tersebut penelitian ini menggali dengan menggunakan pendekatan tafsir maqashidi yang dirumuskan oleh Prof Abdul Mustaqim dengan ushul khamsah yaitu hifz din, hifz mal,hifz nasl, hifz nafs,hifz aql. Metode penelitian ini kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan library research untuk menggali ushul khamsah dengan merujuk artikel, buku yang relevan dengan tema yang dibahas.
Birrul Walidain dalam Lensa Al-Qur'an: Tafsir Tematik Ayat-Ayat Berbakti kepada Orang Tua
Helmi Adam Zulfa;
Agus Imam Kharomen
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 2 (2025): Al-Qadim: Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini mengkaji konsep Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua) secara mendalam melalui pendekatan tafsir tematik terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Tujuan utama penelitian ini adalah mengungkap berbagai dimensi, urgensi, dan implikasi perintah berbakti kepada orang tua sebagaimana dipresentasikan dalam Kitab Suci. Dengan menganalisis ayat-ayat terkait secara komprehensif, studi ini menyoroti bagaimana Al-Qur'an menempatkan Birrul Walidain sebagai salah satu amal ibadah paling mulia yang seringkali disandingkan dengan tauhid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qur'an tidak hanya memerintahkan berbakti, tetapi juga merinci bentuk-bentuk bakti, etika berinteraksi, serta konsekuensi duniawi dan ukhrawi bagi yang melaksanakannya maupun yang durhaka. Pemahaman ini krusial untuk membangun karakter Muslim yang saleh dan memperkuat struktur sosial yang harmonis.
The Controversy of Non-Muslim Leadership in Indonesia: A Comparison of Sahiron Syamsuddin's Hermeneutic Approach and Adian Husaini's Textual Interpretation
Muhammad Rizki
Al-Qadim - Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir Vol 2 No 2 (2025): Al-Qadim: Jurnal Tafsir dan Ilmu Tafsir
Publisher : ejournal.nurulqadim.ac.id
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
This article aims to examine the views of Sahiron Syamsuddin and Adian Husaini on non-Muslim leadership in the Indonesian context. The method used in this study is a qualitative approach with a descriptive-analytical and comparative model. Both figures were chosen because they are both influential Indonesian Muslim scholars in the discourse of Qur'anic interpretation. This study uses a comparative approach, highlighting Sahiron Syamsuddin's hermeneutic approach—particularly through the theory of ma'na cum maghza—and Adian Husaini's textual-normative approach. The results of the study show significant differences between the two. Sahiron interprets QS. Al-Mā'idah [5]: 51 contextually by considering maqāṣid al-sharī‘ah and social reality, thus concluding that non-Muslims can become leaders as long as they fulfill the requirements of integrity, justice, and trustworthiness. In contrast, Adian interprets the verse textually and refers to the opinion of Buya Hamka, who expressly prohibits non-Muslim leadership over Muslims. These differences in views reflect the epistemological and ideological background of each figure in interpreting the sacred text.