cover
Contact Name
Siti Tatmainul Qulub
Contact Email
tatmainulqulub@uinsa.ac.id
Phone
+6285290373455
Journal Mail Official
prodifalak@gmail.com
Editorial Address
Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Ampel, Jl. Jend. A. Yani No. 117 Surabaya 60237. Telp. (031) 8417198. E-mail: prodifalak@gmail.com
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy
ISSN : 27758206     EISSN : 27747719     DOI : https://doi.org/10.15642/azimuth.2020.1.1
Azimuth Journal of Islamic Astronomy merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya. Jurnal ini terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. Jurnal ini memuat artikel tentang ilmu falak dan ilmu-ilmu terkait.
Articles 52 Documents
Fenomena Gerhana Bulan Total 8 November 2022 Di Masjid Jami’ Manyar, Gresik, Jawa Timur Tabrani, Ahmad Yusam; Fatmawati, Azizah; Faizzah, Iffa Nur; Hilmi, Muhammad Hafizh; Sholehuddin, Muhammad
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 4 No. 2 (2023): Juli
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v4i2.2222

Abstract

Abstrak: Fenomena gerhana merupakan fenomena alam yang jarang atau langkah, fenomena ini juga termasuk salah satu tanda dari kekuasaan Allah SWT. Adapun penentuan saat terjadinya gerhana merupakan salah satu hisab yang memiliki algoritma yang cukup rumit. Dalam hal ini ilmu falak memiliki peranan yang dapat membantu memahami hisab gerhana yakni dalam kitab Ad-Durrul Aniq sehingga dapat menjadi lebih mudah. Artikel ini membahas pengamatan gerhana bulan total yang terjadi pada 8 November 2022 di Masjid Jami’ Manyar, Gresik, Jawa Timur. Selain observasi langsung, kegiatan ini juga melibatkan perhitungan hisab menggunakan kitab Ad-Durrul Aniq. Dalam Islam, gerhana merupakan momentum untuk meningkatkan ketakwaan melalui pelaksanaan salat gerhana dan doa. Secara astronomi, gerhana bulan terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan dalam satu garis lurus, sehingga bayangan Bumi menutupi Bulan. Observasi lapangan menemukan adanya perbedaan waktu antara hasil hisab dan pengamatan langsung, yang disebabkan faktor cuaca, posisi geografis, dan keterbatasan alat bantu. Kegiatan ini memperkaya pemahaman peserta tentang hisab dan rukyat gerhana serta pentingnya keterpaduan antara teori dan praktik dalam studi astronomi Islam. Kata kunci : Gerhana Bulan, Hisab, Kitab Ad-Durrul Aniq, Masjid Jami’. Abstract: The eclipse phenomenon is a rare natural phenomenon or step; this phenomenon is also one of the signs of the power of Allah SWT. The determination of when an eclipse occurs is one of the hisabs that has a fairly complicated algorithm. In this case, astronomy has a role that can help understand the hisab of the eclipse, namely in the book Ad-Durrul Aniq, so that it can be easier. This article discusses the observation of a total lunar eclipse that occurred on November 8, 2022, at the Jami' Manyar Mosque, Gresik, East Java. In addition to direct observation, this activity also involves the calculation of hisab using the book of Ad-Durrul Aniq. In Islam, the eclipse is a moment to increase piety through the implementation of eclipse prayers and other prayers. Astronomically, a lunar eclipse occurs when the Earth is between the Sun and the Moon in a straight line, so that the Earth's shadow covers the Moon. Field observations found that there was a time difference between the results of hisab and direct observation, due to weather factors, geographical position, and limitations of auxiliary equipment. This activity enriches participants' understanding of hisab and eclipse rukyat as well as the importance of integration between theory and practice in the study of Islamic astronomy. Keywords: Lunar Eclipse, Hisab, Book of Ad-Durrul Aniq, Jami' Mosque.  
Dampak Tingginya Intensitas Cahaya pada Observasi Fajar Shadiq di Masjid Jami’ Manyar Gresik Firmansyah, Adam; Jannah, Ida Kholul; Firjatullah, Imawan; Oktavia, Putri Aulia; Ardini, Shirly; Qulub, Siti Tatmainul
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 4 No. 2 (2023): Juli
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v4i2.2223

Abstract

Abstrak: Penentuan awal waktu Subuh dalam Islam berkaitan erat dengan kemunculan fajar shadiq. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak tingginya intensitas cahaya terhadap visibilitas fajar shadiq di kawasan Masjid Jami’ Manyar Gresik. Metode yang digunakan adalah observasi langsung menggunakan kamera DSLR dengan teknik time-lapse dan pengukuran kecerahan langit menggunakan Sky Quality Meter (SQM). Data dikumpulkan dalam rentang waktu sebelum hingga sesudah prediksi terbitnya fajar shadiq dengan interval pengamatan 60–120 detik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa intensitas polusi cahaya buatan di kawasan industri sangat mempengaruhi keterlambatan dan bias pengamatan fajar shadiq secara visual. Kemunculan fajar shadiq sulit terdeteksi dengan mata telanjang, mengakibatkan ketidakakuratan dalam menentukan waktu Subuh. Faktor atmosferis seperti ketebalan udara, kelembaban, serta sumber cahaya lokal turut memperparah gangguan pengamatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa lokasi dengan polusi cahaya rendah lebih ideal untuk observasi fajar shadiq. Penetapan awal Subuh berdasarkan observasi di kawasan bercahaya tinggi harus mempertimbangkan mitigasi polusi cahaya agar memperoleh hasil yang lebih akurat. Studi ini diharapkan menjadi rujukan untuk pengembangan standar observasi fajar shadiq di Indonesia.Kata Kunci: fajar shadiq, polusi cahaya, observasi astronomi, waktu Subuh. Abstract: The early determination of the time of Fajr in Islam is closely related to the appearance of the dawn of shadiq. This study aims to analyze the impact of high light intensity on the visibility of dawn shadiq in the area of the Jami' Manyar Gresik Mosque. The method used is direct observation using a DSLR camera with a time-lapse technique and measuring sky brightness using a Sky Quality Meter (SQM). Data were collected in the time range before and after the prediction of the dawn of shadiq with an observation interval of 60–120 seconds. The results of the observations showed that the intensity of artificial light pollution in industrial areas greatly affected the delay and visual bias of dawn shadiq observation. The appearance of dawn shadiq is difficult to detect with the naked eye, resulting in inaccuracies in determining the time of Fajr. Atmospheric factors such as air thickness, humidity, and local light sources also aggravate observation interference. This study concluded that locations with low light pollution are more ideal for dawn shadiq observations. The early determination of Fajr based on observations in high-light areas should consider light pollution mitigation in order to obtain more accurate results. This study is expected to be a reference for the development of dawn shadiq observation standards in Indonesia.Keywords: Dawn Shadiq, light pollution, astronomical observations, dawn time.  
Studi Analisis Penentuan Arah Kiblat Di Masjid Jami’ Manyar Gresik Musaffa, Akhmad Fikril; Cahyono, Slamet Nur; Insani, Eliyah Mulyasa; Adji, Gilang Bagas Putra; Syaifuddin, Muhammad; Damanhuri, Adi
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 2 No. 1 (2021): Januari
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v2i1.2224

Abstract

Kiblat merupakan tempat titik berpusat umat islam diseluruh dunia sebagai tempat beribadah kepada allah. Bengunan tersebut merupakan bagunan suci yang letaknya dikota makkah. Dalam penentan arah kiblat terdapat dua macam yaitu: (1) memanfaatkan baying-bayang kiblat, dan (2) memanfaatkan utara sejati. Sedangkan apabila penentuan kiblat menggunakan bayang-banyang diantaranya, (3) menghitung arah kiblat suatu tempat, (b) menghitung saat kapan matahari membuat bayang-bayang setiap benda tegak mengarah persis ke ka’bah, (c) mengamati bayang-bayang benda terhadap benda tegak, (d) menfoto atau mendataan bayang-bayang tersebut. dalam penelitian ini penulis meneliti arah kiblat masjid jami’ manyar.
Analisis Orthodrom Dan Loxodrom Dalam Penentuan Arah Kiblat di Tokyo Jepang Husna, Amirah Himayah; Hamdani, Aristiono; Nikmah, Ckamilatun; Ardiansyah, Givari; Saifullah, Mohammad Sultan Yusuf; Damanhuri, Adi
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 2 No. 2 (2021): Juli
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v2i2.2225

Abstract

Ilmu falak berperan penting dalam kehidupan umat muslim, khususnya dalam hal peribadatan. Banyak sekali jenis peribadatan yang berkaitan dengan ilmu falak, seperti penentuan awal waktu shalat, penentuan awal bulan qamariyah, dan penentuan arah kiblat. Dalam ibadah shalat, selain penentuan awal waktu shalat, terdapat hal lain yang krusial yakni penentuan arah kiblat. Hal ini dikarenakan menurut jumhur ulama, menghadap kiblat termasuk dalam syarat sahnya shalat. Banyak pendapat mengenai arah kiblat dalam shalat, ada yang menyebutkan menghadap persis ke ka’bah dan menghadap ke arah ka’bah. Pendapat mengenai kiblat sekedar menghadap ke arah ka’bah banyak digunakan oleh negara-negara yang berada jauh dari ka’bah, hal ini dikarenakan sepanjang mata memandang tidak akan bisa melihat ka’bah. Maka dari itu, digunakanlah alat-alat pengukur arah kiblat untuk mengetahuinya. Terlebih lagi pada masa sekarang yang sudah maju, teknologi untuk mencari arah kiblat pun jadi semakin canggih. Dengan begitu, dimanapun tempat kita berada di seluruh penjuru dunia ini, kita dapat mengetahui arah kiblat menggunakan alat-alat yang sudah ada. Termasuk mengetahui arah kiblat di Tokyo jepang dengan menggunakan arah orthodrom dan loxodrom yang akan dibahas di dalam artikel ini. Kata kunci: ilmu falak, arah kiblat, orthodrom, loxodrom.   Abstract:    Falak science plays an important role in the life of Muslims, especially in terms of worship. There are many types of worship related to phallic science, such as determining the beginning of prayer time, determining the beginning of the qamariyah month, and determining the direction of qibla. In prayer services, in addition to determining the beginning of the prayer time, there is another crucial thing, namely, determining the direction of the Qibla. This is because, according to jumhur ulama, facing the Qibla is included in the legal conditions of prayer. There are many opinions regarding the direction of the Qibla in prayer; some mention facing exactly towards the kaaba, and others mention facing towards the kaaba. The opinion that the qibla is just facing towards the kaaba is widely used by countries that are far from the kaaba; this is because, as long as the eye can see, it will not be able to see the kaaba. Therefore, qibla direction measuring devices are used to find out. Moreover, in today's advanced days, technology to find the direction of the Qibla has become more sophisticated. That way, wherever we are in all corners of the world, we can know the direction of the Qibla using existing tools. This will include knowing the direction of the Qibla in Tokyo, Japan, by using the orthodrom and loxodrom directions, which will be discussed in this article. Keywords: falak science, qibla direction, orthodrom, loxodrom.  
Fajar Shadiq Sebagai Penanda Awal Waktu Shalat Shubuh Reza, Akhmad Lucky; Farah, Labibah Amil; Nafi’ah, Muazarotun; Musyarrofa, Musyarrofa; Indayati, Wiwik; Solikin, Agus
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 4 No. 2 (2023): Juli
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v4i2.2226

Abstract

Abstrak: Artikel ini membahas peran fajar shadiq sebagai penanda awal waktu salat Subuh dalam perspektif syariat dan astronomi. Berdasarkan hadis-hadis Nabi dan penjelasan ulama, fajar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fajar kadzib dan fajar shadiq. Awal waktu salat Subuh ditandai dengan munculnya fajar shadiq, yang berciri cahaya horizontal di ufuk timur, berbeda dengan fajar kadzib yang bercahaya vertikal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan observasi lapangan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan fajar shadiq, seperti polusi cahaya, ketebalan atmosfer, dan kondisi cuaca. Hasil observasi di Masjid Jami’ Manyar Gresik menunjukkan bahwa tingginya tingkat polusi cahaya dan kondisi cuaca mendung menghambat visibilitas fajar shadiq, sehingga mempersulit penentuan awal waktu Subuh berdasarkan pengamatan visual. Artikel ini menegaskan pentingnya memahami karakteristik fajar dan dampak lingkungan terhadap akurasi penentuan waktu ibadah, serta perlunya pendekatan astronomi untuk mendukung ketepatan dalam praktik keagamaan. Studi ini juga memperkaya literatur tentang integrasi antara ilmu falak dan fiqh dalam menentukan waktu-waktu ibadah.Kata Kunci: Fajar Shadiq, Waktu Subuh, Polusi Cahaya, Ilmu Falak, Astronomi Islam.Abstract: This article discusses the role of fajr shadiq as the marker for the beginning of the Subuh prayer time from both Islamic law and astronomical perspectives. Based on the hadiths of the Prophet and scholarly interpretations, dawn is categorized into two types: fajr kadzib and fajr shadiq. The start of Subuh prayer is marked by the appearance of fajr shadiq, characterized by a horizontal light spreading across the eastern horizon, in contrast to the vertical light of fajr kadzib. This qualitative study employs literature review and field observation to identify factors influencing the visibility of fajr shadiq, such as light pollution, atmospheric thickness, and weather conditions. Observations conducted at Masjid Jami’ Manyar Gresik revealed that high levels of light pollution and cloudy weather significantly hindered the visibility of fajr shadiq, complicating the visual determination of Subuh prayer time. The article highlights the importance of understanding the characteristics of dawn and the environmental impacts on the accuracy of religious practices, emphasizing the need for astronomical approaches to support precise worship timings. This study also contributes to the broader literature on the integration of astronomy and Islamic jurisprudence in determining prayer times.Keywords: Fajr Shadiq, Subuh Time, Light Pollution, Islamic Astronomy, Falak Science.
Konsep dan Aplikasi Rumus Sudut Bantu Segitiga Bola dalam Penentuan Arah Kiblat Solikin, Agus; Damanhuri, Adi
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 5 No. 1 (2024): Januari
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v5i1.2228

Abstract

Abstrak: Penelitian ini membahas aplikasi rumus sudut bantu dalam segitiga bola untuk menghitung arah kiblat umat Islam. Segitiga Bola adalah segitiga yang memiliki tiga sisi dan tiga sudut, dengan setiap sisi merupakan lingkaran besar dalam bola dan setiap sudut yang ada dalam segitiga bola terbentuk dari perpotongan dua buah lingkaran besar. Selaras dengan hal itu, dalam segitiga bola dikenal pula dengan aturan cosinus dan sinus seperti segitiga bangun datar. Berangkat dari segitiga bola dan aturan cosinus serta sinus maka dapat dibuat sebuah sudut bantu yang dapat berfungsi untuk menentukan sudut atau sisi dari segitiga bola yang belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu tentang aplikasi rumus sudut bantu dalam perhitungan arah kiblat, dengan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan grounded theory, data dikumpulkan melalui studi Pustaka. Data dikumpulkan dengan cara penelaahan dokumen-dokumen tersebut, selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan cara deskriptif analitis induktif yang menggunakan pendekatan grounded theory. Sedangkan untuk mengetahui hasil perhitungan arah kiblat digunakan kalkulator casio fx-350MS. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa rumus sudut bantu segitiga bola memiliki akar rumus perhitungan dari aturan cosinus dan sinus dalam segitiga bola, dan jika diaplikasikan dalam perhitungan arah salat umat Islam maka akan memiliki bentuk rumus yang lain. Hasil menunjukkan bahwa rumus sudut bantu yang diturunkan dari aturan kosinus dan sinus segitiga bola dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat secara akurat dengan bantuan kalkulator ilmiah.Kata Kunci: Segitiga bola, Rumus Sudut Bantu, Perhitungan Arah Kiblat, Umat Islam. Abstract: This study discusses the application of the auxiliary angle formula in a spherical triangle to calculate the direction of the qibla of Muslims. A ball triangle is a triangle that has three sides and three corners, with each side being a large circle in a sphere and each corner in a spherical triangle formed from the intersection of two large circles. In line with that, in a spherical triangle it is also known as the cosine and sine rules like a flat building triangle. Departing from the spherical triangle and the rules of cosine and sine can be made an auxiliary angle that can function to determine the angle or side of an unknown spherical triangle. Based on this, the formulation of the problem in this paper is about the application of the auxiliary angle formula in the calculation of the direction of the qibla, with a qualitative descriptive method and a grounded theory approach, data is collected through a literature study. Data is collected by studying these documents, then the collected data is analyzed in an inductive analytical descriptive way using a grounded theory approach. Meanwhile, to find out the results of the calculation of the Qibla direction, a Casio FX-350MS calculator was used. Based on the research that has been carried out, it can be concluded that the formula for the auxiliary angle of the spherical triangle has the root of the calculation formula of the rules of cosine and sine in a spherical triangle, and if it is applied in the calculation of the direction of prayer of Muslims, it will have another form of formula. The results show that the auxiliary angle formula derived from the cosine and sine rules of the spherical triangle can be used to accurately determine the direction of the qibla with the help of scientific calculators.Keywords: Ball triangle, Auxiliary Angle Formula, Qibla Direction Calculation, Muslims.
Qibla Hilal Automation Direction: Inovasi Praktis Penunjuk Arah Kiblat dan Hilal Otomatis Wayuningsih, Yuniar; Pratama, Muhammad Farhan Putra; Wibisono, Amri Mashuri; Humam, M. Akbarul
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 4 No. 2 (2023): Juli
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v4i2.2229

Abstract

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum tersedianya instrumen otomatis multifungsi dalam praktik Ilmu Falak. Peneliti merancang instrumen inovatif bernama Qibla Hilal Automotion Direction, yang berfungsi otomatis untuk menentukan arah kiblat dan membantu rukyatul hilal dengan harga terjangkau. Penelitian ini menggunakan metode Research & Development (RnD) untuk menghasilkan instrumen berbasis Arduino, dengan input data dari modul GPS dan kompas yang dikoreksi deklinasi magnetik. Perhitungan arah kiblat menggunakan algoritma Ephemeris Hisab Rukyat KEMENAG, sedangkan posisi hilal dihitung berdasarkan Astronomical Algorithm karya Jean Meus. Instrumen ini dilengkapi laser merah untuk arah kiblat dan green beam laser untuk posisi hilal, sehingga dapat digunakan oleh masyarakat awam hingga ahli falak secara praktis dan akurat. Hasil uji coba menunjukkan bahwa instrumen ini mampu berfungsi dengan baik, menunjukkan akurasi tinggi dalam penentuan arah kiblat dan hilal. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan pelaksanaan ibadah umat Muslim, sekaligus mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di bidang Quality Education.Kata Kunci: Qibla Hilal Automotion Direction, Ilmu Falak, Inovasi Astronomi, Arah Kiblat, Rukyatul Hilal Abstract: This research is motivated by the unavailability of multifunctional automatic instruments in the practice of Astronomy. The researcher designed an innovative instrument called Qibla Hilal Automotion Direction, which functions automatically to determine the direction of the Qibla and help the Hilal Rukyatul at an affordable price. This study uses the Research & Development (RnD) method to produce an Arduino-based instrument, with data input from a GPS module and a compass corrected for magnetic declination. The calculation of the direction of the Qibla uses the Ephemeris Hisab Rukyat algorithm of the Ministry of Religion. At the same time, the position of the hilal is calculated based on the Astronomical Algorithm by Jean Meus. This instrument is equipped with a red laser for the direction of the qibla and a green laser beam for the position of the hilal, so that it can be used by ordinary people and astronomers practically and accurately. The test results showed that this instrument was able to function well, showing high accuracy in determining the direction of the Qibla and the Hilal. This innovation is expected to be a solution in education, community empowerment, and the implementation of Muslim worship, as well as supporting the achievement of sustainable development goals (SDGs) in the field of Quality Education.Keywords: Qibla Hilal Automotion Direction, Astronomy, Astronomical Innovation, Qibla Direction, Rukyatul Hilal.
Kalender Lokal Pranata Mangsa: Tinjuan Era Modern, Astronomis, dan Klimatologis Wibisono, Amri Mashuri
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 6 No. 1 (2025): Januari
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v6i1.2230

Abstract

Kalender lokal muncul dari respons dalam tradisi dan kearifan lokal dalam kegiatan dari msayarakat yang berada disuatu daerah. Dalam perspektif Islam, kalender lokal dan kalender Islam bisa saling bekerja sama dalam kebutuhan dan kehidupan sehari-hari, setiap suatu neagara memiliki kemampuan dalam hal ikatan antara lokal dan Islam ini. Kalender lokal pada zaman modern masih hidup keberadaan dengan bukti dari perilaku masyarakat yang memiliki pemikiran secara tradisional begitu juga dengan kalender-kalender yang mereka anut. Dengan adanya kalender mereka bisa memanfaatkan penentuan hari-hari yang baik bagi mereka melaksanakan segala aktifitas apapun dan musibah yang mereka harus waspada. Kalender Pranata Mangsa merupakan kalender yang berdasarkan campuran dari fenomena alam dan cocok dalam kegiatan pertanian.[1] Selama ribuan tahun manusia telah mengingat pola musim, perbedaan suasana cuaca, dan fenomena alam. Pada saat itu, nenek moyang mereka telah membuat kalender tahunan, namun tidak dengan sistem penanggalan seperti kalender Masehi maupun Hijriah.[2] Kalender yang berdasarkan dengan peristiwa-peristiwa alam, peran astronomis terhadap kalender Pranata Mangsa ini sangat signifikan, peran tersebut seperti membaca keadaan bintang-bintang yang berada di langit atau dalam Kamus Bausastra diartikan sebagai “Maujud ing langit ing wayah wengi katon pating kerlip” yang artinya, bintang-bintang yang muncul di malam hari terlihat kelap-kelip. Pengaruh bulan purnama juga sinkronisasi terhadap pasang surut air laut dan bermanfaat untuk para nelayan mengetahui situasi tersebut. Peran dari klimatologi terhadap kalender Pranata Mangsa sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan musim, dengan tujuan untuk memprediksi dan memahami perubahan musim yang akan di hadapi selanjutnya. Namun, kalender Pranata Mangsa cenderung kurang relatif dalam kehidupan masyarakat pada masa kini. Sebab dominan dari masyarakat telah menganggap kalender ini telah kuno dan usang dalam kegiatan bercocok tanam tersebut.
Penyatuan Kalender Islam Dunia Perspektif Fikih Dan Tantangan Implementasinya Sisilia, Dea Anugrah
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 5 No. 1 (2024): Januari
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v5i1.2231

Abstract

Abstrak :Kalender merupakan instrumen vital dalam kehidupan umat Islam, tidak hanya untuk kepentingan keagamaan tetapi juga sosial. Namun, ketidakterpaduan kriteria penentuan awal bulan Hijriyah menyebabkan perbedaan dalam pelaksanaan ibadah besar seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Artikel ini membahas landasan fikih serta berbagai model implementasi kalender Hijriyah global, termasuk Kalender Ummul Qura, Kalender Libya, hingga Kalender Global hasil Kongres Istanbul 2016. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka (library research) dengan pendekatan normatif-kualitatif. Data dikumpulkan melalui analisis literatur fikih klasik dan kontemporer, hasil-hasil kongres internasional, serta kajian astronomi Islam. Analisis dilakukan secara deskriptif-analitis untuk mengkaji argumentasi fikih dan astronomis dalam penyatuan kalender. Pendekatan fikih adaptif terhadap perkembangan astronomi menjadi kunci penting dalam penyusunan kalender unifikatif. Studi ini menunjukkan pentingnya kesepakatan ilmiah dan normatif dalam membangun Kalender Hijriyah Global sebagai upaya pemersatu umat Islam dunia.Kata kunci: Kalender Hijriyah Global, Hisab, Rukyat, Penyatuan Kalender, Fikih Islam Abstract : The calendar is a vital instrument in the lives of Muslims, not only for religious but also for social purposes. However, the disintegration of the criteria for determining the beginning of the Hijri month causes differences in the implementation of major worship such as Ramadan, Eid al-Fitr, and Eid al-Adha. This article discusses the foundations of fiqh and various models of implementation of the global Hijri calendar, including the Ummul Qura Calendar, the Libyan Calendar, and the Global Calendar resulting from the 2016 Istanbul Congress. This study uses a library research method with a normative-qualitative approach. Data were collected through the analysis of classical and contemporary jurisprudence literature, the results of international congresses, and the study of Islamic astronomy. The analysis was carried out in a descriptive-analytical manner to examine fiqh and astronomical arguments in the unification of the calendar. An adaptive fiqh approach to the development of astronomy is an important key in the preparation of a unifying calendar. This study shows the importance of scientific and normative agreement in building the Global Hijri Calendar as an effort to unite the world's Muslims.Keywords: Global Hijri Calendar, Hisab, Rukyat, Calendar Unification, Islamic Fiqh
Harmonisasi Metode Hisab dan Rukyat dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah: Analisis terhadap Rekomendasi Jakarta 2017 Wayuningsih, Yuniar; Qulub, Siti Tatmainul
Azimuth: Journal of Islamic Astronomy Vol. 2 No. 2 (2021): Juli
Publisher : Program Studi Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/azimuth.v2i2.2232

Abstract

Kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam ormas memunculkan berbagai pandangan mengenai penetapan awal bulan Kamariah. Pandangan tersebut disebabkan oleh perbedaan pemahaman dan penafsiran ayat serta hadis yang berkaitan dengan awal bulan Kamariah. Di Indonesia pernah terjadi sebuah kasus dimana ketika hilal berada di bawah kriteria terdapat seseorang yang bersaksi melihat hilal serta berani disumpah. Pada hakikatnya, hal ini bertentangan menurut pandangan astronomi serta hukum perdata yang ada di Indonesia. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara astronomis dan hukum acara peradilan agama, seorang yang bersaksi melihat hilal akan disahkan secara ilmu astronomi melalui data lapangan yang didapatkan serta oleh hukum acara peradilan agama dengan memenuhi syarat dan kriteria yang berlaku di Indonesia, kondisi cuaca yang yang memungkinkan untuk terlihatnya hilal, serta sesuai dengan Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor KMA/095/X/2006. Kata Kunci:         Kesaksian, rukyatul hilal, perukyat, hukum acara, pengadilan agama   Abstract:     The condition of the pluralistic Indonesian society and various mass organizations raises various views regarding the determination of the beginning of the lunar month. This view is caused by differences in understanding and interpretation of verses and hadiths relating to the beginning of the lunar month. In Indonesia, there was a case where, when the new moon was below the criteria, there was someone who testified to see the new moon and dared to take an oath. In essence, this is contrary to the view of astronomy and civil law in Indonesia. This research is included in the literature research with a qualitative approach. The results showed that astronomically and the procedural law of the religious courts, a person who testifies to seeing the new moon will be validated in astronomy through field data obtained as well as by the procedural law of the religious courts by fulfilling the requirements and criteria that apply in Indonesia, weather conditions that allow it to be seen. hilal, and in accordance with the Decree of the Supreme Court of the Republic of Indonesia Number KMA/095/X/2006. Keywords:  Testimony, rukyatul hilal, the seer, procedural law, religious courts.