cover
Contact Name
I Kadek Merta Wijaya
Contact Email
amritavijaya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalundagi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Published by Universitas Warmadewa
ISSN : 23380454     EISSN : 25812211     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Undagi: Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa. Undagi: Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa, received the manuscript with a focus on research results and literature reviews in the field of architecture with the scope of the study, namely: (1) Architectural Conservation: building conservation and cultural landscape; (2) Anthropology Architecture: vernacular architecture, dwelling architecture, traditional architecture; (3) Building Science: tectonic in traditional architecture and the system of a building; (4) Urban Planning: space and place in architecture.
Arjuna Subject : -
Articles 201 Documents
FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN ULAYAT AKIBAT REKLAMASI DI PULAU SERANGAN I Gede Surya Darmawan; Anak Agung Gede Raka Gunawarman
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.6.1.775.37-44

Abstract

ABSTRAK Fenomena reklamasi di Pulau Serangan telah merubah pola penggunaan lahan termasuk lahan ulayatnya seperti Lahan Pelaba Pura dan Lahan Druwe Desa. Berbagai jenis perubahan penggunaan lahan baik dari segi bentuk, ukuran, luasan, letak, dan jenis penggunaan lahan ulayatnya, tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seperti faktor fisik lahan, ekonomi, kelembagaan, dan faktor-faktor lainnya. Adapun metodologi yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode purposif sampling. Hasil penelitian didapatkan 6 kasus jenis perubahan penggunaan lahan ulayat yaitu kasus 1 (penyatuan Banjar Kubu dengan Banjar Dukuh), kasus 2 (perluasan areal Kuburan), kasus 3 (perubahan letak dan luasan Pasar, LPD, dan KUD), kasus 4 (lahan hasil reklamasi yang dijadikan Balai Konservasi Penyu dan Fasilitas Watersport), kasus 5 (pura-pura kepemilikan Puri Kesiman), kasus 6 (pura-pura kepemilikan Desa Pakraman Serangan). Berdasarkan keenam kasus tersebut, penyebab utama terjadinya perubahan penggunaan lahan ulayat di Pulau Serangan adalah datangnya investor PT. BTID yang melaksanakan reklamasi menjadi empat kali lipat dari luas asli Pulau Serangan serta membeli dan tukar guling lahan eksisting untuk dijadikan kepemilikan PT. BTID seperti kasus tukar guling lahan Banjar Kubu. Faktor utama inilah yang mendukung terjadinya perubahan fisik lahan ulayat dan sosial budaya masyarakat setempat serta faktor kelembagaan dari pihak PT. BTID dan lembaga adat yaitu Desa Pakraman Serangan serta pihak Puri Kesiman yang membuat suatu perjanjian dalam hal eksistensi lahan ulayat pasca reklamasi. Terdapat suatu kompensasi yang dijanjikan oleh PT. BTID yang pada dasarnya menguntungkan semua pihak namun terdapat beberapa perjanjian yang hingga sekarang masih belum direalisasikan oleh pihak PT. BTID karena proyek mega wisata ini masih belum dilanjutkan. Selain itu terdapat pula faktor di luar nalar manusia yaitu adanya pawisik dari Ida Bhatara kepada tokoh masyarakat setempat untuk mendirikan Pura Batu Api dan Pura Batu Kerep. Kata Kunci : faktor-faktor pengaruh, lahan ulayat, reklamasi ABSTRACT The phenomenon of reclamation in Serangan Island has changed the land use pattern including Ulayat Land such as Pelaba Pura Land and Druwe Desa Land. Various types of land use change in terms of shape, size, extent, location and type of Ulayat Land, of course, backed by various factors such as physical factors land, economy, institutional, and other factors. The methodology used qualitative descriptive with purposive sampling method. The result of this research are 6 cases of land use change, namely case 1 (Banjar Kubu and Banjar Dukuh), case 2 (extension of cemetery area), case 3 (location change and area of Traditional Market, LPD and KUD), case 4 (land post-reclamation that was used as Turtle Conservation Center and Watersport Facilities), case 5 (temples ownership of Puri Kesiman), case 6 (temples be ownership of Desa Pakraman Serangan). Based on the six cases, the main cause of the change of Ulayat Land on Serangan Island is the arrival of PT. BTID that carried out the reclamation to be four times the original area of Serangan Island as well as buy and exchange the existing land for the ownership of PT. BTID is like Banjar Kubu land swap. This is the main factor that supports the physical changes of ulayat land and socio-culture of local communities and institutional factors of PT. BTID and customary institutions namely Desa Pakraman Serangan and Puri Kesiman made an agreement in terms of ulayat land existence after reclamation. There is a compensation promised by PT. BTID which basically benefits all parties but there are some agreements that until now still not realized by the PT. BTID because the mega tourism project is still not resumed. In addition there are also factors outside the human reason that the pawisik from Ida Bhatara to local community leaders to establish Pura Batu Api and Pura Batu Kerep. Keywords: influence factors, lahan ulayat, reclamation
PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN PATUNG RAMAYANA WILAYAH KERTALANGU DENPASAR TIMUR BALI I Wayan Diksa
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 1 (2018): Juni, 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.6.1.776.45-50

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan, dengan melakukan pengamatan kelokasi yang mana terjadi berubahan signipikan dari penataan awal dari pada kawasan patung Ramayana menjadi alih fungsi kawasan komersial, secara legal standing adalah melanggar peruntukan fungsi tata guna lahan (pelanggaran Perda Kota Denpasan nomor 11 tahun 2011 tentang Rencana Tata Hijau Kota). Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui sejauh mana perubahan fungsi kawasan patung Ramayana menjadi fungsi komersial. Penelitian ini menggunakan metode komparasi deskritip, yaitu kajian obyek penelitian dikomparasi dengan teori kemudian dapat disimpulkan. Penelitian ini menghasilkan terjadinya perubahan fungsi penggunaan ruang dari kawasan Hijau Kotamenjadi fungsi-fungsi kawasan komersial, seperti kawasan industry dan penjualan kerajinan seni Bali, kawasan budi daya dan penjualan tanaman pertamanan, kawasan parkir pariwisata menjadi parkir truk, pik kup dan menurunkan alat-alat komersilnya. Kata kunci: Area Komersil, Kawasan Patung Ramayana, Perubahan Fungsi ABSTRACT This research was done by observing to the location of Ramayana Statue Region where significant changes happens from the earlier planning to Commercial area. According to legal standing that event was against the law of Land Use about City Green Planning. The aim of this research is to know how far Ramayana Statue region function have changes and becoming a commercial area. This research using descriptive comparative methods through object study research compared with theory and then getting the conclusion. This research conclusion explains that spatial functional changes have occurred in the area, it changes from green area to commercial area. Commercial area that emerges such as: Balinese art craft industry, nursery and plants selling area, tourism parking region becoming a pick up car or truck parking and unloading it commercial tools. Keywords: Ramayana Statue Region, Commercial area, Functional Changes.
Kenyamanan Termal pada Taman Air Berarsitektur Tradisional Bali (Studi Kasus: Tirta Gangga) I Wayan Wirya Sastrawan; I Gede Surya Darmawan; Ni Wayan Meidayanti Mustika
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1224.47 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1018.51-59

Abstract

Thermal comfort is an absolute for the human body, therefore human always attempting to customise the environment to achieve thermal convenience for the body. Water parks in this research are planned with the built environment applying the elements of the exterior space architecture supported the concept of traditional Balinese architecture. See the conditions, then there is an important opportunity and conducted research on the characteristics of the thermal comfort of the water garden. The focus of this research is the thermal comfort level and element of outdoor space in the garden Tirta Gangga, Karangasem. Taman Tirta Gangga was chosen as the locus of research because it has the characteristics of a typical application elements especially water parks that dominate and the application of the concept of traditional Balinese architecture. The purpose of this research was to identify the distribution of thermal conditions, knowing the level of influence of the outside space of the element against thermal conditions, and the extent of the impact of the pattern arrangement of water garden with traditional Balinese architecture concept against thermal comfort. So the results of this research can be used as a foundation for architects in developing and designing a water garden can function optimally. In this study using the method of comparison and simulation to see thermal comfort condition visualisation objects of research. From the results of the simulations can be used to identify the influence of the element of outdoor space and the concept of traditional Balinese architecture against the thermal comfort on the object of research. Kenyamanan termal menjadi hal yang mutlak bagi tubuh manusia, oleh karenanya manusia sesalu berusaha mengkondisikan lingkungan untuk mencapai kenyamana termal bagi tubuhnya. Salah satu tempat manusia beraktivitas adalah ruang luar. Taman air dalam penelitian ini merupakan lingkungan binaan terencana dengan mengaplikasikan elemen-elemen arsitetur ruang luar yang didukung konsep Arsitektur Tradisional Bali. Melihat kondisi tersebut, maka terdapat peluang dan penting dilakukan penelitian mengenai Karakteristik Kenyamanan Termal Taman Air. Fokus penelitian ini adalah tingkat kenyamanan termal dan elemen ruang luar di Taman Tirta Gangga, Karangasem. Taman Tirta Gangga dipilih sebagai lokus penelitian karena memiliki karakteristik yang khas terutama penerapan elemen taman air yang mendominasi serta penerapan konsep Arsitektur Tradisional Bali. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi sebaran kondisi termal, mengetahui tingkat pengaruh elemen ruang luar terhadap kondisi termal, dan sejauh mana pengaruh pola penataan taman air dengan konsep Arsitektur Tradisional Bali terhadap kenyamanan termal. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi arsitek dalam mengembangkan dan merancang Taman Air yang dapat berfungsi secara optimal. Dalam penelitian ini menggunakan metode komparasi dan simulasi untuk melihat visualisasi kondisi kenyamanan termal dalam obyek penelitian. Dari hasil simulasi tersebut dapat digunakan mengidentifikasi pengaruh elemen ruang luar dan konsep Arsitektur Tradisional Bali terhadap kenyamanan termal pada obyek penelitian.
Merancang Dengan Pertimbangan Perspektif Masyarakat Pengguna Studi Kasus Perencanaan Masterplan Pura Bukit Amerta Desa Karangdoro Kabupaten Banyuwangi I Nyoman Gede Maha Putra; Ni Wayan Nurwarsih; Ni Made Widya Pratiwi
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1035.343 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1019.60-65

Abstract

This study takes the theme of building temples that have local cultural identity and identity - a strong place to support the psychological well-being of the pengempon and penyungsung Pura Amertha Jati communities. A group of people in Kedungdoro Village are working to consolidate their local beliefs which are believed to increase the level of their psychological well-being. To support this, the community group intends to create a built environment that is able to support its goals. Independent efforts have been made. Information dissemination activities were conducted to obtain feedback that will be used to make improvements and improvements. From the FGD activities, a deepening of the material will be conducted where the proponents and also the penyungsung Pura Bukit Amertha community can carry out a two-way dialogue that will support the 'joint learning' process to obtain optimal. This method of socialization is divided into two, namely through exposure which is done by making verbal and non-verbal presentations. Verbal presentations are carried out in the presence of the surrounding community which is the penyungsung Pura Bukit Amertha. Non-verbal presentations are carried out by printing a complete master plan with the calculation of the budget plan and fund collection strategy Penelitian ini mengambil tema pembangunan pura yang memiliki jati diri budaya lokal dan identitas-tempat yang kuat guna mendukung kesejahteraan psikologis masyarakat pengempon dan penyungsung Pura Amertha Jati. Sekelompok masyarakat di Desa Kedungdoro sedang berupaya untuk mengonsolidasi kepercayaan lokalnya yang dipercaya akan meningkatkan tingkat kesejahteraan psikisnya. Guna mendukung hal tersebut, kelompok masyarakat tersebut bermaksud untuk menciptakan lingkungan binaan yang mampu mendukung cita-citanya. Upaya-upaya mandiri sudah dilakukan. Kegiatan sosialisasi hasil pengabdian dilakukan untuk mendapatkan umpan balik yang akan diapakai untuk melakukan perbaikan serta penyempurnaan. Dari kegiatan FGD akan dilakukan pendalaman materi dimana pengusul dan juga masyarakat penyungsung Pura Bukit Amertha bisa melakukan dialog dua arah yang akan mendukung proses ‘belajar bersama’ sehingga diperoleh manfaat optimal. Metode sosialisasi ini dibagi dua, yakni melalui pemaparan yang dilakukan dengan cara melakukan presentasi verbal dan non-verbal. Presentasi verbal dilakukan di hadapan masyarakat sekitar yang merupakan penyungsung Pura Bukit Amertha. Presentasi non-verbal dilakukan dengan mencetak masterplan lengkap dengan perhitungan rencana anggaran biaya serta strategi penghimpunan dananya
Karakteristik Penanda Fungsi di Koridor Jalan Wage Rudolf Supratman, Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Aritama; Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta Putri
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1764.744 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1020.66-74

Abstract

Expansion various kinds of activities that support the development of a region's development, including economic activities, trade, services, government, education, and other activities. These expansion have led to urban centers of activity the city on the city corridor. The appearance can be in the form of the development of various forms of functions that are accommodated such as shops, shop houses, offices, and shopping centers that are spread linearly along the city corridor. The existence of each function and activity center along the city corridor will utilize various forms of signage and promotional media. Signage and promotional media have an important role to show the existence as well as an advertising agency in advertising to promote products. However, along with the growth and complexity of city activities, the existence of signage and promotional media often cause various visual problems and face the corridor of the region. Looking at the phenomena that occur, the researchers are interested to making the research topic with the characteristics of signage and promotional media. The object of this signage research is focused at the corridor of Wage Rudolf Supratman Street, Denpasar City. Berkembanganya berbagai macam kegiatan yang mendukung perkembangan pembangunan suatu kawasan, diantaranya kegiatan ekonomi, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, dan kegiatan lainnya. Perkembangan tersebut telah memunculkan pusat-pusat kegiatan/aktivitas perkotaan yang berpusat pada koridor kota. Kemunculan tersebut dapat berupa berkembangnya berbagai macam bentuk fungsi yang terakomodasi diantaranya berupa pertokoan, ruko, perkantoran, maupun pusat perbelanjaan yang tersebar linear sepanjang koridor kota. Keberadaan tiap-tiap fungsi dan pusat kegiatan di sepanjang koridor kota akan memanfaatkan berbagai macam bentuk penanda fungsi dan media promosi. Penanda fungsi dan media promosi ini memiliki peranan penting untuk menunjukkan eksistensi sekaligus sebagai agen reklame dalam mengiklankan produk-produk yang dipasarkan. Akan tetapi seiring dengan perkembangan dan tingkat kompleksitas kegiatan kota, keberadaan penanda fungsi dan media promosi kerapkali menimbulkan berbagai permasalahan terkait visual dan wajah koridor kawasan. Melihat fenomena yang terjadi tersebut, maka peneliti berminat untuk menjadikan topik penelitian pemula dengan tajuk karakteristik penanda fungsi dan media promosi. Objek penelitian penanda fungsi ini difokuskan di koridor kawasan Jalan Wage Rudolf Supratman, Kota Denpasar.
Preservasi dan Konservasi Fasade Bangunan Kolonial di Jalur Belanda Kota Singaraja Bali untuk Pelestarian Kawasan Kota Lama Agus Kurniawan; I Nyoman Nuri Arthana
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1249.07 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1021.90-96

Abstract

The city of Singaraja in North Bali as one of the old cities in Bali that has many cultural heritage, including the Dutch Line. The Dutch colonial government, built this path after controlling Bali in 1846. Throughout this route, city facilities were built, such as offices, trade, public service facilities and official houses. Since it was proclaimed as an object of tourism, this area has undergone many changes and even destroyed buildings. The purpose of this study was to find out the conservation approach that was carried out on the facade of colonial buildings on the Dutch Line in the City of Singaraja. The research method uses a combination method, sequential explanatory model. Conservation methods and techniques that are carried out physically are preservation and conservation. The non-physical method carried out is restoration in an intangible context. This study also states that ancient buildings need to be more empowered supported by mechanisms such as legal protection and penalties, loans and subsidies, adaptive reuse, and sale development right. Kota Singaraja di Bali Utara sebagai salah satu kota lama di Bali yang banyak memiliki warisan budaya, diantaranya Jalur Belanda. Pemerintah kolonial Belanda, membangun jalur ini setelah menguasai daerah Bali pada tahun 1846. Sepanjang jalur ini, dibangun fasilitas kota, seperti perkantoran, perdagangan, fasilitas pelayanan umum dan rumah-rumah dinas. Sejak dicanangkan sebagai obyek pariwisata, kawasan ini telah banyak mengalami perubahan dan bahkan terjadi penghancuran pada bangunan-bangunan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya pendekatan konservasi yang dilakukan pada fasade bangunan kolonial di Jalur Belanda Kota Singaraja. Metode penelitian menggunakan metode kombinasi, model sequential explanatory. Metode dan teknik konservasi yang dilakukan secara fisik yaitu preservasi dan konservasi. Metode non fisik yang dilakukan adalah restorasi dalam konteks intangible. Penelitian ini juga menyatakan bahwa bangunan kuno perlu lebih diberdayakan yang didukung dengan mekanisme seperti: legal protection (perlindungan hukum) dan penalties (hukuman), pinjaman dan subsidi, adaptive-reuse, dan sale development right.
Studi Aksesibilitas pada Ruang Terbuka Publik Terhadap Penyandang Disabilitas di Taman Kota Lumintang Denpasar I Wayan Widanan; Made Anggita Wahyudi Linggasani; Gde Bagus Andhika Wicaksana
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1368.188 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1025.82-89

Abstract

Open space is a concept of public space to accommodate people from all backgrounds. Open spaces must also consider the existence of people with disabilities. A public open space considered a failure if the public space is not able to accommodate disabled people. The construction and procurement of city parks as one of the typologies of public open space that’s become one of the programs launched by the Denpasar City government in order to improve the quality of life of city dwellers and increase the growth of RTH and city RTNH. The existence of public space as one of the urban space entities is a unit that is not separated from the city system. Which has a role as a fulfillment of the living needs of the community which includes living, working and recreation. The Aim of this study is to provide an analysis of the process of implementing disability accessibility as the main aspect that has been applied to public spaces in Taman Kota Lumintang. This study uses a comparative description method by examining the types and forms of public open space in urban areas which are then compared with regulatory documents and related literature studies. From the analysis obtained from the comparison of existing literature conditions and existing regulations, found that Lumintang City Park conditions were far from ideal conditions for people with disabilities and there was an imbalance between the application of regulations and open public design space. The conclusion is in the form of alternative modeling that provide ideal conditions for Lumintang City Park should. Ruang terbuka publik merupakan suatu konsep ruang untuk mengakomodasi masyarakat dari seluruh kalangan dan latar belakang, dalam artian ruang terbuka publik juga harus mempertimbangkan keberadaan kaum difabel. Suatu ruang terbuka publik dianggap gagal apabila ruang tersebut tidak mampu mengakomodasi masyarakat difabel. Pembangunan dan pengadaan taman kota sebagai salah satu tipologi ruang terbuka publik merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah Kota Denpasar dalam rangka peningkatan kualitas hidup penduduk kota dan meningkatkan pertumbuhan RTH maupun RTNH kota. Keberadaan ruang publik sebagai salah satu entitas ruang kota merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan dengan sistem kota yang memiliki peranan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat yang meliputi tempat tinggal, bekerja, dan rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisa terhadap proses pengaplikasian aksesibilitas disabilitas sebagai aspek utama yang sudah diterapkan pada ruang publik Taman Kota Lumintang. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi komparatif dengan mengkaji jenis dan bentuk ruang terbuka publik pada daerah perkotaan yang kemudian dikomparasikan dengan dokumen peraturan serta kajian literatur yang terkait. Dari analisa yang didapat dari komparasi kondisi eksisting terhadap literatur serta peraturan yang ada didapatkan bahwa kondisi Taman Kota Lumintang masih jauh dari kondisi ideal terhadap kaum difabel dan terdapatnya ketimpangan antara pengaplikasian peraturan terhadap perancangan ruang terbuka publik, sehingga dihasilkan alternatif permodelan untuk memberikan kondisi ideal Taman Kota Lumintang yang seharusnya.
Fenomena Ruang Saling Berbagi Bale Banjar Titih Sebagai Model Ruang Bermukim Perkotaan di Denpasar Made Suryanatha Prabawa; Ni Made Widya Pratiwi
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 6 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1562.778 KB) | DOI: 10.22225/undagi.6.2.1026.75-81

Abstract

Bale Banjar Titih is a Bale Banjar standing in the trade center of Denpasar that besides containing the traditional activities of Banjar itself, also contains a busy market activities. The research problems are to uncover the existence of cohabitation space of Bale Banjar Titih, a traditional space that mix with a busy commercial area in Denpasar. Research questions are to ask what kind of aspects that influence the space of Bale Banjar so that it can transform to be a multifunctional space (tradition and economy)? how Banjar that bears traditional norm could mix up with modern urban commercial activities?. To answer the questions, the method applies qualitative research. It seeks to uncover cohabitation space phenomenon of actors involved in Bale Banjar Titih. Findings have shown that spatial problems can be solved through Spatial solutions that can be achieved through establishment of relationships between Banjar residents with merchants by the implementation of Tri Hita Karana (collaborate to achieve harmonious life). Cohabitation space in Bale Banjar Titih can be achieved through profit aspects of cooperation, be it financially or in terms of employment opportunities offered. Tri Hita Karana as traditional norms of Balinese people-between the residents and outsiders of the merchants, play important roles towards consensus regarding the spatial issues where developing urban activities could prosper. Fokus riset arsitektural ini adalah munculnya ruang saling berbagi (co-habitation space) pada Bale Banjar Titih. Bale Banjar berbaur langsung dengan kehidupan urban Kota Denpasar, didominasi oleh kegiatan perdagangan yang berdiri di tengah pusat perdagangan Denpasar (Pasar Badung dan Pasar Kumbasari). Persoalan yang akan diteliti adalah bagaimana Bale Banjar Titih dapat memiliki ruang saling berbagi didalam ruang kehidupan sosial (adat istiadat) warga banjar yang dapat bersinergi dengan kehidupan perekonomian (pedagang). Riset arsitektural bertujuan mengungkap fenomena ruang saling berbagi Bale Banjar Titih tersebut baik secara fisik dan non-fisik ini melalui metoda penelitian kualitatif. Pendekatan Grounded Theory dipergunakan terutama untuk mengungkap lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memunculkan ruang saling berbagi pada setting lokasi Bale Banjar Titih. Fokus penelitian ada pada aspek metafisiknya (nilai-nilai interaksi ruang) dianalisa dengan teori tentang: keterikatan tempat; mata pencaharian; teritori spasial; hubungan antara teritori dan setting perkotaan; serta penelitian-penelitian terdahulu. Dari para aktor yang terlibat (sosio-kultural dan ekonomi urban). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Temuan penelitian ini adalah melalui Makna Bale Banjar, Keterikatan tempat, mata pencaharian, dan teritori, hubungan timbal balik keuntungan dan rasa toleransi dapat terwujud antar aktor ruang, hal ini menjadikan ruang saling berbagi dapat terselenggara dengan nyaman dan tertib pada Bale Banjar Titih.
Diskrepansi Pemanfaatan Ruang Publik Berdasarkan Teritori Ruang (Studi Kasus: Alun-alun Kota Klaten) Anisza Ratnasari; Ratna Permatasari
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 7 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2687.293 KB) | DOI: 10.22225/undagi.7.1.1260.1-10

Abstract

The town square, as one of the public open spaces in the urban areas which lately has decreased in number, is important for its existence to accommodate the social activities of urban communities. Klaten Square chosen as a location considering its main function as public open space. The facts indicate that it has undergone a transfer of function and has experienced abuse of use as a place of commercial activity by the informal sector. The purpose of this study is to map the location, behavior, time and activity of the discrepancy of the utilization of Klaten Square and what factors caused it to occur. The method is descriptive qualitative with data collection techniques through place-centered mapping and people-centered mapping. Theories regarding public space, behavior and territorial settings are used to analyze the data. The results of the study show that there’re discrepancies in the utilization of Klaten Square due to the diversity of users with various activities in certain places and at certain times. The results of this study can provide input to the local government to develop public spaces that are able to accommodate user activities and improve control and supervision of the regulations that have been set.
Struktur dan Konstruksi sebagai Agen Transformasi dalam Desain Arsitektur Nusantara Nurfahmi Muchlis; Hari Purnomo; Irvansyah Irvansyah
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 7 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.154 KB) | DOI: 10.22225/undagi.7.1.1261.11–19

Abstract

The transformation of Nusantara architectures is more discussed in the variety of visual languages. The structure and construction of Nusantara architectures become an agent to form recent variants while sustaining the visual style identities. So the forces and loads resemble architectural appearance. The structure and construction that had changed, indicating the sustained development of Nusantara architectures. The houses in the South Sulawesi have presented this for instance. This study aims to examine the structural capabilities and construction of Nusantara architectures transformed into developing variants. Descriptive methods are implemented to discuss Bugis houses in Makassar and Bulukumba, and Selayar house in Selayar Island. The results present that the variants of the Nusantara architectures are formed because of the application of a structural system that does not change. It adapts to the context of the site contours and the selection of construction wood materials available on site.

Page 2 of 21 | Total Record : 201