cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Gedung Graha Medika Lt. 1, Ruang 104
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Brawijaya
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 02169347     EISSN : 23380772     DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jkb
Core Subject : Health,
JKB contains articles from research that focus on basic medicine, clinical medicine, epidemiology, and preventive medicine (social medicine).
Articles 822 Documents
Ginekomasti pada Laki-Laki dengan Mikroadenoma Hipofisis Irnandi, Dicky Faizal; Tanojo, Tjahjo Djojo
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 4 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.076 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.04.16

Abstract

Ginekomasti adalah pembesaran payudara laki-laki yang mengacu pada proliferasi komponen duktal. Ditemukan kasus ginekomasti yang jarang terjadi. Seorang pria berusia 44 tahun datang dengan keluhan utama pembesaran kedua payudara sejak tiga tahun terakhir. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan ginekomasti kelas II (tanner IV) dengan galaktorhea. Pemeriksaan genitalia menunjukkan panjang penis 10cm dan volume testis 6mL dengan konsistensi lunak. Nilai testosteron 22,65ng/dL, LH <0,07mIU/mL, dan FSH <0,3mIU/mL. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) payudara menunjukkan ginekomasti bilateral dengan ektasis duktal bilateral. Ultrasonografi (USG) abdomen menunjukkan tidak ada signifikansi yang terkait ginekomasti. Ultrasonografi (USG) skrotum menunjukkan testis yang normal di kedua sisi. Magnetic Resonansi Imagine (MRI) kepala (dengan kontras) ditemukan mikroadenoma hipofisis. Pasien didiagnosis sebagai ginekomasti dengan mikroadenoma hipofisis. Pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi penggantian testosteron.
Hubungan antara Status Kontrol Glikemik, Vitamin D dan Gizi pada Anak Diabetes Melitus Tipe 1 Indriyani, Ratna; Tjahjono, Harjoedi Adji
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2018.030.02.7

Abstract

Di beberapa negara barat kasus DM tipe-1 adalah 5-10% dari kasus  diabetes, dan lebih dari 90% penderita diabetes pada anak dan remaja adalah DM tipe-1. Vitamin D berperan penting dalam membangun dan memelihara mineralisasi tulang. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penekanan bone turnover sehingga menyebabkan gangguan kecepatan tinggi badan. Kontrol glikemik yang buruk berupa HbA1c yang tinggi dapat menyebabkan berat dan tinggi badan tidak naik secara adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara status kontrol glikemik(HbA1c), status vitamin D (25(OH)D), dan status gizi pada anak DM tipe-1. Desain penelitian berupa studi cross-sectional dilakukan pada 28 subjek penelitian yaitu anak DM tipe 1 usia 1-18 tahun yang menjalani rawat jalan di Poli Endokrinologi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang. Kriteria eksklusi yaitu menderita penyakit autoimun lain, infeksi berat, gangguan hati, gangguan fungsi ginjal dan  anemia. Variabel yang diukur status gizi, kadar HbA1c dan 25(OH)D. Untuk mengetahui perbedaan rerata kadar 25(OH)D dan HbA1c berdasarkan status gizi digunakan uji beda Kruskal wallis, dan uji korelasi Spearman. Dari 28 subjek didapatkan 68% anak dengan status gizi baik, 64% anak dengan kontrol metabolik buruk dan 61% anak dengan defisiensi/insufisensi 25(OH)D. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi, kontrol glikemik,  dan vitamin D. 
Ketepatan Diagnosis Apendisitis dengan USG Abdomen Halim, Nana; Iskandar, Arief
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (833.655 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2012.027.02.12

Abstract

Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi abdomen cito. Kekeliruan diagnosa apendisitis sekitar 8-30% berakibat dilakukan pemotongan apendiks yang normal. Ultrasonografi (USG) abdomen merupakan pemeriksaan yang penting dalam penegakan diagnosa apendisitis akut, mampu menunjukkan kemungkinan diagnosa  lain  pada pasien dengan nyeri perut kanan bawah dan menurunkan angka kejadian laparotomi negatif. Data pada penelitian ini didapatkan dari  data rekam medis pasien rawat inap dengan apendisitis, hasil USG dan histopatologi pasien apendisitis dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2011. Data menunjukkan pada tahun 2010-2011 ada 104 pasien UGD atau rawat jalan yang datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan pemeriksaan fisik dicurigai apendisitis. Sebanyak 104 pasien yang dicurigai apendisitis dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan hasil USG yang positif  apendisitis 74 pasien (71,1%), negatif 30 pasien (28,8%). Penelitian ini menunjukkan sensitivitas dan spesifitas USG abdomen untuk diagnosis apendisitis yang cukup tinggi yaitu 84,1% dan 100%. Kata Kunci: Apendisitis, sensitivitas, spesifitas, USG abdomen
RISIKO KENAIKAN HEMATOKRIT TERHADAP TERJADINYA RENJATAN PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE Sumakto, Sumakto; Santoso, Nurtjahjo Budi; Nugroho, Susanto; Kawurjan, Siti Lintang
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 20, No 2 (2004)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.827 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2004.020.02.2

Abstract

ABSTRACT Shock is life threatening feature of DHF it must be manage properly through close clinical and laboratory observations. This was a pre-eliminary study to evaluate hematocrit (Hct) increased where shock occurs on dengue hemorrhagic fever (DHF) or dengue shock syndrome (DSS). The WHO criteria was used to diagnose DHF, with two or more clinical criteria with trombocytopenia (≤ 100.000) and Hct increase ≥ 20 %. Examination of hemoglobin (Hb), Hct, thrombocytes and leucocytes were done in RSU Dr. Saiful Anwar Central Laboratory everyday during hospitalized. The increase of Hct percentage and Hct/Hb ratio calculation were based on the result of lowest dan highest Hct and Hb examination. The data obtains was analysed with t-test using SPSS version 10.0 programme. From 30 DHF cases, 23 (76.66%) non DSS and 7 (23.77%) DSS. The average Hct increase in all patients from serial examinations was 21.09% (SD= 2.32%). However, in 7 DSS patients the average Hct increase was 23.79% (SD= 3.84%) higher than the 23 non DSS patients (20.28%; SD= 0.25%). It was observed that the Hct increase in DSS patients was higher than that for non DSS patients. This high Hct level of 23.79% increases the likelihood of shock by 2.5 times compare with an Hct rise of 20.28%. There was a significant difference in the highest and lowest Hct/Hb ratio between DSS and non DSS cases (p= 0.000). Keywords : dengue hemorrhagic fever, dengue shock syndrome, hematocrit increase, Hct/Hb ratio
PROTEIN FIMBRIA 16 kDa BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANNIIDARI URIN PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH BERPERAN SEBAGAI PROTEIN HEMAGLUTININ DAN ADHESIN Noorhamdani, Noorhamdani
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 21, No 1 (2005)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.429 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2005.021.01.8

Abstract

Acinetobacter baumannii (Acb) is an opportunistic and nosocomial pathogen that ussualy found in clinical specimen from patients with intensive care. The pathogenic mechanism of this bacteria are not fully elucidated especially potential activity of its protein as hemaglutinin and adhesion molecul. The aim of this study is to evaluate the  role of 16 kDa fimbriae protein from urnary tract infection (UTI) patient as hemaglutinin and adhesion molecule. Usingexplorative design this study was started by isolation Acb bacteria from urine of patient that had been determine as UTI clinically and laboratory. After identification this bacteria by microbact system hemaglutination test and isolation  of its fimbriae fraction, 12.5% SDS-PAGE had been used to isolated fimbriae protein, following assay in vitro to adhesion test..The study showed that the 16 kDa fimbriae protein of Acb bacteria was a hemaglutinin protein that could agglutinate 0.5% mice erythrocytes (1/32), and human blood group O erythrocytes (1/8). Hemaglutination test were negative onerythrocytes from rat, guinea pig, sheep, and human blood group A, B. The 16 kDa fimbriae protein (AF16) was also adhesion protein that had been revealed by its activity to adherenceto receptor of mice enterocytes. The increasing dose of AF16 molecules will decrease the amount of Acb bacteria to adherence to enterocytes (p<0.05). The fimbriae of Acb is maybe classified P type. Key words:Acinetobacter baumannii, fimbriae, hemaglutinin protein, adhesion protein
EFEK PENAMBAHAN EKSTRAK ECHINACEAPADA INFEKSI PLASMODIUM BERGHEI Kesetyaningsih, Tri Wulandari; Sundari, Sri
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.24 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2013.027.03.4

Abstract

Selain protektif ,  respon imun  terhadap malaria dapat memicu imunopatologi malaria. Echinacea purpurea  merupakan agen  yang  berkhasiat  meningkatkan  imunitas  melalui  fagositosis,  stimulasi  sel-sel  fibroblas,  aktivasi  respirasi  dan mobilitas leuk osit. Penelitian ini  bertujuan membuktikan efek pemberian Echinacea  pada pengobatan malaria ssecara in vivo.  Rancangan penelitian adalah pre dan  postest control  group dengan hewan coba Mus musculus strain  DDI jantan, umur 5 minggu, berat 20-25 gram sebanyak 24 ekor dibagi menjadi 5 kelompok yaitu   K- (tanpa diobati); K+ (klorokuin 10mg/kg  BB);  P1  (0,65  mg  ekstrak/ekor);  P2  (1,3  mg  ekstrak/ekor);  P3  (k ombinasi  klorokuin-ekstrak).  Parasitemia diperiksa  setiap  hari selama  5 hari setelah 24 jam  infeksi,  pemeriksaan  histologis dilakukan pada hari ke lima.  ANOVA dan Kruskall-Wallis digunakan masing-masing untuk uji perbedaan parasitemia dan gambaran histologis. Hasil menunjukkan ada  perbedaan  bermakna  penurunan  parasitemia  antar  kelompok  penelitian  (p=0,023).  Penurunan  parasitemia kelompok Echinacea bersifat lambat seperti akibat reaksi imunitas tubuh, sedangkan pada klorokuin terjadi lebih cepat. T erjadi  peningkatan  aktivitas  lien  pada  kelompok  Echinacea  dan  tidak  ada  perbedaan  gambaran  histologis  otak  antar kelompok  penelitian.  Dapat  disimpulkan  bahwa  Echinacea  memperlambat  penurunan  parasitemia  dan  memperbaiki aktivitas  lien.
PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN PASIEN DENGAN RISIKO JATUH DI RUMAH SAKIT Budiono, Sugeng; Sarwiyata, Tri Wahyu; Alamsyah, Arief
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2014.028.01.28

Abstract

Manajemen pasien dengan risiko jatuh merupakan salah satu tujuan keselamatan pasien, dan pada Rumah Sakit Islam Unisma Malang, masih menempati urutan ke empat dari seluruh kejadian yang tidak di inginkan (KTD). Sejak dimulainya program patient safety bulan Januari 2013 belum ada suatu kebijakan atau program manajemen pasien risiko jatuh termasuk Standar Prosedur Operasional (SPO). Penelitian ini merupakan bentuk kaji tindak manajemen risiko pasien jatuh di Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Kajian diawali dengan analisis akar masalah, penetapan solusi terpilih dan uji program. Uji program dilakukan terhadap penerapan screening pasien dengan risiko jatuh. Instrumen menggunakan  observasi  dan form screening pasien jatuh. Hasil menunjukkan sebagian besar petugas atau perawat telah melaksanakan dengan baik program manajemen pasien jatuh yang meliputi: screening, pemasangan gelang identitas risiko jatuh, edukasi pasien dan keluarga tentang menggunakan leaflet edukasi, pengelolaan pasien risiko jatuh, penanganan pasien jatuh dan pelaporan insiden. Penetapan kebijakan dan impementasi prosedur yang diikuti supervisi dan monitoring lebih menjamin keterlaksanaan program.Kata Kunci: Kejadian tidak diinginkan (KTD), manajemen risiko pasien jatuh, patient safety
ENSEFALOPATI HEPATIK PADA SIROSIS HATI: FAKTOR PRESIPITASI DAN LUARAN PERAWATAN DI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG suyoso, Suyoso; Mustika, Syifa; Achmad, Harijono
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 4 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2015.028.04.15

Abstract

Peran Th17 dalam patogenesis asma dan imunoterapi menjadi konsep dan paradigma terbaru. Imunoterapi merupakan salah satu manajemen di dalam asma dan memerlukan waktu yang lama sehingga sering mengakibatkan kegagalan terapi. Terapi adjuvant antara lain probiotik dan Nigella sativa diduga dapat meningkatkan efektifitas imunoterapi. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi efek pemberian imunoterapi, probiotik dan/atau Nigella sativa terhadap jumlah sel Th17, neutrofil dan skoring asma pada anak asma selama imunoterapi fase rumatan. Penelitian dilakukan pada 31 anak yang dikelompokkan secara acak yaitu imunoterapi plus plasebo atau imunoterapi plus Nigella sativa atau imunoterapi plus probiotik atau imunoterapi plus Nigella sativa plus probiotik selama 56 minggu. Pengukuran jumlah sel Th17 dan neutrofil dilakukan menggunakan flowcytometry setelah perlakuan. Asthma Control Test dilakukan untuk mengevaluasi gejala klinis. Data dianalisis menggunakan uji komparasi Anova One Way dan uji korelasi Pearson. Hasil menunjukkan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna jumlah sel Th17 dan neutrophil antara kelompok perlakuan (p-value 0,199 dan 0,326). Asthma control test secara bermakna didapatkan perbedaan antara perlakuan imunoterapi plus probiotik dibandingkan imunoterapi saja. Skoring asma pada kelompok perlakuan imunoterapi plus probiotik adalah yang tertinggi (22,6). Jumlah sel Th17, neutrofil dan ACT menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak bermakna secara statistik (r=-0,2) (p= 0,156). Jumlah sel Th17 dan neutrofil tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Skoring asma pada kelompok imunoterapi plus probiotik adalah yang tertinggi. Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Th17, neutrofil dan skoring asma. Kata Kunci: Imunoterapi, neutrofil, Nigella sativa, probiotik, sel Th17, skoring asma
TNF-α AND INTERLEUKIN-6 LEVELS IN CLINICAL EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS TOWARD ACUTE LIVER INJURY Dinarshanty, Diani; AS, Noorhamdani; Kawuryan, Siti Lintang; Wibowo, Satrio
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.6

Abstract

TNF-? and IL-6 level have an important role in acute liver injury during early onset neonatal sepsis. This study aims to investigate the correlation of TNF-? and IL-6 levels in neonates with clinical early onset neonatal sepsis toward the occurrence of acute liver injury 44 neonates with clinical early onset neonatal sepsis based on SIRS criteria and Rodwell hematologic scored ?3 were included in this study. Acute liver injury is defined as elevated of AST, ALT, or AST: ALT ratio <1. TNF-? and IL-6 levels were measured using ELISA methods. This study showed that TNF-? correlated significantly with AST level (p<0,001, r=0,570), ALT level (p<0,001, r=0,554), and AST: ALT ratio (p<0,001, r=0,652). This study also showed that IL-6 correlated significantly with AST level (p<0,001, r=0,523), ALT level (p<0,001, r=0,482), AST: ALT ratio (p<0,001, r=0,603). Regression test using backward methods showed that TNF-? influence acute liver injury (indicated by AST, ALT, and AST: ALT ratio) more than IL-6. We concluded that TNF-? and IL-6 level in clinical early onset neonatal sepsis correlated with acute liver injury, whereas early onset neonatal sepsis was correlated with acute liver injury.Keywords: Acute liver injury, clinical early neonatal sepsis, IL-6 level, TNF-? level
Kejadian Toxoplasmosis pada Kasus-kasus Abortus Spontan di RS Dr. Saiful Anwar dideteksi dengan Pemeriksaan Serologik, Histopatologik dan PCR Sardjono, Teguh Wahju; Soewarto, Soetomo; Muhammad, Lubnah
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 18, No 2 (2002)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2048.369 KB)

Abstract

Toxoplasmosis dikenal sebagai salah satu penyebab penting dari abortus spontan pada manusia, tetapi seberapa besar sebenarnya peran dari penyakit ini sebagai penyebab abortus, belum diketahui secara pasti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian Toxoplasmosis pada kasus-kasus abortus spontan di RSUD dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang, dengan menggunakan metode pemeriksaan serologic, histopatologik dan PCR. Dalam kurun waktu 4 bulan (Maret-Juni 2000) dari 2395 kunjungan pasien di bagian Obstetri-Ginekologi RSSA didapatkan 451 kasus abortus (18,83%). Diperoleh 43 kasus abortus spontan dan 23 kaus kehamilan normal yang memenuhi syarat dan bersedia mengikuti penelitian ini. Pada kelompok kehamilan normal, rerata kadar IgM maupun IgG ternyata lebih tinggi dibanding kelompok subyek, tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna (p>0,05). Rasio prevalensi kasus dengan IgM (-) dan IgM (+) pada kelompok pembanding (1:22) dibandingkan pada kelompok studi (3:40) tidak berbeda secara bermakna (p=0,67; OR=1,65). Rasio prevalensi kasus dengan IgG (+) dan IgG (-) pada kelompok pembanding (14:9) lebih besar dari kelompok subyek (22:21), tetapi perbedaan ini juga tidak bermakna (p=0,45; OR=0,67). Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya Toxoplasma di jaringan kerokan sisa kehamilan, baik melalui pemeriksaan histopatologik maupun PCR. Hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan bahwa Toxoplasmosis merupakan penyebab utama dari abortus spontan. Wanita hamil dengan IgG Toxoplasma positif justru mempunyai resiko lebih rendah untuk mengalami abortus dibandingkan yang IgGnya negatif.

Page 3 of 83 | Total Record : 822