Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PELATIHAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI PRODUK INTERIOR DAN ARSITEKTUR DI KELURAHAN SINRIJALA KOTA MAKASSAR Amalia, Andi Annisa; Amal, Citra Amalia; Syahriyunita, Andi
Jurnal Balireso: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Balireso: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.144 KB) | DOI: 10.33096/balireso.v4i2.120

Abstract

Recycle goods that are generally regarded as household waste that is no longer useful so thrownaway. whereas with the development of science, especially the field of interior architecture anddesign demands of human needs in their house, these used items can be processed into morevaluable goods. Used goods such as plastic, wood waste, newsprint, sewing machines fashioned,wall clocks scars, cutting boards, kitchen appliances and so on can be recycled and diremodellingby design decopage into interior products more attractive and aesthetically pleasing high aslanterns, ornaments, picture frames , where newspapers, baskets, wall hangings, could even belounge chairs and partitions. But to do that, it takes a creative idea and the ability to process them.To that end, it is expected that this training can develop the capacity of communities using thriftinto interior and architectural products that can boost household economies in Sub Sinrijala.
DETERMINASI RUANG PSIKOLOGIS DI KOTA MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN NEURO-ARCHITECTURE Paddiyatu, Nurhikmah; Umar, Fitrawan; Amalia, Andi Annisa; Wahyuni, Sri
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 3, No 1 (2020): Februari (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v3i1.1322

Abstract

Berbagai masalah perkotaan seperti kebisingan, kepadatan kota, ruang publik, tingginya kriminalitas, kemacetan serta masalah kota lainnya tentu sangat mempengaruhi pula psikologis penghuni kota. Dalam hal ini peran arsitek yang memiliki urgensi dalam perancangan khususnya tata desain arsitektur ruang, sangatlah berimplikasi pula terhadap pembentukkan karakter atau perilaku individu. Neuro-arsitektur salah satu pendekatan kolaborasi neurosains dan arsitektur yang mendasarkan konsep arsitektur dalam ilmu saraf, sehingga aspek spasial atau ruang dapat dilihat melalui korelasi saraf dan persepsi ruang. Studi ilmu ini sering terkait dan membahas mengenai suatu lingkungan yang dapat memodifikasi reaksi kimia otak dan pikiran, emosi, serta perilaku.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan atau menetapkan lokasi ruang publik yang sesuai dengan psikologis masyarakat dengan pendekatan neuro-arsitektur di kota Makassar. Metode penelitian ini menggunakan teknik analisis yang digunakan yakni teknik analisis spasial dengan metode overlay/tumpang susun untuk mengetahui sebaran ruang publik yang sesuai dengan psikologis masyarakat. Sedangkan analisis IPA (Importance Performa Analysis) mengetahui variabel mana yang menjadi tingkatan tertinggi dalam preferensi masyarakat pada determinasi ruang.
Penataan Visual Signage Koridor Jalan Bunga Ejaya Kelurahan Bontoala Tua Kecamatan Bontoala Kota Makassar Amal, Citra Amalia; Amalia, Andi Annisa
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 1, Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2852.749 KB) | DOI: 10.23917/warta.v24i1.10903

Abstract

Kelurahan Bontoala Tua merupakan kawasan Kota lama Makassar yang menandai masa perkembangan agama Islam di Kota Makassar. Salah satu bukti sejarah perkembangan Islam di tempat ini, adanya Kompleks Pemakaman Sayye (Arab) yaitu Makam Lajangiru dan Makam Bunga Ejaya yang terletak di Jalan Bunga Ejaya. Namun koridor linkage menuju tempat tersebut belum tertata dengan baik, pada node koridor penghubung menuju lokasi tidak terdapat papan informasi atau signage sehingga menyulitkan pengunjung atau peziarah karena belum ada identitas lokasi sebagai penanda menuju ke lokasi pemakaman tersebut. Padahal node dan simpul-simpul jalur menuju tempat tersebut merupakan linkage penghubung koridor utama Kota seperti Jalan Veteran dan Jalan Masjid Raya Makassar. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat adalah mendesain dan membuat signage Pemakaman Arab di Jalan Bunga Ejaya yang memenuhi unsur visibilitas (terlihat), legibilitas (terbaca), dan aspek visual (estetika). Metode yang digunakan dalam kegiatan penataan visual signage ini adalah metode participatory approach (pendekatan semi partisipatif). Tahapan kegiatan yang dilakukan terdiri dari sosialisasi, survei lapangan, diskusi konsep, persiapan alat dan bahan serta perakitan, dan pemasangan signage Pemakaman Arab Bontoala. Signage yang diimplementasikan pada Koridor Jalan Bunga Ejaya adalah jenis free standing sign merupakan elemen penunjuk arah ke lokasi Pemakaman Arab Bontoala. Signage ini berkonsep Islami dengan tampilan visual warna hijau, simpel, ringan, sederhana, dan bentuk tiang menyatu dengan papan informasinya yang ditempatkan pada node Jalan Bunga Ejaya dengan Jalan Lamuru.
PERSEPSI DIFABEL PENGLIHATAN TERHADAP ARSITEKTUR KOTA (STUDI KASUS KOTA MAKASSAR) Umar, Fitrawan; Nur, Khilda Wildana; Paddiyatu, Nurhikmah; Amalia, Andi Annisa
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 4, No 1 (2021): Vol. 4 Ni. 1 (2021): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2021
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v4i1.30962

Abstract

Penyandang disabilitas memiliki hambatan tertentu dalam memanfaatkan infrastruktur kota dibanding dengan masyarakat tanpa disabilitas. Hal ini terutama berlaku pada difabel penglihatan yang secara fisik tak dapat menggunakan indera penglihatan secara sempurna untuk menjangkau infrastruktur. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji persepsi lingkungan difabel penglihatan terhadap arsitektur kota, khususnya jalur pedestrian dan ruang terbuka publik di Kota Makassar. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan ‘content analysis’, yaitu menganalisis kata-kata kunci dari informasi yang disampaikan responden. Hasil menunjukkan bahwa persepsi difabel penglihatan terhadap jalur pedestrian cenderung negatif, dan persepsi terhadap ruang terbuka publik masih lebih baik dibanding jalur pedestrian.
MODULAR BEHAVIOR VILLAGE CONCEPT TO IMPROVE THE QUALITY OF FISHERMEN'S SETTLEMENTS, CASE STUDY : BARRANG LOMPO ISLAND, MAKASSAR Aldi, Muhammad; Latif, Sahabuddin; Amalia, Andi Annisa; Yusri, Andi; Amal, Citra Amalia; Paddiyatu, Nurhikmah
Ide dan Dialog Desain Indonesia (Idealog) Vol 9 No 1 (2024): Jurnal Idealog Vol 9 No 1
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/idealog.v9i1.6782

Abstract

The coastal areas of Makassar City face challenges such as population growth, environmental abrasion, land use conflicts, slums and the emergence of settlements on the water that impact the livelihoods of fishermen and marine resources. This phenomenon emphasizes the need for architectural design that focuses on the order of fishermen's settlements. The research location of the fishermen village arrangement design on Barrang Lompo Island, Sangkarrang Islands District, Makassar City RW004 is mostly inhabited by Jolloro fishermen, an area of 4.14 Ha with a population of 213 people / 216 family heads. The diversity of the island's potential is the basis for considering the need for a structuring concept with a typical fishermen's thematic village theme to maintain the uniqueness and sustainability of Barrang Lompo Island. The results of the concept design of the area arrangement consist of 3 main functions, namely residential, independent economic center, and tourism. In the concept of site arrangement, there are residences, green open spaces, fields, ARSINUM, RESERVOIR, UMKM corner, fishing and tourism docks, and interaction spaces. By applying the Modular Behavior concept, it is expected to provide ease of development and modification in the future, energy efficiency, and the use of environmentally friendly materials. This concept can be a reference for the concept of revitalization of the fishing village area in the case study of RW004 Barrang Lompo Island, Makassar City and can be applied to coastal areas and small islands in Indonesia with different conditions. Keywords : abrasion, area planning, barrang lompo island, modular concept, sustainability
Pemanfaatan Limbah FABA (Fly Ash Bottom Ash) dalam Penataan Ruang Komunal Anak di Kampung Nelayan Barombong Kota Makassar Andi Asmuliany; Amalia, Andi Annisa; Irma Rahayu
Warta LPM WARTA LPM, Vol. 26, No. 4, Oktober 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v26i4.2072

Abstract

Communal space for children of Biringkassi Barombong fishing village is located in the outer space of residential buildings, namely in the transition zone between land, water and mangrove vegetation. Activities carried out by fishermen children include exploring, playing, increasing sensory to the playground, interacting, expressing and creating. However, some spaces in quality are not yet representative as play spaces. For this reason, it is necessary to arrange materials made from FABA waste that apply environmentally friendly principles. The aspect of efficiency because its use requires lower costs, local material categories, and is resistant to sea water and is very suitable for soil and water conditions in Barombong Fisherman Village. The purpose of national integrated research-based community service activities is to organize the communal space of fishermen's children by applying FABA Waste. The ABCD method is an asset-based community with FABA material as the main element in the arrangement because the material properties are environmentally friendly, easy to modify, and resistant to coastal environmental conditions with an area of 21 m2 can minimize coal waste from burning electricity. The socio-cultural activity space is located in the settlement transition area. The space is set as a children's play space in the natural and built space of the fishermen group. The distribution of these spaces includes ponds, soccer fields, bridges, backyards, and sandbars. The results of service activities in the form of ideas, designs and applications for utilizing FABA (Fly Ash and Bottom Ash) by building children's playgrounds can become prototypes while improving the quality of built environment assets, especially in urban coastal informal settlements.
Tinjauan Literatur: Informalitas Permukiman Informal Perkotaan Amalia, Andi Annisa; Ikaputra, Ikaputra
Jurnal Linears Vol 7, No 1 (2024): Jurnal LINEARS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v7i1.14344

Abstract

Permukiman informal seringkali berkembang menjadi struktur yang lebih formal namun sulit untuk diidentifikasi secara jelas. Hal ini disebabkan oleh prinsip informalitas belum sepenuhnya dipahami secara teoritis, terutama pada spasial. Dari sudut pandang teritorial, permukiman informal sering tidak terlihat dalam struktur kota formal, bahkan jalanannya tidak tercatat dalam peta formal. Untuk  memahami prinsip informalitas dalam proses perkembangan permukiman informal, langkah awal yang diperlukan adalah melakukan tinjauan literatur. Tujuan studi literatur dalam penelitian ini adalah untuk menemukan prinsip dasar informalitas dalam permukiman informal perkotaan. Metode penelusuran literatur informalitas permukiman informal menggunakan analisis bibliometrik, State of The Art, etimologi, teoretis dan studi kasus di beberapa negara wilayah global selatan sebagai referensi. Adapun hasil tinjauan literatur: 1) Analisis Bibliometrik Vosviewer menghasilkan lima klasterisasi yaitu informal settlement, informal settlements, housing, urban development dan urban morphology; 2) subyek permukiman informal erat dengan urbanisasi, informalitas, perubahan iklim, daerah terbangun dan hunian terjangkau; 3) lokus permukiman informal umumnya terkonsentrasi di pusat kota, bangunan hunian, slum, squater, dan negara berkembang; 4) Informalitas permukiman informal perkotaan muncul dan tumbuh secara generatif melalui pengorganisasian mandiri dan kumpulan adaptif sebagai strategi bermukim, berkembang dengan spontan, tidak terdaftar dan ilegal; 5) Mode produksi permukiman informal adalah irregular (sporadis), inferior, insecure (tidak terjamin), illegal (ilegal), insurgent (perlawanan), incremental (inkremental) dan improvisation (improvisasi). Informalitas dalam permukiman informal diawali dengan urbanisasi informal, mencakup praktik-praktik spasial permukiman yang berasal dari ide dan inisiatif para pemukim. Secara teknis terbentuk di luar jangkauan peraturan, tidak terkendali dan tidak terencana.
KARAKTERISTIK HUNIAN PERMUKIMAN KUMUH KAMPUNG SAPIRIA KELURAHAN LEMBO KOTA MAKASSAR Amalia, Andi Annisa
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 5 No 1 (2018): Nature
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v5i1a2

Abstract

Abstrak_ Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi kaum migran yang seringkali menyewa rumah di bagian pusat kota karena dekat dengan lokasi mata pencaharian berdampak pada terjadinya proses perkembangan bangunan yang tidak terkendali dan menciptakan permukiman kumuh. Kampung Sapiria  merupakan salah satu permukiman di Kota Makassar yang didominasi oleh kaum migran. Hal ini karena nilai strategis lokasinya pada tepian air Bantaran Kanal Pannampu ,dekat dengan simpul-simpul jasa distribusi kota, terdapat fasilitas pendidikan, dan kemudahan akses menuju Pelabuhan Paotere serta Tol Reformasi. Kampung Sapiria yang terletak di Kelurahan Lembo merupakan salah satu dari 103 titik kumuh di Kota Makassar dengan luas kumuh 4,53 ha. Lokasi kumuh Kampung Sapiria Kelurahan Lembo berada di RW 002 dan RW 005 berkategori kumuh sedang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik kumuh Kampung Sapiria dari aspek bangunan hunian meliputi ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan hunian,  ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis bangunan, dan legalitas bangunan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Hasil identifikasi karakteristik hunian permukiman kumuh Kampung Sapiria diketahui bahwa 28 % bangunan yang memiliki ketidakteraturan, 85 % bangunan hunian yang memiliki luas lantai tidak sesuai standar, 22 % bangunan hunian tidak sesuai persyaratan teknis, 10 % bangunan hunian memiliki IMB dan 5 % dengan status lahan milik. Kata kunci : Migran ; Kekumuhan ; Ketidakteraturan ; Kepadatan ; Legalitas.  Abstract­_ Fulfilling residential needs for migrants who often rent houses in the downtown area as close to livelihood locations has an impact on uncontrolled development of buildings and creating slums. Kampung Sapiria is one of the settlements in Makassar City which is dominated by migrants. This is because of the strategic value of its location on the waterfront of Pannampu  Canal, close to the nodes of the city's distribution services, educational facilities, and easy access to Paotere Port and Reform Toll. Kampung Sapiria located in Lembo Village is one of 103 slum point in Makassar City with slum area of 4.53 ha. The slum location of Kampung Sapiria Kelurahan Lembo is located at RW 002 and RW 005 is categorized as slum. This study aims to identify the slum characteristics of Kampung Sapiria from the aspects of residential buildings including building irregularity, density of residential buildings, nonconformities with the technical requirements of the building, and the legality of the building. The research method used is quantitative descriptive. The result of identification of residential characteristics of Kampung Sapiria slums is known that 28% of buildings have irregularities, 85% of residential buildings with non-standard floor area, 22% of residential buildings are not in accordance with technical requirements, 10% of residential buildings have IMB and 5% property. Keywords :  Migrants; The slums; Irregularities; Density; Legality.
EVALUASI ELEMEN TEKNIS RUANG BERSAMA RUSUNAWA MAHASISWA SEBAGAI HUNIAN SEHAT DI MASA PANDEMI COVID-19 Amal, Citra Amalia; Amalia, Andi Annisa; A. Amin, Siti Fuadillah; Rifaldi, Rifaldi
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 8 No 2 (2021): December
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v8i2a3

Abstract

Abstrak_ Tipologi bangunan Rusunawa Mahasiswa sebagai hunian vertikal berlantai tiga atau empat nampaknya lebih berisiko menjadi tempat penularan COVID-19 dibandingkan hunian tapak. Perlu dilakukan evaluasi elemen teknis (aspek kesehatan, keamanan, dan keselamatan) pada ruang-ruang bersama di Rusunawa Mahasiswa terhadap terpenuhinya Prinsip Rumah Sehat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2016). Serta melihat sejauh mana penerapan Protokol Kesehatan di Rusunawa Mahasiswa Kota Makassar  merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020.Lokasi penelitian yaitu Rusunawa Universitas Hasanuddin, dan Rusunawa Universitas Muslim Indonesia. Teknik analisis data dilakukan melalui metode kuantitatif deskriptif dengan pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Prinsip Rumah Sehat berupa lantai dan dinding yang kering (tidak lembab), luas bukaan jendela minimal 1/9 luas ruang lantai, bukaan dapat ditembus sinar matahari, ketersediaan penerangan alami dan penerangan buatan di area ruang makan, upaya penanggulangan bahaya kebakaran pada area dapur, dinding kedap air, lubang angin, dan penerangan yang baik di kamar mandi. Juga pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Penerapan Protokol Kesehatan berupa pemasangan media informasi 3M, penyediaan hand sanitizer, pengoptimalan sirkulasi udara dan sinar matahari, ketersediaan peralatan desinfektan, ketersediaan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan air mengalir, dan pengaturan jarak antar kursi minimal 1 meter dan tidak berhadapan. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua sampel rusunawa mahasiswa secara garis besar telah memenuhi Prinsip Rumah Sehat. Sementara, penerapan sarana Protokol Kesehatan di dalam bangunan rusunawa mahasiswa di Kota Makassar masih sangat kurang.Kata kunci: Prinsip Rumah Sehat; Protokol Kesehatan; Rusunawa Mahasiswa; Ruang Bersama.Abstract_ The typology of the student flats building as a vertical residence with three or four floors seems to be more at risk of becoming a place of transmission of COVID-19 compared to a residential area. It is necessary to evaluate the technical elements (health, security, and safety aspects) in the shared spaces in the Student Flats against the fulfillment of the Healthy Home Principles issued by the Ministry of Public Works and Public Housing (2016). And see how far the implementation of the Health Protocol in Makassar City Student Flats refers to the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number HK.01.07/MENKES/382/2020. The research location is in two student flats in Makassar City, namely Rusunawa Hasanuddin University, and the Rusunawa Muslim University of Indonesia. The data analysis technique was carried out through descriptive quantitative methods by scoring the achievement of indicators of the Healthy Home Principles in the form of dry (not damp) floors and walls, a minimum window opening area of 1/9 of the floor space, openings that can be penetrated by sunlight, the availability of natural lighting and artificial lightingin the dining room area, efforts to overcome the danger of fire in the kitchen area, waterproof walls, vents, and good lighting in the bathroom. Also scoring is the achievement of indicators for the Implementation of Health Protocols in the form of installing 3M information media, providing hand sanitizers, optimizing air circulation and sunlight, availability disinfectant equipment, availability Handwashing with Soap (CTPS) and running water facilities, and setting a minimum distance between chairs of 1 meter and not facing each other. The results of the study found that the two samples of student flats, in general, had met the Healthy Home Principles. Meanwhile, the implementation of Health Protocol facilities in student flats in Makassar City is still lacking.Keywords: Healthy Home Principles; Health Protocol; Student Flats; Shared Spaces.
Identifikasi Penerapan Prinsip Arsitektur Neo Vernakuler pada Perancangan Bangunan Rest Area Type A di Kota Palopo Rapi, Adam; A Amin, Siti Fuadillah; Amalia, Andi Annisa; Amal, Citra Amalia; Syahruddin, A. Syahriyunita; Yusri, Andi
Journal of Muhammadiyah’s Application Technology Vol 3, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jumptech.v3i3.16162

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan prinsip arsitektur neo vernakuler dalam perancangan bangunan Rest Area Tipe A di Kota Palopo. Arsitektur neo vernakuler merupakan pendekatan desain yang memadukan elemen-elemen arsitektur tradisional dengan konsep modern, sehingga menciptakan bangunan yang tidak hanya fungsional tetapi juga mencerminkan kearifan lokal. Kota Palopo, dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, menjadi lokasi yang relevan untuk penerapan prinsip arsitektur ini guna mempertahankan identitas lokal dalam fasilitas publik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kajian literatur mengenai arsitektur neo vernakuler, observasi lapangan, serta analisis desain bangunan Rest Area yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan elemen-elemen arsitektur lokal, seperti bentuk atap, penggunaan material lokal, serta pola ruang tradisional, dapat memperkuat identitas budaya setempat tanpa mengorbankan fungsi modern dari bangunan Rest Area. Selain itu, prinsip-prinsip desain berkelanjutan, seperti penggunaan ventilasi alami dan pencahayaan yang efisien, juga dapat diintegrasikan dengan estetika vernakuler untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa penerapan prinsip arsitektur neo vernakuler pada Rest Area Tipe A di Kota Palopo dapat meningkatkan nilai estetika, memperkuat identitas lokal, serta memberikan kenyamanan bagi pengguna. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pengembang dan perencana dalam merancang bangunan publik yang berkelanjutan dan selaras dengan budaya lokal.