Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Al Manba

MOTIVASI KERJA DI LEMBAGA PENDIDIKAN Aisyah, Noor
Al-Manba Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma'rif Buntok

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69782/almanba.v7i13.5

Abstract

Konsep hedonisme merupakan awal dari sebuah pemikiran para filosof Yunani kuno yang bisa ditelusuri lewat tulisan-tulisan mereka yang waktunya lebih dari 23 abad yang lalu. Pemikiran hedonisme sebagai suatu usaha untuk menjalankan motivasi dalam diri seseorang, di mana konsepnya ialah seseorang itu mempunyai kecenderungan mencari kesenangan dan kecenderungan untuk menghindari ketidakenakan dan kesusahan. Motivasi ini sebenarnya sebagai penggerak dalam diri manusia dalam mencapai tujuan hedonisme karena pada hakikat tidak ada manusia yang ingin berada pada posisi tidak nyaman, tidak senang, mencekam atau menakutkan sehingga dengan cara apapun akan dilakukan dalam upaya meraih kecenderungan keenakan dan kesenangan. Perilaku hedonisme manusia yang dipikirkan melalui akalnya sehingga senantiasa bersifat rasional. Dalam sebuah organisasi pada dunia pendidikan yang dikenal dengan sebutan lembaga pendidikan juga diperlukan motivasi kerja karena manusia bekerja dan bertindak berdasarkan motivasi-motivasinya, termasuk mereka yang mengambil keputusan bekerja pada lembaga pendidikan. Oleh karenanya, seorang manajer di lembaga pendidikan penting untuk memperhatikan latar belakang yang menjadi motivasi pendidik bekerja di lembaga tersebut dan harus memahami konsep dari macam-macam teori motivasi ‘Content Theories’, untuk menggugah motivasi mereka agar pendidik dapat bekerja dengan maksimal sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan yang telah disepakati bersama. Teori-teori motivasi yang dikenal dengan ‘Content Theories’ yang dikemukakan oleh para ahli terbagi menjadi sepuluh macam di antaranya: teori Klasik oleh Frederick W. Taylor, teori Kebutuhan oleh Abraham Maslow, teori Dua Faktor oleh Federick Herzberg, teori Pemeliharaan dan Pendorongan dari M. Scoot Myer, teori Human Relation oleh Rensis Likert, teori Preference-Expectation dari Victor H. Vroom, teori Motivasi “X” dan “Y” dari Douglas McGregor, teori Existence, Relatedness, Growth (ERG) dari C. Clayton P. Alderfer, teori Kebutuhan Berprestasi dari David C. McClelland dan teori Motivasi Keadilan dari Strecy Adams.
PENGERTIAN, PERSAMAAN DAN PERBERADAAN ANTARA TAFSIR DAN TA’WIL AL-QURAN Aisyah, Noor
Al-Manba Vol. 8 No. 1 (2023): Al Manba
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma'rif Buntok

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69782/almanba.v8i1.14

Abstract

Tafsir is intended as an outward meaning of the Qur'an while ta'wil is an attempt to understand the outward meaning of the Qur'an. In the understanding between interpretation and ta'wil of the Koran, there are some scholars who equate interpretation and ta'wil of the Koran, but there are also those who distinguish between interpretation and ta'wil of the Koran. Interpretation of the al-Qur’an in terms of explaining the meaning of the verses of the al-Qur’an, most of which are still in a very global (general) form which supports the understanding of the interpretation of the al-Qur’an covering various sciences such as: Science of Sharf, Nahwu , Science I'rab, Mufradat, Ma'ani, Bayan. While the meaning of ta'wil al-Qur’an in language, the word ta'wil comes from the word ala-yaulu-aulan which means to return to the origin. Some argue that ta'wil comes from the word yes, which means to arrange. There are also those who argue that Al-sharf means turning away and Al-siyasah which means tricking. The similarities between interpretation and ta'wil of the Qur'an are (1) The similarity of interpretation wa ta'wil of the Qur'an is actually seen in the target and objective of explaining the purpose and meaning of the verses of the al-Qur’an so that humans avoid mistakes in understanding the contents of the Qur'an as a way of life. Whereas (2) The difference between interpretation and ta'wil of the Qur'an is that ta'wil is an inner interpretation that is deeper than exegesis, but the condition for inner exegesis is that it corresponds to an outward interpretation which is more real and the meaning achieved by the exegesis cannot be expanded. with takwil especially in the interpretation of law.