Claim Missing Document
Check
Articles

PENGGUNAAN SMART CONTRACT DI INDONESIA Kenny Gilbert Tanumihardjo; Made Aditya Pramana Putra
Kertha Wicara : Journal Ilmu Hukum Vol 11 No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/KW.2022.v11.i02.p019

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik perjanjian pengguna smart contract di Indonesia serta mengkaji tentang kepastian hukum pengunaan smart contract dikaitkan dengan Hukum Perjanjian dalam BW. Jenis penelitian yang dipergunakan yakni penelitian hukum doktrinal. Menggunakan pendekatan perundang-undangan serta pendekatan konseptual. Sumber bahan hukum sebagai penunjang yakni bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder. Bahan telah dikumpulkan analisis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni mengumpulkannya secara deskripsi serta menjelaskannya secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik smart contract dijalankan melalui teknologi blockchain serta kepastian hukum penggunaannya belum memenuhi azas kebebasan berkontrak serta unsur subyekti sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Kata Kunci : Smart Contract, Karakteristik, Hukum Perjanjian, Blockchain. ABSTRACT This study aimed to determine how the characteristics of smart contract user agreement in Indonesia as well as examine the legal certainty of the use of smart contract is related to the Law of Agreement in BW. The type of research used was doctrinal law research. Using legislative consensus as well as conceptual approaches. Sourcs of legal materials as support, namely primary legal materials and secondary legal materials. Materials have been collected analysis using qualitative descriptive methods, which is to collect them descriptively and explain them qualitatively. The indicated that the characteristics of smart contracts are carried out through blockchain technology and the legal certainty of its use has not met the princiiple of freedom of contact and the elements of the subject agreed by those who bind themselves. Keywords : Smart Contract, Characteristics, Contract Law, Blockchain.
PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA HONORER SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA Made Aditya Pramana Putra
Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal) Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : University of Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.81 KB) | DOI: 10.24843/JMHU.2016.v05.i03.p15

Abstract

The emergence of The State Civil Apparatus (No. 5 of 2014) gives an impact to position and the legal protection to honorary employees. According to that law, honorary employee was substituted by the government employee with treaty of work. This substitution makes the honorary employees do not have status and legal protection. The aim of this study is to examine position and legal protection of the honorary employee.  This study used normative, legislation, historical, and conceptual approaches. Legal materials used in this study come from primary, secondary, and tertiary, which used library research methods. This study found that since the government publishes the Law No. 5 of 2014 to substitute the Law no. 43 of 1999, the status and the legal protection of the honoraryemployee became unclear. This is because of the government was not able to handle the problem of the honorary employee, especially for the salary, recruitment, and the status. However, actually the case is honorary employee have been playing important roles in government institution. Thus, the Law of the State Civil Apparatus should makes a better protection for the government employee with treaty work as a substitute for the honorary employee. Terbitnya Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negarasangat mempengaruhi kedudukan dan perlindungan hukum bagi tenaga honorer.Dalam undang-undang tersebut, istilah tenaga honorer diganti menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji posisi dan perlindungan hukum bagi tenaga honorer. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, perundangan, historis, dan konseptual. Materi hukum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber primer, sekunderm dan tersier, dengan menggunakan metode studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahw sejak diterbitkannya Undang-undang No. 5 Tahun 2014 yang menggantikan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999, status dan perlindungan hukum tenaga honorer menjadi tidak jelas. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak mampu mengatasi permasalahan tenaga honorer, terutama yang berkaitan dengan sistem penggajian, rekrutmen, dan kejelasan status. Padahal, tenaga honorer mempunyai peran penting dalam institusi pemerintahan. Dengan demikian, Undang-undang Aparatur Sipil Negara seharusnya mampu memberikan perlindungan yang lebih baik bagi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja sebagai pengganti tenaga honorer.
PENEGAKAN HUKUM DALAM PERSAINGAN BISNIS ONLINE (E-COMMERCE) DI INDONESIA Sinta Sonia; Made Aditya Pramana
Kertha Wicara : Journal Ilmu Hukum Vol 11 No 5 (2022)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/KW.2022.v11.i05.p07

Abstract

Tujuan penelitian ini agar dapat diketahui syarat penegakan hukum persaingan bisnis online di Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 hingga kini belum mempunyai ketentuan khusus mengenai e-commerce. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam mengumpulkan data yakni penelitian hukum yuridis normatif yang memposisikan hukum sebagai bangunan dari sistem norma. Adapun definisi sistem norma yaitu norma, asas, serta pedoman dari aturan perundang-undangan, dan ajaran. Kini industri digital kian bergerilya di sejumlah bidang usaha, dari e-commerce hingga fintech. Para pelaku industrinya tak hanya domestic namun juga asing yang turut ikut serta dalam perekonomian digital. Tugas KPPU seperti yang tertuang pada ketentuan tersebut memberi kewenangan dalam memantau aktivitas usaha, termasuk pula usaha pada platform digital. Maka dari itu, para pengusaha e-commerce asing harus patuh pada aturan hukum persaingan usaha di Indonesia, tetapi masih saja ada pengusaha e-commerce asing yang berpraktik anti persaingan di luar daerah teritorial negara Indonesia. Dalam hal ini seharusnya tidak hanya semata-mata mengatur hubungan bisnis tetapi harus berorientasi pada pengaturan dimensi elektronik. Kata Kunci: Penegakan Hukum, Persaingan Bisnis, E-Commerce ABSTRACT The purpose of this research is to know the requirements for law enforcement on online business competition in Indonesia. Law Number 5 of 1999 does not yet have specific provisions regarding e-commerce. The research method used in collecting data is normative juridical law research that positions law as the building of the norm system. The definition of the norm system is norms, principles, and guidelines from laws and regulations, and teachings. Now the digital industry is increasingly guerrilla in a number of business fields, from e-commerce to fintech. The industry players are not only domestic but also foreign who participate in the digital economy. The KPPU's duties as stated in the provision provide the authority to monitor business activities, including businesses on digital platforms. Therefore, foreign e-commerce entrepreneurs must comply with the rules of business competition law in Indonesia, but there are still foreign e-commerce entrepreneurs who practice anti-competition outside the territory of the Indonesian state. In this case, it should not only regulate business relations but must be oriented towards regulating the electronic dimension. Key Words: Law Enforcement, Business Competition, E-Commerce
Kedudukan Premisse Akta Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Gde Kosika Yasa; Made Aditya Pramana Putra
Acta Comitas Vol 7 No 02 (2022)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/AC.2022.v07.i02.p9

Abstract

The purpose of this article is to find out and analyze the premise arrangement of the deed in the Notary Position Act and the notary's responsibility for the premise of the notary deed. This research examines empty norms with normative research methods, statutory approaches and conceptual approaches. The sources of legal materials used are primary legal materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials. The results of this study indicate that the position of the premise on the deed has a facultative nature, that is, not all notary deeds are listed on the premise of the deed, but in general the premise is listed on the complicated deed. The premise in an authentic deed has a central role where it contains important information before entering the body (content) of the deed being made. The responsibility related to the premise of the deed is the responsibility of the appearers because from the understanding of the premise above that all parts of the premise are the information given by the appearers. In this case, the role of the notary is passive or only records the notarial deed from the agreement of the appearers who come to the notary which aims to guarantee the rights and obligations of the appearers. So that in the future a problem arises where the error is in the statements of the appearers or in the material truth is the responsibility of the appearers who submit it.
HAK PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PASCA DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA Cahya Kinari Arnita Putri; Made Aditya Pramana Putra
Kertha Negara : Journal Ilmu Hukum Vol 10 No 4 (2022)
Publisher : Kertha Negara : Journal Ilmu Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Tujuan yang hendak dicapai dalam tulisan ini ialah untuk menulusuri dan mengetahui dari perspektif hukum terkait peralihan peraturan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Pasca Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Penulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah regulasi terbaru PKWT sudah dapat melindungi dan menjamin hak-hak buruh/tenaga kerja, serta bagaimana dampak pengimplementasiannya dalam hubungan kerja di Indonesia. Dalam penulisan ini penulis memilih metode penelitian hukum normatif yaitu memfokuskan objeknya berupa pengolahan bahan-bahan hukum, serta mengumpulkan dan menganalisis unsur-unsur hukum yang ada yang didasari oleh sumber-sumber data sekunder. Penelitian ini memperoleh hasil yaitu bahwa regulasi hukum terbaru PKWT belum sepenuh nya memberikan perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja. Hal ini terbukti dari masih adanya kekaburan bahkan kekosongan aturan yang tidak dapat menampung keresahan masyarakat, salah satu nya belum ada ketentuan yang mengatur akibat hukum PKWT yang dibuat secara tidak tertulis. Hal ini tentu akan berdampak pada saat pengimplementasian nya dalam hubungan kerja karena akan sulit untuk membuktikan hak dan kewajiban para pihak dengan tidak adanya bukti tertulis sebagai jaminan yang kuat. Selain itu, kesejahteraan yang menjamin hak-hak buruh/tenaga kerja akan sulit ditegakkan karena semakin terbuka nya peluang praktik pemberi kerja untuk bertindak semena-mena bahkan mengeksploitasi buruh/tenaga kerja. Kata Kunci: Hak Pekerja, PKWT, Undang-Undang Cipta Kerja ABSTRACT The purpose to be achieved in this scientific paper are to explore and know from legal perspective related to the Certain Time Work Agreement (PKWT) after Law No. 11 of 2020 on Omnibus Law on Job Creation. This paper is also has purposed to figure out about the latest regulation of PKWT has provided legal protection for employees rights and find out the impact of it implementation in Indonesia employment relations. This paper is using normative legal research methods which is focus on the object in the form of processing legal materials, then collect and analyze existing legal elements based on secondary data sources. This paper research obtain that the latest legal regulation of PKWT has not yet fully provided legal protection for employee’s rights. The evident is from the emptiness and obscurity regulations that can’t accommodate public restlessness such as no consequences in unwritten PKWT agreement. This will certainly impact to the implementation in employment relationship because it will be difficult to prove employee rights and responsibility of the parties in the absence of written evidence as a strong guarantee. In addition, it will be difficult to enforce the welfare and legal protection of employee rights because there are more opportunities for employers to act arbitrarily and even exploit the employee. Keywords : Employee Rights, PKWT, Omnibus Law on Job Creation
Kedudukan Penggunaan Premisse Pada Akta Notaris Dalam Pelaksanaan Jabatan Lutfi Aldi Bing Slamet; Made Aditya Pramana Putra
Acta Comitas Vol 8 No 01 (2023)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/AC.2023.v08.i01.p5

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kedudukan premisse dalam akta notaris dan peran notaris dalam pembuatan akta tanpa menggunakan premissee pada akta. Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Dari hasil penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa keduduukan penggunaan premisse ini masih belum diatur pada undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang jabatan notaris (UUJN) melainkan undang-undang hanya mengatur awal akta, badan akta dan akhir atau penutup. Pada pembuatan akta tanpa menggunakan premisse pada akta yang dibuatnya tidak mengakibatkan cacat hukum selama tidak merubah isi pada akta tersebut dan peran notaris dalam hal ini harus cermat karena jika notaris lalai dalam menjalankan jabatannya akan dapat dimintai pertanggung jawaban dan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang notaris dan pelaksanaan dalam jabatannya. Maka, diperlukan pengaturan lebih jelas mengenai premisse akta pada bagian akta otentik agar terlaksananya kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para pihak yang berada di dalam akta otentik.
PERLINDUNGAN HUKUM PENGGUNAAN QUICK RESPONSE CODE SEBAGAI MEDIA TRANSAKSI DIGITAL DALAM MENGATASI CYBER CRIME Ni Putu Meliani Nadyana Putri; Made Aditya Pramana Putra
Kertha Wicara : Journal Ilmu Hukum Vol 11 No 9 (2022)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/KW.2022.v11.i09.p4

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen pada era digitalisasi yaitu dalam melakukan pembayaran transaksi digital QRIS. Metode penelitian Studi ini menggunakan hukum normatif melalui pendekatan perundang-undangan dan komparatif. Studi menjelaskan bahwa dalam perkembangan teknologi telah mendorong sektor ekonomi yang melibatkan penggunaan akses komunikasi, akses informasi, pembayaran, pembelajaran, penelitian dan inovasi sebagai faktor pendorong utama kemajuan ekonomi. Digitalisasi bidang ekonomi ini membawa perubahan signifikan di dalam kegiatan ekonomi, salah satunya adalah transaksi digital melalui QRIS. QRIS dalam membantu proses transaksi dinilai cukup efisien dan efektif sehingga masyarakat umum lebih memilih menggunakan QRIS sebagai media pembayaran jual beli. Namun, penggunaan pembayaran digital yang masif menimbulkan tantangan berat, yaitu potensi kejahatan finansial seperti cyber crime. Oleh karena itu, dalam melindungi konsumen diperlukan suatu peraturan yang dijadikan landasan hukum dalam bertransaksi yang tertuang dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen. Kata Kunci : Transaksi Digital, QRIS, Perlindungan Hukum ABSTRACT This article is aims to intended the legal protection for consumers in the digitalization era, namely in making QRIS digital transaction payments. This study uses a normative legal method with a statute approach and comparative approach. The results of this study shows that technological developments have encouraged economic sectors that involve the use of access to communication, access to information, payments, learning, research and innovation as the main driving factors for economic progress. The digitalization of the economic sector has brought significant changes in economic activities, one of which is digital transactions through QRIS. QRIS in helping the transaction process is considered quite efficient and effective so that the general public prefers to use QRIS as a medium for buying and selling payments. However, the massive use of digital payments poses a severe challenge, namely the potential for financial crimes such as cyber crime. Therefore, in protecting consumers, a regulation is needed which is used as a legal basis for transactions as stated in the Consumer Protection Law. Keywords : Digital Transaction, QRIS, Legal Protection
INDIKASI PREDATORY PRICING DALAM PROMOSI FLASH SALE PADA E-COMMERCE SEBAGAI PRAKTIK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Ni Kadek Neva Rastina Meirani; Made Aditya Pramana Putra
Kertha Wicara : Journal Ilmu Hukum Vol 11 No 11 (2022)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/KW.2022.v11.i11.p1

Abstract

Penulisan penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana keterkaitan promosi Flash Sale pada e-commerce dengan adanya indikasi predatory pricing sebagai praktik persaingan usaha tidak sehat dan peran KPPU sebagai lembaga penegak hukum yang berkaitan dengan indikasi predatory pricing. Penelitian ini dibuat menggunakan metode penelitian yuridis normatif diikuti dengan studi kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwasanya promosi Flash Sale yang berlangsung pada e-commerce tidak mengindikasi adanya predatory pricing karena periode Flash Sale yang berlangsung dalam waktu singkat dan tujuan dari promosi tersebut hanya untuk menarik minat konsumen saja. Dalam menjalankan perannya menjadi lembaga penegak hukum terkait dengan sengketa persaingan usaha, KPPU melakukan tugasnya dengan dibentuknya Deputi Pencegahan yang bertindak mengawasi aktivitas bisnis yang berbasis digital agar terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat. Kata Kunci : Predatory Pricing, E-Commerce, Penegak Hukum ABSTRACT The aim of writing this research study is to find out how Flash Sale promotion is related to e-commerce the indication of predatory pricing as an unfair business competition practice dan the role of KPPU as a law enforcement agency related to indication of predatory pricing. This research was writing with using normatif juridical research methods and assisted with library research. The results of this study indicate that Flash Sale promotion carried out on e-commerce do not indicate of predatory pricing because the Flash Sale period lasts a short time and the purpose of the promotion is inly to attract customer interest. In carrying out its role as a law enforcement agency related to business competition disuputes, KPPU performs its duties by establishing a Deputi of Prevention who acts to supervise digital marketing activities in order to make a fair business competition. Keywords : Predatory Pricing, E-Commerce, Law Enforcer
PENGATURAN BATAS MINIMUM MODAL PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PERORANGAN PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA Wulan Puspita Mahayani; Made Aditya Pramana Putra
Kertha Wicara : Journal Ilmu Hukum Vol 12 No 01 (2022)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/KW.2022.v12.i01.p2

Abstract

Tujuan penulisan karya ilmiah ini untuk memahami pengaturan hukum mengenai syarat pendirian Perseroan Terbatas Perorangan dan menganalisis implikasi yang dapat ditimbulkan apabila dihapusnya nominal batas minimal modal dari pendirian Perseroan Terbatas Perorangan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja. Dalam mengkaji tulisan ilmiah ini menggunakan metode normatif yang utamanya mempergunakan metode pendekatan dari suatu peraturan perundang-undangan yang disebut sebagai (statute approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa persyaratan pendirian Perseroan Terbatas diubah pengaturannya kedalam Undang-Undang Cipta Kerja. Dalam pengaturannya yang baru, Perseroan Terbatas mengenal konsepsi baru yakni Perseroan Terbatas dengan persekutuan modal dan Perseroan Terbatas Perorangan. Ketentuan mengenai Perseoran Terbatas Perorangan dengan persyaratan yang diatur yakni pertama, kepemilikan Perseroan yang hanya dapat dimiliki oleh satu orang saja, kedua pendirian Perseroan dapat dilakukan dengan pembuatan surat pernyataan pendirian, ketiga didaftarkan secara elektronik kepada Menteri. UU Cipta Kerja juga menghapus batas minimal modal pendirian perseroan, implikasi yang ditimbulkan yakni disatu sisi guna meningkatkan pelaku usaha dengan mempermudah upaya legalitas menjadi bentuk badan hukum, disatu sisi pula ketentuan ini tidak memberikan kepastian dan jaminan terhadap pembayaran piutang kepada pihak ketiga jika adanya pinjaman. Kata Kunci: Modal Minimal, Perseroan Terbatas Perorangan, Undang-Undang Cipta Kerja ABSTRACT The purpose of writing this scientific paper is to understand the legal arrangements regarding the requirements for establishing a Individual Limited Liability Company and to analyze the implications that can arise if the nominal minimum capital limit for the establishment of a Individual Limited Liability Company is removed in Law Number 6 of 2023 concerning Stipulation of Government Regulation in Lieu of Law Number 2 of 2022 About Job Creation. In reviewing this scientific paper using a normative method which mainly uses the approach method from a statutory regulation which is referred to as (statute approach), and a conceptual approach (conceptual approach). The results of this study indicate that there are several requirements for the establishment of a Limited Liability Company that have been modified into the Job Creation Law. In its new arrangement, a Limited Liability Company recognizes a new conception, namely a Limited Liability Company with capital partnerships and an Individual Limited Liability Company. Provisions regarding Individual Limited Liability Companies with the conditions set forth are first, the ownership of a Company which can only be owned by one person, secondly the establishment of a Company can be done by making a statement of establishment, thirdly it is registered electronically to the Minister. The Job Creation Law also abolished the minimum capital limit for company establishment, the implications that arise are that on the one hand it is to increase business actors by facilitating legality efforts to form legal entities, on the one hand this provision does not provide certainty and guarantees for the payment of receivables to third parties if there is a loan. Key Words: Minimal Capital, Individual Limited Liability Company, Job Creation Law
TINJAUAN YURIDIS UPAYA HUKUM TERHADAP PRAKTIK MONOPOLI YANG TIMBUL SETELAH DILAKUKANNYA RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN Evelyn Theresya Sugianto; Made Aditya Pramana Putra
Kertha Negara : Journal Ilmu Hukum Vol 11 No 4 (2023)
Publisher : Kertha Negara : Journal Ilmu Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis upaya hukum terhadap praktik monopoli yang timbul setelah dilakukannya restrukturisasi perusahaan, yakni terkait wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam menetapkan pembatalan atas restrukturisasi yang berpotensi menimbulkan praktik monopoli. Hal ini merupakan suatu bentuk konflik norma terhadap tugas Komisi dalam melakukan penilaian awal atas rencana aksi restrukturisasi perusahaan. Metode penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif dimana dalam pengkajiannya akan mengedepankan aspek analisis konsep hukum dan perundang-undangan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Untuk mengumpulkan data, digunakan teknik studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum. Dimana hasil studi menunjukkan bahwa upaya hukum berupa penetapan pembatalan atas restrukturisasi perusahaan yang merupakan wewenang Komisi merupakan bentuk kelalaian Komisi sendiri dalam memberikan penilaian awal terhadap rencana aksi restrukturisasi perusahaan sebelumnya. Oleh karena itu, pembuat undang-undang seharusnya dapat menyediakan upaya hukum lain guna mencegah praktik monopoli, namun tetap memperhatikan kepentingan umum maupun kepentingan pelaku usaha. Kata Kunci: restrukturisasi, monopoli, upaya hukum ABSTRACT The objective of this writing is to examine legal remedies that contradicts the arisen practices of monopoly after a company restructuring is carried out, in which, may result in monopolistic acts done by the Commission for the Supervision of Business Competition due to the decisions of restructuring being cancelled. This is a sort of norm conflict with the task of the commission’s role of conducting an initial review of the company’s restructuring action plan. The applied research method is a lawful normative legal research method and methodology based on the notion of legal analysis as well as data collection procedures carried out through a literature review on legal materials. The results of the study show that legal remedies in the form of stipulating cancellation of company restructuring which is the authority of the commission is a form of negligence by the Commissioni itself in providing an initial assessment of the previous company restructuring action plan. Therefore, legislators should be able to provide other legal remedies to prevent monopolistic practices, nevertheless, being attentive towards the interests of society and business actors. Keywords: restructuring, monopoly, legal remedy
Co-Authors Anak Agung Ngurah Gede Arya Den Santana Annisa Nauli Siregar Ayu Aprilia Purnama Sari Basilla Inakyora Nalya Arimbi Bella Anastasya Putri Fernanda Cahya Kinari Arnita Putri Carolyn Vaniakana Sindinawa Sowolino Elzidan Herendra Palasara Evelyn Theresya Sugianto Galuh Adeatris Hizkia Sutrisno Gde Kosika Yasa Gilang Febrian Valentino Goldberd Barak Pardomuan Manurung Gusti Ayu Anjali Putri Maharani I Gusti Ayu Kade Prisma Yanti I Gusti Ngurah Mahesa Prama Arimartha I Made Mahendraputra Utama Ivana Clarissa Nadine Sipasulta Jessica Tatianna Jimmy Z. Usfunan Josua Hot Dame Sinaga Juwita Susanti Kadek Rolex Apridana Putra Kenny Gilbert Tanumihardjo Kharisma Dewi, Ida Ayu Sita Kurnita, Ni Kadek Ajeng Selly Lailatul Mufarokhah Leonito Ribeiro Lutfi Aldi Bing Slamet Mahesora Mas, Ida Bagus Agung Merlyn Nathasya Divashilia Tampubolon Muhammad Sultan Maulana Ni Kadek Ayumi Ni Kadek Neva Rastina Meirani Ni Komang Diana Putri Yasua Ni Komang Ellyta Ary Murti Ni Made Risna Ghiamaya Putri Ni Nengah Bintang Lestari Ni Putu Meliani Nadyana Putri Ni Wayan Ella Apryani Palasara, Elzidan Herendra Pramana, Ida Bagus Galang Putri, A.A.Ayu Eugene Satya Putu Prita Aira Paramasthi Rai Krisna Justisia Santi, Ni Putu Sukma Meerani Selly Natasya Seto Wijonarko Sinta Sonia Syahla Shafiyyah Agloes Syahputra, Bagus Dwi Surya Tri Arta Udayana, Anak Agung Bagus Usfunan, Jimmy Zeravianus Wijaya, Rapfel Nurmas Winola Cherryl Arvisya Wiratama, I Komang Pasek Wulan Puspita Mahayani Yohanes Usfunan Yonatan, Hotma