Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis keakuratan focal mechanism yang dihasilkan software Joko Tingkir terhadap GCMT dengan perhitungan sudut Kagan dan menganalisis keakuratan data katalog Joko Tingkir terhadap GCMT melalui perhitungan uji-t berpasangan dan Wilcoxon ditinjau dari hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang diuji memiliki magnitudo momen  ≥ 5,0 selama periode 2020-2024 dengan lima daerah penelitian yaitu daerah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua. Parameter yang diuji diantaranya waktu kejadian (origin time), kedalaman, longitude, latitude, dan focal mechanism diantaranya strike, dip, rake. Seluruh data gempa memiliki karakteristik gempa bumi tektonik atau presentase komponen Double Couple (DC) lebih dominan. Hasil perhitungan sudut Kagan dari 50 data uji menunjukkan tidak ada yang mencapai batas 60° sebagaimana dikemukakan oleh Kagan (1991). Nilai ini mengindikasikan bahwa focal mechanism dan bentuk beachball yang dihasilkan oleh software Joko Tingkir relatif sesuai dan homogen terhadap GCMT. Selain itu, nilai-t dari hasil uji-t berpasangan pada parameter kedalaman (-0,88), dip (1,64), dan longitude (-1,23) tidak ada yang mencapai nilai-t kritis . Begitupula untuk nilai z-score dari Wilcoxon pada parameter magnitudo momen (-1,46), strike (-0,25), rake (-0,69) dan latitude (-0,32) tidak ada yang mencapai nilai-z kritis . Dapat disimpulkan bahwa semua parameter peneilitian tidak memiliki perbedaan signifikan antara data katalog Joko Tingir terhadap GCMT.   Abstract This study was conducted with the aim of analyzing the accuracy of focal mechanisms produced by the Joko Tingkir software compared to GCMT using Kagan angle calculations, as well as assessing the accuracy of the Joko Tingkir catalog data against GCMT through paired t-test and Wilcoxon test calculations based on the established hypotheses. The tested data consist of earthquakes with a moment magnitude  ≥ 5.0 during the 2020–2024 period across five study regions: Java, Sumatra, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua. The parameters analyzed include origin time, depth, longitude, latitude, and focal mechanism parameters such as strike, dip, and rake. All tested earthquakes exhibit tectonic characteristics or a dominant Double Couple (DC) component. The Kagan angle results from 50 test data points showed that none exceeded the 60° threshold as stated by Kagan (1991). This indicates that the focal mechanisms and beachball diagrams generated by the Joko Tingkir software are relatively consistent and homogeneous with those of GCMT. In addition, the t-values from the paired t-test for the parameters of depth (-0.88), dip (1.64), and longitude (-1.23) did not reach the critical t-value of ±2.01. Similarly, the z-scores from the Wilcoxon test for the parameters of moment magnitude (-1.46), strike (-0.25), rake (-0.69), and latitude (-0.32) did not reach the critical z-value of ±1.96. It can be concluded that none of the parameters in this study showed significant differences between the Joko Tingkir catalog data and GCMT.