Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Efisiensi Teknik Sampling dalam Penentuan Indeks Keanekaragaman Polychaeta di Padang Lamun Pantai Sire, Lombok Utara Rahman, Ibadur; Nurliah, Nurliah; Larasati, Chandrika Eka
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i2.30533

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang berperan sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat pembesaran dan daerah pemijahan bagi sejumlah besar biota asosiasinya, termasuk polychaeta. Selain mengambil manfaat dari tumbuhan lamun, polychaeta juga berperan terhadap kesuburan substrat lamun karena kemampuannya dalam menguraikan serasah dan meningkatkan kadar oksigen dalam sedimen melalui aktivitas bioturrbasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman polychaeta di padang lamun Pantai Sire, Lombok Utara menggunakan 2 (dua) teknik sampling yang berbeda. Pengamatan data lamun dilakukan menggunakan kuadran 50x50 cm2, dengan 3 (tiga) transek dimana masing-masing terdapat 10 titik pengamatan. Pengambilan sampel polychaeta dilakukan menggunakan alat Ekman Grab dan PVC sediment corer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) jenis lamun dan 17 famili polychaeta di perairan padang lamun Pantai Sire, dimana Capitellidae merupakan jenis dengan rerata kelimpahan tertinggi (1.046±32,34  - 1.430±37,82 individu/m2). Hasil uji-t menunjukkan bahwa perbedaan teknik sampling berpengaruh terhadap total kelimpahan polychaeta di padang lamun, dimana teknik sampling menggunakan PVC sediment corer memiliki hasil yang lebih optimal dibandingkan mengunakan Ekman Grab. Hal tersebut menandakan bahwa alat PVC sediment corer lebih efisien digunakan untuk pengambilan sampel polychaeta di lamun karena sesuai dengan karakteristik substrat lamun yang berpasir. Sedangkan alat Ekman Grab lebih baik digunakan pada substrat berlumpur dan pada perairan yang cenderung dalam. Seagrass bed is one of the ecosystems that act as a place to live, foraging for food, rearing and spawning areas for a large number of associated biota, including polychaeta. Apart from taking advantage of seagrass, polychaeta also plays a role in the fertility of seagrass substrate because of its ability to break down litter and increase oxygen levels in the sediment through bioturbation activity. This study aims to determine the diversity index of polychaeta in seagrass bed at Sire Beach, North Lombok using 2 different sampling techniques. Seagrass data observation was carried out using a 50x50 cm2 quadrant, with 3 transects, each of which had 10 observation points. Polychaeta samples were taken using the Ekman Grab and the PVC sediment corer. The results showed that there were 5 specieses of seagrass and 17 families of polychaeta in seagrass of the Sire Beach, where Capitellidae was the species with the highest average abundance (1,046 ± 32.34 - 1,430 ± 37.82 individuals / m2). The t-test result shows that the different sampling techniques have a correlation to the total abundance of polychaeta, where PVC sediment corer has more optimal results than using Ekman Grab. This indicates that the PVC sediment corer is more efficient to use for polychaeta sampling in seagrass because of its suitability to the characteristics of sandy seagrass substrate. Meanwhile, the Ekman Grab is better to use on muddy substrates and in a deep water. 
Keanekaragaman Jenis Lamun Di Perairan Gili Gede, Lombok Barat Rahman, Ibadur; Nurliah, Nurliah; Himawan, Mahardika Rizki; Jefri, Edwin; Damayanti, Ayu Adhita; Larasati, Chandrika Eka
Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i4.32282

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut yang penting karena berfungsi sebagai habitat beragam jenis, sebagai pemerangkap substrat perairan, peredam gelombang, pendaur ulang zat hara, dan sebagai penyerap sejumlah besar karbon dari atmosfer (blue cabon). Dewasa ini kondisi kesehatan ekosistem lamun senantiasa mengalami penurunan/degradasi, padahal ekosistem lamun menopang sejumlah besar kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya bahkan beberapa di antaranya berdampak langsung terhadap manusia. Maka dari itu, perlu dilakukan kajian mengenai kondisi padang lamun yang hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penataan kawasan perairan agar tetap berorientasi pada upaya pelestarian ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji stuktur komunitas lamun di perairan Gili Gede, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Pengamatan jenis dan persentase penutupan lamun menggunakan kuadran transek berukuran 50cm x 50cm. Pengukuran nilai parameter kualitas air dilakukan secara insitu di lapangan dan di Laboratorium Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Sekotong, Lombok Barat. Hasil penelitian menujukkan bahwa komunitas padang lamun di perairan Gili Gede tersusun atas 4 (empat) jenis, yaitu: Halophilla pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Thalassia hemperichii dengan persentase penutupan berkisar antara 17-47%, dan rerata penutupan sebesar 35%. Jenis lamun Enhalus acoroides merupakan jenis yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam komunitas padang lamun di perairan Gili Gede.  Seagrass is an important marine ecosystem because of its function as habitat for various species, as substrate trapper, wave reducer, nutrient recycler, and as an absorber of large amounts of carbon from the atmosphere (blue cabon). Today, the condition of seagrass ecosystems is constantly decreasing, even though seagrass ecosystems support a large number of other living things, some of which have a direct impact on humans. Therefore, it is necessary to conduct a study on seagrass community structure whose the results can be taken into consideration in making policies related to the arrangement of water areas so that it remain oriented towards ecosystem conservation efforts. This study aims to examine the structure of the seagrass community in Gili Gede, Sekotong District, West Lombok Regency. Observation of the type and percentage of seagrass cover using a 50cm x 50cm transect quadrant. The analysis of water quality parameter was carried out at the Laboratory of Marine Cultivation Fisheries Center (BPBL) Sekotong, West Lombok. The results showed that the seagrass communities in Gili Gede were composed of 4 (four) species, namely: Halophilla pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, and Thalassia hemperichii with a cover percentage ranging from 17-47%, and an average cover of 35%. The seagrass species, Enhalus acoroides, is the species that has the highest contribution to the seagrass community in Gili Gede 
Analisis Kerapatan dan Tutupan Kanopi Mangrove di Gili Petagan, Lombok Timur Puna, Salvina Herawaty; Marwan, Muh.; Lestariningsih, Wiwid Andriyani; Rahman, Ibadur
Journal of Marine Research Vol 12, No 4 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i4.41028

Abstract

Ekosistem mangrove terdapat pada daerah peralihan antara daratan dan lautan yang dapat berkembang pada daerah pasang surut dengan substrat berlumpur atau berpasir. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi fisik, ekologi, dan ekonomi. Gili Petagan merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur dengan luas 56,8 hektar dan didominasi oleh vegetasi mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan dan tutupan kanopi mangrove di Gili Petagan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Pengumpulan data kerapatan mangrove menggunakan metode Dombois & Ellenberg, sedangkan data tutupan kanopi mangrove menggunakan metode hemispherical photography. Hasil penelitian ditemukan empat jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Sonneratia alba. Kisaran diameter batang mangrove di Gili Petagan yaitu antara 4,7-9,56 cm dengan kisaran basal area yaitu antara 46,66-5.320 m2/ha. Rata-rata kerapatan mangrove sebesar 3.120 ind/ha, termasuk dalam kriteria baik. Kemudian nilai rata-rata tutupan kanopi mangrove sebesar 71%, termasuk dalam kategori sedang. Jenis substrat yang dominan ditemukan pada Gili Petagan yaitu lempung berpasir yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove.  The mangrove ecosystem is found in transitional areas between land and sea that can develop in tidal areas with muddy or sandy substrates. Mangrove ecosystem have physical, ecological and economic functions. Gili Petagan is a small island located in Padak Guar Village, Sambelia District, East Lombok Regency with an area of 56.8 hectares and is dominated by mangroves. This study aims to determine mangrove’s density and canopy cover in Gili Petagan, Sambelia District, East Lombok Regency. Mangrove density data were collected using the Dombois and Ellenberg method, while data on mangrove canopy cover were obtained using the hemispherical photography method. The result of the study found four mangrove species, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, and Sonneratia alba. The range of mangrove trunk diameters on Gili Petagan is between 4.7-9.56 cm with a basal area range of between 46.66-5,320 m2/ha. The average density of mangrove is 3.120 ind/ha, which falls within the "good" criteria. Furthermore, the average value of mangrove canopy cover is 71%, classified as "moderate." The dominant type of substrate found on Gili Petagan is sandy loam which is suitable for mangrove growth.
Perbandingan Jumlah Cadangan Karbon Mangrove Aboveground dan Belowground di Gili Petagan, Sambelia, Lombok Timur Asiah-Z.A., Siti; Puna, Salvina H.; Lestariningsih, Wiwid A.; Rahman, Ibadur
Journal of Marine Research Vol 13, No 2 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i2.43504

Abstract

Pemanasan global terjadi karena kandungan karbondioksida di udara terus meningkat. Mangrove dapat menyerap karbon dan menyimpannya di akar, batang, dan daun. Selain itu, substrat di kawasan mangrove juga mampu menyimpan karbon. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah cadangan karbon di aboveground dan belowground pada kawasan mangrove Gili Petagan, Sambelia, Lombok Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2023 di kawasan mangrove Gili Petagan, dan analisis data karbon dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Universitas Mataram. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, pengumpulan data karbon pada sedimen mangrove dilakukan menggunakan sediment corer pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Analisis karbon pada tegakan mangrove menggunakan persamaan alometrik, sedangkan karbon substrat dihitung menggunakan metode Colorimetri Walkey and Black. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat 4 jenis mangrove, yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Sonneratia alba. Estimasi cadangan karbon bagian batang (aboveground) mangrove sebesar 161,77 ton/ha, sedangkan pada bagian akar dan substrat (belowground) di kawasan mangrove Gili Petagan sebesar 112,02 ton/ha.Total jumlah cadangan karbon bagian atas (aboveground) mangrove di Gili Petagan lebih tinggi dibandingkan bagian bawah (belowground).  Global warming is occurring due to the continuous increase in carbon dioxide content in the air. Mangroves can absorb carbon and store it in their roots, stems, and leaves. Additionally, the substrate in mangrove areas is also capable of storing carbon. This research was conducted to determine the amount of carbon reserves in aboveground and belowground areas in the mangrove area of Gili Petagan, Sambelia, East Lombok. The research was conducted from May to August 2023 in the mangrove area of Gili Petagan, and carbon data analysis was carried out at the Soil Chemistry Laboratory, University of Mataram. The research method used was descriptive exploratory, carbon data collection on mangrove sediments was carried out using a sediment corer at depths of 0-30 cm and 30-60 cm. Carbon analysis in mangrove stands was done using allometric equations, while substrate carbon was calculated using the Walkey and Black Colorimetric method. The results obtained were that there are 4 types of mangroves, namely Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, and Sonneratia alba. The estimated carbon reserves for mangrove stems (aboveground) is 161.77 tons/ha, while for roots and substrate (belowground) in the Gili Petagan mangrove area is 112.02 tons/ha. The total amount of carbon reserves for aboveground mangrove in Gili Petagan is higher than the belowground.
Biodiversitas Gastropoda dan Pengaruh Parameter Lingkungan terhadap Kelimpahan Gastropoda di Lahan Mangrove Silvofishery Desa Eyat Mayang, Lombok Barat Wahida, Nurul Safira; Rahman, Ibadur; Buhari, Nurliah
Journal of Marine Research Vol 13, No 3 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i3.46219

Abstract

Gastropoda merupakan hewan bertubuh lunak yang menggunakan otot perutnya untuk berjalan. Tekanan ekologis dan kondisi lingkungan seperti vegetasi mangrove dapat mempengaruhi kelimpahan gastropoda pada suatu kawasan. Desa Eyat Mayang adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat yang memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas, yang kemudian banyak dialihfungsikan menjadi lahan tambak intensif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui biodiversitas gastropoda, kelimpahan gastropoda, dan pengaruh beberapa parameter lingkungan terhadap kelimpahan gastropoda di lahan mangrove silvofishery Desa Eyat Mayang, Kecamatan Lembar, Lombok Barat. Pengambilan sampel gastropoda dilakukan dengan metode transek kuadran pada 3 plot sampling dengan 4 kali pengulangan. Kerapatan ekosistem mangrove di lahan mangrove silvofishery Desa Eyat Mayang, Kecamatan Lembar termasuk kedalam kategori padat (>1500 ind/ha). Terdapat 7 (tujuh) famili,10 genus, dan 14 spesies, dengan kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Cerithidea quadrata (12 ind/m2). Sedangkan spesies Littorina brevicula, Nerita picea, dan Faunus ater memiliki nilai kelimpahan terendah, sebanyak 0,25 ind/m2. Nilai indeks keanekaragaman pada ke 3 plot sampling termasuk ke dalam kategori sedang, indeks keseragaman termasuk ke dalam kategori tinggi, dan tidak terdapat spesies yang mendominasi. Parameter lingkungan berupa suhu, kerapatan mangrove, dan fraksi pasir halus memiliki pengaruh yang kuat terhadap kelimpahan gastropoda dengan nilai korelasi berkisar antara 0,5278 - 0,9999.Gastropods are soft-bodied animals that use their abdominal muscles to walk. Ecological pressures and environmental conditions such as mangrove vegetation can affect the abundance of gastropods in an area. Eyat Mayang Village is one of the villages in Lembar Sub-district, West Lombok Regency which has a fairly large mangrove forest area, which was later converted into intensive ponds. This study was conducted to determine the biodiversity of gastropods, gastropod abundance, and the influence of several environmental parameters on gastropod abundance in mangrove silvofishery in Eyat Mayang Village, Lembar District, West Lombok. Gastropod sampling was conducted using the quadrant transect method on 3 sampling plots with 4 repetitions. The density of mangrove ecosystems in the silvofishery mangrove land of Eyat Mayang Village, Lembar District is included in the dense category (>1500 ind/ha). There are 7 (seven) families, 10 genera, and 14 species, with the highest abundance found in Cerithidea quadrata species (12 ind/m2). While the species Littorina brevicula, Nerita picea, and Faunus ater had the lowest abundance value, as much as 0.25 ind/m2. The diversity index value in the 3 sampling plots is included in the medium category, the uniformity index is included in the high category, and there is no dominating species. Environmental parameters such as temperature, mangrove density, and fine sand fraction have a strong influence on gastropod abundance with correlation values ranging from 0.5278 - 0.9999.
Pelatihan Pengolahan Pangan Berbahan Dasar Rumput Laut Cokrowati, Nunik; Lumbessy, Salnida Yuniarti; Diniarti, Nanda; Fitriani, Syawalina; Waspodo, Saptono; Hilyana, Sitti; Buhari, Nurliah; Rahman, Ibadur; Wahyudi, Rhojim; Larasati, Chandrika Eka; Kholilah, Nenik; Nuryadin, Rusmin; Mujib, Abdul Saddam; Yasir; Basmal, Jamal; Suwarti
Jurnal Aplikasi dan Inovasi Iptek Vol 6 No Risdamas (2024): Jurnal Aplikasi dan Inovasi Iptek No. 6 Vol. Risdamas Desember, 2024
Publisher : Denpasar Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52232/jasintek.v6iRisdamas.199

Abstract

Pemanfaatan rumput laut saat ini sudah beragam, baik untuk produk pangan maupun non pangan. Produk turunan rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 5P, yaitu Pangan, Pakan, Pupuk, Produk Kosmetik, dan Produk Farmasi. Untuk itu kegiatan ini bertujuan untuk transfer ilmu, teknologi dan inovasi pengolahan pangan berbahan dasar rumput laut sebagai camilan sehat. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 November 2024 di Desa Paremas Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Metode kegiatan ini adalah ceramah dan praktek langsung pembuatan produk olahan berbahan rumput laut. Masyarakat sasaran kegiatan ini sejumlah 30 orang yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri. Masyarakat sasaran berasal dari Desa Paremas, Seriweh, Keruak, Lungkak, Jerowaru dan Ketapang Raya Kabupaten Lombok Timur. Hasil kegiatan ini adalah cara membuat pilus rumput laut dan keripik dari Ulva telah diajarkan oleh tim kegiatan kepada masyarakat sasaran. Kripik Ulva memiliki cita rasa gurih, renyah dan ringan dan tetap nampak berwarna hijau. Pilus rumput laut memiliki cita rasa gurih dan masih terasa taste rumput laut. Kesimpulan kegiatan ini adalah keterampilan pembuatan kripik Ulva dan pilus rumput laut telah diajarkan oleh tim kegiatan dan masyarakat sasaran memahami keterampilan tersebut
Seagrass Meadows as Critical Ecosystems: An Integrated Approach to Conservation Area in Saleh Bay, West Nusa Tenggara Lestariningsih, Wiwid Andriyani; Himawan, Mahardika Rizqi; Rahman, Ibadur; Atmaja, Putu Satya Pratama; Khaldun, Muhammad Hafidz Ibnu; Santika, Lora; Murtiyoso, Mahbub; Gigentika, Soraya; Hernawati, Hernawati; Himawan, Cahya; Wibisono, Rendy Vidya
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 30, No 1 (2025): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.30.1.7-19

Abstract

Seagrass beds are crucial for marine ecosystems, providing habitats and food sources for diverse species while naturally protecting coastlines from erosion. These ecosystems play a pivotal role in stabilizing sediments, filtering pollutants, and acting as carbon sinks, which helps mitigate the effects of climate change. Their significance extends to supporting ecotourism and providing essential services to coastal communities, thereby promoting environmental conservation awareness. Saleh Bay, designated as a marine nature reserve, exhibits rich marine biodiversity across its five distinct zones: core, utilization, sustainable fisheries, non-conservation, and other zones. This study aimed a comprehensive understanding of the pivotal role played by seagrass beds in Saleh Bay's integrated ecosystem in West Nusa Tenggara. The density and percentage cover were count from three linear transects and placed perpendicularly to the coastline. Correspondence Analysis (CA) was applied to represents which species most strongly associated with specific zones. Meanwhile, Cluster Analysis was used to grouping specific zones based on the ecological characteristics. A total of eight seagrass species were identified, which dominated by Enhalus acoroides (42.15%) and closely related to Sustainable Fisheries and Utilization zones. Furthermore, the Cluster Analysis indicates that the Utilization and Sustainable Fisheries zones exhibit the highest degree of similarity (90%) based on their density characteristics. This research underscores the broader understanding of seagrass ecosystems. The high similarity between the Utilization and Sustainable Fisheries zones suggests that these areas play complementary roles in supporting the health of seagrass ecosystems. Management plans should integrate these findings to optimize resource use while ensuring ecological sustainability.
Spatial Distribution and Utilization of Marine Habitats by Green Turtle (Chelonia mydas) and Hawksbill Turtle (Eretmochelys imbricata) in the Gili Matra Island Marine Protected Area Lestariningsih, Wiwid Andriyani; Himawan, Mahardika Rizqi; Rahman, Ibadur; Araujo, Gonzalo; Adiwijaya, Cakra; Khaldun, Muhammad Hafidz Ibnu; Cahaya, Himaya Kartika; Alam, Dita Hikmatul; Hotmariyah, Hotmariyah
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 11 No. 2 (2025): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jstl.v11i2.869

Abstract

Sea turtles are one of the key biota in coastal and marine ecosystems whose existence is not only ecologically important, but also holds social, cultural, and economic value. Indonesia, as the largest archipelagic country in the world, is home to six of the world’s seven sea turtle species, making it a globally significant habitat for the sea turtle life cycle. The Gili Matra Marine Protected Area, encompassing the three islands of Gili Trawangan, Gili Meno, and Gili Air, is one of the strategic regions with high potential for sea turtle conservation. This study aims to document and analyze the spatial distribution and habitat use of green turtles (Chelonia mydas) and hawksbill turtles (Eretmochelys imbricata) in the Gili Matra Marine Protected Area. Data collection was carried out during the period of September to October 2024, adjusted to weather conditions and water visibility. The method used was the Underwater Turtle Visual Census Methodology. The composition of sea turtle species and habitat characteristics were analyzed using descriptive analysis to summarize the patterns of species presence, habitat types, and environmental conditions observed during the survey. The findings indicate that the area supports both species, with sea turtles observed at various depths (9–16 meters) across multiple dive sites. The predominance of female individuals and the variation in species presence across sites suggest species specific habitat preferences and potential influences of environmental conditions. Both sea turtle was mostly observed in locations associated with coral reef structures.
PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK PERIKANAN BAGI WANITA PESISIR DI DESA MERTAK KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAH Buhari, Nurliah; Waspodo, Saptono; Damayanti, Ayu Adhita; Rahman, Ibadur; Himawan, Mahardika Rizki
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppi.v1i1.40

Abstract

Desa Mertak adalah salah satu dari 6 desa penyangga Kawasan Ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Secara geografis, Desa Mertak berbatasan langsung dengan dua teluk yaitu Teluk Awang dan Teluk Bumbang. Kedua teluk tersebut, merupakan habitat benih lobster dan ikan-ikan karang. Selain itu, sebelah Selatan dari kedua teluk tersebut adalah perairan Samudera Hindia yang merupakan daerah penangkapan untuk ikan-ikan pelagis. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas wanita pesisir dalam memanfaatkan sumberdaya laut sekaligus memberikan keterampilan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dari pengembangan KEK Mandalika sebagai destinasi pariwisata super prioritas. Kegiatan dilakukan melalui 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap persiapan dilakukan dengan melakukan kordinasi dengan pemerintah desa dan melakukan diskusi dengan calon peserta terkait dengan waktu pelaksanaan dan lokasi pelatihan. Tahap pelaksanaan yaitu pelaksanaan pelatihan terdiri dari pemaparan materi dan praktek pengolahan produk perikanan secara partisipatif. Tahap evaluasi dilakukan melalui wawancara dengan peserta setelah pelatihan selesai dilaksanakan. Peserta terlihat antusias dan aktif berpartisipasi selama pelatihan dilakukan. Para peserta merasa puas dengan produk yang dihasilkan baik dari segi rasa maupun tampilan. Peserta juga merasa mampu untuk membuat kedua produk tersebut secara mandiri. Namun demikian, wawancara setelah 2 bulan pelaksanaan pelatihan, para peserta belum pernah membuat kembali produk tersebut.
PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK MENJADI EKOBRIK UNTUK MENEKAN LAJU PENCEMARAN SAMPAH MIKROPLASTIK YANG MENGANCAM KELANGSUNGAN HIDUP BIOTA PERAIRAN TELUK BUMBANG, KABUPATEN LOMBOK TENGAH Rahman, Ibadur; Larasati, Chandrika Eka; Waspodo, Saptono; Gigentika, Soraya; Jefri, Edwin
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppi.v1i1.82

Abstract

Sampah plastik merupakan permasalahan serius karena sifatnya yang sangat sulit terurai secara alami. Bentuk derifat dari sampah plastik yaitu sampah mikroplastik yang berukuran ≤ 5 mm. Berbagai penelitian menunjukkan terdapat sejumlah konsentrasi plastik dalam tubuh organisme perairan, seperti: plankton, kekerangan, krustasea, dan ikan. Kandungan plastik pada hewan tersebut dapat dipindahkan ke hewan pemangsanya termasuk manusia dalam rantai makanan. Konsentrasi plastik pada tubuh manusia dapat memicu pertumbuhan sel kanker yang mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Masyarakat Teluk Bumbang sejatinya telah mengetahui dampak negatif sampah plastik yang dibuang ke laut, namun dalam prakteknya masih banyak dijumpai karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang membudaya. Pengabdian kepada masyarakat ini berupaya menambah kesadaran masyarakat mengenai ancaman sampah mikroplastik terhadap lingkungan dan biota perairan, serta mengenai solusi pengelolaan sampah plastik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: (1) survei tentang pemahaman dan perilaku masyarakat terhadap sampah plastik; (2) penyuluhan mengenai ancaman sampah plastik; (3) pelatihan pembuatan ekobrik untuk mengurangi laju produksi sampah plastik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dihadiri kelompok nelayan Teluk Bumbang dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagaian besar masyarakat masih membuang sampah di sembarang tempat sedangkan yang lainnya membuang sampah ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai ancaman sampah plastik, masyarakat menunjukkan komitmennya untuk berhenti membuang sampah sembarangan dan berkomiten dalam upaya mengelola sampah plastik menjadi produk yang bernilai ekonomis, misalnya ekobrik