Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

KEMAMPUAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM MEMBUAT SOAL TES BERBASIS HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) DI SMP SEKECMATAN KARANGNUNGGAL Chandra, Deni; Heryadi, Dedi
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 16, No 1 (2020): Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/fjpbsi.v16i1.2338

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kemampuan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam membuat soal tes berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) tingkat SMP se-Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya dan (2) menganalisis kesesuaian soal tes yang dibuat oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ditinjau dari kriteria soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Penelitian ini dilaksanakan di tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang secara keseluruhan berjumlah 7 orang. Sumber data dari SMP N 1 Karangnunggal sebanayak 2 orang, dari SMP Negeri 3 Karangnunggal sebanyak 2 orang dan dari SMP IT Karangnunggal sebanyak 3 orang. Data yang diperoleh berupa soal esai dan pilihan ganda yang dibuat oleh setiap responden.Pemerolehan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes.Data tersebut dikaji dengan teknik analisis deskriptif. Hasil pengkajian pertama diperoleh kemampuan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam membuat soal tes berbasis HOTS dalam bentuk esai maupun pilihan ganda masih rendah. Hal tersebut terbukti dari jumlah keseluruhan soal yang masih berada pada ranah ingatan (C1).Hasil pengkajian yang kedua diperoleh bahwa bentuk soal pilihan ganda ataupun esai belum memenuhi kriteria soal HOTS yang baik.Hal itu terbukti dari masih banyaknnya soal pilihan ganda ataupun esai yang belum menggunakan stimulus yang menarik dan kontekstual, mengukur kemampuan kognitif level analisis, evaluasi, maupun mencipta serta belum mengandung jawaban yang tersirat.KATA KUNCI: Higher Order Thinking Skills (HOTS); Kemampuan Guru; Soal TesABILITY OF INDONESIAN TEACHERS IN MAKING TEST BASED HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) IN JUNIOR HIGH SCHOOL DISTRICT KARANGNUNGGAL ABSTRACT: This research is aimed to describe (1) the ability of Bahasa Indonesia teachers to construct the questions based on HOTS for Junior High School students in Karangnunggal district Tasikmalaya and (2) the analysis of examination questions that are made by Bahasa Indonesia teachers considering the criteria of HOTS. This research was conducted at 3 Junior High School in Karangnunggal district by using qualytative descriptive method. The data source in this research is teachers of Bahasa Indonesia which amount 7 teachers. The data source are 2 teachers from SMPN 1 Karangnunggal, 2 teachers from SMPN 3 Karangnunggal, and 3 teachers from SMP IT Karangnunggal. The data gained are essay questions and multiple choice questions which are made by each respondent. The aquisition of the data in this research is using test. Those datas are examined by using descriptive analysis technique. The result of first assesment is that the ability of Bahasa Indonesia teachers to construct the quesrions based on HOTS in essay and multiple choice form is skill low. That statment is proven from the whole numbers of questions that is in memory domain (C1). The second assesment results that the assay and multiple choice from have not fulfilled the criteria of a good HOTS questions. That statment is proven from the essay and multiple choice questions that are still lack of interesting and contextual stimulants, measure that analysis level, evaluation level, and creating level of cognitif ability and also have not contained implicit answer.KEYWORDS: Higher Order Thinking Skills (HOTS); Teachers Ability; Test Question.
Reactualization of Marhaenism Principles to Promote Marginal Community’s Social Welfare Pratama, Febri Fajar; Asyiah, Ai Kusmiati; Chandra, Deni
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol 30, No 1 (2021): : JPIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial): June 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v30i1.29497

Abstract

Marhaenism is the principle of struggle for the Indonesian people driven by Sukarno in the early days of the national movement against imperialism of foreign nations. The oppression and capitalism of the bourgeoisie at that time became a crucial issue which Sukarno saw as something to be opposed. The marhaen, hereinafter became a term for those who are oppressed, destitute, and do not have the opportunity to prosper themselves. Socio-democracy, socio-nationalism, mass action and non-cooperation characterize the marhaen movement. In the end, marhaenism succeeded in becoming the distinctive ideology developed by Sukarno and inspired him in designing the basics of the formulation of Pancasila. However, after independence, problems related to poverty and the welfare of the community, especially the marginalized (marginalized) are still not over, so there is a need for a political strategy that leads to policy optimization by prioritizing the interests of the little people. So, the reactualization of the principle of marhaenism becomes relevant to be reviewed and echoed again. The purpose of this study is to provide an analytical (descriptive analytical) description of the reactualization of the principle of marhaenism using a qualitative approach.
Implikasi Cerita Dongeng “Sakadang Monyet Jeung Sakadang Kuya” dalam Membentuk Sikap Kejujuran dan Belas Kasih pada Siswa Sekolah Dasar Chandra, Deni; Wakih, Agus Ahmad; Pratama, Febri Fajar
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 6 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.4118

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implikasi dari cerita dongeng yang berjudul “Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet” dalam membentuk karakter kejujuran dan belas kasih pada siswa SD kelas I di Desa Karangnunggal. Metode penelitian yang digunakan yaitu jenis kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Parakanmuncang, yang diambil dengan Teknik purposive sampling. Analisis data meliputi tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendongeng adalah cara yang efektif untuk membentuk karakter siswa. Karakter tokoh dan alur cerita memberikan pelajaran dan nilai-nilai yang positif dan dapat diserap oleh siswa. Adanya gambaran secara mendetail terkait karakter tokoh menarik perhatian siswa untuk mengikuti atau meniru gaya si tokoh dalam dongeng. Karakter kejujuran dan belas kasih muncul paling dominan dan ditiru oleh peserta didik. Selain kejujuran dan belas kasih muncul juga sikap tanggung jawab dan disiplin.
Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Menggunakan Metode Role Playing pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV SDN 2 Cibanteng Rosmawati, Euis; Chandra, Deni; Dwi Febriani, Winarti
Indo-MathEdu Intellectuals Journal Vol. 5 No. 3 (2024): Indo-MathEdu Intellectuals Journal
Publisher : Lembaga Intelektual Muda (LIM) Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54373/imeij.v5i3.1192

Abstract

This study aims to improve students' speaking skills through the implementation of the role-playing method in Indonesian language learning. The research method used is classroom action research (CAR), which consists of planning, action, observation, and reflection in each cycle. The subjects of this study are 32 students, consisting of 17 female and 15 male students. Based on the research results, the students' speaking skills are still low; students tend to be shy, less expressive, hesitant, and confused about what to say. Students have not mastered linguistic factors such as pronunciation accuracy, intonation, and word choice. The role-playing learning method involves students extensively in speaking through drama activities. The results of this study indicate that students' speaking skills improved using the role-playing method. In the first cycle, the average score was 76.6, with 23 students passing and 9 students not passing, resulting in a percentage of 71.88% categorized as high. There was an improvement in the second cycle, with an average score of 87.96, where 30 students passed and 2 students did not, resulting in a percentage of 93.75% categorized as very high
Meningkatkan Kreativitas Menggambar Siswa Kelas V SD Menggunakan Teknik Sketsa Motif Payung Geulis Tasikmalaya (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran SBDP di SDN 1 Rancapaku Kecamatan Padakembang Kabupaten Tasikmalaya) Fuzi Lestari, Triana; Ahmad Wakih, Agus; Chandra, Deni
Rayah Al-Islam Vol 8 No 3 (2024): Rayah Al Islam Agustus 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/rais.v8i3.1061

Abstract

Pendidikan Seni Budaya di sekolah diadakan karena memiliki keunikan, makna, dan manfaat yang signifikan dalam perkembangan peserta didik. Keunikan pendidikan Seni Budaya terletak pada pengalaman estetik yang melibatkan aktivitas ekspresi dan kreativitas dengan pendekatan “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni,” dan “belajar tentang seni,” dimana pendekatan ini tidak dapat ditemukan dalam mata pelajaran lainnya (Pitriani, 2020). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti di SDN 1 Rancapaku kelas V yang berjumlah 30 siswa, menunjukkan bahwasannya pembelajaran SBdP belum memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 20 siswa (66,67%) mengalami kesulitan dalam menggambar saat proses pembelajaran mata pelajaran SBdP dan belum memenuhi kriteria penilaian kreativitas yang meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keuletan. Selain itu, siswa belum dikenalkan mengenai teknik-teknik dalam menggambar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa dengan cara menggambar motif payung geulis Tasikmalaya menggunakan teknik sketsa. Dengan melalui penelitian ini, peneliti berharap siswa dapat meningkatkan kreativitas menggambar siswa kelas V di SDN 1 Rancapaku dalam menghasilkan sebuah karya seni rupa dua dimensi dan juga mengenal akan ciri khas dari tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan metode Kemmis dan Mc. Tagart. Model penelitian ini merupakan pengembangan dari model Kurt lewn yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan penilaian hasil karya siswa. Model siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Hasil dari penelitian ini penulis menemukan bahwa penggunaan teknik sketsa motif payung geulis dapat meningkatkan kreativitas dengan nilai rata-rata kreativitas siswa meningkat dari 71,93 menjadi 85,67 dengan peningkatan signifikan pada setiap aspek yang diukur. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas menggambar siswa di kelas V SDN 1 Rancapaku sudah meningkat dan mencapai KKM yang telah ditentukan. Arts and Culture education in schools is held because it has uniqueness, meaning and significant benefits in the development of students. The uniqueness of Arts and Culture education lies in the aesthetic experience which involves expression and creativity activities with the approach of "learning with art," "learning through art," and "learning about art," where this approach cannot be found in other subjects (Pitriani, 2020) . Based on the results of observations made by researchers at SDN 1 Rancapaku class V, totaling 30 students, it shows that SBdP learning is not satisfactory. This is proven by as many as 20 students (66.67%) experiencing difficulties in drawing during the SBdP learning process and not meeting the creativity assessment criteria which include fluency, flexibility, originality and tenacity. Apart from that, students have not been introduced to drawing techniques that can be used to increase student creativity. Therefore, efforts are needed to increase students' creativity by drawing Tasikmalaya geulis umbrella motifs using sketching techniques. Through this research, researchers hope that students can increase the drawing creativity of class V students at SDN 1 Rancapaku in producing two-dimensional works of art and also become familiar with the characteristics of Tasikmalaya. The method used in this research is the Classroom Action Research (PTK) method using the Kemmis and Mc methods. Tagart. This research model is a development of the Kurt Lewn model which consists of planning, implementation, observation and reflection. Data was collected through observation, interviews and assessment of student work. PTK cycle model according to Kemmis and Mc. The results of this research, the author found that the use of the geulis umbrella motif sketch technique can increase students' creativity in aspects of fluency, flexibility, originality and elaboration. The average student creativity score increased from 71.93 to 85.67 with significant improvements in every aspect measured. This shows that the drawing creativity of students in class V of SDN 1 Rancapaku has increased and reached the specified KKM.
ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA DALAM MANTRA PALIKA DI DESA KARANGNUNGGAL KECAMATAN KARANGNUNGGAL KABUPATEN TASIKMALAYA Chandra, Deni; Pratama, Febri Fajar
BASINDO : jurnal kajian bahasa, sastra Indonesia, dan pembelajarannya Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Departemen Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um007v6i12022p33-40

Abstract

Mantra adalah salah satu sastra lama yang diwarikan oleh nenek moyang melalui media leluri atau mulut ke mulut. Salah satu mantra yang mulai redup yaitu mantra Palika. Palika adalah orang yang suka menyelam untuk menangkap ikan. Salah satu daerah di Kabupaten Tassikmalaya yang masih membudayakan pembacaan mantra palika adalah Dusun Cimuncang, Desa Karangnunggal, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya. Adapun tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mendeskripssikan secara lengkap struktur yang terkandung dalam mantra Palika dan (2) untuk mendeskripsikan secara lengkap makna yang terkandung dalam mantra Palika. Berkenaan dengan hal tersebut penelitian ini dilaksanakan di Dusun Cimuncang, Dessa Karangnunggal, Kecamatan Karangnunnggal Kabupaten Tasikmalaya dengan sumber informan sebanyak tiga orang. Data yang diperoleh berupa catatan mantra dan rekaman pembacaan mantra. Pemerolehan data didapatkan dengan melakukan observasi, wawancara mendalam dengan semua informan dan catatan lapangan. Sementara untuk memvalidasi data yang didapatkan maka digunakan alat validasi trianggulasi sumber. Berdasarkan hasil analisis diperoleh simpulan bahwa diksi yang digunakan dalam mantra palika menggunakan dikssi yang bersifat konotatif. Rima yang terdapat dalam mantra palika yaitu rima sempurna, rima tak sempurna, dan rima mutlak. Sementara itu, irama yang digunakan dalam pembacaan mantra palika adalah datar. Selanjutnya, pemaknaan mantra palika diperoleh dengan cara pembacaan mantra secara heuristik dan hermeneutik.Kata kunci: Mantra, Palika, Struktur, Heurisstik, Heurmenetik
Analysis of the Causes of Reading Difficulties In Class V Students of SDN 3 Sukamanah Rahmayanti, Putri; Rakhmat, Cece; Chandra, Deni
Zona Education Indonesia Vol. 2 No. 1 (2024): FEBRUARY 2024
Publisher : Yayasan Mentari Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Many factors cause the low level of literacy among Indonesian society, namely (1) internal factors (2) external factors. Based on the results of research observations at SDN 3 Sukamanah which is in Cisingkah hamlet, Sukamanah village, Sindangkasih sub-district, Ciamis district, there are problems that indicate there are students who cannot read, one of which is class V, with 5 students declared unable to read. This situation shows that there are factors that cause reading difficulties in students. So the aim of this research is to analyze reading difficulties in class V students at SDN 3 Sukamanah. This research method uses qualitative descriptive research. In this research, the data collection techniques used by researchers are tests, observations, interviews. Based on the results of observations and interviews conducted by researchers regarding children who have difficulty reading, researchers analyzed 3 aspects of reading word order, understanding sentences, and paying attention to punctuation. There are 2 factors that can cause children not to be able to read, namely internal factors and external factors. .2 out of 5 students studied, namely JCM and MMF, experienced intellectual factors. FMS, HAM, JCM, MMF, and RPP also experience internal factors, namely psychological factors, then 3 out of 5 students, namely, FMS, JCAM, MMF, have inhibiting factors from the family
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas 1 SDN Kalapasari Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas 1 SDN Kalapasari) Nurmalasari, Isti; Maftuh, Ade; Chandra, Deni
Journal Of Dehasen Educational Review Vol 5 No 1 (2024): Journal of Dehasen Educational Review, March
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/joder.v5i1.6161

Abstract

Reading is one of the four basic language skills, and is a part or component of written communication. In written communication, language sound symbols are changed into written symbols or letters. Beginning reading is an initial skill that must be learned or mastered by readers. Beginning reading is the initial level for people to be able to read. The aim of this research is to improve beginning reading skills in grade 1 students. The research method used is the classroom action research method. The process of Classroom Action Research (PTK) stages are: (1) planning, (2) implementation, ( 3) observation, (4) reflection. Of these four activities, a series of sequential activities will be fulfilled in stages or repeated cycles in learning activities carried out. The results of learning using the STAD type cooperative model are said to be increasing because there is an increase in various actions, namely: 1. Pre-action there is 63% of students' abilities 2. Cycle In cycle I, there was 65% of student ability. 3. In cycle II, there was 73% of student ability. It was concluded that the STAD model given to grade 1 students at SDN Kalapasari had an increase in the quality of initial reading. In cycle 1, completeness data was obtained at 65%, which then increased to 73% in cycle II. ABSTRAK Membaca adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan bagian atau komponen dari komunikasi tulis. Dalam komunikasi tulis,lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulis atau huruf-huruf.Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat awal agar orang bisa membaca. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).Proses tahapan Peneletian Tindakan Kelas (PTK) yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Dari keempat kegiatan tersebut akan memenuhi rangkaian kegiatan yang berurutan secara bertahap atau siklus berulang dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan hasil pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dikataan meningkat karna tedapat peningkatan di berbagai tindakan yaitu :1.Pra tindakan terdapat 63% kemampuan siswa 2.Siklus I terdapat 65% kemampuan siswa 3. Siklus II terdapat 73% kemampuan siswa disimpulkan bahwa model STAD yang diberikan pada siswa kelas 1 siswa SDN Kalapasari terdapat peningkatan kualitas membaca permulaan Pada siklus 1 diperoleh data ketuntasan 65% kemudian meningkat menjadi 73% pada siklus II.
Studi Analisis Konsep Ideologi Marhaenisme Sukarno Sebagai Asas Perjuangan Bangsa Indonesia Pratama, Febri Fajar; Asyiah, Ai Kusmiati; Chandra, Deni
Jurnal Kewarganegaraan Vol 19, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Department of Pancasila and Civic Education, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jk.v19i1.33301

Abstract

AbstractIdeology is important in the order of social and state life. Philosophically, the concept of ideology is very subjective. There are those who consider ideology as dogma, while others are concerned with linking ideology as political discourse and political views. Meanwhile, some think that ideology is based on the concrete interests of social class which is marked by the absence of interest on an economic basis. In the socio-historical context of the Indonesian nation, ideology is used as a "tool" for the struggle to form the mental, character, spirit and thoughts of anti-colonialism, so as to create a manifestation of the fundamental values of Indonesia in the form of Pancasila formulated by national figures. The purpose of this research is to study and analyze the concept of Sukarno's Marhaenism ideology which became the forerunner of thoughts/ideas about Pancasila. The method used is concept analysis with a qualitative approach. Based on the results of the analysis carried out, the results show that marhaenism conceptually emphasizes aspects of the struggle of the marhaens, namely the groups exploited by imperialism and capitalism so that they have difficulty being able to prosper themselves. The important elements in the ideology of Marxism are socio-nationalism, socio-democracy, mass-action, machtvorming, non-cooperation, and self-reliance. and self-reliance.--------------AbstrakIdeologi menjadi hal yang penting dalam tatanan kehidupan sosial maupun bernegara. Secara filosofis, konsep ideologi sangatlah subjektif. Ada yang menganggap ideologi sebagai dogma, ada juga yang menyangkutpautkan ideologi sebagai diskursus politik dan pandangan politik. Sedangkan sebagian lagi menganggap ideologi didasarkan pada kepentingan konkret kelas sosial yang ditandai oleh tidak adanya kepentingan atas dasar ekonomi. Dalam sosio-historis bangsa Indonesia, ideologi dijadikan sebagai “alat” perjuangan untuk membentuk mental, karakter, semangat dan pemikiran anti kolonialisme, sehingga terciptalah manifestasi dari nilai-nilai fundamental keindonesiaan berupa Pancasila yang dirumuskan oleh para tokoh nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis konsep tentang ideologi Marhaenisme Sukarno yang menjadi cikal bakal pemikiran/gagasan mengenai Pancasila. Metode yang digunakan adalah analisis konsep dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil dari analisis yang dilakukan didapatkan hasil bahwa marhaenisme secara konseptual menekankan pada aspek perjuangan kaum marhaen, yaitu kelompok yang dieksploitasi oleh imperialisme dan kapitalisme sehingga mereka kesulitan untuk bisa mensejahterakan dirinya. Adapun unsur-unsur penting dalam ideologi marhaenisme yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, aksi-massa, machtvorming, non-kooperasi, dan self-reliance.
Implikasi Cerita Dongeng “Sakadang Monyet Jeung Sakadang Kuya” dalam Membentuk Sikap Kejujuran dan Belas Kasih pada Siswa Sekolah Dasar Chandra, Deni; Wakih, Agus Ahmad; Pratama, Febri Fajar
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 6 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.4118

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implikasi dari cerita dongeng yang berjudul “Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet” dalam membentuk karakter kejujuran dan belas kasih pada siswa SD kelas I di Desa Karangnunggal. Metode penelitian yang digunakan yaitu jenis kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Parakanmuncang, yang diambil dengan Teknik purposive sampling. Analisis data meliputi tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendongeng adalah cara yang efektif untuk membentuk karakter siswa. Karakter tokoh dan alur cerita memberikan pelajaran dan nilai-nilai yang positif dan dapat diserap oleh siswa. Adanya gambaran secara mendetail terkait karakter tokoh menarik perhatian siswa untuk mengikuti atau meniru gaya si tokoh dalam dongeng. Karakter kejujuran dan belas kasih muncul paling dominan dan ditiru oleh peserta didik. Selain kejujuran dan belas kasih muncul juga sikap tanggung jawab dan disiplin.