Claim Missing Document
Check
Articles

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus) I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; Ketut Agus Adrianta
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 2 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v2i2.1100

Abstract

Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja langsung terhadap ginjal. Salah satu tumbuhan yang secara empirik berkhasiat sebagai diuretik yaitu daun bayam merah (Amaranthus tricolor). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek diuretik ekstrak etanol daun bayam merah pada tikus putih jantan galur wistar. Hewan uji sebanyak 24 ekor tikus jantan galur wistar dibagi menjadi 4 kelompok dipuasakan selama 5-6 jam, kelompok I kontrol negatif diberi suspensi CMC Na 0,5%, kelompok II kontrol positif diberi suspensi furosemid dosis 0,72mg/ 200gBB, kelompok III diberi suspensi ekstrak 25% dan kelompok IV suspensi ekstrak 40%. Ekstrak etanol diberikan pada hewan uji secara per oral dengan volume pemberian 2,5 ml. Hewan uji dimasukkan dalam metabolic cage, diberi 5 ml air minum secara per oral tiap 3 jam. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, apabila terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan (p < 0,05) antara kontrol negatif dan kontrol positif serta konsentrasi ekstrak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan ekstrak etanol daun bayam merah memiliki efek diuretik pada tikus putih jantan galur wistar.
UJI EFEKTIVITAS AFRODISIAKA DARI EKSTRAK ETANOL BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) PADA TIKUS (Rattus norvegicus L.) PUTIH JANTAN Ketut Agus Adrianta; I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 2 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v2i2.1101

Abstract

Afrodisiaka adalah semua bahan baik obat dan makanan yang dapat membangkitkan gairah seksual. Di Indonesia terdapat begitu banyak bahan tanaman obat herbal alami yang dapat digunakan sebagai afrodisiaka. Salah satu tanaman yang dipercaya mempunyai khasiat sebagai afrodisiaka adalah tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) sebagai afrodisiaka pada tikus (Rattus norvegicus L.) putih jantan. Ekstrak bunga kembang sepatu diberikan secara oral setiap hari selama 8 hari. Terdapat 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol yang diberikan akuades, kelompok perlakuan I diberikan ekstrak bunga kembang sepatu dengan dosis 1 g/KgBB, dan kelompok perlakuan II diberikan ekstrak bunga kembang sepatu konsentrasi 2g/KgBB, Parameter pengukuran berupa introduction (pendekatan), climbing (menunggang), dan coitus (kawin). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga kembang sepatu dapat meningkatkan libido tikus putih jantan. Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bunga kembang sepatu secara oral selama 8 hari efektif meningkatkan libido tikus jantan pada dosis 1g/KgBB.
Efektivitas Analgesik Ekstrak Etil Asetat Daun Kersen (Muntingia calabura L.) pada Mencit Putih (Mus musculus) dengan Metode Rangsangan Panas (Hot Plate Method) I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; I Made Agus Sunadi Putra; Ketut Agus Adrianta; Ni Nyoman Wahyu Udayani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v7i1.1385

Abstract

Abstrak: Bali merupakan salah satu provinsi dengan tingkat penggunaan obat analgesik yang terus meningkat. Penggunaan obat analgesik dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping. Sehubungan dengan hal tersebut, orientasi masyarakat saat ini telah beralih ke alam, “ back to nature” yang membawa masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam, termasuk pengobatan dengan tanaman berkhasiat obat. Salah satunya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat analgesik secara empiris yaitu daun kersen (Mutingia calabura L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas analgesik ekstrak daun kersen pada mencit putih (Mus Musculus). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode rangsangan panas pada suhu 550C. Pada penelitian ini menggunakan hewan uji mencit putih yang dibagi dalam lima kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok kontrol positif diberi asam mefenamat 1,3 mg/20 g BB, kelompok kontrol negatif diberi minyak kelapa 0,5 ml/20 g BB, kelompok uji diberi ekstrak daun kersen dengan dosis 100 mg/KgBB, 125 mg/KgBB dan 150 mg/KgBB. Pengujian efek analgesik dilakukan pada menit ke-60. Dari hasil uji Tukey Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap waktu munculnya respon nyeri antara kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan (ekstrak dosis 125mg/KgBB dan 150mg/KgBB) dengan nilai signifikan secara berturut-turut 0.914 dan 0,996. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bawah ekstrak etil asetat daun kersen dosis 125mg/KgBB efektif sebagai analgesik pada mencit jantan.
Efektivitas Salep Ekstrak Etil Asetat Daun Gliricidia Sepium (Jacq.) Walp. terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Putih Jantan I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; Ni Nyoman Wahyu Udayani; I Gusti Ayu Arya Ditha Suari
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v7i2.2097

Abstract

Abstrak: Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh, luka dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu luka terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi/luka sayat dimana terdapat robekan linear pada kulit dan jaringan di bawahnya. Di Indonesia khususnya di Bali salah satu tanaman yang digunakan secara tradisional untuk mengobati luka sayat adalah daun gamal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep ekstrak etil asetat daun gamal terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus putih jantan. Metode yang digunakan yaitu randomized posttest only control group design dengan menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Sebelum dilukai, semua tikus dianastesi menggunakan kombinasi ketamine dan zylasin dengan perbandingan 25:8. Luka sayat dibuat di punggung tikus dengan kedalaman 2 mm menggunakan cutter. Perawatan luka dilakukan dengan mengoleskan salep dan betadine ke bagian tubuh yang terluka sebanyak 2 kali sehari. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan bermakna waktu penyembuhan luka sayat pada tikus antara kelompok perlakuan 1 dengan kelompok perlakuan 2, 3, 4, dan 5 dengan nilai signifikan 0,002; 0,044; 0,004; 0,002 secara berturut-turut (p<0,05). Pada kelompok perlakuan 2 dengan kelompok perlakuan 3, 4 dan 5 tidak memiliki perbedaan bermakna dengan nilai signifikan 0,168; 0,724; 1,000 secara berturut-turut (p>0,05). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat daun gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Walp) dengan konsentrasi 30% sudah mampu untuk mempercepat waktu penyembuhan luka sayat pada tikus putih jantan.
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Kombinasi Insulin pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di Salah Satu Rumah Sakit Kota Denpasar Ni Nyoman Wahyu Udayani; Ni Luh Ayu Mega Ratnasari; Erna Cahyaningsih; I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v7i2.2178

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang meningkat secara signifikan setiap tahun di Indonesia. Banyaknya kasus DM di Indonesia serta penggunaan obat anti diabetes yang mengalami peningkatan dapat berpengaruh pada prevalensi terjadinya efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping pemberian kombinasi insulin pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di salah satu Rumah Sakit di Denpasar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional secara retrospektif pada pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di salah satu Rumah Sakit di Denpasar. Pengambilan data dilakukan dengan penelusuran data rekam medik. Jumlah subjek yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 65 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menujukkan bahwa jumlah laki-laki (58,5%) lebih banyak menderita DM tipe 2 dibandingkan perempuan (41,5%). Usia terbanyak yang menderita DM tipe 2, yaitu pada rentang 55-65 tahun (40%). Persentase tertinggi penderita DM tipe 2 pada tingkat pendidikan menengah (SMA) (38,5%). Efek samping yang diperoleh pada pemberian kombinasi insulin pada pasien DM tipe 2 di salah satu Rumah Sakit di Denpasar yaitu pusing (38,5%), lemas (32,3%), berdebar (12,4%), berkeringat (4,6%), gemetar dan hipoglikemia masing-masing (6,15%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa keluhan yang dialami disebabkan oleh timbulnya gejala serta tanda dari adanya efek samping penggunaan insulin yaitu hipoglikemia.
Efektivitas Sediaan Spray Ekstrak Bunga Tembelekan (Lantana camara L.) sebagai Repellent Nyamuk Aedes Aegypti I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; Ni Putu Sintia Rahayu; Ni Nyoman Wahyu Udayani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v8i1.2405

Abstract

The Aedes aegypti mosquito is the main vector of dengue fever. Controlling the spread of mosquitoes by using plants is an alternative that can be done to avoid the toxicity of chemical insecticides. One of the plants that can be used in mosquito control is tembelekan flower. This study aims to determine the effectiveness of the spray preparation of Tembelekan flower extract (Lantana camara L.) as a repellent. The design of this study was a randomized control group posttest only design. This study used 100 Aedes aegypti mosquitoes which were divided into 5 treatment groups. The extract was made in three concentration variations, namely 13%, 15%, and 17%. The results showed that P2 (positive control) and P5 (extract 17%) had the same effectiveness as a repellent, with a significant value of 0.316 (p>0.05). Based on the research that has been done, it can be concluded that the preparation of mosquito repellent spray from tembelekan flower extract with a concentration of 17% is the most effective concentration as a repellent in this study.
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Obat Kombinasi Metformin dan Glimepiride pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Ni Nyoman Wahyu Udayani; I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; I Dewa Ayu Anom Yustari Nida
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 8 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v8i2.3164

Abstract

The combination of metformin and glimepiride can significantly reduce fasting blood glucose, post prandial blood glucose, and HbA1c levels. Side effects that often occur in the use of metformin are gastrointestinal disturbances. This study aims to determine the side effects of using a combination of metformin and glimepiride in outpatient type 2 diabetes mellitus at a hospital in Gianyar. This research is an observational research and data collection is done with a cross sectional approach and analyzed using descriptive methods. Data was taken by looking at the patient's medical record, including name, medical record number, gender, age, drugs given, patient diagnosis, and patient complaints during therapy. Sampling used purposive sampling technique with a total of 70 patients who entered the inclusion criteria. The results show that the number of women (62.86%). The most age range suffering from type 2 diabetes mellitus is 56-65 years (52.86%). The highest percentage of people with type 2 diabetes mellitus had a basic education level (40.00%). The side effects obtained from the combination of metformin and glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus at the hospital were nausea and vomiting (31.43%), flatulence (25.71%), fatigue (17.14%), headache (15.72%), and hypoglycemia (10.00%).
Essential Oil of Alpinia galanga: Effect of Aromatherapy Inhalation in Mice and Physicochemical Characterization Ni Made Dwi Mara Widyani Nayaka; Ni Luh Putu Swari; Putu Era Sandhi Kusuma Yuda; I Gusti Ayu Agung Kusuma Wardani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 8 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v8i2.3791

Abstract

Aromatherapy has been used for centuries to maintain body and mental health. In aromatherapy, the inhalation of essential oil provides physical and psychological benefit due to its volatile bioactive compounds. The current study was aimed to determine the effect of the inhalation of Alpinia galanga essential oil in mice using forced swim test. The refractive index, solubility, and Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry (GC-MS) profile of AGEO were also investigated. The essential oil from Alpinia galanga showed an anti-depressive-like effect and it was as strong as the positive control (Lavandula angustifolia essential oil). The GC-MS analysis discovered some antidepressant compounds in the oil such as eucalyptol, fenchone, and α-terpineol.
Efektivitas Sediaan Krim dari Ekstrak Daun Dadap Serep (Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr.) sebagai Antiinflamasi I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; Ni Nyoman Wahyu Udayani; Erna Cahyaningsih; Maria Daniela Tupa Hokor; Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 9 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v9i1.5257

Abstract

Inflammation is the mechanism of the body's defense by secreting inflammatory mediators, including bradykinin, prostaglandins, serotonin, and histamine, due to physical or chemical stimuli. Generally, inflammation initiates the body's response to the effect of damaged tissue, for example, in the wound healing process. In Usada Bali, dadap serep leaves were used for wound healing. The design of this study was a randomized control group pretest-posttest design. The anti-inflammatory test of dadap serep leave extract cream used four groups, including KN (negative control), KP (positive control), KF1 (Formula 1 group), and KF2 (Formula 2 group), with a total of 24 rats. Tukey’s analysis showed a significant difference between KN and KP, KF1, and KF2 with significant values (0.031; 0.000; 0.000), respectively. There are significant differences in KP with KF1 and KF2 with significant values (0.050 and 0.021), respectively. In KF1 with KF2, there is no significant difference with the sig value. 0.975. From the research, it can be concluded that the cream of ethanol extract of dadap serep leaves with a concentration of 20% could provide an anti-inflammatory effect in carrageenan-induced rat models.
A REVIEW OF ANTIBACTERIAL POTENTIAL OF BANANG-BANANG PLANT (Xylocarpus granatum J.Koenig) EXTRACT Galuh Bela Pertiwi; I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani; Ni Made Dwi Mara Widyani Nayaka
Journal Pharmaceutical Science and Application Vol 5 No 1 (2023): Journal Pharmaceutical Science and Application (JPSA)
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JPSA.2023.v05.i01.p03

Abstract

Background: Xylocarpus granatum has been used traditionally by coastal communities to treat various diseases. It is known that this plant contains secondary metabolites with various pharmacological activities, including as an antibacterial. Objective: This review article aims to provide information regarding the potential antibacterial activity of banang-banang plants and to summarize the content of compounds that have antibacterial properties and their mechanism of action. Methods: The preparation of this article is through literature studies from various international journals and national journals obtained online by taking into account predetermined inclusion and exclusion criteria. Then it was selected and studied further to obtain data related to the antibacterial activity of banang-banang plants and the content of secondary metabolites that have potential as antibacterials. Results: The banang-banang plant, especially the leaves, roots, fruit, seeds, fruit flesh, fruit peels, stems and bark with its secondary metabolites can inhibit several bacterial species such as Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Vibrio alginolyticus, Staphylococcus aureus, Shigella boydii , Proteus spp., Streptococcus pyogenes, Ralstonia solanacaerum, Propionibacterium acnes, Agrobacterium tumefaciens, Aspergillus paraciticus, Bacillus subtilis, Candida albicans, Pseudomonas fluorescence, Micrococcus luteus, Saccharomyces ceresiviae, Salmonella typhi, Vibrio alginoliticus and Aeromonas hydrophilla. The secondary metabolites of this plant that have potential as antibacterial are tannins, saponins, steroids, phenols, triterpenoids, flavonoids, alkaloids, terpenoids and glycosides which have their respective mechanisms of action as antibacterial agents. Conclusion: Secondary metabolites contained in each part of the Xylocarpus granatum plant are thought to have a role in its antibacterial activity.Keywords: Antibacterial, Mechanism of action, Secondary metabolite, Xylocarpus granatum J.Koenig.