Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Dinamika Penghayat Ugamo Malim dalam Memperjuangkan Hak Sipil di Kabupaten Toba Firmando, Harisan Boni; Simbolon, Elvri Teresia; Lumbantobing, Roida
Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial Vol. 7 No. 1 (2023): Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial
Publisher : Prodi Sosiologi Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/asketik.v7i1.1260

Abstract

The purpose of this study is to determine the dynamics of ugamo malim adherents in fighting civil rights. The research used qualitative methods through observation, documentation, and in-depth interviews with ugamo malim figures to understand the facts that exist in society. Furthermore, the researchers conducted data reduction before drawing conclusions. The results of the study show that people who adhere to ugamo malim are always faced with intolerance and discrimination. The incorrect understanding of the function and meaning of religion in life, including the views of the minority of ugamo malim adherents, makes it difficult for ugamo malim adherents to be accepted by the general public and government circles. The discriminatory actions felt by religious people from various regions in Indonesia united them in a social movement to gain official recognition from the state. Groups of adherents from various regions in Indonesia submitted a request for judicial review to the Constitutional Court (MK) and it was granted. The efforts of followers of ugamo malim to continue to exist and preserve the values and traditions of the Toba Batak people in social movement theory are called new social movements. The main and first social movement carried out by the ugamo malim community was marhamalimon. Through marhamalimons, various rituals were established, a new center of worship was established, and the organizational structure of the parmalim was also determined. Efforts to fight civil rights were also carried out by ugamo Malim through education. Various negative prejudices against ugamo malim people have been identified by various achievements in the field of education. Ugamo malim people have worked in many government and private institutions and occupy strategic positions.
Contextual Learning Development in Schools through the Integration of Batak Toba Local Wisdom from Sibandang Island Firmando, Harisan Boni; Panjaitan, Ade Putra Arif; Sibarani, Robert; Simbolon, Elvri Teresia; Telaumbanua, Eben Haezarni; Saragih, Ratna
EDUKASIA Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 2 (2024): Edukasia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Publisher : LP. Ma'arif Janggan Magetan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62775/edukasia.v5i2.1610

Abstract

The integration of local wisdom in education is a crucial effort in the development of contextual learning in Indonesia, particularly in preserving and actualizing cultural values such as those of the Batak Toba community. This study aims to examine how the values of Batak Toba local wisdom can be integrated into contextual learning in schools. Using a qualitative approach through a literature review, this research involved a thematic analysis of scientific sources—including journals, academic books, and relevant research reports—published over the last two decades. The inclusion criteria focused on literature discussing local wisdom, character education, and curriculum development in the Indonesian context. The findings reveal that Batak Toba local wisdom contains rich educational values such as dalihan na tolu, mutual respect, communal harmony, and spiritual beliefs that can enrich classroom instruction, foster character development, support the implementation of the Kurikulum Merdeka, and enhance students’ cultural literacy. These values, when integrated into learning, not only make education more meaningful and rooted in students’ realities but also strengthen national identity in a multicultural society. The study concludes that integrating Batak Toba local wisdom into school-based learning is an urgent and strategic step to ensure that education in Indonesia remains culturally grounded, ethically formative, and responsive to the needs of future generations. This research contributes to the discourse on culturally relevant pedagogy and opens new pathways for designing educational models that harmonize local heritage with national educational goals.
Dampak Pola Asuh Otoriter Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak Di Desa Simorangkir Simorangkir, Joel; Simbolon, Elvri Teresia
Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal Vol. 2 No. 1 (2024): Mutiara: Multidiciplinary Scientifict Journal
Publisher : Al Makki Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57185/mutiara.v2i1.121

Abstract

Dalam pembentukan karakter, pola asuh adalah hal yang mendasar. Contoh Otoriter: Pola perilaku orang tua yang baik sangat diperlukan guna mendukung pertumbuhan anak karena anak-anak melaksanakan imitasi maupun modeling dari lingkungan. Degradasi moral anak yang akhir-akhir ini marak ditemukan mencerminkan kualitas didikan dari keluarga yang buruk. Lebih lanjut lagi, pola asuh yang salah dapat berdampak menjadi penyebab pemahaman pada anak menjadi negatif, sehingga condong tidak semangat untuk mengejar cita-citanya. Kejadian tersebut juga dapat terjadi akibat dari pola asuh otoriter yang diterapkan orangtuanya. Keluarga adalah lingkungan pertama yang menghasilkan dampak atas bermacam unsur tumbuh kembang anak, khususnya pertumbuhan sosialnya. Tata cara serta kondisi dalam keluarga adalah lingkungan yang sesuai untuk sosial anak. Tujuan penelitian ini ialah untuk memahami dampak pola asuh otoriter atas kepribadian anak, metode penelitian yang dimanfaatkan ialah studi literatur dengan mengkaji dan menganalisis hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh otoriter berdampak buruk terhadap kepribadian anak, anak dengan didikan pola asuh otoriter orang tua cenderung menutup diri, tidak percaya diri dan malu untuk menghadapi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial.
FAMATORO TOI ONO NIHALO: KONSTRUKSI IDENTITAS DAN STATUS SOSIAL MELALUI PRAKTIK PEMBERIAN NAMA BARU DALAM PERKAWINAN ADAT NIAS (STUDI SOSIOLOGIS PADA RITUAL PENGANTIN PEREMPUAN DI DESA BARUZO KECAMATAN IDANOGAWO KABUPATEN NIAS) Zebua, Okirdayanti; Simbolon, Elvri Teresia; Purba, Omta; Firmando, Harisan Boni; Sinambela, Maringan
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 8 No. 2 (2025): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 8 No 2 Juli 2025
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik Famatoro Toi Ono Nihalo, dalamupacara adat pernikahan masyarakat Nias, sebagai konstruksi identitas dan statussosial melalui praktik pemberian nama baru dalam perkawinan adat nias di DesaBaruzo Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias. Metode yang digunakan adalahdeskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancaramendalam, dan dokumentasi. Informan terdiri dari pengantin perempuan, tokohadat, tokoh agama dan masyarakat. Analisis data dilakukan melalui reduksi data,penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwapemberian nama baru seperti Za'uso, Balaki, dan Barasi tidak hanya sekedarmerefleksikan identitas individu, tetapi juga menunjukkan posisi sosial keluargadalam masyarakat. Tradisi ini melahirkan nilai-nilai patriarki dan sistem hierarkismelalui simbol budaya yang diwariskan turun-temurun. Meskipun mengalamiadaptasi seiring perkembangan zaman, makna simbolik dari praktik ini tetapbertahan dan menjadi bagian penting dalam pembentukan identitas sosialperempuan Nias.
TRANSFORMASI SOSIAL DALAM PERKAWINAN SERUMPUN MARGA (MARGA-MARGA BERASAL DARI KECAMATAN MUARA DAN KECAMATAN PARMONANGAN) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA Siregar, Ista Yuliana Ria; Firmando, Harisan Boni; Lase, Sudirman; Simbolon, Elvri Teresia; Panjaitan, Ade Putera Arif
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 8 No. 2 (2025): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 8 No 2 Juli 2025
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Transformasi Sosial Dalam Perkawinan Serumpun Marga(Marga-Marga Berasal Dari Kecamatan Muara Dan Kecamatan Parmonangan)Pada Masyarakat Batak Toba Di Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Perkawinanserumpun (marsibuatan) merupakan praktik yang dilarang secara adat dalambudaya Batak Toba karena dianggap sebagai perkawinan sedarah. Namun, dalamkonteks perantauan dan perubahan sosial, norma-norma tersebut mengalamipergeseran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakatBatak Toba dari kedua kecamatan tersebut beradaptasi terhadap norma perkawinanserumpun ketika merantau ke Tarutung. Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan metode deskriptif-komparatif. Data dikumpulkan melaluiwawancara, observasi, dan dokumentasi, serta dianalisis dengan pendekatan teorifungsional struktural Talcott Parsons dan teori identitas sosial. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa masyarakat dari Kecamatan Parmonangan cenderung lebihmenerima praktik perkawinan serumpun karena pengaruh perubahan nilai, normaadat, modernisasi, pendidikan. Sebaliknya, masyarakat dari Kecamatan Muara tetapmempertahankan larangan adat tersebut di perantauan. Transformasi sosial jugaberdampak pada struktur kekerabatan, peran marga, dan identitas sosial. Perubahanini mencerminkan proses adaptasi terhadap lingkungan sosial baru, khususnyadalam kehidupan masyarakat urban seperti di Tarutung. Perbedaan sikap terhadappraktik perkawinan serumpun antara dua kelompok marga ini menunjukkan bahwaidentitas budaya Batak tidak bersifat statis, melainkan dinamis dan kontekstual.Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika sosialbudaya masyarakat Batak Toba di era modern.
EKSISTENSI PENGOBATAN TRADISIONAL AEK SIPANGOLU DI KALANGAN MASYARAKAT BERAGAMA DI DESA SIMANGULAMPE KECAMATAN BAKTIRAJA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Munthe, Gina Yuli Sonia; Lase, Sudirman; Sitindaon, Wensdy; Sinambela, Maringan; Simbolon, Elvri Teresia
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 8 No. 2 (2025): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 8 No 2 Juli 2025
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Eksistensi Pengobatan Tradisional AekSipangolu di Kalangan Masyarakat Beragama di Desa Simangulampe KecamatanBaktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun rumusan masalah dalampenelitian ini adalah bagaimana pandangan masyarakat beragama terhadappengobatan tradisional Aek Sipangolu di Desa Simangulampe, KecamatanBaktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Dalam penelitian ini Metodepenelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan datamenggunakan Teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan daripenelitian ini adalah pengelola Aek Sipangolu, pengguna Aek Sipangolu, tokohadat, tokoh agama, masyarakat desa simangulampe, dan aparat desa. Hasilpenelitian ini adalah pengobatan tradisional Aek Sipangolu digunakan olehmasyarakat karena memiliki khasiat yang dapat menyembuhkan penyakit sehinggamayarakat mengsakralkannya. Namun disisi lain masyarakat juga menganggapbahwa pengobatan tradisional Aek Sipangolu tidak ada khasiat penyembuhannyadan menganggap bahwa pengobatan tradisional Aek Sipangolu merupakan tempatyang biasa. Masyarakat menggunakan pengobatan tradisional Aek Sipangoludidasarkan oleh kepercayaan dan pengalaman mayarakat. Kemudian masyarakatjuga merasa bahwa pengobatan tradisional Aek Sipangolu merupakan bagian daribudaya mereka karena sudah digunakan turn-temurun.
POLA PENGGEMBALAAN PENDETA DALAM MENINGKATKAN KEHADIRAN JEMAAT KAUM PRIA DI GEREJA HKBP PANSURNAPITU KECAMATAN SIATAS BARITA Simangunsong, Nopri Damai Yanti; Sinambela, Maringan; Simbolon, Jupalman W; Simbolon, Elvri Teresia; Sembiring, Feriel Amelia
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 8 No. 2 (2025): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 8 No 2 Juli 2025
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis polapenggembalaan yang dilakukan oleh pendeta terhadap jemaat kaum pria di GerejaHKHP Pansurnapitu, Kecamatan Siatas Barita Latar belakang penelitian iniberangkat dari kenyataan bahwa kehadiran kaum pria dalam ibadah cenderungmengalami fluktuasi, dan perlu adanya strategi penggembalaan yang tepat untukmeningkatkan keterlibatan mereka secara aktif dalam kehidupan bergereja.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan datamelalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian initerdiri dari pendeta, jemaat pria aktif maupun tidak aktif, serta pengurus gerejalainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penggembalaan pendeta bersifatdialogis (membangun komunikasi dua arah yang memungkinkan pendeta danjemaat saling bertukar pandangan), partisipatif (melibatkan jemaat secara aktifdalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan seperti Perheheon Ama), dan personal(memperhatikan kebutuhan dan kondisi tiap individu melalui kunjungan rumah dandoa khusus). Untuk memahami hubungan tersebut, digunakan pendekatan teoriinteraksi sosial, yang menekankan bahwa hubungan sosial, tindakan individu, danstruktur sosial membentuk perilaku anggota masyarakat, termasuk dalam konteksgerejawi, teori tindakan sosial Max Weber yang melihat tindakan pendeta sebagaiupaya bermakna untuk mempengaruhi partisipasi jemaat, teori modal sosialFukuyama yang memandang jaringan relasi sebagai sumber dukungan dankepercayaan, serta teori struktur sosial yang menunjukkan peran pendeta sebagaiaktor kunci dalam mengatur posisi dan fungsi jemaat dalam komunitas gereja.Dalam kehidupan bergereja, pola penggembalaan pendeta menjadi titik awal yangsangat penting ada dua bentuk yaitu PHD (Patanakhon Hata Ni Debata) danParheheon Ama, Salah satu bentuk konkret dari penggembalaan ini adalahpelaksanaan Program Parheheon, yaitu program pembinaan khusus untuk kaumpria yang memadukan kegiatan rohani, kebudayaan, dan kebersamaan jemaat.Program ini terbukti efektif dalam meningkatkan kehadiran serta peran aktif kaumpria dalam ibadah dan pelayanan gereja Kesimpulan dari penelitian ini adalahbahwa pola penggembalaan yang mengedepankan pendekatan relasional danrelevan dengan kebutuhan jemaat pria mampu menciptakan dampak positifterhadap pertumbuhan spiritual dan keaktifan mereka di gereja. Oleh karena itu,pendekatan ini dapat menjadi model bagi penggembalaan jemaat di gereja yang laindengan kondisi serupa. penggembalaan jemaat di gereja lain dengan kondisi serupa
KONSTRUKSI INTERAKSI ANTAR BUDAYA DALAM MEWUJUDKAN HARMONI SOSIAL (STUDI FENOMENOLOGIS TENTANG RELASI SOSIAL MASYARAKAT BATAK DAN NIAS DI KECAMATAN GAROGA, KABUPATEN TAPANULI UTARA) Pasaribu, Hartamuti; Simbolon, Elvri Teresia; Firmando, Harisan Boni; Sihaloho, Martua; Sembiring, Feriel Amelia
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 8 No. 2 (2025): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 8 No 2 Juli 2025
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Konstruksi Interaksi Antar Budaya Dalam MewujudkanHarmoni Sosial (Studi Fenomenologis Tentang Relasi Sosial Masyarakat BatakDan Nias Di Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara). Penelitian inibertujuan untuk menganalisis : 1). bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi antaramasyarakat Batak dan Nias. 2). konstruksi interaksi antarbudaya masyarakat Batakdan Nias dalam mewujudkan harmoni sosial. 3). faktor apa saja yang menghambatdan mendukung proses konstruksi interaksi antarbudaya dalam masyarakat Batakdan Nias. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metodefenomenologi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial terjadi secara aktifdalam berbagai aspek kehidupan seperti kegiatan ekonomi, pendidikan, keagamaan,dan acara adat. Proses konstruksi interaksi antarbudaya berlangsung melalui limafaktor utama dalam teori konstruksi sosial, yaitu: interaksi sosial, pengalamanindividu, kepentingan tertentu, wacana sosial, dan kebudayaan. Keberhasilan dalammenciptakan harmoni sosial bergantung pada kemampuan masyarakat dalammengelola perbedaan dan membentuk kesadaran kolektif bahwa keberagamanadalah kekuatan yang memperkaya kehidupan bersama. Penelitian ini memberikankontribusi dalam memperkuat pemahaman teoretis tentang bagaimana konstruksiinteraksi antarbudaya dapat mewujudkan tatanan sosial yang damai danberkelanjutan
GOTILON FEAST AND SOCIAL IDENTITY: ACTUALIZATION AND INCULTURATION AT THE ONAN BARU RESORTS CHURCH, SAMOSIR, NORTH SUMATERA Silaban, Priska Natalia; Simbolon, Elvri Teresia; Firmando, Harisan Boni; Simbolon, Rusmauli; Lumbantobing, Roida
Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial Vol. 11 No. 2 (2025): September
Publisher : Program Studi Sosiologi Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jsds.v11i2.21494

Abstract

This research aims to examine how social identity is actualized during the Gotilon Feast at the HKBP Onan Baru Resort Church in Samosir Regency, North Sumatera. Gotilon Feast is understood as a space of inculturation that combines Batak Toba culture and Christian values, serving as a medium of expressing the cultural, personal, and communal identity of the Batak Toba-Protestant Christian congregation. The research employs a qualitative-descriptive approach, collecting data through interviews, and documentation,  analyzed using social identity theory, Pierre Bourdieu's habitus theory, and Habermas's public sphere. The results show that the celebration reflects strong symbolic practices such as the use of ulos, tortor, Batak music (gondang), and the giving of silua. In addition to being a Thanksgiving ritual, the celebration also reveals social dynamics, including a shift in meaning toward a symbol of prestige and social status. The study also found generational differences in perception and variation in practice between rural and urban churches. Through the lenses of social identity theory, Pierre Bourdieu's concept of habitus, and Habermas' public sphere theory, the Gotilon Festival is seen as a cultural-religious event that constructs social identity through the intersection of faith and tradition. Thus, the celebration serves as both a religious practice and a public space where cultural and spiritual negotiations occur.
Integrating Boru Ni Raja Values into Character and Contextual Education in Silindung Simbolon, Elvri Teresia; Lumbantobing, Roida; Firmando, Harisan Boni; Panjaitan, Ade Putera Arif
EDUKASIA Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 2 (2024): Edukasia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Publisher : LP. Ma'arif Janggan Magetan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62775/edukasia.v5i2.1739

Abstract

This study addresses the urgent need to strengthen character education in response to the moral degradation caused by globalization, which has weakened students’ connection to local cultural values. It specifically aims to analyze the integration of Boru Ni Raja, a Batak Toba cultural concept that honors women as symbols of family dignity and moral integrity, into character and contextual education in the Silindung region. Using a systematic literature review guided by the PRISMA framework, 42 relevant articles published between 2015 and 2025 were analyzed to identify theoretical patterns, challenges, and opportunities for cultural integration in education. The findings reveal that Boru Ni Raja embodies values of respect, responsibility, loyalty, and social solidarity that align with the goals of 21st-century character education. The study is novel because it introduces a gender-based cultural framework, a perspective rarely discussed in previous educational literature on Batak Toba local wisdom. Academically, it contributes to expanding the theory of culture-based and gender-responsive education, while practically, it provides guidance for teachers to design contextual learning rooted in local culture. The study recommends future empirical research to validate this conceptual model in schools across Silindung and to compare it with other cultural contexts in Indonesia.