Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN ANKLE BRACHIAL INDEX DIABETES MELITUS II SARI, NENGKE PUSPITA; HARMANTO, DENO
Journal of Nursing and Public Health Vol 8 No 2 (2020)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/jnph.v8i2.1187

Abstract

Pendahuluan: Diabetes mellitus suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik1. Salah satunya adalah penyakit arteri perifer (PAP). Pemeriksaan ankle brachial index (ABI) dengan teratur dapat mendeteksi dini adanya PAP. Sebanyak 85% diabetesi merupakan penderita diabetes mellitus tipe22. Relaksasi Otot Progresif adalah metode yang mampu memperlancar aliaran darah. Metode: Jenis penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan pendekatan one group pre-post test. Sebanyak 10 responden terlibat dalam penelitian ini. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data informasi responden dikumpulkan melalui proses wawancara dan observasi. Sedangkan untuk mengetahui kadar gula darah dan ankle bracial Indeks diakukan pengecekan. Data dianalisis dengan metode uji t-dependent dengan α=0,05. Hasil dan Pembahasan: Terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan tindakan (pvalue 0,000). Sedangkan nilai ABI tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik sebelum dan setelah tindakan (0,187) Kesimpulan: teknik relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan kadar gula darah, namun tidak dapat meningkatkan nilai ABI namun salah satu intervensi keperawatan mandiri.
The Relationship between Application of GERMAS (Community Movement) Hand Washing with Water and Soap Simultaneously with Diarrhea in Primary School Students Deno Harmanto; Nengke Puspita Sari
Jurnal Sains Kesehatan Vol 26, No 3 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37638/jsk.26.3.28-33

Abstract

Diarrhea disease in Indonesia is still one of the endemic diseases and still often causes extraordinary events (outbreaks) in the community. This study aimed to study the relationship between the application of Germas (Community Movement) hands washing with running water and soap simultaneously with the occurrence of diarrhea in SDN 108 students in Seluma Regency. The type of research used was Analytical Survey using Cross Sectional design.. Samples  of  this study were 167 students in grades 4, 5, and 6 of  SDN 108 Seluma Regency. Sampling in this study used a Total Sampling technique. Data collection techniques in this study using primary data by interview using a questionnaire. The statistical test used is Chi-Square. The results showed that of 167 students, there were 113 students (67.7%) who did not experience diarrhea, 123 students (73.7%) had poor hands washing with and running water and soap, and there was a relationship between hands washing use soap and running water and soap with diarrhea. Keywords: diarrhea, germas,hands washing, soap
PENGARUH KODE TOPOGRAPHY DAN MORPHOLOGY TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSA NEOPLASMA BERDASARKAN ICD-10 DENO HARMANTO; ARI HERISANDI
Journal of Nursing and Public Health Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelaksanaan kodefikasi topography dan morphology pada kasus neoplasma sangat penting dilaksanakan secara tepat, dikarenakan kode topography menunjukan letak dan morphology menunjukan sifat keganasan neoplasma. Dalam penetapan kode noeplasma sering terjadi ketidaktepatan kode yang disebabkan petugas coder kurang memahami tata cara pengkodean neoplasma. Hal ini berdampak terhadap pelayanan kepada pasien seperti kesalahan tindakan, perawatan dan pengobatan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran ketepatan kode topography dan morphology pada diagnosa neoplasma di Rumah Sakit Raflesia Bengkulu. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional melalui pengamatan secara langsung dengan populasi dan sampel 276 berkas rekam medis dengan diagnosa neoplasma. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang diolah secara univariat.
PENGARUH KARAKTER-5 DAN EXTERNAL CAUSE TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS FRAKTUR BERDASARKAN ICD-10 ARI HERISANDI; DENO HARMANTO
Journal of Nursing and Public Health Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pentingnya kode karakter-5 dan ekternal cause pada kasus fraktur untuk memudahkan pengumpulan informasi terkait diagnosis maupun tindakan yang diperlukan dan pelaksanaan kodefikasi untuk sistem pembayaran serta bahan pelaporan morbiditas dan mortalitas. Berdasarkan survey awal terhadap 10 DRM rawat inap kasus fraktur di RSUD M. Yunus Bengkulu, terdapat 5 (50%) DRM tidak tepat kode karakter ke 5 dan 10 (100%) DRM tidak terisi kode external cause. Berdasarkan wawancara terhadap salah satu petugas coder, ketidakterisisan kode dikarenakan petugas menganggap pengisian kode external cause tidak penting. Tujuan ini untuk mengetahui Pengaruh Karakter-5 dan External Cause terhadap Keakuratan Kode diagnosis Fraktur Berdasarkan ICD-10 di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Metode ini adalah deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil data yang diperoleh. 83 berkas rekam medis. Metode yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan kuesioner dan chek list. Hasil : Dari 83 DRM terapat 55 (66,3%) kodefikasi fraktur tepat dan 28 (33,7%) kodefikasi fraktur tidak tepat., serta terdapat pengaruh antara Karakter-5 dan External Cause terhadap Keakuratan Kode diagnosis Fraktur dalam uji chi-square yaitu P = 0,014 < 0,05. Diharapkan petugas coder meningkatkan pengetahuan dalam kode karakter ke-5 dan external cause kasus fraktur dengan mengikuti seminar dan pelatihan. Serta kepala rekam medis mengharuskan petugas coder melaksanakan kodefikasi sesuai dengan aturan ICD-10.
Implementasi Manajememen Relaksasi Benson terhadap Kadar Glukosa Darah dan Ankle Brachial Index Diabetes Melitus II Nengke Puspita Sari; Deno Harmanto; Yayan Kurniawan
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3, No 1 (2022): JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA (JIKSI)
Publisher : Univeristas Mitra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Relaksasi adalah Salah satu cara nonfarmakologi untuk menurunkan kadar gula darah pasien melalui penurunan stress. Ada beberapa jenis relaksasi yang dapat menurunkan kadar gula darah antara lain Benson Relaksasi (BR), suasana rileks, aman, dan menyenangkan, juga dapat mempengaruhi system limbic dan syaraf ototnom sehingga merangsang pelepasan zat kimia gamma aminobutyric acid (GABA), enkefalin, dan beta endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmitter penurunan gula darah Pemeriksaan kadar gula darah dan ankle brachial index (ABI) secara teratur untuk mendeteksi sedini mungkin adanya PAP bisa menyebabkan komplikasi pada pasien Diabetes mellitus. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis Implementasi Manajememen Relaksasi Benson terhadap Kadar Glukosa Darah dan Ankle Brachial Index Diabetes melitus II di Puskesmas wilayah kerja Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment dengan pre test and post-test with control group design. Lima kelompok yang ada dilakukan pengukuran kadar gula darah dan ankle brachial index (ABI), kemudian diberikan intervensi, dan terakhir dilakukan kembali pengukuran kadar gula darah dan ankle brachial index (ABI). Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 50 pasien diabetes tipe II yang datang ke layanan di Puskesmas Wilayah Kerja Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu melakukan pemeriksaan. Pengukuran kadar gula darah dan ankle brachial index (ABI), sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh yang signifikan nilai ABI dan Gula darah sebelum dan setelah dilakukan terapi Benson. Terapi benson efektif dalam penurunan gula darah dan nilai ABI pada diabetes melitus tipe II.Kata Kunci : Diabetes, tipe II, Benson, Relaksasi
Perancangan Sistem Informasi Registrasi Pasien Berbasis Web Di Puskesmas Tumbuan Kabupaten Seluma Tahun 2022 Ismail Arifin; Qaka Rahma Tita; Nur Elly; Deno Harmanto
Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda Vol. 7 No. 2 (2022): Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda Edisi Agustus
Publisher : Akademi Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52943/jipiki.v7i2.1021

Abstract

The development of information technology is currently moving very rapidly and rapidly spreading to various fields, one of which is in the health sector. Based on PERMENKES Number 31 Year (2019) concerning Information Systems, Puskesmas must implement an Information System to assist the decision-making process in implementing the management of the Puskesmas to achieve its activity targets. This causes the data collected to be inaccurate, prone to data loss, duplication of data and the reporting takes a long time. To overcome this problem, an electronic information system will be developed so that the workload of officers will be reduced and the procedure for collecting patient data will be better, it will not take time to search and record data, and reporting can be done faster and submitted to the relevant parties. The method used to create this system uses visual basic and MySQL database and uses the DFD (data flow diagram) development method. In this study produced a prototype of the puskesmas information system which includes a login menu, an officer data input menu, patient registration and a report menu. It is recommended that the Tumbuan Health Center consider the results of the SIMPUS design so that it can be implemented immediately to support registration activities.
Gambaran Pelaksanaan Kodefikasi Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu Hari Hersandi; Deno Harmanto
ANJANI Journal (Medical Science & Healthcare Studies) Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Perkumpulan Dosen Muda Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37638/anjani.v3i1.761

Abstract

Pendahuluan: Pengkodingan berkas rekam medis pasien rawat inap BPJS dan berkas rekam medis pasien rawat inap non BPJS belum dilaksanakannya secara. Pengokdingan berkas rekam medis pentng dilakukan karena digunakan untuk mengindeks pencatatan penyakit, masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis, memudahkan proses penyimpanan danpengambilan data terkait diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan, bahan dasar dalam pengelompokan DRG’s (diagnostic related groups) untuk sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan, pelaporan nasional dan internasional. Penelitian ini mengetahui gambaran pelaksanaan kodefikasi Penyakit pasien rawat inap di rumah sakit umum daerah harapan dan doa kota Bengkulu. Metode: yang dilakukan adalah Obseravasi. Pengumpulan data menggunakan data sekunder. Jumlah sampel adala 85 BRM yakni: 50 BRM pasien BPJS dan 35 BRM pasien Non BPJS (umum). Hasil dan Pembahasan: Diketahui bahwa berkas rekam medis pasien rawat inap BPJS yang tidak terdapat kode diagnosis penyakit sebanyak 34 (68%) berkas rekam medis sedangkan berkas rekam medis yang terdapat kode diagnosis penyakit sebanyak 16 (32%). BRM pasien rawat inap Non BPJS (umum) yang tidak terdapat kode diagnosis penyakit sebanyak 20 (57,14%) BRM. Sedangkan BRM yang terdapat kode diagnosis penyakit sebanyak 15 (42,85%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil observasi terhadap 50 BRM pada pasien rawat inap BPJS di RSHD Kota Bengkulu terdapat 34 (68%) BRM yang tidak memiliki kode diagnosis dan 16 (32%) BRM yang memiiki kodediagnosis. Berdasarkan  observasi terhadap 35 BRM, terdapat 20 (57,14) BRM yang tidak memiliki kode diagnosis dan 15 (42,85) BRM yang memiliki kode diagnosis ABSTRACTIntroduction: Coding of medical record files for inpatients with BPJS and medical record files for non-BPJS inpatients has not been implemented properly. Coding of medical record files is important because they are used to index disease records, input for medical diagnosis reporting systems, facilitate the process of storing and retrieving data related to the characteristics of the diagnosis of patients and service providers, basic materials in classifying DRG's (diagnostic related groups) for billing systems for payment of service fees, national and international reporting. This study describes the implementation of inpatient disease codification at the Harapan and Doa area general hospital in the city of Bengkulu. Method: what is done is Observation. Data collection uses secondary data. The number of samples is 85 BRM namely: 50 BRM BPJS patients and 35 BRM Non BPJS patients (general). Results and Discussion: Recognition that 34 (68%) of the medical record files of BPJS inpatient patients did not contain a disease diagnosis code, while 16 (32%) of medical record files contained a disease diagnosis code. Non-BPJS (general) inpatient BRM for which there were no disease diagnosis codes was 20 (57.14%) BRM. Meanwhile, 15 (42.85%) Conclusion: Based on the results of observations of 50 BRM in BPJS inpatients at the Bengkulu City Hospital, there were 34 (68%) BRM who did not have a diagnosis code and 16 (32%) BRM who had a diagnosis code. Based on observations of 35 BRMs, there were 20 (57.14) BRMs who did not have a diagnosis code and 15 (42.85) BRMs who had a diagnosis code
Description of the Implementation of Pneumonia Diagnosis Coding Based on Education, Knowledge and Work Period of the Coder (Dr. M. Yunus Hospital Bengkulu) Budiarti, Anggia; Harmanto, Deno; Ayu, Dinda
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan (Health Information Management) Vol. 8 No. 2 (2023): Health Information and Management
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51851/jmis.v8i2.422

Abstract

Coders are fully responsible for the accuracy of diagnosis coding, therefore officers must have good knowledge and high experience so that coding activities can be carried out well, based on a survey conducted by researchers at RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, pneumonia ranks 3rd out of the 10 most common illnesses in inpatients at RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, by checking the entry and exit sheets in the medical record files for those diagnosed with pneumonia, there were 11 diagnoses whose diagnosis codes were incorrect, which would hamper the claim process and would affect the quality of medical record services. The purpose of this research is to determine the knowledge and work experience of coders in carrying out codefication of pneumonia diagnoses at RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. The type of research carried out is descriptive research, namely describing the results of the data obtained. The research objects were 65 medical record files for pneumonia diagnosis and the research subjects were 5 coders. The method used is observation using a check list sheet and questionnaire sheet. Data collection uses secondary and primary data. Of the 65 medical record files for pneumonia diagnosis, 54 or (70%) had correct codes and 11 or (30%) had incorrect codes. 5 people or (100%) coders have worked for ≥3 years. 2 respondents or (40%) had good knowledge, and 3 people or (60%) officers had sufficient knowledge. 
Gambaran Kejelasan Penulisan Diagnosa dan Keakuratan Kodefikasi Gangguan Sistem Cardiovasculer Berdasarkan ICD-10 Di Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu Harmanto, Deno; Budiarti, Anggia; Sri Rahayu, Dinda
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan (Health Information Management) Vol. 9 No. 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kodefikasi diagnosis Gangguan Sistem Cardiovasculer sangat penting dilakukan secara tepat dan akurat, ketidakakuratan kode yang sering ditemukan pada berkas rekam medis seperti tidak jelas penulisan diagnosa bahkan tidak lengkap dokumen pendukung serta tidak ada kode karkter ke-4 pada diagnosa Hearth Filure. Jika kodefikasi tidak dilaksanakan dengan akurat akan berdampak pada kesalahan indeks pencatatan penyakit dan tindakan. Data informasi informasi laporan tidak akurat serta ketidaktepat tarif INA-CBG's. Penelitian ini bertujuan untuk Gambaran Kejelasan Penulisan Diagnosa dan Keakuratan Kodefikasi Gangguan Sistem CardiovasculerBerdasarkan ICD-10 Di Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu. Jenis penelitian adalah deskriptif data yang digunakan adalah data primer dan data skunder yang diolah secara univariat, cara pengumpulan data melalui wawancara dan observasional. Alat yang digunakan kuisioner dan lembar ceklis dengan pengamatan secara langsung dengan objek 176 berkas rekam medis diagnosa Hearth Filure. Dari 176 berkas rekam medis diagnosa Gangguan Sistem Cardiovasculer terdapat keakuratan kode berdasarkan ICD-10 sebagian besar 64 berkas (36%) yang akurat dan sebanyak 112 berkas (64%) tidak akurat, pada kejelasan penulisan diagnosa pada resume medis sebagian kecil 56 berkas (32%) jelas, tetapi sebagian besar 120 berkas (68%) tidak jelas. Sebaiknya petugas koder sebelum melaksanakan kodefikasi cek kelengkapan dokumen pendukung terlebih dahulu dan mengikuti pelatihan kodefikasi untuk menambah pemahaman tentang pelaksanaan klasifikasi dan kodefikasi penyakit.
TINJAUAN Tinjauan Kodefikasi Diagnosa Gastroenteritis Acute Berdasarkan ICD-10 Di Ruang Rekam Medis RSUD Dr.M.Yunus Provinsi Bengkulu Deno Harmanto; Rezki Haryandha Rezki Haryandha; Rosdiana; Anggia Budiarti
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penulisan diagnosa harus sesuai dengan ICD-10 merupakan tanggung jawab dokter, sedangkan petugas coding bertanggung jawab untuk menetapkan kode diagnosa, keduanya harus saling berkomunikasi dengan baik agar menghasilkan kodefikasi penyakit yang tepat dan akurat sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Diagnosa harus ditulis secara konsisten dengan menggunakan terminologi medis yang bertujuan untuk keseragaman. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti dengan mengobservasi dan mengecek 20 berkas rekam medis dengan kasus Gastroenteritis Acute yang diambil secara acak terdapat 8 (40%) kode tidak sesuai dengan ICD-10, Penulisan diagnosa Gastroenteritis Acute diberi kode A09, seharusnya kode yang diberikan berdasarkan ICD-10 adalah A09.9. Tujuan ntuk mengetahui kodefikasi diagnosa Gastroenteritiss Acute di ruang rekam medis RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan menggunakan rancangan Observasional, lembar observasi dan lembar checklist, dengan jumlah sampel sebanyak 76 berkas rekam medis dengan diagnosa Gastroenteritis Acute. Dari 76 berkas rekam medis diagnosa Gastroenteris Acute terdapat kode yang tepat berjumlah 41 (53,95%) dan tidak tepat berjumlah 35 (46,05%) dan penulisan diagnosa Gastroenteritis Acute 76 (100%) sudah sesuai dengan penulisan terminologi medis. Diharapkan kepada petugas coder ataupun petugas rekam medis RSUD.Dr.M.Yunus Bengkulu untuk sebaiknya melakukan atau meneliti kembali berkas rekam medis di rumah sakit untuk meminimalisir terjadinya ketidaktepatan pengkodean untuk kode diagnosa. Kata kunci: Kodefikasi, Diagnosa Gastroenteritis Acute.