Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post sectio caesarea Yunitasari, Eva; Fitri, Feni Elda
THE JOURNAL OF Mother and Child Health  Concerns Vol. 4 No. 1 (2024): June Edition 2024
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mchc.v4i1.460

Abstract

Background:  Post-cesarean section patients usually require hospitalization for around 3-5 days after surgery. Complications after surgery can also prolong the length of treatment and recovery in the hospital and one of the factors in the wound healing process in post-cesarean section patients can be influenced by nutrition, mobilization and personal hygiene. Purpose: To determine the factors related to the wound healing process in post-cesarean section patients at Bhayangkara Hospital Bandarlampung. Method: This type of research is quantitative with a cross-sectional design. The population in this study were post-cesarean section patients at Bhayangkara Hospital Bandarlampung, with an average of 62 mothers per month. The number of samples taken was fifty people. The chi-square test was used to test the bivariate. Results: Of the three factors that influence wound healing after CS at Bhayangkara Hospital Bandarlampung, these three factors have the greatest influence on wound healing. Nutrition has a significant correlation (p=0.018), mobility has a significant correlation (p=0.000), and personal hygiene has a significant correlation (p=0.000). Conclusion: There is a significant relationship between nutritional factors, mobilization, and personal hygiene with wound healing.   Keywords: Mobilization; Nutrition; Post Sectio Caesarea wound healing; Personal Hygiene.   Pendahuluan: Pasien post sectio caesarea biasanya membutuhkan waktu rawat inap sekitar 3-5 hari setelah operasi. Komplikasi setelah tindakan pembedahan, juga dapat memperpanjang lama perawatan dan pemulihan dirumah sakit dan salah satu faktor proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea dapat dipengaruhi oleh nutrisi, mobilisasi dan personal hygiene. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara Bandarlampung. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Bhayangkara Bandarlampung terhitung dengan rata-rata perbulan 62 ibu. Jumlah sampel yang diambil adalah lima puluh orang. Uji chi square digunakan untuk menguji bivariat. Hasil: Dari tiga faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka setelah SC di Rumah Sakit Bhayangkara Bandarlampung, ketiga faktor tersebut paling banyak mempengaruhi penyembuhan luka. Nutrisi memiliki korelasi signifikan (p=0.018), mobilitas memiliki korelasi signifikan (p=0.000), dan kebersihan pribadi memiliki korelasi signifikan (p=0.000). Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara faktor nutrisi, mobilisasi, dan personal hygine dengan penyembuhan luka.   Kata Kunci: Mobilisasi; Nutrisi; Penyembuhan luka Post Sectio Caesarea; Personal Hygiene.
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS PADA MAHASISWI STIKES BAITUL HIKMAH Yunitasari, Eva; Fitri, Feni Elda; Azizah, Salsabila Afifatul
Journal of Maternity Care and Reproductive Health Vol 7, No 4 (2024): Journal of Maternity Care Reproductive Health
Publisher : Ikatan Perawat Maternitas Indonesia Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36780/jmcrh.v7i4.12306

Abstract

Flour albus / leucorrhea is a condition where the vagina secretes mucus or fluid caused by germs. The main factor causing vaginal discharge is not maintaining good personal hygiene. Good personal hygiene can avoid a person from parasitic germs and viruses. The behavior of female students in overcoming vaginal discharge based on the pre-survey is by cleaning the female area and changing underwear without knowing how the characteristics of choosing good underwear. The purpose of the study was to determine the relationship between personal hygiene knowledge and the incidence of flour albus in female students of STIKes Baitul Hikmah. Type of quantitative research cross-sectional design with a population of 61 all female students level I and level II. The sampling technique used total sampling. The analysis test uses chi-square. The results of the study obtained a p-value = 0.002, which means that there is a significant relationship between personal hygiene knowledge and the incidence of flour albus in female students of STIKes Baitul Hikmah. Students are expected to apply good personal hygiene methods in everyday life and gain insight into the long-term effects of improper personal hygiene. This study can be a reference material for further researchers on personal hygiene knowledge with the incidence of flour albus.  
Penyuluhan kesehatan mengenai penyakit gastritis di desa Batang Harjo Kecamatan Batang Hari Kabupaten Lampung Timur Marthalena, Yenny; Yunitasari, Eva; Nurzanah, Eka; Komalasari, Komalasari
JOURNAL OF Public Health Concerns Vol. 1 No. 1 (2021): Promosi Kesehatan dalam penanganan penyakit Rematik, Gastritis, Hipertensi dan
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v1i1.55

Abstract

Gastritis is an inflammatory process in the mucosal and submucosal lining of the stomach, and histopathologically it lead proven the infiltration of inflammatory cells in the area. Gastritis is an acute, chronic diffuse or local inflammation of the gastric mucosa with characteristics of anorexia, a feeling of fullness in the stomach, discomfort in the epigastrium, nausea, vomiting. The purpose of counseling is to provide information about the understanding of gastritis, provide information about the causes of gastritis, provide information about signs and symptoms of gastritis disease. The target of the extension is people diagnosed with gastritis in Batang Harjo Village, Batang Hari District, East Lampung Regency. The location of the counseling at Batang Harjo Village, Batang Hari District, East Lampung Regency. The result of counseling is how to prevent gastritis. Keywords: Gastritis; Community; Health counseling; Health promotion Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, dan secara histopatologis terbukti adanya infiltrasi sel inflamasi di daerah tersebut. Gastritis adalah peradangan akut, kronis atau peradangan lokal pada mukosa lambung dengan karakteristik anoreksia, perasaan kenyang di perut, ketidaknyamanan di epigastrium, mual, muntah. Tujuan penyuluhan adalah memberikan informasi tentang pengertian maag, memberikan informasi tentang penyebab maag, memberikan informasi tentang tanda dan gejala penyakit maag. Sasaran penyuluhan adalah penderita gastritis di Desa Batang Harjo, Kecamatan Batang Hari, Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penyuluhan di Desa Batang Harjo, Kecamatan Batang Hari, Kabupaten Lampung Timur. Hasil penyuluhan adalah bagaimana mencegah terjadinya gastritis.
Edukasi perawatan kaki sebagai upaya pencegahan luka pada penderita diabetes melitus Marliyana, Marliyana; Filsabila, Azahra; Nurhayati, Nurhayati; Yunitasari, Eva; Fitri, Feni Elda; Aliun, Fatimah Wahab
JOURNAL OF Public Health Concerns Vol. 4 No. 2 (2024): JOURNAL OF Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v4i2.453

Abstract

Background: Management of diabetes mellitus requires not only pharmacological treatment, but also family assistance. To prevent wounds and improve the quality of life of people with diabetes mellitus, the role of the family is very important in diabetic foot care. Purpose: To provide education about foot care as an effort to prevent diabetic wounds. Method: Using a one-group pre-post-test quasi-experimental design with foot care education intervention. The NAFF (Nottingham Assessment of Functional Footcare) questionnaire was used as an instrument to measure foot care behavior. Results: Showing that after being given foot care education, all 20 respondents behaved positively with the majority of respondents aged 50-60 years as many as 10 (50.0%) and the Wilcoxon bivariate test to see the difference in foot care behavior of respondents before and after the intervention was given a pValue = 0.000. Conclusion: Foot care education has a very good impact on the foot care behavior of diabetic patients as an effort to prevent wounds.   Keywords: Diabetic Wound Prevention Behavior; Foot Care; Wound Care Education   Pendahuluan: Penanganan diabetes melitus tidak hanya memerlukan pengobatan farmakologi, tetapi juga bantuan keluarga. Untuk mencegah luka dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus, peran keluarga sangat penting dalam perawatan kaki diabetik. Tujuan: Memberikan edukasi tentang perawatan kaki sebagai upaya mencegah luka diabetik. Metode: Menggunakan disain quasi eksperimen pre-post-test satu kelompok dengan intervensi pendidikan perawatan kaki. Kuesioner NAFF (Nottingham Assessment of Functional Footcare) digunakan sebagai instrumen untuk mengukur perilaku perawatan kaki. Hasil: Menunjukkan bahwa setelah diberikan edukasi perawatan kaki seluruh responden 20 orang berperilaku positif dengan mayoritas responden berusia 50-60 tahun sebanyak 10 (50.0%) dan uji bivariat wilcoxon test untuk melihat perbedaan perilaku perawatan kaki responden sebelum dan setelah diberikan intervensi mendapatkan nilai pValue = 0.000. Simpulan: Edukasi perawatan kaki memberikan dampak yang sangat baik terhadap perilaku perawatan kaki penderita diabetik sebagai upaya pencegahan luka.
Edukasi kesehatan reproduksi remaja di MA YPI Katibung Yunitasari, Eva; Raminda , Santri; Wahyuni , Devita
JOURNAL OF Public Health Concerns Vol. 4 No. 2 (2024): JOURNAL OF Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v4i2.454

Abstract

Background: Adolescents are people aged between 10 and 19 years. Adolescence is a transition period between childhood and adulthood. Some adolescents say they do not know about the importance of maintaining reproductive health. Purpose: To provide health education as an effort to increase knowledge of reproductive health problems in adolescents. Method: The implementation of this activity goes through several stages, namely asking for permission from the school to conduct counseling to adolescents (students) of MA YPI Katibung and explaining the importance of knowledge/understanding of sexual health and adolescent reproductive health issues. In the implementation stage, all participants were given material presentations using lecture and presentation methods. Furthermore, it was carried out with discussion and question and answer sessions. Results: From the results of the questions and answers conducted by the moderator, most participants already understood the reproductive health material and they could provide examples of the application of maintaining reproductive health in adolescents. Conclusion: Health education can increase knowledge of reproductive health problems in adolescents and make adolescents behave positively. Keywords: Adolescents; Health Education; Reproductive Health Pendahuluan: Remaja adalah orang yang berusia antara 10 dan 19 tahun.  Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Beberapa remaja mengatakan mereka tidak tahu tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Tujuan: Memberikan penyuluhan kesehatan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Metode: Pelaksanaan kegiatan ini melalui beberapa tahapan yaitu meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melakukan penyuluhan kepada remaja (siswa) MA YPI Katibung dan menjelaskan pentingnya pengetahuan/pemahaman masalah kesehatan seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja. Tahap pelaksanaan seluruh peserta diberikan pemaparan materi dengan metode ceramah dan presentasi. Selanjutnya dilakukan dengan sesi diskusi dan tanya jawab.   Hasil: Dari hasil tanya jawab yang dilakukan moderator sebagian besar peserta sudah memahami materi kesehatan reproduksi dan mereka bisa memberikan contoh penerapan menjaga kesehatan reproduksi pada remaja. Simpulan: Penyuluhan tentang kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masalah kesehatan reproduksi pada remaja dan menjadikan remaja berperilaku positif.
Pengaruh terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi ujian Yunitasari, Eva; Aliun, Fatimah Wahab; Oktarosada, Dwi
JOURNAL OF Public Health Concerns Vol. 5 No. 1 (2025): JOURNAL OF Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i1.758

Abstract

Background: Anxiety is an emotional response to an individual's perspective that is subjective and has no known cause. The global prevalence of anxiety in the world is 3.6 Psychological problems that are often experienced by students, namely fear of failure, getting bad grades and not being able to do exams, are included in their own burdens that cause levels of anxiety. Action or therapy is needed to minimize the incidence of anxiety. Non-pharmacological therapy as an alternative and solution, including hydrotherapy therapy, namely ablution techniques and also murottal Al-Qur'an. Purpose: To identify the effect of ablution and murottal Al-Qur'an on changes in students' anxiety in facing exams. Method: Pre-experimental research with one group design, pre-test and post-test design. The population in this study were all students of class XII of Al Ihya Islamic Boarding School Kalirejo Lampung Tengah in the 2022/2023 academic year, totaling 110 people consisting of 3 classes. Using random sampling technique, 30 students were selected as respondents. The intervention variables in this study were ablution therapy and Al-Quran recitation, while the dependent variable was anxiety. The instrument used in this study was the Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Data were processed using statistical tests using paired T-tests. Results: The level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was in the range of 12-41 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was in the range of 8-28. While the average value of the level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 30.83 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 17.80. For the standard deviation value of the level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 6.41 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 5.77. Based on the normality test, the value of the level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was 0.117 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was 0.247. Meanwhile, based on the T-paired test between the level of anxiety of respondents before and after ablution therapy and Al-Qur'an recitation, the value was 13.03 and p-value = 0.001. Conclusion: Ablution therapy and Al-Quran recitation have a significant effect in reducing students' anxiety levels in facing exams. Providing ablution therapy and Al-Quran recitation to reduce anxiety is very effective when done in a duration of 15-30 minutes and can be done at any time to control anxiety.   Suggestion: As an alternative solution, schools or educational institutions can implement ablution therapy and listen to the recitation of the Al-Quran to control the mental state of students who experience anxiety. Keywords: Ablution therapy; Al-Quran recitation; Anxiety Pendahuluan: Kecemasan merupakan respon emosional terhadap perspektif individu yang bersifat subjektif dan tidak diketahui penyebabnya. Prevalensi global kejadian kecemasan di dunia adalah sebanyak 3.6 Masalah psikologis yang sering dialami siswa yaitu takut gagal, mendapat nilai jelek dan tidak bisa mengerjakan ujian adalah termasuk beban tersendiri yang menimbulkan tingkat rasa kecemasan. Tindakan atau terapi sangat diperlukan untuk meminimalkan kejadian kecemasan. Terapi nonfarmakologis sebagai alternatif dan solusi, diantaranya  dengan terapi hidroterapi yaitu teknik wudhu dan juga murottal Al-Qur’an. Tujuan: Untuk mengidentifikasi pengaruh wudhu dan murottal Al-Qur’an terhadap perubahan kecemasan siswa/siswi dalam menghadapi ujian. Metode: Penelitian pre-eksperimen dengan rancangan one group design, pre-test dan post-test design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas XII pondok pesantren Al  Ihya Kalirejo Lampung Tengah tahun ajar 2022/2023 sebanyak 110 orang yang terdiri dari  3 kelas. Dengan teknik random sampling mendapatkan sebanyak 30 siswa/siswi untuk menjadi responden. Variabel intervensi dalam penelitian ini yaitu terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an, sedangkan variabel dependennya yaitu kecemasan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Data diolah dengan Uji statistik menggunakan T-test berpasangan atau paired T test. Hasil: Tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an dalam rentang skor 12-41 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an dalam rentang skor 8-28. Sedangkan nilai rata-rata tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 30.83 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 17.80.  Untuk nilai standar deviasi tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 6.41 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 5.77. Berdasarkan uji normalitas mendapatkan nilai tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an sebesar 0.117 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an sebesar 0.247.  Sedangkan berdasarkan uji T-paired test antara tingkat kecemasan responden sebelum terhadap sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an mendapatkan nilai 13.03 dan p-value=0.001. Simpulan: Terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan tingkat kecemasan siswa/siswi dalam menghadapi ujian. Pemberian terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an untuk menurunkan kecemasan sangat efektif di lakukan dalam durasi 15 – 30 menit dan dapat dilakukan kapanpun untuk mengendalikan rasa kecemasan. Saran: Sebagai solusi alternatif pada pihak sekolah atau lembaga pendidikan dapat menerapkan terapi wudhu dan mendengarkan murottal Al-Qur’an untuk mengendalikan mental siswa/siswi yang mengalami kecemasan
Pelatihan dan Pendampingan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sukasada 1 Bali Pradiptha, I Dewa Agung Gde Fanji; Purnamayanti , Ni Kadek Diah; Budiawan, Made; Gozali , Wigutomo; Yunitasari, Eva
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 5 No 2 (2025): JPMI - April 2025
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.3529

Abstract

Dalam tiga dekade terakhir di dunia, telah terjadi perubahan beban penyakit dari penyakit menular ke Penyakit Tidak Desa Sambangan, Desa Panji dan Desa Kayu Putih yaitu sebanyak 34 kader lansia. Kegiatan ini diawali dengan pengukuran kompetensi lansia, pemberian pelatihan terkait posyandu lansia, pengukuran kompetensi Menular (PTM). PTM menyebabkan kematian pada sekitar 41 juta orang setiap tahunnya. Transisi epidemiologi dan peningkatan PTM selama 30 tahun terakhir di Indonesia membutuhkan pencegahan secara dini dan pengendalian terhadap risiko yang akan terjadi. Puskesmas merupakan garda terdepan dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat di Tingkat pelayanan dasar melalui Posyandu lansia. Tujuan kegiatan ini adalah kader lansia mengalami peningkatan kompetensi dan mampu melaksanakan kegiatan posyandu lansia sesuai dengan standar saat pendampingan posyandu. Sasaran kegiatan ini adalah kader lansia di lansia setelah pelatihan posyandu lansia. Hasil analisis didapatkan rata-rata nilai pre-test 66,465 dengan standar deviasi 10,945 dan post-test 92,741 dengan standar deviasi 5,521. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dan post-test pemahaman kader terkait proses pelaksanaan posyandu lansia sebelum dan setelah diberikan pelatihan posyandu. Hasil observasi dan evaluasi didapatkan hasil kader lansia mengalami peningkatan kompetensi dan mampu melakukan kegiatan posyandu secara mandiri serta sesuai dengan materi yang diberikan saat pelatihan.
Implementasi massage effleurage terhadap nyeri punggung ibu hamil trimester III Fitri, Feni Elda; Saputri, Tiara Wulan; Yunitasari, Eva
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 5 No 2 (2025): May Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v5i2.910

Abstract

Background: Normal pregnancy changes the physiological system significantly, which can affect the health status of pregnant women and fetuses. Especially in pregnant women in the third trimester, so that the mother feels uncomfortable doing activities, experiences changes in body structure, and experiences long-term back pain. Complaints of back pain can be treated with effleurage massage techniques. Purpose: To provide nursing care to pregnant women in the third trimester who receive effleurage massage implementation. Method: Qualitative descriptive research design with research conducted at Yosomulyo Health Center, Metro Pusat City. The subjects in this study were two pregnant women in their third trimester referred to as patients I and II. Patient I (Mrs. P) was 26 years old with a gestational age of 33 weeks, and Patient II (Mrs. S) was 25 years old with a gestational age of 35 weeks. Effleurage massage was given for 5-10 minutes according to the SOP and then evaluated after giving effleurage massage. Results: Patient I showed a pain scale at level 6 on the first day, then after the intervention was carried out on the 4th day, the pain scale decreased to level 4. In line with these results, patient II also showed significant positive changes. The first day in patient II showed a pain scale level of 5, after the application of effleurage massage for four days there was a significant decrease, namely at a pain scale level of 2. Conclusion: The application of effleurage massage to patient I and patient II gave positive results from day 1 to the last day. Based on this, it can be concluded that the implementation of effleurage massage can reduce back pain in pregnant women in the third trimester. Keywords: Back Pain; Effleurage Massage; Pregnancy; Third Trimester Pendahuluan: Kehamilan normal mengubah system fisiologis secara bermakna, yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu hamil dan janin. Khususnya pada ibu hamil trimester 3, sehingga ibu merasa tidak nyaman beraktivitas, mengalami perubahan bentuk struktur tubuh, mengalami nyeri punggung jangka panjang. Keluhan nyeri punggung dapat ditangani dengan teknik massage effleurage. Tujuan: Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil trimester III yang mendapat implementasi massage effleurage. Metode: Desain penelitian deskriptif kualitatif dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Yosomulyo Kota Metro Pusat. Subyek dalam penelitian ini berjumlah dua orang ibu hamil trimester III yang disebut sebagai pasien I dan pasien II. Pasien I (Ny.P) usia 26 tahun dengan usia kehamilan 33 minggu, dan Pasien II (Ny.S) usia 25 tahun dengan usia kehamilan 35 minggu. Pemberian massage effleurage dilakukan selama 5–10 menit sesuai dengan SOP kemudian dievaluasi setelah pemberian massage effleurage. Hasil: Pasien I menunjukkan skala nyeri pada tingkat 6 di hari pertama, kemudian setelah intervensi dilakukan pada hari ke 4 menunjukkan skala nyeri menurun menjadi tingkat 4.  Sejalan dengan hasil tersebut, pasien II juga menunjukkan perubahan positif yang signifikan. Hari pertama pada pasien II menunjukkan tingkat skala nyeri berada pada skala 5, setelah penerapan massage effleurage selama empat hari terjadi penurunan yang cukup signifikan yaitu berada di tingkat skala nyeri 2. Simpulan: Penerapan massage effleurage pada pasien I dan pasien II memberikan hasil positif mulai dari hari 1 sampai hari terakhir. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi massage effleurage dapat menurunkan nyeri punggung pada ibu hamil trimester III.   Kata Kunci : Kehamilan; Massage Effleurage; Nyeri Punggung; Trimester III
Implementasi seft (spiritual emotional freedom technique) terhadap kecemasan pada ibu hamil trimester III Amoy Riska, Sindi; Yunitasari, Eva; Nurhayati, Nurhayati
JOURNAL OF Mental Health Concerns Vol. 4 No. 2 (2025): July Edition 2025
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mhc.v4i2.1058

Abstract

Background: Anxiety is an adaptation mechanism that indicates internal or external changes that are potentially threatening. anxiety symptoms such as trembling, fear, and panic. Anxiety in pregnant women can trigger stimulation of uterine contractions. As a result of these conditions can increase blood pressure which triggers bleeding, preeclampsia and miscarriage. Purpose: To determine the implementation of Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) on anxiety in third trimester pregnant women. Method: A descriptive design with a case study approach to describe the results of nursing care Implementation of SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) on anxiety in third trimester pregnant women. Data were collected using questionnaires before and after the intervention. Results: This scientific paper aims The results of the implementation of SEFT show that there is a decrease in anxiety levels in both subjects, namely from the category of moderate anxiety to no anxiety. Conclusion: SEFT therapy can increase knowledge and be applied to control anxiety in third trimester pregnant women. Keyword: Anxiety; SEFT; Trimester III Pregnant Women.   Pendahuluan: Kecemasan merupakan mekanisme adaptasi yang menunjukkan perubahan internal atau eksternal yang berpotensi mengancam. Gejala kecemasan seperti gemetar, takut, dan panik. Kecemasan pada ibu hamil dapat memicu terjadinya rangsangan kontraksi rahim. Akibat dari  kondisi  tersebut  dapat  meningkatkan  tekanan  darah  yang memicu terjadinya pendarahan,  preeklamsi  dan  keguguran. Tujuan: Untuk mengetahui Implementasi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap kecemasan pada ibu hamil Trimester III. Metode: Desain deskriptif dengan pendekatan studi kasus untuk mendeskripsikan hasil asuhan keperawatan Implementasi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap kecemasan pada ibu hamil trimester III. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah intervensi. Hasil: Implementasi SEFT menunjukan bahwa ada penurunan tingkat kecemasan pada kedua subjek yaitu dari kategori kecemasan sedang menjadi tidak ada kecemasan. Simpulan: Terapi SEFT ini dapat meningkatkan pengetahuan dan mampu diaplikasikan untuk mengontrol rasa cemas pada ibu hamil trimester III . Kata Kunci: Kecemasan; Ibu Hamil Trimester III; SEFT.
Hubungan ketuban pecah dini dan preeklampsia dengan persalinan preterm Yunitasari, Eva; Fitri, Feni Elda; Boa, Grasiana Florida
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 19 No. 5 (2025): Volume 19 Nomor 5
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v19i5.693

Abstract

Background: Prematurity is the leading cause of neonatal death and is now the second leading cause of death in infants. The incidence of preterm birth generally ranges from 6-10%, with only 1.5% of births occurring at less than 32 weeks' gestation and 0.5% at less than 28 weeks' gestation. Purpose: To determine the relationship between premature rupture of membranes and preeclampsia and preterm birth. Method: This quantitative study, using a case-control approach, was conducted on February 13-14, 2025, at Bhayangkara Hospital in Bandar Lampung. The sample consisted of 206 respondents divided into two groups: a case group consisting of 103 respondents with preterm labor and a control group consisting of 103 respondents with term (non-preterm) labor. The sampling technique used was simple random sampling. Data were collected using a checklist based on medical records, then analyzed univariately and bivariately. The statistical test used was Chi-square, as all data were categorical. Results: 86 respondents (83.5%) from the case group and 41 respondents (39.8%) from the control group experienced premature rupture of membranes. Furthermore, 84 respondents (81.6%) from the case group and 48 respondents (46.6%) from the control group experienced preeclampsia. There was a significant association between premature rupture of membranes and preterm labor (p-value = 0.000) with an odds ratio (OR) of 7.6. Similarly, there was a significant association between preeclampsia and preterm labor (p-value = 0.001) with an OR of 5.0. Conclusion:  Premature rupture of membranes and preeclampsia play a significant role in increasing the risk of preterm birth. Suggestion: Hospitals can provide more intensive care and treatment for preterm births in accordance with established protocols. This can be achieved by providing outreach through the distribution of brochures, leaflets, and other media to inform pregnant women about the risk factors for preterm birth.   Keywords: Pre-Eclampsia; Premature Rupture of Membranes; Preterm Labor.   Pendahuluan: Prematuritas adalah penyebab utama kematian neonatal dan sekarang menjadi penyebab utama kedua kematian pada anak-anak bawah lima tahun. Angka kejadian persalinan preterm pada umumnya adalah sekitar 6-10%, hanya 1.5% persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0.5% pada kehamilan kurang dari 28 minggu. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan ketuban pecah dini dan preeklampsia dengan persalinan preterm. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control yang dilaksanakan pada tanggal 13–14 Februari 2025, di Rumah Sakit Bhayangkara Bandar Lampung. Sampel terdiri dari 206 responden yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kasus sebanyak 103 responden dengan persalinan preterm dan kelompok kontrol sebanyak 103 responden dengan persalinan maturitas (non-preterm). Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dikumpulkan melalui lembar checklist berdasarkan data rekam medis, kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square karena seluruh data bersifat kategorik. Hasil: Responden yang mengalami ketuban pecah dini berjumlah 86 responden (83.5%) dari kelompok kasus dan 41 responden (39.8%) dari kelompok kontrol. Selain itu, responden yang mengalami preeklampsia tercatat sebanyak 84 responden (81.6%) dari kelompok kasus dan 48 responden (46.6%) dari kelompok kontrol. Terdapat hubungan yang signifikan antara ketuban pecah dini dengan persalinan preterm (p-value = 0.000) dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 7.6. Demikian pula, terdapat hubungan yang signifikan antara preeklampsia dan persalinan preterm (p-value = 0.001) dengan OR sebesar 5.0. Simpulan: KPD dan preeklamsia memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan risiko terjadinya persalinan preterm. Saran: Rumah sakit dapat memberikan penanganan dan perawatan yang lebih intensif terhadap kejadian persalinan preterm sesuai dengan protap yang ada dengan cara memberikan pemahaman melalui penyebaran brosur, leaflet dan lain sebagainya, sehingga ibu hamil memperoleh informasi tentang faktor yang berisiko terhadap kejadian persalinan preterm.   Kata Kunci: Ketuban Pecah Dini (KPD); Preeklampsia; Persalinan Preterm.