Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Penyerupa dan Penyerta Tuberkulosis Paru yang Terdiagnosis Berdasarkan Gambaran CT-scan Toraks Pada Rumah Sakit Rujukan Tersier Bachtiar, Nur Amelia; Asriyani, Sri; Murtala, Bachtiar; Latief, Nikmatia; Djaharuddin, Irawaty; Zainuddin, Andi Alfian
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 12, No 2 (2020): DESEMBER 2020
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v12i2.1747

Abstract

Latar belakang: Sistem rujukan berjenjang dapat mempengaruhi karakteristik lesi pada CT-scan toraks pasien terduga tuberkulosis (TB) paru pada rumah sakit rujukan tersier. Hal ini dapat menyamarkan keberadaan penyerupa dan penyerta TB paru. Metode Penelitian: Sampel adalah pasien yang terdiagnosis TB paru oleh ahli radiologi pada periode Oktober 2018 hingga Juni 2019. Analisis Chi-square dilakukan untuk menguji kesesuain 12 karakteristik CT-scan toraks (Konsolidasi, kavitas, tree-in-bud, fibrokalsifikasi, air-bronchogram-sign, lesi noduler, efusi pleura, atelektasis, bercak infiltrat, lymphadenopathy, bronchiectasis, ground glass opacity) dengan diagnosis akhir klinisi. Pencatatan penyerupa dan penyerta TB dilakukan setelah diagnosis akhir ditegakkan. Hasil: Dari 137 sampel, hanya 61 (44.5%) pasien yang terdiagnosis sebagai TB paru aktif, 38 (27.7%) terdiagnosis sebagai bekas TB paru dan 38 (27.7%) lainnya terdiagnosis sebagai penyakit paru bukan tuberkulosis. Dari 12 variabel yang dievaluasi, karakteristik yang sesuai dengan diagnosis klinisi adalah tree-in-bud (p = 0.019) dan lymphadenopathy (p = 0.039). Penyakit penyerupa dan penyerta terbanyak adalah tumor paru dan infected bronchiectasis. Simpulan: Gambaran CT-scan pasien TB paru sangat beragam pada rumah sakit rujukan tersier. Diperlukan ketelitian ahli radiologi dan kerja sama yang baik dengan klinisi untuk mendeteksi berbagai kemungkinan diagnosis yang dapat menyerupai dan menyertai TB paru
HUBUNGAN KOMORBIDITAS DENGAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS PADA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19 suminto, silvia; Asriyani, Sri; Latief, Nikmatia; Alfian, Andi; Djaharuddin, Irawaty; Murtala, Bachtiar
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 1 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i01.P01

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komorbiditas dengan gambaran CT scan toraks pada pasien terkonfirmasi COVID-19. Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Radiologi RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 192 pasien terkonfirmasi COVID-19. Analisis karakteristik gambaran CT scan toraks pasien dilakukan pada lung dan mediastinal window untuk melihat gambaran Groundglass opacity (GGO),konsolidasi, crazy paving, halo sign, air bronchogram sign (ABS), fibrosis, nodul, limfadenopati mediastinum, dan efusi pleura. Perbedaan proporsi gambaran CT scan berdasarkan komorbiditas diuji dengan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pasien dengan riwayat komorbiditas terhadap gambaran GGO, konsolidasi, crazy paving, nodul, fibrosis, efusi (semua nilai p<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan pada pasien dengan riwayat hipertensi dengan gambaran GGO, dan crazy paving (keduanya p<0,05), riwayat diabetes mellitus dengan gambaran konsolidasi (p<0,05), riwayat CKD dengan gambaran efusi pleura (p<0,05), riwayat keganasan dengan gambaran nodul (p<0,05), riwayat CAD dengan gambaran crazy paving (p<0,05), dan riwayat tuberkulosis dengan gambaran fibrosis, tree in bud dan nodul (p<0,05).
Pelaksanaan Kolaborasi Interprofesi pada Manajemen Tuberkulosis di Puskesmas Tabaringan Djaharuddin, Irawaty; Madolangan, Jamaluddin; Hendarto, Joko; Ramadany, Sri; Anggita, Dwi; Ridho Akbar, Muhammad; Permatasari, Tiara
Jurnal Pengabdian Kedokteran Indonesia Vol 5 No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/jpki.v5i1.304

Abstract

Strategi eliminasi tuberkulosis yang disebut dengan End TB Strategy mempunyai misi mencapai Zero TB pada tahun 2050. Untuk mencapai hal ini, diperlukan manajemen TB yang baik. Pendekatan kolaboratif interprofesi mulai dari dokter, perawat, apoteker, kader kesehatan dan masyarakat diharapkan dapat membantu, tidak hanya dalam hal pengawasan, pengobatan, tetapi juga dalam deteksi dini infeksi tuberkulosis. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini menggunakan metode ceramah dan pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi. Metode awal adalah ceramah berupa penyuluhan secara interaktif yang dibawakan berbagai profesi yaitu dokter, perawat, dan apoteker. Materi mengenai pengetahuan tentang TB serta program pemerintah dalam menjaring hingga pengobatan kasus TB diberikan. Selain itu dalam penyuluhannya ditegaskan pula peran masing-masing profesi agar dapat berjalan sinergis dalam manajemen TB di layanan perifer. Tahap terakhir adalah evaluasi kegiatan dilakukan dengan mengisi lembar tes yang dibagikan kepada peserta penyuluhan yang berisi pertanyaan terkait materi yang telah diberikan. Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang yang dimana peserta merupakan perangkat puskesmas mulai dari dokter, perawat dan apoteker serta melibatkan kader puskesmas sebagai perwakilan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tabaringan. Setelah dilakukan penyuluhan, peserta yang mampu menjawab dengan benar diatas 70 poin sebanyak 80%. Banyaknya peserta yang menjawab 70 benar dari 100 poin menggambarkan tingkat pengetahuan peserta secara umum memahami topik yang diberikan dengan baik. Manajemen tuberkulosis dapat dilakukan dengan pendekatan kolaborasi interprofesi yang melibatkan peran aktif dari berbagai pihak, tidak hanya tenaga kesehatan namun juga peran aktif dari masyarakat.
Karakteristik serta Profil Koagulasi Pasien Covid-19 Anggita, Dwi; Djaharuddin, Irawaty; Iskandar, Harun; Tabri, Nur Ahmad; Madolangan, Jamaluddin; Putrawan, Harry Akza; Wiriansyah, Edward Pandu
UMI Medical Journal Vol 8 No 2 (2023): UMI Medical Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/umj.v8i2.234

Abstract

Latar belakang: Derajat keparahan Covid-19 dikaitkan dengan koagulasi dan kerusakan endotel yang dipicu oleh reaksi inflamasi akibat dari pelepasan sitokin proinflamasi yang berlebihan oleh karena infeksi SARS CoV-2. Metode: Penelitian deskriptif analitik yang dilakukan dengan pendekatan kohor retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Umum Pemerintah Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan mengumpulkan data rekam medis pasien Covid-19 pada bulan Juni 2020 – Juni 2021 dengan menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan rerata trombosit lebih rendah (265.442) pada kasus berat, sedangkan rerata fibrinogen (405,54) dan D-dimer (9,84) lebih tinggi pada derajat keparahan lebih berat, serta Prothrombin time (PT) lebih panjang (10,92) pada derajat keparahan lebih berat. Kesimpulan: Profil koagulasi penderita Covid-19 didatakan rerata rombosit lebih rendah pada derajat keparahan lebih berat, sedangkan fibrinogen dan D-dimer lebih tinggi serta Prothrombin time (PT) lebih panjang pada derajat keparahan lebih berat.
Hipertensi Pulmoner Terkait Penyakit Paru (Hipertensi Pulmoner Tipe 3) Anggita, Dwi; Amir, Muzakkir; Djaharuddin, Irawaty
UMI Medical Journal Vol 9 No 2 (2024): UMI Medical Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/umj.v9i2.235

Abstract

Latar belakang: Hipertensi pulmoner adalah penyakit fatal dari berbagai etiologi yang diperkirakan memengaruhi lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia. Penyakit ini didefiniskan secara hemodinamik sebagai tekanan rata-rata arteri pulmonalis ≥ 25 mmHg saat istirahat. Isi: Hipertensi pulmoner menyebabkan berbagai kondisi dan komplikasi klinis terutama gangguan pada sistem kardiovaskular dan respirasi. Hipertensi polmuner akibat penyakit paru-paru dan/atau hipoksia yang menrupakan klasifkasi tipe 3 adalah salah satu bentuk HP yang sering terjadi. Berbagai penyakit paru dan keadaan hipoksia telah lama dikenal sebagai keadaan yang menginduksi perubahan sistem vaskular pulmoner melalui berbagai mekanisme yang belum sepenuhnya dimengerti. Kesimpulan: Mekanisme patologi hipertensi pulmoner terkait penyakit paru kronis, seperti penyakit paru obstruktif kronik, penyakit paru interstitial, penyakit paru campuran pola restriksi dan obstruksi, gangguan pernapasan saat tidur, gangguan hipoventilasi alveolar, paparan lama terhadap ketinggian dan kelainan perkembangan paru adalah adanya remodeling pembuluh darah disertai disfungsi endotel diakibatkan hipoksia kronik.
ACE2 EXPRESSION OF HYPERTENSIVE RAT LUNGS GIVEN ACE-I, CCB, AND SWITCHING ACEI TO CCB Abustani, Muthiah; Arsyad, Aryadi; Idris, Irfan; Djabir, Yulia Yusrini; Djaharuddin, Irawaty; Kasim, Hasim; Ismail, Amirah Febrianti
Jurnal Kesehatan Vol 17 No 2 (2024): JURNAL KESEHATAN
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/kesehatan.v17i2.38444

Abstract

Latar belakang : Hipertensi merupakan komorbid terbanyak pada COVID-19 dan ACE2 sebagai reseptor yang akan berikatan dengan virus SARS-COV-2, juga berperan dalam regulasi tekanan darah. Penggunaan obat antihipertensi seperti ACE-I atau CCB dapat mempengaruhi ekspresi ACE2. Penggunaan ACE-I selama pandemi menuai pro dan kontra yang memunculkan saran penggantian golongan obat antihipertensi seperti CCB. Tujuan : Mengetahui ekspresi ACE2 jaringan paru tikus setelah induksi hipertensi dan dilanjutkan dengan pemberian ACE-I (kaptopril) atau CCB (amlodipine), dan switching ACE-I menjadi CCB. Metode : Post control group design menggunakan 30 sampel tikus Sprague dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu non-hipertensi, hipertensi, hipertensi + ACE-I, hipertensi + CCB, dan hipertensi + ACE-I switching CCB. Induksi hipertensi menggunakan L-NAME selama 6 minggu dan pengukuran tekanan darah menggunakan metode non-invasif. Pemberian obat antihipertensi diberikan selama 1 minggu. Ekspresi ACE2 diukur menggunakan ELISA kit Elabscience®. Hasil : Ekspresi ACE2 pada kelompok non hipertensi vs hipertensi tidak ditemukan perbedaan bermakna. Ekspresi ACE2 pada kelompok hipertensi dengan pengobatan ACE-I vs CCB ditemukan lebih tinggi pada kelompok CCB (p = 0.042). Ekspresi ACE2 pada kelompok hipertensi dengan pengobatan lebih tinggi dibanding kelompok hipertensi tanpa pengobatan (p = 0.001). Diskusi : Ekspresi ACE2 lebih tinggi pada kelompok dengan pengobatan ACE-I dengan cara menghambat efek Angiotensin II, sehingga kadar ACE2 meningkat sebagai mekanisme kompensasi. Sedangkan CCB akan meningkatkan kadar Angiotensin I dan menurunkan rasio Angiotensin (1-7)/ Angiotensin I dan menurunkan rasio ACE2/ACE Kesimpulan : Ekspresi ACE2 meningkat pada jaringan paru hipertensi dengan pengobatan ACE-I, CCB, dan switching ACE-I menjadi CCB.
Evaluation of an E. coli-expressed spike protein-based in-house ELISA system for assessment of antibody responses after COVID-19 infection and vaccination Nurisyah, Sitti; Iyori, Mitsuhiro; Hasyim, Ammar A.; Amru, Khaeriah; Itani, Kei; Nakamura, Kurumi; Zainal, Kartika H.; Halik, Handayani; Djaharuddin, Irawaty; Bukhari, Agussalim; Asih, Puji BS.; Syafruddin, Din; Yoshida, Shigeto; Idris, Irfan; Yusuf, Yenni
Narra J Vol. 5 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v5i1.1250

Abstract

Evaluating long-term immunity after COVID-19 infection and vaccination is critical for managing potential outbreaks. The aim of this study was to develop a cost-effective in-house enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) based on Escherichia coli-expressed SARS-CoV-2 spike protein (E-S1) for antibody detection and to evaluate its performance. The system was validated by comparing the in-house ELISA results with those obtained using a commercial ELISA with HEK293-expressed spike protein (H-S1). Recombinant SARS-CoV-2 spike protein was produced in E. coli, purified, and validated for antigenicity via ELISA. Indirect ELISAs with both E-S1 and H-S1 antigens were performed on 386 serum samples from COVID-19 survivors, vaccinated individuals, and pre-pandemic controls collected at different time points. The E-S1 ELISA showed a statistically significant but weak correlation with H-S1 ELISA across all samples (r=0.205; p=0.0001). Stronger correlations were observed among vaccinated individuals with prior infection on day 90 (r=0.6017; p<0.001) and in naïve vaccine recipients on day 30 (r=0.5361; p=0.0003). Pre-pandemic sera from a rural population in Sumba Island exhibited high background reactivity in E-S1 ELISA, likely due to anti-E. coli antibodies, while urban pre-pandemic sera from Jakarta showed a stronger correlation with H-S1 ELISA. This suggests potential regional or immune background differences influencing assay performance. Although E-S1 retained antigenic properties, its diagnostic utility is limited by non-specific reactivity and reduced sensitivity compared to H-S1. In conclusion, E. coli expression systems may not be ideal for producing spike protein-based ELISA antigens specific to SARS-CoV-2. Alternative expression systems, such as human or baculovirus, could enhance diagnostic accuracy and specificity for COVID-19 antibody detection.
Stres Kerja dan Keselamatan Pasien: Literature Review: Occupational Stress and Patient Safety: Literature Review Wisudawan B, Owildan; Nu'man AS Daud; Djaharuddin, Irawaty; Dewi Rizki Nurmala; Anto J. Hadi; Haslina Ahmad; Muhammad Tahir; Muh. Ayyub Amin
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 7 No. 4: APRIL 2024 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v7i4.5142

Abstract

Latar belakang: Stres yang berhubungan dengan pekerjaan adalah kondisi yang lazim dalam profesi keperawatan yang menjadi penyebab utama kesehatan dan keselamatan pada pasien. Stres kerja pada perawat merupakan masalah global dan nasional yang mesti menjadi perhatian guna menunjang proses asuhan keperawatan yang optimal sehingga aspek keselamatan pasien bisa terwujud. Tujuan: Untuk mengidentifikasi secara terstruktur dan memberi gambaran secara detail berbasis bukti terkini terkait dengan model stres yang berhubungan dengan pekerjaan pada perawat dan keselamatan pasien di Rumah Sakit. Tujuan tersebut bisa tercapai dengan mengelola literatur review berdasarkan: Karakteristik stres kerja pada perawat, Faktor dukungan rekan kerja (Dokter, Perawat, Rekan lainnya), Faktor Beban Kerja, Karakteristik kondisi Pasien, Metode pengukuran tingkat stres, Faktor keselamatan pasien, dan Manajemen stres. Metode: Kajian literatur menggunakan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analysis). Adapun sumber literatur review yaitu berasal dari pencarian berbasis online melalui mesin pencarian google secara umum dengan memasukkan kata kunci jurnal bereputasi baik secara nasional maupun internasional, tetapi sebagian besar jurnal yang digunakan yaitu jurnal bereputasi internasional sebagai rujukan utama. Hasil: Jurnal yang didapatkan sebagian besar berformat PDF yang didapatkan melalui jurnal yang diterbitkan oleh Pubmed, Proquest, Google scholar, Science direct: Elsevier, BMC, Health Affairs, Oxford Academic, John Wiley & Sons serta sumber lainnya berupa Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jumlah Artikel yang di peroleh sebanyak 205, Jumlah artikel yang layak dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 14. Sumber stres terdiri dari 8 (delapan) skala yaitu: kondisi pasien, konflik dengan dokter, lingkungan kerja, masalah dengan teman sebaya, masalah dengan pengawas, beban kerja, ketidakpastian tentang pengobatan, konflik dengan pasien atau keluarga pasien. Kesimpulan: Stres kerja dikalangan perawat secara garis besar dan paling dominan dipengaruhi oleh lingkungan kerja, beban kerja, kondisi pasien dan perawat. Stres pada perawat dapat mendatangkan kerugian bagi suatu Rumah Sakit terkhusus pada pasien, karena dapat mengganggu proses asuhan keperawatan pada pasien dan pada akhirnya mempengaruhi keselamatan pasien. Adapun saran yang ditawarkan yaitu melakukan Manajemen pengelolaan stres yang komprehensif guna menunjang faktor keselamatan pasien.
Syndecan-4 levels in bronchoalveolar lavage fluid and serum in non-small cell lung cancer Abdul Azis, Asrul; Santoso, Arif; Djaharuddin, Irawaty; Iskandar, Harun; Ilyas, Muhammad; Lihawa, Nurjannah
Medical Journal of Indonesia Vol. 33 No. 2 (2024): June
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13181/mji.oa.247264

Abstract

BACKGROUND Lung cancer has the highest cancer-related mortality rate worldwide. Research has been conducted to improve early detection and markers of predictive value but only focused on the expression of syndecan-4 (SDC4) in serum. Studies in bronchoalveolar lavage (BAL) fluids of non-small cell lung cancer (NSCLC) patients are still limited. This study aimed to evaluate the clinical value of SDC4 in serum and BAL in NSCLC patients. METHODS Blood serum and BAL fluids were obtained from 44 patients with NSCLC and 41 non-cancer patients as the control. The level of SDC4 was measured. The relationships between SDC4 and clinicopathologic factors were also analyzed. RESULTS Serum SDC4 levels in NSCLC patients were significantly lower than the control group (p = 0.002). Furthermore, the disease stages and serum SDC4 levels had a negative correlation, which was lower in the advanced stage (IIIb/IV) than in the initial stage (I/II/IIIa) (p = 0.517). The same results were obtained from BAL fluids SDC4 levels, which were significantly lower in the advanced stage (IIIb/IV) than in the early stage (I/II/IIIa) (p = 0.007). CONCLUSIONS Serum SDC4 levels in NSCLC patients were lower than those of non-cancer patients. They also performed different results in disease stages. SDC4 could be a helpful biomarker in NSCLC.
Effects of Active Hexose Correlated Compound (AHCC®) on Clinical and Laboratory Response of Pulmonary Tuberculosis Patients Madolangan, Jamaluddin; Yusuf, Irawan; Wahyudin, Elly; Djaharuddin, Irawaty
Jurnal Respirologi Indonesia Vol 45 No 4 (2025)
Publisher : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)/The Indonesian Society of Respirology (ISR)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36497/jri.v45i4.820

Abstract

Backgrounds: Active hexose correlated compound (AHCC), an α-glucan extracted from Lentinula edodes, is known for its immunomodulatory properties. It is suspected that the strong nutrients contained in AHCC are very safe and without side effects, including in tuberculosis patients. This study evaluated the effect of AHCC on clinical and hematologic responses in pulmonary tuberculosis (TB) patients Methods: A double-blind randomized controlled trial was conducted involving 60 pulmonary TB patients receiving standard anti-TB therapy. Participants were randomly assigned to receive either AHCC (3 g/day) or a placebo for six months. Clinical and laboratory parameters were assessed before and after treatment. Results: Patients in the AHCC group showed greater improvement in clinical symptoms (reduced cough, improved appetite, and weight gain) and significant enhancement of hematological and immunological markers compared with placebo (P<0.05). AHCC supplementation significantly increased CD4⁺ and CD8⁺ lymphocyte counts, suggesting improved immune recovery and modulation of host defense against Mycobacterium tuberculosis infection. Conclusion: AHCC supplementation alongside standard anti-TB therapy improves clinical outcomes and immune responses in patients with pulmonary tuberculosis.