Spiritual leadership in the church is a vital aspect because a leader serves as a role model and guide for the growth of the congregation's faith. However, this spiritual dimension is often neglected, resulting in leadership that does not produce true fruit of service. Titus 1:7–8 emphasises the standards of Christian leadership, which emphasise integrity, exemplary behaviour, and sound teaching. This study aims to theologically examine Christian spiritual leadership in the perspective of Titus 1:7–8 by highlighting its relevance to the responsibility of church pastors in maintaining their personal lives, character, and role in shepherding the congregation. The research method used is qualitative literature study through analysis of biblical texts, theological literature, and relevant previous studies. The results of the study show that Christian spiritual leadership rests on three main dimensions: personal morality, family responsibility, and public exemplary behaviour. These three dimensions emphasise that a leader is called not only to be skilled in teaching, but also to live with integrity, to exemplify Christ, and to be responsible for the souls entrusted to them by God.AbstrakKepemimpinan rohani dalam gereja merupakan aspek vital karena seorang pemimpin berperan sebagai teladan dan penuntun pertumbuhan iman jemaat. Namun, sering kali dimensi rohani ini terabaikan sehingga kepemimpinan tidak menghasilkan buah pelayanan yang sejati. Titus 1:7–8 menegaskan standar kepemimpinan Kristen yang menekankan integritas, keteladanan, dan pengajaran yang benar. Penelitian ini bertujuan mengkaji secara teologis kepemimpinan rohani Kristen dalam perspektif Titus 1:7–8 dengan menyoroti relevansinya terhadap tanggung jawab gembala sidang dalam menjaga kehidupan pribadi, karakter, serta peran penggembalaan jemaat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif studi pustaka melalui analisis teks Alkitab, literatur teologi, serta penelitian terdahulu yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan rohani Kristen bertumpu pada tiga dimensi utama: moralitas pribadi, tanggung jawab keluarga, dan keteladanan publik. Ketiga dimensi ini menegaskan bahwa seorang pemimpin dipanggil bukan sekadar mahir dalam pengajaran, tetapi juga hidup dalam integritas, meneladani Kristus, serta bertanggung jawab atas jiwa-jiwa yang dipercayakan Allah.