Claim Missing Document
Check
Articles

Pengaruh Konsentrasi Oleoresin Dan Komposisi Bahan Penyalut Terhadap Karakteristik Mikroenkapsulasi Oleoresin Jahe ( Zingiber Officinale) Dengan Metode Spray Draying Niken Harimurti; Nhadira Nhestricia; Sri S. Yuliaru; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n2.2007.83-90

Abstract

Oleoresin jahe, seperti halnya oleoresin dari rempah lain, merupakan hasil ekstraksi rempah yang memiliki profil flavour atau perisa yang mendekati rempah segar. Dalam industri makanan dan minuman, perisa dalam bentuk oleoresin lebih dikehendaki daripada rempah segar atau kering karena sifat perisanya yang lengkap, konsisten dan terukur. Akan tetapi, oleoresin mudah mengalami degradasi akibat udara, cahaya, air dan temperatur tinggi, bahkan memiliki umur simpan yang singkat jika penyimpannya tidak tepat. Karakteristik oleoresin yang kental dan lengket juga menyulitkan penanganan dan penggunaannya. Mikroenkapsulasi menawarkan penyelesaian bagi masalah-masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleoresin dan komposisi bahan penyalut terhadap karakteristik milcroenkapsulasi oleoresin jahe, Oleoresin yang digunakan sebagai bahan aktif, diekstrak secara perkolasi dari serb uk jahe emprit dengan pelarut etano!. Mikroenkapsulasi dilakukan dengan metode spray drying menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan natrium kaseinat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dimana konsentrasi oleoresin (faktor A) terdiri atas 4 taraf : A 1= 5%, A2= 10%, A3= 15% dan A4= 20% serta nisbah maltodekstrin terhadap natrium kaseinat (faktor B) terdiri atas 2 taraf: 81= 92,5:7,5 dan B2 = 70: 30 dengan dua ulangan. Spray dryer Lab Plant SD-05 dioperasikan pada temperatur inlet 160"C dan outlet 100°C dan laju umpan IS ml/menit. Parameter yang diamati meliputi total oil, surface oil, oil recovery dan kadar air. Mikrokapsul oleoresin jahe terbaik diperoleh dari perlakuan konsentrasi oleoresin 10% dan nisbah maltodekstrin terhadap natrium kaseinat 92,5:7,5 dengan total oil 2,34%, oil recovery 87,50%, surface oil 0,27%, dan kadar air 4,97%. Effect Of Oleoresin Concentration And Encapsulating Material Compositions On The Properties Of Microencapsulated Ginger Oleoresin Using Spray Drying MethodGinger oleoresin, like other oleoresins is an extractive product of spices that exhibits flavour profiles close to fresh ground spices. In food and beverage industries, oleoresin is more preferable than fresh or dried spices due to its complete flavour characteristics, consistency and measurability. However, oleoresin undergoes degradation easily in the presence of air, light, moisture and heat, and also has short storage life if not stored properly. Oleoresin is available in the form of viscous and sticky liquid, and difficult to handle. Microencapsulation offers solutions to these problems. In these experiments, oleoresin was encapsulated in maltodextrin and sodium caseinate using spray drying technique. Oleoresin was extracted from dried ground emprit ginger with ethanol using percolation technique. This research was aimed at determining the effect of oleoresin concentration and encapsulating material compositions on the properties of microencapsulated ginger oleoresin. Experiments were performed using complete randomized factorial experimental design with two factors. Factor A (oleoresin concentration) consists of: Al ~ 5%, A2= 10%, A3= 15%, A4=20% and factor B (maltodextrin to sodium caseinate ratio) consists of: 81= 92,5:7,5 and 82= 70: 30; each treatment was done in Lab Plant SD-05 Spray dryer was operated at an inlet temperature of 160°C and outlet temperature of lOO°C and a feed rate of 15 ml/min. Parameters investigated are total oil, surface oil, oil recovery and moisture content. The best microcapsule properties was obtained from microcapsules containing oleoresin 10% and maltodextrin and sodium caseinate at the ratio of 92.5:7.5 with total oil of 2.34%, oil recovery of 87.5% and surface oil of 0.27%.
Analisis Mutu Berbagai Jenis KAPOLAGA Sri Yuliani; NFN Ma'mun
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 3, No 2 (1988): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v3n2.1988.62-67

Abstract

Formulasi Granul Ekstra Jahe Berkarbonat Sri Yuliani; Nunik Purwanti; Teti Indrawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 13, No 2 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v13n2.2002.13-24

Abstract

Pengembangan Produk Jahe Kering dalam Berbagai Jenis Industri Sri Yuliani; Sari Intan Kailaku; nFN Suyanti
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk salah satu komoditas rempah dan obat yang juga merupakan tanaman prioritas dalam temu-temuan. Penggunaan jahe sangat sesuai untuk berbagai macam olahan karena selain mempunyai rasa dan aroma yang enak dan khas, juga memiliki fungsi sebagai obat yaitu untuk memperbaiki pencernaan, menambah nafsu makan, memperkuat lambung dan mencegah infeksi. Sebelum diolah lebih lanjut saat disimpan jahe segar memiliki beberapa kerugian seperti memerlukan banyak tempat (bulky), mutu dan flavour bervariasi tergantung pada umur, selama penyimpanan memungkinkan kehilangan minyak atsiri atau komponen lainnya. Pengembangan produk jahe kering dalam berbagai bentuk produk antara maupun produk jadi sangat menguntungkan dan belum jenuh, hal ini disebabkan karena permintaan pasar yang cukup tinggi baik di dalam maupun di luar negeri dengan demikian memberikan peluang untuk dikembangkan secara serius oleh petani, industri makanan dan minuman juga industri farmasi. Produk olahan jahe telah banyak beredar di pasaran untuk produk antara diantaranya adalah jahe kering (simplisia), bubuk, minyak jahe, oleoresin jahe dan mikrokapsul oleoresin jahe, sedangkan untuk produk jadi yang diusahakan oleh industri makanan dan minuman diantaranya adalah bumbu masak instan, pikel atau asinan jahe, anggur, sirup, permen jahe, wedang dan serbat jahe. Dalam industri farmasi jahe banyak digunakan untuk obat dalam (oral) produknya antara lain obat batuk dalam bentuk sirup (komix, OBH jahe), bentuk tablet/ kapsul zinaxin rapid untuk obat rematik dan untuk obat luar minyak jahe digunakan dalam bentuk balsam, parem kocok, koyo dan lain-lain. Makalah ini mengkaji berbagai usaha pengembangan produk jahe kering sebagai usaha pemanfaatan jahe untuk bahan baku industri.
MIKROENKAPSULASI: PENDEKATAN STRATEGIS UNTUK FORTIFIKASI PANGAN Sri Yuliani
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 7, No 1 (2011): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Risiko kekurangan zat gizi mikro dihadapi oleh hampir sepertiga penduduk dunia baik di negara maju maupun di negara yang belum berkembang. Masalah ini mengancam kesehatan masyarakat yang berdampak pada menurunnya kualitas sosio-ekonomi suatu kelompok masyarakat seperti rendahnya kecerdasan dan produktivitas kerja. Fortifikasi merupakan pendekatan yang menjanjikan untuk meningkatkan status gizi/kesehatan masyarakat melalui penambahan zat gizi mikro ke dalam makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat target. Dalam aplikasinya, kestabilan fortifikan dan kualitas sensoris pangan fortifikasi merupakan masalah teknis yang memerlukan pemecahan komprehensif. Mikroenkapsulasi memberikan solusi yang strategis untuk masalah tersebut. Teknologi ini mampu memberikan perlindungan bahan aktif seperti flavour, vitamin, mineral, mikroba dan bahan aktif lainnya dari pengaruh lingkungan yang merugikan selama proses pengolahan, penyimpanan, distribusi dan konsumsi. Karena bahan aktif terisolasi oleh suatu sistem matriks (bahan pengkapsul), teknologi ini dapat mencegah penurunan kualitas sensoris pangan fortifikasi seperti timbulnya flavour yang tidak menyenangkan atau perubahan warna produk yang tidak diinginkan. Sifat controlled release merupakan keunggulan lain yang dimiliki teknologi ini. Tulisan ini berisi review teknologi mikroenkapsulasi untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai aplikasi teknologi mikroenkapsulasi sebagai pendekatan strategis dalam fortifikasi pangan. Status teknologi ini dengan berbagai kendala, tantangan, peluang dan alternatif solusinya dipaparkan dalam tulisan ini dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan status gizi/ kesehatan masyarakat melalui fortifikasi pangan.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA NANOEMULSI MINYAK BIJI PALA (Antimicrobial Activity of Nutmeg Oil Nanoemulsion) Iceu Agustinisari; Endang Yuli Purwani; Niken Harimurti; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n1.2014.1-8

Abstract

Minyak biji pala mengandung senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antimikroba. Senyawa bioaktif umumnya bersifat tidak stabil sehingga mudah mengalami penurunan aktivitas biologisnya. Salah satu cara untuk meningkatkan stabilitasnya adalah dengan menggunakan teknologi nano. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan formulasi nanoemulsi minyak biji pala dengan ukuran droplet partikel <300 nm sebagai bahan antimikroba, (2) mendapatkan formulasi nanoemulsi yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik terhadap mikroba E.coli, S.aureus dan S.cereviseae. Proses nanoemulsi minyak biji pala dilakukan dengan menggunakan alat High Pressure Homogenizer pada tekanan 20000 psi atau 137,931 KPa dengan 5 siklus. Pengamatan dilakukan terhadap 12 formulasi yang diperoleh dari kombinasi antara tiga konsentrasi minyak (5%, 10% dan 15%) dan dua jenis surfaktan (tween 20 dan tween 80) dengan tiga tingkat konsentrasi (10%, 15% dan 20% dari massa minyak biji pala). Pengujian aktivitas antikmikroba dilakukan dengan metode difusi sumur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi nanoemulsi minyak biji pala yang diperoleh memiliki ukuran droplet partikel 104,80-161,15 nm.. Konsentrasi minyak biji pala berpengaruh secara signifikan terhadap zona penghambatan pertumbuhan mikroba. Nanoemulsi minyak biji pala dengan formulasi konsentrasi minyak biji pala 15% dan jenis surfaktan Tween 80 dengan konsentrasi 20% dari massa minyak (M15S20T80) memberikan efek penghambatan terbaik pada E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Kata kunci :minyak biji pala, surfaktan, nanoemulsi, antimikroba, penghambatanEnglish Version AbstractNutmeg oil contained bioactive compounds which had antimicrobial activities. Generally, bioactive compounds have a limited stability, so that they undergo biological activity degradation easily. One of ways to increase its stability is using nanotechnology. This research was aimed (1) to obtain nutmeg oil nanoemulsion formulation which having particle size <300 nm as antimicrobial agent, (2) to obtain nanoemulsion formulation which having the best antimicrobial activity toward E.coli, S.aureus and S.cereviseae. Processing of nanoemulsion was conducted using High Pressure Homogenizer at 20000 psi or 137,931 Kpa and 5 cycles. Observation was conducted to 12 nanoemulsion formulation which was gained from combination between concentration of nutmeg oil (5%, 10%, 15%) and types of surfactant (tween 20 and tween 80) with 3 level concentration (10%, 15% and 20% from nutmeg oil mass). Antimicrobial testing was conducted using agar well diffusion method. The result showed that formulation of nutmeg oil nanoemulsion having particle size 104,80-161,15 nm. Nutmeg oil concentration had significantly effect in inhibition zone of microbes growth. Formulation of nutmeg oil nanoemulsion with 15% nutmeg oil and surfactant tween 80 as much as 20% of nutmeg oil mass gave the best growth inhibition on E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Keywords :nutmeg oil, nanoemulsion, antimicrobial, inhibition
Analisis Korelasi Antar Variabel Respon Pada Ekstrusi Campuran Pati dan D-Limonen Terenkapsulasi Dalam Protein Susu Sri Yuliani; Peter J. Torley; Bhesh R. Bhandari
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v3n1.2006.1-12

Abstract

Mikroenkapsulasi bahan perisa mcnawarkan solusi masalah penambuhan bahan perisa pada produk-produk ekstrusi. Kunci keberhasilnnya adalah pemilihan teknik mikroenkapsulasi yang tepat. Proses ekstrusi melibatkan panas, geseran dan tekanan yang tinggi sehingga diperlukan bahan pengkapsul tertentu yang dapat melindungi bahan perisa yang secara kimiawi bersifat Iabil. Teknik pengendapan protein merupakan teknik mikroenkapsulasi yang potensial untuk diterapkan pada bahan perisa untuk produk-produk ekstrusi karena bahan pengkapsulnya yang berasal dari protein susu (natrium kaseinat) bersifat tahan Panas. tidak larut air dan aman untuk dikonsumsi. Penelitian dilakukan menggunakan d-limonen sebagai model bahan perisa dan pati jagung sebagai bahan dasar produk ekstrusi. Ekstrusi dilakukan dengan ekstruder berulir ganda pada lima taraf suhu maksimum ekstruder (125, 129, 135, 141 dan 145°C). kecepatan putar ulir (145, 151, 160, 169 dan 175 rpm) dan persentasi penambahan kapsul (0,00, 1,01, 2,50, 3,99 dan 5,00%). Hasil penelitian menunjuk kan dengan teknik ini diperoleh retensi bahan perisa yang cukup tinggi (37,1 – 81,5% dengan rata-rata 67,5%). Keberadaan kapsul mempengaruhi sifat reologi lelehan bahan umpan yang mengubah kinerja ekstruder dan karakteristik produk. Penumbahan kapsul 0-2% menurunkan tekanan , torsi, energi mekanik spesifik dan nisbah ekspansi, sedangkan penambahan kapsul 3-5% memberikan respon sebaliknya. Sebaliknya, retensi bahan perisa meningkat dengan penambahan kapsul 0-2% dan menurun dengan penambahan kapsul 3-5%. Beberapa variabel respon terpilih (tekanan lelehan pada ujung keluaran ekstruder, torsi. energi mekanik spesifik. retensi bahan perisa, nisbah ekspansi dan kekerasan produk) memiliki korelasi satu sama lain yang unik. Tekanan berkorelasi positif dengan nisbah ekspansi , sedangkan nisbah ekspansi berkorelasi negatif dengan retensi bahan perisa dan kekerasan produk. Correlation Analysis of Response Variables on The Extrusion of Mixtures of Starch and D-limonene Encapsulated in Milk ProteinFlavour microencapsulation offers solutions for flavouring problems in extruder snack food industries. The key factor for the functionality of this technology is the right choice of microencapsulation technique. The capsules should provide flavour protections against high temperature. pressure and shear during extrusion. Protein Precipitation is a promising encapsulation technique for snack food extrusion application as the encapsulating material. sodium caseinate, is heat stable. water­ insoluble and food approved. In this experiment. d-limonene was used as a flavour model, and the capsules were added to the extruder feed material (corn starch). A twin screw extruder was used to evaluate the effect of capsule level of addition (0 to 5%). barrel temperature (125 to 145°C) and screw speed (145 to 175 rpm) on extruder operation. flavour retention and extrudate properties. This present study demonstrated a moderate to high d-limonene retention (37.1 to 81.5% with the average or 67.5%). The presence of capsules influenced the rheological behaviour of the starch melt that modified tile extruder operation, flavour retention and extrudate properties. Increasing capsule level from 0 to 2% resulted in a decrease in die pressure. torque, specific mechanical energy (SME) and expansion ratio, while increasing capsule level from 3 to 5% gave inverse responses. On the other hand. flavour retention went up with the increase in capsule level from 0 to 2% and went clown with the increase in capsule level from 3 to 5%. Unique relationships among the selected response variables (die pressure. torque. specific mechanical energy. flavour retention. expansion ratio and extrudate hardness) were observed. Die pressure correlated positively with expansion ratio. while expansion ratio hat! inverse correlations with flavour retention and extrudate hardness.
Pemisahan Gum Dari Minyak Jarak Dengan Membran Mikrofiltrasi Sri Yuliani; Ika Amalia Kartika; Niken Harimurti; Djajeng Sumangat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.1-9

Abstract

Pemisahan gum (degumming) merupakan salah satu tahap pemurnian minyak nabati yang menentukan mutu produk dan efisiensi proses lanjutan. Dalam penggunaan langsung sebagai bahan bakar, adanya gum dalam minyak dapat menyebabkan penyumbatan aliran minyak melalui saluran atau sumbu dalam kompor. Gum dalam minyak juga dapat mengganggu jalannya proses esterifikasi/transesterifikasi untuk produksi biodiesel. Aplikasi teknologi membran untuk memisahkan gum merupakan alternatif teknik pemisahan gum yang dianggap ramah lingkungan dan hemat energi. Untuk mendapatkan efisiensi pemisahan gum yang tinggi, diperlukan kajian kondisi operasi membran. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi operasi membran (lama filtrasi dan lama backflush) pada fluks dan rejeksi gum (fosfolipid). Lama filtrasi dan lama backflush yang dikaji masing-masing terdiri atas tiga taraf (berturut-turut 2, 4 dan 6 menit, dan 2, 4 dan 6 detik). Membran yang digunakan berupa membran polipropilen dengan ukuran pori 0,01 µm yang dilengkapi dengan pompa diafragma dan dioperasikan pada tekanan 1 bar. Lama filtrasi dan lama backflush berpengaruh pada fluks dan pengurangan fospolipid. Kombinasi perlakuan lama filtrasi 4 menit dan lama backflush 2 detik memberikan pemisahan fosfolipid tertinggi (25,47%), sedangkan fluks tertinggi (8,42 l/m2) diperoleh dari kombinasi perlakuan lama filtrasi 2 menit dan lama backflush 6 detik. Filtrasi membran juga dapat memisahkan fosfolipid non-hydratable yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar mineral (kalsium, magnesium dan besi) di dalam minyak jarak.Separation of Gum From Jatropha Oil by Using MicrofiltrasiDegumming is an oil-refining step determining 'product quality and further processing efficiency. In direct use of oil for stove fuel, the presence of gum can block the oil channel or wick. Gum can also lower the efficiency of esterification/transesterification process in biodiesel production. The use of membrane filtration is an environmentally friendly and low energy approach for separating gum. Study on membrane process condition is required to obtain high separation efficiency. This reseach was aimed at investigating the influence of membrane operation conditions (length of filtration and backflushing time) on the oil fluxes and rejections of gum (phospholipid). The experiment was conducted in factorial completely randomised design with two factors (length of filtration and backflushing time) and three levels (2, 4 and 6 minutes, and 2, 4 dan 6 seconds, respectively). A polypropylene membrane (average por; size of 0.01/m) equipped with diaphragm pump was operated at 1 bar for the whole experiments. Length of filtration and backflushing time influenced oil fluxes and rejection of phospholipids. Length of filtration time of 4 minutes and length of backflushing time of 2 seconds gave the highest phospholipid separation (25.47%). The highest flux (8.42 1/m2h) was observed at length of filtration time of 2 minutes and length of backflushing time of 6 seconds. Membrane filtration also separated non-hydratable phospholipids indicated by the decrease in mineral contents (calcium, magnesium, iron) in jatropha oils.
Identifikasi Berbagai Klon Minyak Jahe Sri Yuliani; NFN Risfaheri
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 5, No 2 (1990): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v5n2.1990.65-72

Abstract

KADAR TANIN DAN QUERSETIN TIGA TIPE DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) Sri Yuliani; Laba Udarno; Eni Hayani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 1 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n2.2003.%p

Abstract

Telah dilakukan penelitian terhadap senyawa tanin dan querstin dalam daun jambu biji tipe I, II dan III mulai April sampai juni 2001 di Laboratorium Fisiologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kandungan kedua senyawa tersebut dalam beberapa tipe jambu biji. Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap kegiatan yaitu : 1) Karakteristik dan identitifikasi ekstrak daun jambu biji, pengamatan dilakukan terhadap morfologi tanaman, kadar air, bentuk, warna, rasa dan aroma ekstrak serta bercak warna komponen dari Kromatografi Lapis Tipis. 2) Penentuan adanya tanin menurut metode Lowenthal – Procter. 3) Penentuan adanya quersetin menurut metode Kimia Farma Bandung, pengamatan dilakukan terhadap persentasi kadar tanin dan quersetin. Hasil penelitian menunjukan bahwa ke 3 tipe jambu biji baik morfologi maupun ekstraknya memiliki karakteristik yang berbeda. Hasil analisis dengan KLT menunjukkan komponen paling banyak yaitu 9 bercak terdapat pada ekstrak tipe I dan II, sedangkan kadar tanin tertinggi yaitu 12,66 % diperoleh dari daun jambu biji tipe II dan kadar quersetin tertinggi yaitu 1,12 % diperoleh dari tipe I .
Co-Authors Adrian Roy Sanda Manurung Agnes Ardiani Ahmad Farkhan Albanna Sayf Aladl Aly Farhan Andria Agusta Arif Rosidi Ause Labellapansa, Ause Bernad Arifin Pasaribu Bhesh R. Bhandari Dea Sekar Dhiani Dyahjatmayanti Diah Puspa Kumala Dicki Hartanto Dika Meilisan Diyah Ayu Rizqiani Djajeng Sumangat Dyah Susilowati Pradnya Paramita Edi Pramono Singgih Efendi, Darda Ella Afrianty Endang Y Purwani Endang Yuli Purwani Eni Hayani Ermi Sukasih Erpan Nur Saputro Febiola Febiola Gunawan Gunawan Hadi Setyawan Haliatur Rahmai I Made Suastika Iceu Agustinisari Ika Amalia Kartika Inanpi Hidayati Sumiasih, Inanpi Hidayati Indira Hapsari Estiningtyas Istiqoma Helmi Putri J Rosalina J. Knol Jeremy Farrel Pratama Jumsu Trisno Kurnia Saputri, Kurnia Laba Udarno Lilik Kustiyah Luki Alvino M Paillard Marsye Wulandari Martinius Martinius Maulana Al Ghifari Maya Rahmawati Melania Ika Wardani Muhamad Rizal Martua Damanik Musyawaroh Musyawaroh Nanan Nurdjannah Nasrul Ulfa nFN Desmawarni NFN Hernani NFN Ma&#039;mun NFN Risfaheri NFN Setyadjit nFN Suyanti Nhestricia, Nhadira Niken Harimurti Nurdiansyah Nurdiansyah Nurhaliza Nurhaliza Nusyirwan Nusyirwan Ofita Purwani, Ofita Peter J. Torley Puji Astuti, Endang Purwanti, Nunik Rachel Greaty Gracia Reflin Reflin Regina Dewitri Ristiara Wantemas Rita Noveriza Roedhy Poerwanto Ropi Saputri Salsabila, Unik Hanifah Sari Intan Kailaku Sri S. Yuliani Sri S. Yuliaru Sri Usmiati Stefany Windira Pramudita Sulusi Prabawati Sumali M Atmojo Teti Indrawati Titis Srimuda Pitana Verensia Juan Akyani Widi Suroto Winda Haliza Wisnu Broto Wiwik Setyaningsih Yosafat Winarto Yoyok Ariyono Zain Afdha Zulaechah