Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

EXPRESSION OF CALRETININ IN AMELOBLASTOMA AND ODONTOGENIC CYST IN A.W. SJAHRANIE GENERAL HOSPITAL SAMARINDA Pramasari, Cristiani Nadya; Irawiraman, Hadi; Sawitri, Endang; Muthi’ah, Nisa; Sulistiani, Dewi Arsih; Prinadira, Sarah
Dentino: Jurnal Kedokteran Gigi Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : FKG ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentino.v9i1.18871

Abstract

Background : Ameloblastoma and odontogenic cysts have similar clinical and radiographic features but different treatments. Diagnosis is established by histologic features, but sometimes this step have difficulty making appropriate assessment because epithelial cells can show various variations. Preoperative misdiagnosis may result in inefficient treatment. In such situations, immunohistochemistry (IHC) with the use of proper markers might be needed for the differentiation of these lesions. Purpose : This study aimed to assess calretinin expression in ameloblastoma and various odontogenic cysts so that calretinin can be used as a specific diagnostic marker for ameloblastoma. Method : This was a retrospective analytical study of immunohistochemical examination of calretinin expression in ameloblastoma and odontogenic cysts. A total of eighty cases, in which thirty four cases of ameloblastoma and forty six cases of odontogenic cysts were included in the study. Slides were made from the paraffin blocks of each case and were stained immunohistochemically with calretinin. Results : In ameloblastoma, almost all subjects expressed calretinin, i.e. 33 (97.1%), followed by radicular cyst 7 (46.7%), odontogenic cyst 2 (40.0%), then dentigerous cyst 6 (26.1%) and OKC 0 (0.0%). The results of the analysis of the Chi-Square test showed a significant difference with a p-value < 0.001. Conclusion : The study concluded that calretinin was mainly expressed in ameloblastoma, whereas majority of  odontogenic cyst groups showed negative for calretinin in various percentages. Calretinin may be a specific immunohistochemical marker for ameloblastoma. Keywords : Ameloblastoma, Calretinin, Immunohistochemical, Odontogenic cyst, Odontogenic tumor
Distribusi Kasus Celah Bibir dan Langit-Langit Berdasarkan Usia Pembedahan di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2020-2022 Shadrina, Nida Midati; Samad, Syahril; Listiyawati, Listiyawati; Pramasari, Cristiani Nadya; Danial, Danial
Mulawarman Dental Journal Vol 4, No 1 (2024): MOLAR Maret 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/MOLAR.v4i1.10471

Abstract

Latar Belakang: Celah bibir serta langit-langit ialah malformasi kongenital kepala dan leher yang paling umum terjadi. Etiologi celah bibir dan/atau langit-langit telah dipelajari secara ekstensif bahwa anomali ini bersifat multifaktorial. Faktor risiko terjadinya celah yaitu seperti, jenis kelamin, faktor genetik yang dapat berinteraksi dengan faktor lingkungan selama kehamilan, dan riwayat keluarga. Presentasi klinis celah mulut bervariasi dan dapat diklasifikasikan sebagai celah langit-langit terisolasi atau celah bibir dengan ataupun tanpa celah langit-langit. Bayi dengan celah dapat melakukan operasi celah bibir apabila telah memenuhi kriteria “The Rules of Ten”, yaitu usia lebih dari 10 minggu atau 3 bulan, berat badan sekitar 4-5 kg atau lebih dari 10 pounds, dan hemoglobin lebih dari 10 g/dl. Perbaikan langit-langit dilakukan pada usia anak 10 sampai 12 bulan.  Tujuan: Menggambarkan distribusi kasus celah bibir dan/atau celah langit-langit menurut usia pembedahan di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2020-2022. Metode: Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan teknik total sampling. Sampel penelitian ini diambil dari populasi berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Hasil: Distribusi kasus celah bibir dan/atau celah langit-langit pada tahun 2020-2022 memperlihatkan kelompok usia pembedahan lebih kerap dilakukan oleh kelompok usia balita (0-5 tahun) yakni 44 orang (57,15%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini, distribusi kasus celah berdasarkan usia saat dilakukan pembedahan banyak terjadi pada usia balita yaitu pada usia 0-5 tahun.
Gambaran Kista Odontogenik Rongga Mulut di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda Periode Tahun 2017-2022 Fithriah, Nur; Pramasari, Cristiani Nadya; Danial, Danial
Mulawarman Dental Journal Vol 4, No 2 (2024): MOLAR September 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/MOLAR.v4i2.10690

Abstract

 Pendahuluan: Kista odontogenik telah lama dikenal sebagai masalah klinis pada rongga mulut dan sering ditemukan dalam praktik kedokteran gigi hingga masa kini. Kista odontogenik yaitu kista yang berasal dari jaringan odontogenik dan sebagian besar dilapisi oleh epitel yang berasal dari epitel odontogenik. Gambaran klinis yang paling umum ditemukan adalah pembengkakan namun dengan rasa sakit yang kurang, kecuali kista menjadi terinfeksi atau terkait dengan gigi non-vital. WHO (2017), mengklasifikasikan kista odontogenik menjadi dua yaitu, kista perkembangan (developmental cyst) dan kista inflamasi (inflammatory cyst). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kista odontogenik rongga mulut di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian observasional deskriptif, dan data yang dikumpulkan merupakan data sekunder berupa rekam medis pasien yang menderita kista odontogenik Hasil: Dijumpai 46 pasien dengan diagnosis kista odontogenik, 39% menderita kista dentigerous, 52% kista radikular,7% keratokista odontogenik dan 2% kista glandular odontogenik. Dengan kelompok usia paling banyak terjadi pada remaja 35% dan dewasa 35%. Berdasarkan jenis kelamin, dijumpai pada perempuan sebanyak 54% dan laki laki 46%. Berdasarkan lokasi anatomis, dijumpai pada mandibula sebanyak 52% dan maksila 48%. Kesimpulan: Kista odontogenik yang paling banyak ditemukan adalah kista radikular. Dengan kelompok usia paling banyak terjadi pada remaja dan dewasa. Kista odontogenik lebih banyak dijumpai pada perempuan dibanding  laki laki, dan lebih banyak dijumpai pada mandibula dibanding maksila.
Differences in the Dental Caries Index Based on the pH Of Well Water and PDAM Water Used by Communities in Kelay District, Berau Regency Angelia, Sheviola Wahyu Okta; Pramasari, Cristiani Nadya; Duma, Krispinus
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 02 (2024): Jurnal eduHealt, Edition April - June , 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dental and oral diseases affect 90% of Indonesia's population, one of which is caries. Based on Basic Health Research (Riskesdas) data for the East Kalimantan region, Berau Regency has the second highest prevalence of caries or cavities after West Kutai, namely 56.08%. The environment is one of the factors that influences the occurrence of caries, one of which is water. A pH value below 6.5-8 indicates that the water is acidic, which can increase the risk factor for caries. The aim of this research is to analyse the differences in the dental caries index based on the pH of well water and PDAM water used by the community in Sido Bangen Village. This research uses observational research with a cross-sectional approach. The sample was taken using a purposive sampling technique. The population of this study was the people of Kelay District. The total sample was 78 people, who were divided into 2 groups, namely 39 research subjects who used well water and 39 research subjects who used PDAM water. The results of the independent sample T test showed that there was a difference in the DMF-T index between users of well water and PDAM water with p = 0.000 (p < 0.05). The results of the Mann-Whitney test show that there is a difference in pH values between the pH of well water and PDAM water, with p = 0.000 (p < 0.05).
Klasifikasi gigi impaksi molar ketiga mandibula pada masa pandemi COVID-19 pasien di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie: Studi Cross-sectional Putri, Icha Try; Pramasari, Cristiani Nadya; Samad, Syahril
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 8, No 3 (2024): October 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v8i3.57806

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Gigi bungsu tumbuh miring atau disebut juga dengan gigi impaksi merupakan gigi yang belum erupsi seluruhnya atau erupsi sebagian, dikarenakan terhalang oleh gigi sekitar, tulang dan jaringan lunak sekitarnya sehingga erupsi tidak dapat digambarkan menurut posisi anatomisnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran klasifikasi gigi impaksi molar ketiga mandibula pasien pada masa pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif menggunakan subjek rekam medis dan foto rontgen panoramik di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda januari-juni 2021. Pengambilan data berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Data dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin dan klasifikasi Winter dan Pell and Gregory dijabarkan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil: Saat masa pandemi COVID-19 pasien terbanyak dengan kategori jenis kelamin adalah perempuan, dengan kategori usia adalah usia 25-34 tahun, dan berdasarkan distribusi elemen gigi impaksi molar ketiga adalah klas IIA Vertikal. Simpulan: Klinisi dapat mempersiapkan perlengkapan alat dan bahan serta alat perlindungan diri untuk persiapan melakukan odontektomi pada masa pandemi COVID-19. KATA KUNCI: Gigi Impaksi, molar ketiga, mandibula, COVID-19, RadiograpImpacted mandibular third molar classification during COVID-19 pandemic in rsud abdoel wahab sjahranie Samarinda: Cross-sectional StudyABSTRACTIntroduction: Wisdom teeth growing obliquely or also known as impaction teeth are teeth that have not erupted completely or partially erupted, due to obstruction by surrounding teeth, bone and soft tissue so that eruption cannot be described according to their anatomical position. The purpose of this study was to determine the classification of mandibular third molar impaction teeth during the COVID-19 pandemic. Methods: This study is a quantitative study with a descriptive method using the subject of medical records and panoramic x-rays at Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda Hospital January-June 2021. Data collection is based on predetermined inclusion criteria. Data were categorized based on age, gender and Winter and Pell and Gregory classifications described in the form of tables and narratives. Results: During the COVID-19 pandemic, the most patients with the gender category were female, with the age category being 25-34 years old, and based on the distribution of third molar impaction tooth elements were class IIA Vertical. Conclusion: Clinicians can prepare equipment and materials as well as personal protective equipment in preparation for performing odontectomy during the COVID-19 pandemic.KEY WORDS: Impacted teeth, third molar, mandibular, covid-19, radiograph 
Pengaruh Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) terhadap Penyembuhan Luka Herdiani, Mirsa; Pramasari, Cristiani Nadya; Purnamasari, Cicih Bhakti
Mulawarman Dental Journal Vol 2, No 1 (2022): MOLAR Maret 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/MOLAR.v2i1.5533

Abstract

Penyembuhan luka merupakan proses alami dan kompleks yang melibatkan tiga fase, inflamasi, proliferasi dan remodeling. Semakin cepat proses penyembuhan terjadi, semakin sedikit kemungkinan terjadinya keparahan dan infeksi sekunder. Beberapa agen dan zat aktif digunakan dalam mempercepat proses tersebut. Daun kelor merupakan bahan alam dengan kandungan zat aktif yang banyak digunakan sebagai anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun kelor dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka, terutama pada fase proliferasi dan remodeling. Penelitian ini menggunakan Post test only control group design. Dengan 3 kelompok perlakuan ektrak daun kelor 5%, 10% dan 15%, diaplikasikan pada hewan coba yang telah dilukai sebelumnya. Terjadinya penyembuhan luka ditandai dengan pengukuran sel fibroblas dan kolagen yang dihitung pada hari ke-3, ke-5 dan ke-7 paska perlukaan. Data dianalisa menggunakan One Way Anovadan dilanjutkan dengan uji LSD serta uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan Mann Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah sel fibroblas dan kolagen di daerah luka pada kelompok perlakuan. Ekstrak daun kelor 15% menunjukkan peningkatan lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Ekstrak daun kelor berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka.
Prevalensi Kasus Infeksi Odontogenik Di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2020 Octavianto, Irvan Zulfikar; Pramasari, Cristiani Nadya; Irsal, Imran
Mulawarman Dental Journal Vol 2, No 2 (2022): MOLAR September 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/MOLAR.v2i2.7056

Abstract

Latar Belakang: Infeksi odontogenik adalah infeksi yang terjadi pada rongga mulut yang disebabkan oleh gigi yang karies dan penyakit periodontal dimana penyakit tersebut dapat meluas ke jaringan sekitar hingga daerah wajah, rahang dan leher. Infeksi ini biasa ditemui pada anak-anak maupun orang dewasa dan infeksi ini sukar dikendalikan dalam kedokteran gigi. Pencetus infeksi odontogenik berasal dari bakteri seperti bakteri aerob dan anaerob fakultatif. Tujuan: mengetahui prevalensi infeksi odontogenik di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda di tahun 2020. Metode: jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observasional deskriptif yaitu, dengan mengambil data sekunder berupa rekam medik di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan memperhatikan beberapa kriteria eksklusi dan inklus. Hasil: prevalensi infeksi odontogenik di tahun 2020 mayoritas usia insidensi paling tinggi pada pasien infeksi odontogenik berada di usia kelompok dewasa (26-45 Tahun) dengan total 16 pasien (36,36%), jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 26 orang dari 44 orang (59.09%), pendidikan terakhir terendah yaitu SD sebanyak 8 orang (18,18%), abses submandibula menjadi spasia yang paling tinggi insdensinya dengan jumlah 17 orang (38,63%), alergi makanan dan gastritis menjadi insidensi tertinggi dengan jumlah 4 orang (9,09%). Kesimpulan: prevalensi terjadinya infeksi odontogenik terutama abses submandibula pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dengan rentan usia 26-45 tahun serta pendidikan terakhir dan riwayat medis yang menyertainya.
Distribution of Mandibular Fractures Based on Age, Gender, Etiology, and Fracture Region at Abdoel Wahab Sjahranie Hospital Samarinda from 2019 to 2023 Gayatri, Amanda Putri; Pramasari, Cristiani Nadya; Cahya, Wahyuni Dwi; Anitasari, Silvia; Irawiraman, Hadi
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 7 No. 1 (2025): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v7i1.2367

Abstract

Mandibular fracture is one of the fractures in the facial area and is most often caused by trauma. A hard impact to the face can result in a fracture of the mandible. This research aims to investigate the distribution of mandibular fracture based on age, gender, etiology, and fracture region at Abdoel Wahab Sjahranie Hospital Samarinda from 2019 to 2023. This research is quantitative research using descriptive observational research design. The results of this research showed that adolescent age from 12 to 25 years old was the age group in which mandibular fracture cases were found the most, with 34 cases (54%) in this research were from that age group. In terms of gender, mandibular fracture cases were found more in male samples, with 52 cases (82.5%) were male. Traffic accident was the most common etiology of mandibular fractures found, comprising of 47 cases (74.6%) from the total number of cases in this research. The most common fracture region found in this research was the parasymphysis region, with 13 cases (20.6%) in this research had parasymphyseal fracture.   Keywords:          Distribution, Mandibular Fracture, Mandibular Fracture Region
Distribusi Kasus Celah Bibir dan Langit-Langit Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lokasi Celah di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2020-2022: Distribution of Cleft Lip and Palate Based on Gender and Cleft Location in East Kalimantan Province in 2020-2022 Shadrina, Nida Midati; Samad, Syahril; Listiyawati, Listiyawati; Pramasari, Cristiani Nadya; Danial, Danial
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 6 No. 1 (2024): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v6i1.1777

Abstract

Cleft lip and cleft palate are the most common congenital malformations of the head and neck and may be associated with other congenital anomalies. The etiology of cleft lip and/or palate has been studied extensively that this anomaly is multifactorial. Risk factors for clefts include gender, genetic factors, and family history. The clinical presentation of cleft palate varies and can be classified as isolated cleft palate or cleft lip with or without a cleft palate. The disorder may involve the lips, hard palate and/or soft palate, either completely or incompletely, and unilaterally or bilaterally. The purpose of this study is to describe the distribution of cases of cleft lip and/or cleft palate based on gender and cleft location in East Kalimantan Province in 2020-2022. This type of research is a descriptive study with total sampling technique. Data were obtained from patient registration forms based on predetermined inclusion criteria. The results showed that of the 77 samples, cases of clefts were more common in males, namely 52 people (67.53%) and females, namely 25 people (32.47%). The most frequent cleft location on the left unilateral were 36 people (46.75%) compared to the right unilateral of 19 people (24.68%), or bilateral as many as 22 people (28.57%). Based on the results of this study, the distribution of cases of cleft lip and/or cleft palate mostly occurs in males, with the location of the cleft more common in the left unilateral. Keywords:          Cleft Lip and Palate, Gender, Cleft Location   Abstrak Celah bibir serta langit-langit ialah malformasi kongenital kepala dan leher yang paling umum dan mungkin berhubungan dengan anomali kongenital lainnya. Etiologi celah bibir dan/atau langit-langit telah dipelajari secara ekstensif bahwa anomali ini bersifat multifaktorial. Faktor risiko terjadinya celah yaitu seperti, jenis kelamin, faktor genetik, dan riwayat keluarga. Presentasi klinis celah mulut bervariasi dan dapat diklasifikasikan sebagai celah langit-langit terisolasi atau celah bibir dengan ataupun tanpa celah langit-langit. Kelainan tersebut dapat melibatkan bibir, langit-langit keras dan/atau langit-langit lunak, baik secara lengkap atau tidak lengkap, serta unilateral atau bilateral. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan distribusi kasus celah bibir dan/atau celah langit-langit menurut jenis kelamin serta lokasi celah di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2020-2022. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan teknik total sampling. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 77 sampel, kasus celah lebih kerap dialami laki-laki yakni 52 orang (67,53%) dan perempuan yakni 25 orang (32,47%). Lokasi celah paling sering terjadi pada unilateral kiri berjumlah 36 orang (46,75%) dibandingkan dengan unilateral kanan sebanyak 19 orang (24,68%), ataupun bilateral sebanyak 22 orang (28,57%). Berdasarkan hasil penelitian ini, distribusi kasus celah bibir dan/atau celah langit-langit sebagian besar terjadi pada laki-laki, dengan lokasi celah lebih sering terjadi pada unilateral kiri. Kata Kunci:         Celah Bibir dan Langit-Langit, Jenis Kelamin, Lokasi Celah
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tiga Tumbuhan Obat Indonesia Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans: Antibacterial Activity Testing From The of Extract of Three Indonesian Medicinal Plants on Streptococcus mutans Growth Dewi, Asri Puspita; Pramasari, Cristiani Nadya; Ismail, Sjarif; Yani, Sinar; Yadi, Yadi
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 6 No. 4 (2024): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v6i4.2361

Abstract

Three common plant species in Indonesia, particularly on the island of Kalimantan, are Mahang leaves (Macaranga motleyana), dahu leaves (Dracontomelon dao), and Dayak onion tuber (Eleuthrine palmifolia Merr). These plants exhibit antibacterial effects on both aerobic and anaerobic bacteria, but their impact on the growth of Streptococcus mutans, the bacteria responsible for causing dental cavities, is currently unknown. The aim of this research is to assess the antibacterial properties of extracts from three plants on the growth of Streptococcus mutans bacteria. This study is a true experimental research with a post-test only control group design. The three samples were immersed in ethanol to extract their components, and the testing of the extracts was done using the microdilution method. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of Mahang leaf extract (Macaranga motleyana) was 6.25 mg/mL, and for dahu leaf extract (Dracontomelon dao), it was 12.5 mg/mL. The Dayak onion tuber extract (Eleuthrine palmifolia Merr) did not exhibit any antibacterial activity at concentrations ranging from 25 mg/mL to 1.5625 mg/mL. The ethanol extract of Macaranga motleyana exhibits greater inhibition of Streptococcus mutans growth compared to another plants. Keywords:          Macaranga motleyana, Dracontomelon dao, Eleuthrine palmifolia Merr, Streptococcus mutans, Antibacterial   Abstrak Daun mahang (Macaranga motleyana), daun dahu (Dracontomelon dao), dan umbi bawang dayak (Eleuthrine palmifolia Merr) merupakan tanaman yang banyak ditemui di Indonesia khususnya di pulau Kalimantan. Ketiga tumbuhan tersebut telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang bersifat aerob dan anaerob, tetapi belum diketahui aktivitas terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada ekstrak ketiga tumbuhan tersebut terhadap Streptococcus mutans. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan desain penelitian post test only control group. Ketiga ekstrak dimaserasi menggunakan etanol dan diuji dengan metode mikrodilusi. Pada penelitian didapatkan minimum inhibitory concentration dari ekstrak mahang (Macaranga motleyana) 6,25 mg/mL dan 12,5 mg/mL untuk ekstrak dahu (Dracontomelon dao). Ekstrak umbi bawang dayak (Eleuthrine palmifolia Merr) tidak memperlihatkan hambatan pertumbuhan bakteri pada berbagai konsentrasi yang diujikan. Ekstrak daun mahang (Macaranga motleyana) memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak tumbuhan yang lain. Kata Kunci:         Macaranga motleyana, Dracontomelon dao, Eleuthrine palmifolia Merr, Streptococcus mutans, Antibakteri