Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Keragaan tiga jenis planlet anggrek Phalaenopsis asal Protocorm yang diinduksi Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) secara in vitro Romiyadi, Romiyadi; Komariah, Ai; Amien, Suseno
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1018.873 KB)

Abstract

Abstract. This research was conducted to determine the effect of concentration of Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) to performance of three types of Phalaenopsis Planlets and to know the optimum concentration of EMS on any type of Phalaenopsis orchids. The experiment was conduc-ted at Tissue Culture Laboratory of the Faculty of Agriculture, Winaya Mukti University, Sumedang. It used a completely randomized design (CRD) with factorial pattern, that consisted of two factors and replicated twice.The first factor was the type of Phalaenopsis that resulted form hybridization which consisted of v1 (Phalaenopsis 717 X Phalae-nopsis Fire Bird), v2 (Phalaenopsis Tianong Rose X Sibling), and v3 (Phalaenopsis Luchia Pink X Phalae-nopsis Chain Xen Mammon). The second factor was the concentration of EMS that consisted of e0 (0% EMS/control), e1 (0,05% EMS), e2 (0,10% EMS), e3 (0,15% EMS), e4 (0,20% EMS), and e5 (0,25% EMS). Explant protocorm of three types of Phalae-nopsis soaked in a solution of EMS by each treat-ment for 3 hours, and cultured on MS medium Basal Modified Multiplication Shoot for 10 weeks. The experimental results showed that there are interaction between the three types of Phalae-nopsis result of a cross with a concentration of EMS to variable number of roots. Orchids P. 717 X P. Fire Bird had higher  number of leaves, number of roots, leaf leang, and root length than the other. The result showed that there were interaction between three species of Phalaenopsis orchid from the crossing with EMS concentration on root variables. Orchid P. 717 X P. Fire Bird has the number of leaves, the number of roots, the number of shoots, leaf length and root length better than other types. EMS concentrations independently at all levels of treatment can not increase the number of leaves, the number of roots, fresh weight of planlet, leaf length, and root length.Keywords: Phalaenopsis, the concentration of EMS, in vitro cultureSari. Penelitian ini mempelajari dan mengetahui pengaruh konsentrasi Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) terhadap keragaan planlet tiga jenis anggrek Phalaenopsis asal protocorm dan mencari konsentrasi optimum EMS untuk setiap jenis anggrek Phalae-nopsis secara in vitro.Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Sumedang. Eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial, yang terdiri atas dua faktor dan diulang sebanyak dua kali.Faktor pertama adalah jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu v1 (Phalaenopsis 717 X Phalaenopsis Fire Bird), v2 (Phalaenopsis Tianong Rose X Sibling), dan v3 (Phalaenopsis Luchia Pink X Phalaenopsis Chain Xen Mammon). Faktor kedua adalah EMS yang terdiri atas enam taraf perlakuan, yaitu e0 (0% EMS/kontrol), e1 (0,05% EMS), e2 (0,10% EMS), e3 (0,15% EMS), e4 (0,20% EMS), dan e5 (0,25% EMS). Eksplan berupa protocorm dari tiga jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan yang direndam dalam larutan EMS berdasarkan masing-masing perlakuan selama 3 jam, dan dikulturkan pada media MS Modified Multiplication Shoot Basal selama 10 minggu.Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara tiga jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan dengan konsentrasi EMS terhadap variabel jumlah akar.Anggrek P. 717 X P.Fire Bird memiliki jumlah daun, jumlah akar, jumlah tunas, panjang daun dan panjang akar yang lebih baik dibandingkan jenis lainnya. Konsentrasi EMS secara mandiri pada semua taraf perlakuan tidak dapat meningkatkan jumlah daun, jumlah akar, bobot segar planlet, panjang daun, dan panjang akar.Kata Kunci: Phalaenopsis, Konsentrasi EMS, dan Budidaya In Vitro
PERTUMBUHAN Euphorbia pulcherrima AKIBAT BENTUK PEMOTONGAN STEK DAN KONSENTRASI AUKSIN Rahmawati, Aghnia; Komariah, Ai; Mulyana, Hudaya
AGROSCIENCE (AGSCI) Vol 10, No 1 (2020): June
Publisher : Fakultas Sains Terapan, Universitas Suryakancana Cianjur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35194/agsci.v10i1.970

Abstract

        Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pertumbuhan Kastuba akibat bentuk pemotongan stek dan konsentrasi auksin. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkap konsentrasi auksin optimum yang dapat meningkatkan pertumbuhan Kastuba. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan eksperimen di lahan percobaan. Percobaan dilaksanakan di lahan milik Petani Di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.  Pendekatan eksperimen ini menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial diulang tiga kali. Tidak terdapat interaksi antara bentuk pemotongan stek bentuk v dan miring dengan konsentrasi auksin terhadap pertumbuhan tanaman kastuba yakni terhadap jumlah daun, luas daun, jumlah cabang, volume akar, panjang akar, jumlah akar, dan bobot kering. Bentuk pemotongan stek dengan bentuk v meningkatkan jumlah daun, jumlah cabang, dan volume akar pada umur 40 hst. Konsentrasi auksin 0,3 g L-1 memberikan hasil tertinggi pada aspek pertumbuhan luas daun, jumlah cabang, volume akar, dan jumlah akar. Tidak terdapat model kuadratik yang sesuai sehingga konsentrasi auksin yang optimum tidak dapat ditentukan. Konsentrasi auksin 0,3 g L-1 memberikan hasil tertinggi pada aspek pertumbuhan jumlah akar. Konsentrasi Auksin 0,1 g L-1dapat diusahakan untuk mendapatkan pertumbuhan kastuba yang lebih baik dengan bentuk pemotongan stek bentuk pemotongan stek miring 450 dan bentuk “v” di Kecamatan Parongpong. Konsentrasi Auksin 0,3 g L-1dapat diusahakan untuk mendapatkan pertumbuhan kastuba yang lebih baik dengan bentuk pemotongan stek bentuk pemotongan stek miring 450 dan bentuk “v” di Kecamatan Parongpong.
Keragaan tiga jenis planlet anggrek Phalaenopsis asal Protocorm yang diinduksi Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) secara in vitro Romiyadi Romiyadi; Ai Komariah; Suseno Amien
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1018.873 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i1.16077

Abstract

Abstract. This research was conducted to determine the effect of concentration of Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) to performance of three types of Phalaenopsis Planlets and to know the optimum concentration of EMS on any type of Phalaenopsis orchids. The experiment was conduc-ted at Tissue Culture Laboratory of the Faculty of Agriculture, Winaya Mukti University, Sumedang. It used a completely randomized design (CRD) with factorial pattern, that consisted of two factors and replicated twice.The first factor was the type of Phalaenopsis that resulted form hybridization which consisted of v1 (Phalaenopsis 717 X Phalae-nopsis Fire Bird), v2 (Phalaenopsis Tianong Rose X Sibling), and v3 (Phalaenopsis Luchia Pink X Phalae-nopsis Chain Xen Mammon). The second factor was the concentration of EMS that consisted of e0 (0% EMS/control), e1 (0,05% EMS), e2 (0,10% EMS), e3 (0,15% EMS), e4 (0,20% EMS), and e5 (0,25% EMS). Explant protocorm of three types of Phalae-nopsis soaked in a solution of EMS by each treat-ment for 3 hours, and cultured on MS medium Basal Modified Multiplication Shoot for 10 weeks. The experimental results showed that there are interaction between the three types of Phalae-nopsis result of a cross with a concentration of EMS to variable number of roots. Orchids P. 717 X P. Fire Bird had higher  number of leaves, number of roots, leaf leang, and root length than the other. The result showed that there were interaction between three species of Phalaenopsis orchid from the crossing with EMS concentration on root variables. Orchid P. 717 X P. Fire Bird has the number of leaves, the number of roots, the number of shoots, leaf length and root length better than other types. EMS concentrations independently at all levels of treatment can not increase the number of leaves, the number of roots, fresh weight of planlet, leaf length, and root length.Keywords: Phalaenopsis, the concentration of EMS, in vitro cultureSari. Penelitian ini mempelajari dan mengetahui pengaruh konsentrasi Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) terhadap keragaan planlet tiga jenis anggrek Phalaenopsis asal protocorm dan mencari konsentrasi optimum EMS untuk setiap jenis anggrek Phalae-nopsis secara in vitro.Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Sumedang. Eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial, yang terdiri atas dua faktor dan diulang sebanyak dua kali.Faktor pertama adalah jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu v1 (Phalaenopsis 717 X Phalaenopsis Fire Bird), v2 (Phalaenopsis Tianong Rose X Sibling), dan v3 (Phalaenopsis Luchia Pink X Phalaenopsis Chain Xen Mammon). Faktor kedua adalah EMS yang terdiri atas enam taraf perlakuan, yaitu e0 (0% EMS/kontrol), e1 (0,05% EMS), e2 (0,10% EMS), e3 (0,15% EMS), e4 (0,20% EMS), dan e5 (0,25% EMS). Eksplan berupa protocorm dari tiga jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan yang direndam dalam larutan EMS berdasarkan masing-masing perlakuan selama 3 jam, dan dikulturkan pada media MS Modified Multiplication Shoot Basal selama 10 minggu.Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara tiga jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan dengan konsentrasi EMS terhadap variabel jumlah akar.Anggrek P. 717 X P.Fire Bird memiliki jumlah daun, jumlah akar, jumlah tunas, panjang daun dan panjang akar yang lebih baik dibandingkan jenis lainnya. Konsentrasi EMS secara mandiri pada semua taraf perlakuan tidak dapat meningkatkan jumlah daun, jumlah akar, bobot segar planlet, panjang daun, dan panjang akar.Kata Kunci: Phalaenopsis, Konsentrasi EMS, dan Budidaya In Vitro
HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK KADAR ANTOSIANIN, KADAR AIR, TEBAL KULIT BUAH, KADAR LIGNIN KULIT BUAH, DAN KETAHANAN TANAMAN CABAI MERAH TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOS Ai Komariah -
Bionatura Vol 13, No 3 (2011): Bionatura Nopember 2011
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.02 KB)

Abstract

Persilangan resiprokal antara tanaman cabai merah genotip RS-07 (produktivitas tinggi, sangat rentan terhadap Antraknos) dan cabai ungu (produktivitas rendah, imun terhadap Antraknos) untuk mendapatkan tanaman F1, F1 resiprokal, BC1, BC2, and F2 telah dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti dari bulan April 2007 sampai dengan bulan September 2007. Selanjutnya buah cabai dari tanaman F1 dan F1 resiproknya diuji pengaruh tetua betinanya di Laboratorium Hama dan penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Winaya Mukti. Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat pengaruh tetua betina untuk semua karakter yang diamati. Pegujian heritabilitas dan kemajuan genetik untuk karakter penciri ketahanan dilakukan pada genotip P1 (RS-07), P2 (Cabai ungu), F1, BC1, BC2, dan F2.Hasil penelitian menunjukkan bahwa heritabilitas dalam arti luas dan arti sempit untuk karakter kadar antoasianin, kadar air, tebal dan kadar lignin kulit buah tergolong tinggi.Karakter ketahanan tanaman cabai merah terhadap serangan C. gloeosporioides di lapangan termasuk tinggi, dan dalam arti sempit tergolong rendah. Karakter ketahanan tanaman cabai merah di laboratorium tergolong sedang, dan dalam arti sempit tergolong tinggi. Nilai duga kemajuan genetik karakter kadar antosianin dan karakter ketahanan tanaman cabai merah terhadap serangan C. gloeosporioides di lapangan termasuk kriteria agak rendah, kadar air termasuk kriteria tinggi, karakter tebal dan kadar lignin kulit buah termasuk kriteria rendah, dan karakter ketahanan tanaman cabai merah terhadap serangan C. gloeosporioides di laboratorium termasuk tinggi.Kata kunci : heritabilitas, kemajuan genetik, antosianin, lignin, resistensi, antraknos
POLA PEWARISAN AKTIVITAS NITRAT REDUKTASE PADA DAUN DAN PADA AKAR, SERTA KADAR N TOTAL TANAMAN SEBAGAI KARAKTER PENCIRI TOLERANSI KEDELAI TERHADAP GENANGAN Ai Komariah; Achmad Baihaki; Ridwan Setiamihardja; Sulya Djakasutami
Zuriat Vol 18, No 1 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i1.6754

Abstract

Penelitian untuk mempelajari pola pewarisan aktivitas nitrat reduktase pada daun, aktivitas nitrat reduktase pada akar, dan kandungan N total tanaman sebagai karakter penciri toleransi tanaman kedelai terhadap genangan telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Tanjungsari, Sumedang dari bulan April 2003 sampai Agustus 2003. Penelitian menggunakan populasi F2 yang berasal dari tanaman F1 hasil persilangan dari genotip terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter ANR daun dan ANR akar dikendalikan oleh sedikitnya sepasang gen inti (simple genic controlled) dengan aksi gen dominan sempurna. Kandungan N total tanaman dikendalikan oleh sedikitnya dua pasang gen inti (simple genic controlled) dengan aksi gen epistasis duplikat resesif.
Variabilitas dan Heritabilitas Aktivitas Nitrat Reduktase, Kadar N Total, dan Karakter Penting Lainnya pada Kedelai dalam Keadaan Tergenang Ai Komariah; A. Baihaki; R. Setiamihardja; Sulya Djakasutami
Zuriat Vol 15, No 1 (2004)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v15i1.6875

Abstract

Penelitian untuk mempelajari variabilitas dan heritabilitas aktivitas nitrat reduktase, kadar N total, dan karakter penting lainnya pada tanaman kedelai dalam kondisi tergenang telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Tanjungsari, Sumedang dari bulan Juli 2000 sampai Desember 2000. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 50 genotip kedelai sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabilitas fenotip dan variabilitas genetik untuk karakter kandungan klorofil, jumlah bintil akar efektif, ANR daun, ANR akar, dan kadar N total tanaman termasuk luas, sedangkan untuk karakter diameter pangkal batang dan stress tolerance index (STI) variabilitasnya sempit. Heritabilitas dalam arti luas untuk karakter jumlah bintil akar efektif dan kadar N total tanaman termasuk tinggi. Kandungan klorofil, ANR daun, dan ANR akar heritabilitasnya sedang. Diameter pangkal batang dan STI heritabilitasnya rendah.
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS NITRAT REDUKTASE, KADAR N TOTAL, DAN KARAKTER PENTING LAINNYA DENGAN TOLERANSI TANAMAN KEDELAI TERHADAP GENANGAN Ai Komariah; Achmad Baihaki; Ridwan Setiamihardja; Sulya Djakasutami
Zuriat Vol 15, No 2 (2004)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v15i2.6812

Abstract

Penelitian untuk mempelajari hubungan aktivitas nitrat reduktase, kadar N total, dan karakter penting lainnya dengan toleransi kedelai terhadap genangan telah dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Tanjungsari, Sumedang, dari bulan Juli 2000 sampai Desember 2000. Penelitian terdiri atas dua set percobaan, yaitu penanaman pada kondisi normal dan tergenang. Penelitian itu menggunakan rancangan acak kelompok dengan 50 genotip sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Hasil penelitian menunjukkan adanya akar adventif dan aerenkhima hampir pada semua genotip yang diuji. Aktivitas nitrat reduktase (ANR) di daun, ANR di akar, dan kadar N total tanaman berkorelasi fenotip dan berkorelasi genetik positif nyata dengan stress tolerance index (STI) dan karakter tersebut dapat digunakan sebagai penciri khusus utama dalam seleksi toleransi tanaman kedelai terhadap genangan.
Shade effect on growth, yield, and shade tolerance of three peanut cultivars Noertjahyani Noertjahyani; Choerul Akbar; Ai Komariah; Hudaya Mulyana
Jurnal Agro Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/6273

Abstract

Peanut, which is commonly planted in interculture and intercropping system, often suffers from shading caused by associated plants. This experiment aimed to study the effect of different shade levels of three peanut cultivars on the growth and seed yield, also to determine the shade-tolerant cultivar. A pot experiment was done at the Research Station of Agriculture Faculty Universitas Winaya Mukti since July until October 2016 by creating 50%, 65%, and 75% artificial shade levels during the lifetime of Tuban, Jepara, and Bima cultivars. The shade significantly affected on number of trifoliate leaves, number of branches, plant dry weight, yield components (number of pods, number of filled pods, and number of seeds), dry weight of pod, and seed weight per plant. The cultivar gave same effect on the growth and seed yield per plant. Based on Stress Tolerance Index (STI) analysis on the seed dry weight per plant, only Tuban cultivar showed great tolerance of 65% shade of natural light. Overall, the whole  cutivars tested were sensitive on 75% shade level.                                                       ABSTRAKKacang tanah yang biasa ditanam pada sistem tumpangsari dan interkultur, sering ternaungi karena berasosiasi dengan tanaman lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh  naungan yang berbeda pada tiga kultivar kacang tanah terhadap pertumbuhan dan hasil, serta mendapatkan kultivar kacang tanah yang toleran terhadap naungan. Percobaan pot dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti  dari  bulan Juli sampai dengan Oktober 2016. Perlakuan percobaan adalah perbedaan naungan (tanpa naungan, naungan 50%, 65% dan 75%) selama siklus hidup tiga kultivar tanaman kacang tanah  (Tuban, Jepara dan Bima). Hasil percobaan menunjukkan bahwa naungan memengaruhi jumlah daun trifoliat, jumlah cabang, bobot kering tanaman, komponen hasil (jumlah polong, jumlah polong isi, dan jumlah biji), bobot kering polong dan bobot kering biji per tanaman. Kultivar memberikan efek yang sama terhadap pertumbuhan dan hasil per tanaman. Berdasarkan analisis Stress Tolerance Index (STI) terhadap bobot kering per tanaman, hanya kultivar Tuban yang toleran pada naungan 65%. Semua kultivar peka terhadap naungan 75%.
Respon Pertumbuhan dan Daya Tahan Hidup Setek Mikro Krisan Gina Gustiani Pitaloka; Ai Komariah
Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Winaya Mukti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6586.336 KB) | DOI: 10.35138/paspalum.v1i2.81

Abstract

The objectives of this experiment was to study the interaction between NAA and alginate concentrations on growth and shelf life of Chrysanthemum morifolium Rahmat Syn. Micro cutting in capsule. Design of this experiment used Randomized Block Design with two factors and two replication. The first factor wa concentration of NAA consisted of three levels (0.00 ppm, 0.10 ppm, and 0,15 ppm) and the second factor was concentration of alginate consisted of four levels (1.5%, 2%, 2.5% and 3.0%).the result of experiment showed that interaction among concentration of NAA and alginate on capsule texture, plant weight, leaves number, leaves weight, and shelf life of plant in capsule. There was no interaction between concentration of NAA and alginate on percentage of green capsules, percentage of micro cutting shoot growth, and percentage of capability of shoot growth break through capsule. Optimum concentration for plant weight was 0.1281 ppm NAA and 2.4671% alginate, with maximum weight was 0.0145 grams. Optimum concentration for shelf life of micro cutting in capsule was 0.1191 ppm NAA and 2.8071% alginate, with maximum shelf life was 5.9541 days.
PENGARUH PENGGUNAAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS TANAMAN KACANG MERAH ( Phaseolus vulgaris L. ) Ai Komariah; Erwin Christian Waloeyo; Odang Hidayat
Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Winaya Mukti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.992 KB) | DOI: 10.35138/paspalum.v5i1.35

Abstract

The research aims to obtain varieties of red beans was tolerant oflow light intensity under this shade.The research implemented in the experimental garden UNWIM BojongSeungit campus, from late June to early September 2016, with a height of 850 meters above sea level and precipitation type C (Dampish ).The experimental design used was split plot design consisting of 16 treatments and 4 Deuteronomy .Treatment consists of two levels : size of the shade (P), p0 = 0%Shade, p1 = 50% Shade, p2 = 65% Shade, p3 = 75%Shade, and varieties (v), v1 = Garut and v2 = Tasik.The results of this experiment showed the effect of growth and different results in higher plants in shade 65% and 0% in the varieties of Garut and Tasik age 35 days after planting, number of leaves per plant and the number of branches per plant at 28 days after planting in the shade of 75%, the number of pods contents per plant and the number of pods per plant in the shade of 0% whereas 50% shade highest yield of dry grain weight per plant, weight of 100 grains of seed varieties Garut and percentage (%) number of pods per plant were highest in varieties Tasik  Varieties of Garut and Tasik are sensitive to shade 75%, moderate to 65% shade and still tolerant to shade 50%.