Claim Missing Document
Check
Articles

Flipped classroom in history learning to improve students’ critical thinking Muhammad Rijal Fadli; Saefur Rochmat; Ajat Sudrajat; Aman Aman; Arif Rohman; Kuswono Kuswono
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol 11, No 3: September 2022
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijere.v11i3.22785

Abstract

The flipped classroom is very helpful for students to understand learning material, but it is still very minimally used, especially in history learning. This study analyzed the effect of the flipped classroom model in history learning to improve students' critical thinking. This study employed a quasi-experimental non-equivalent control group design, by dividing into two class groups, namely experimental and control. The sample was 121 students who were selected through cluster random sampling technique. The data collection was through observation, interviews, and instruments in the form of critical thinking tests. Data analysis used an independent sample t-test and N-gain score test to analyze the effect of a flipped classroom in history learning to improve critical thinking. The results showed that the flipped classroom in history learning had a significant effect on improving students' critical thinking skills as evidenced by the independent sample t-test test with a significance value of 0.000<0.05, and the N-gain score test which was included in the moderate criteria. So, the flipped classroom model in history learning is very suitable to be used and implemented. Hence, learning objectives are achieved so that history learning can run well and optimally.
Development of higher order thinking skill assessment instruments in learning Indonesian history Johan Setiawan; Ajat Ajat Sudrajat; Aman Aman; Dyah Kumalasari
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol 10, No 2: June 2021
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijere.v10i2.20796

Abstract

This study aimed to: 1) Produce higher order thinking skill (HOTS) assessment instruments in learning Indonesian history; 2) Know the validity of HOTS assessment instruments in learning Indonesian history; 3) Find out the characteristics of HOTS questions in learning Indonesian history. This study employed the research and development method of the Borg and Gall model. The HOTS test item was conducted on 36 students in class XI of 2 Ngaglik State Senior High School. Data analysis includes tests of validity, reliability, level of difficulty, distinguishing features and deception index. The study found: 1) The HOTS assessment instrument of multiple-choice questions consisted of 25 items; 2) The results of the HOTS question validation by two Indonesian history learning assessment experts on the material, construction and language aspects were valid and appropriate. The results of the validation by three Indonesian history teachers also stated that the assessment instruments were valid and appropriate; 3) The characteristics of HOTS questions had fulfilled the validity criteria of 23 questions, reliability with a coefficient of 0.97 (very strong), the average difficulty level is 0.33 (moderate), the average differentiation test is 0.42 (good), and the average deception index is 0.56 (good).
Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kalosara dalam Pembelajaran Sejarah di SMA sebagai Penguatan Karakter Siswa Rispan Rispan; Ajat Sudrajat
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8 No 2 (2019): JPS - Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.043 KB) | DOI: 10.21009/JPS.082.04

Abstract

This study aims to examine the values ​​contained in kalosara local wisdom, so that these values ​​can be integrated into historical learning as a reinforcement of student character. The method used in this research is descriptive qualitative method. This is based on the problem being studied in a qualitative descriptive manner which requires observation, interviews, reviewing documents, testing the validity of the data through the stages of triangulation, in revealing interpretative significance as answers in solving research problems. The results showed that kalosara is a guide that affects the lives of the Tolaki people from ancient times to the present. The existence of empowerment if reflected in the form of behavior in various sectors of life, thus making if as a guide as well as controlling the behavior in creating a harmonious social environment. As for the values ​​contained in the Kalosara local wisdom, among others: the value of leadership which consists of unity and unity (medulu mepoko'aso), harmony of harmony, purity, justice (ate pute penao moroha), security, peace, justice, welfare (morini mbu'umbundi) monapa mbu'undawaro), shame (kohanu), mutual cooperation (samaturu), and manners (meiro'u) which include mutual respect (mombekapona-pona'ako), and mutual love (mombekamei-meiri'ako). Integrating Kalosara local wisdom values ​​in history learning is very important, in addition to making history learning more interesting and meaningful, it can also function as a tool for strengthening students' character in facing current and future challenges. So students have moral knowledge, moral feelings, and moral actions in understanding the noble values ​​in their culture. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal kalosara, sehingga nilai tersebut dapat di integrasikan kedalam pembelajaran sejarah sebagai penguatan karakter siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif desktiftif. Hal tersebut didasari oleh masalah yang diteliti bersifat deskriftif kualitatif yang membutuhkan observasi, wawancara, mengkaji dokumen, menguji keabsahan data melalui tahapan triangulasi, dalam mengungkap kebermaknaan secara interpretatif sebagai jawaban dalam pemecahan masalah penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa kalosara merupakan suatu pedoman yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Tolaki dari zaman dahulu hingga sekarang. Eksistensi keberdayaan kalo terefleksikan dalam wujud perilaku pada berbagai sektor kehidupan, sehingga menjadikan kalo sebagai pedoman sekaligus pengontrol perilaku dalam menciptakan lingkungan sosial yang harmonis. Adapun nilai yang terkandung dalam kearifan lokal kalosara antara lain: nilai kepemimpinan yang berintikan persatuan dan kesatuan (medulu mepoko’aso), keserasian keharmonisan, kesucian, keadilan (ate pute penao moroha), keamanan, kedamaian, keadilan, kesejahteraan (morini mbu’umbundi monapa mbu’undawaro), rasa malu (kohanu), gotong royong (samaturu), dan sopan santun (meiro’u) yang meliputi saling menghormati (mombekapona-pona’ako), dan saling mengasihi (mombekamei-meiri’ako). Pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal kalosara dalam pembelajaran sejarah sangat penting, selain menjadikan pembelajaran sejarah semakin menarik dan bermakna, juga dapat berfungsi sebagai alat bagi penguatan karakter peserta didik dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Sehingga peserta didik memiliki pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral dalam memahami nilai luhur dalam kebudayaannya.
TEORI KRITIS: PERKEMBANGAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP PROBLEMATIKA DI ERA DISRUPSI Irvan Tasnur; Ajat Sudrajat
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v6i1.5894

Abstract

Perkembangan teknologi yang sangat masif di era disrupsi bukan hanya menimbulkan berbagai dampak positif bagi kehidupan, namun juga membuka jalan bagi berbagai permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan guna meninjau latar belakang lahir dan berkembangnya teori kritis, serta relevansinya apabila diterapkan pada masyarakat industri 4.0. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutik dalam menjelaskan realitas yang terjadi. Hasil analisis didapatkan bahwa lahirnya teori kritis disebabkan oleh adanya dominasi ilmu pengetahuan, manusia, serta budaya yang diakibatkan oleh berkembangnya positivisme, liberalisme dan kapitalisme pada masyarakat sehingga melahirkan cara pandang yang hanya dilandaskan pada pemikiran pragmatis dan kacamata sains, bahkan untuk mengamati suatu fenomena sosial yang tidak dapat dijelaskan dengan metode tersebut, hal ini juga sering disebut sebagai perspektif one dimensional man. Teori kritis sebagai counter discourse terhadap dominasi dan cara pandang one dimensional man bertujuan untuk menciptakan masyarakat kritis dan emansipatoris yang bukan hanya terpaku pada usaha memenuhi kebutuhan jasmani atau materil akan tetetapi juga rohani. Teori ini berkembang dalam tiga fase utama di mana pada tiap masing-masing fase tersebut, terdapat sejumlah tokoh yang berusaha menjelaskan teori kritis dari berbagai paradigma yang berbeda, serta berusaha saling mengkritisi guna mendapatkan formulasi teori kritis yang tepat. Namun, walaupun terdapat berbagai perbedaan, inti keseluruhan dari pemikiran tersebut bermuara pada kesimpulan di mana teori kritis diarahkan untuk pembentukan masyarakat kritis guna menangkal adanya perspektif one dimensional man yang jauh dari sifat emansipatoris. Hasil analisis juga didapatkan bahwa teori kritis masih sangat relevan diterapkan pada masyarakat dominasi industri 4.0, di mana teknologi dan kapitalisasi mengarah kepada dehumanisasi yang sangat ditentang oleh pemikiran ini, namun hal yang harus diperhatikan dalam menerapakannya agar dapat menciptakan masyarakat kritis dan emansipatoris yaitu penggunaan metode yang matang dalam proses aplikasinya, agar teori tersebut tidak mengarahkan pada suatu kerangka berpikir tertentu, sehingga membawa pada lahirnya dominasi baru.
TEKNIK PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Ulfah Nury Batubara; Ajat Sudrajat
Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Vol 22 No 2 (2019): DECEMBER
Publisher : Faculty of Tarbiyah and Teacher Training Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/lp.2019v22n2i15

Abstract

Abstrak:Instrumen penilaian HOTS sangat penting mengingat standar yang harus dicapai dalam kurikulum 2013. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji teknik penyusunan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mengkreasikan (C-6). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menggambarkan masalah untuk memperoleh jawaban dengan berbagai kajian pustaka. Metode penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi saat sekarang. Teknik pengumpulan data penelitian berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan dan dianalisis berupa teknik penyusunan instrumen penilaian HOTS khususnya dalam pembelajaran sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik penyusunan instrumen penilaian berbasis HOTS dalam pembelajaran sejarah terdiri dari (1) menganalisa KD; (2) mengembangkan kisi-kisi; (3) memilih stimulus yang menarik dan konstektual; (4) menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal; (5) menentukan kunci jawaban/pedoman penskoran; (6) melakukan analisis kualitatif; dan (7) melakukan analisis kuantitatif.Abstract:HOTS assessment is very important considering the standard that must be achieved in the 2013 curriculum. The purpose of this research was to study the instrument drafting techniques to asses the students’ high-level thinking skills which consisted of analyzing (C-4), evaluating (C-5), and creating (C-6). The research method used was descriptive method which described the problems to obtain answers from various literature studies. Descriptive research tried to describe phenomenon that occured in that time. Data collection were through study literatures of drafting instruments of HOTS assessment which had been choosen, searched, presented, and analyzed especially in History learning. The results of this study showed that instrument drafting techniques base on HOTS assesment in learning History consisted of (1) analysing base competency, (2) developing the main points, (3) choosing the interested and contextual stimulus, (4) making questions base on the main points, (5) deciding the answer form/score form, (6) doing qualitative analysis, and (7) doing quantitative analysis.
KULTUR PENDIDIKAN PESANTREN DAN RADIKALISME Abdul Malik; Ajat Sudrajat; Farida Hanum
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 4, No 2 (2016): Desember
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1193.732 KB) | DOI: 10.21831/jppfa.v4i2.11279

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk, (a) mendeskripsikan dan mengungkapkan adanya hubungan kultur pendidikan pesantren al-Madinah dengan radikalisme, (b) mengungkapkan kultur pendidikan pesantren radikal. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, partisipasi, interview dan dokumentasi. Sementara teknik analisis datanya adalah teknik analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) kultur pendidikan pesantren al-Madinah memiliki kecenderungan pada radikalisme dan ekslusifisme, (b) kultur pendidikan pesantren memiliki kurikulum jihad sebagai bagian dari pemahaman agama yang dikembangkan dalam pendidikan pesantren. Hal tersebut menunjukan adanya perubahan kultur pendidikan pesantren yang mengarah pada heterogenitas pola, model, tujuan dan kultur pendidikan yang dikembangkan.  Kultur pesantren yang cenderung pada radikalisme, sejauh ini tidak hanya dapat diukur dari adanya kurikulum jihad atau lainnya akan tetapi dapat diamati dari muatan hidden curriculum yang cenderung dapat diukur melalui gejala dan ekspresi perilaku santri dan ustad. Misalnya segala perangkat nilai, pemikiran, syimbol, sistem, pola, proses pendidikan dan tradisi yang melekat dalam seluruh kegiatan, baik pada aspek yang dapat di amati (tangible) seperti perilaku fisik, bangunan, sikap fanatik, dan syimbol maupun yang tidak teramati (intangible) seperti aspek motivasi, keyakinan, antusisme, ideologi, niat, keberkahan, dan pemikiran..Kata kunci: pesantren, pendidikan, radikalisme, kultur CULTURE OF PESANTREN EDUCATION AND RADICALISMAbstractThis study aims to, (a) describe and disclose their relationship education culture Pesantren al-Madinah with radicalism, (b) disclose the culture of radical pesantren education. This study was descriptive qualitative research. Data collection techniques using observation, participation, interview and documentation. While data analysis technique is inductive analysis techniques. The results showed that (a) the culture of al-Madinah Islamic boarding schools have a tendency to radicalism and exclusiveness, (b) the culture of jihad education schools have the same curriculum as part of the understanding of religion that developed in pesantren education. It shows the change in the culture of pesantren education leading to heterogeneity in patterns, models, goals and educational culture developed. Pesantren culture that tends to the radicalism, has so far not only be measured from their curriculum or other jihad but can be observed from the charge hidden curriculum which tends to be measured by the expression of symptoms and behavior of students and chaplains. For example all the values, thoughts, symbols, system, pattern, process of education and tradition inherent in all activities, both on aspects that can be observed (tangible) such as physical behavior, building, bigotry, and symbols and unobservable (intangible ) as aspects of motivation, confidence, enthusiasm, ideology, faith, blessings, and thinking.Keywords: School, education, radicalism, culture
SUMBER BELAJAR DAN DAMPAKNYA TERHADAP POLA PIKIR KEAGAMAAN SANTRI Tafrikhuddin Tafrikhuddin; Abdul Gafur; Ajat Sudrajat
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.842 KB) | DOI: 10.21831/jppfa.v2i2.2657

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dampak sumber belajar terhadap pola pikir keagamaan santri. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Pola pikir santri terbagi menjadi tiga varian, yaitu: tekstual mutlak (koservatif), menengah (moderat), dan kemandirian (modern/kritis); 2) Pola pikir santri dapat digolongkan dalam bidang-bidang: (a) pola pikir santri dalam bidang tauhid/kalam, santri menganut paham aswaja (ahlussunnah wal jama`ah), yaitu konsep yang mengafirmasi sifat-sifat Allah Swt, tanpa mengidentikkan dengan sifat manusia (mutasyabbihah), mempercayai dengan ainul yaqin bahwa zatullah wahidun, tidak murakab, tidak ada bagian-bagiannya seperti manusia (sumber belajar  mengacu kitab شَرْحُ جَوْهَرُ التَّوْحِيْدِ لِلْبَاجُوْرِىِّ); (b) pola pikir santri dalam bidang fikih mengikuti mazhab empat (mazahibul arbaah), yaitu: Abu Hanifah (150 H), Malik Ibn Anas (179 H), Al-Syafi’i (204 H), dan Ibn Hanbal (241 H), hal ini terjadi karena pertimbangan pandangan legalistik santri yang menganut paham aswaja (sumber belajar mengacu kitab    اَلْفِقْهُ عَلَى مَذَاهِبِ الْاَرْبَعَةِ لِلْجَزِرِى); (c) pola pikir santri dalam bidang tasawuf dan etika mengikuti konsepsi sufistik Al-Ghazali, hal ini terlihat dalam persoalan yang masuk kategori fikih-teologis seperti ziarah kubur, tahlil, tawasul, dan sebagainya, santri mengumandangkan dakwah kultural yang moderat dan toleran dalam menyikapi tradisi lokal (sumber belajar mengacu kitab مِنْهَاجُ الْعَابِدِيْنِ لِلْغَزَالِىّ). Kata kunci: sumber belajar, pola pikir
THE EFFECTIVENESS OF MULTICULTURAL APPROACH IN WRITING ACHIEVEMENT OF INDONESIAN LANGUAGE AMONG ISLAMIC ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS Noor Alfulaila; Haryadi Haryadi; Ajat Sudrajat; Nashrullah Nashrullah
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOL. 38, NO. 2, JUNE 2019
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.255 KB) | DOI: 10.21831/cp.v38i2.23440

Abstract

Multicultural approach in Indonesian language has become an absolute necessity over the last years. This research highlights the role of multicultural culture as a means to improve writing achievement of Indonesian Language among elementary school students. This study aims at determining the effectiveness of the multicultural approach in the writing achievement of Indonesian language among fifth grade students of islamic elementary school who are grouped based on their learning motivation. This study can be catagorized as an experimental study with 2x2 factorial design. The independent variable consists of two categories, multicultural and conventional approaches. The population was  60 fifth grade students of at two private islamic schools. The data was collected using learning achievement tests and learning motivation questionnaires, and analyzed using two-way ANOVA and sheffe test. The results showed that (1) there were a gap in learning achievement between students in the experimental group and control group students; (2) there were differences in learning achievement between students with high motivation between both groups; (3) there were differences in learning achievement between low motivated students between both groups; (4) the multicultural approaches proved to be more effective than the conventional one; and (5) there was no interaction between the approaches and the learning motivation.
INTEGRATION OF INFORMATION AND COMUNICATION TECHNOLOGY INTO ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION TEACHER TRAINING Miskiah Miskiah; Yoyon Suryono; Ajat Sudrajat
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOL. 38, NO. 1, FEBRUARY 2019
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.095 KB) | DOI: 10.21831/cp.v38i1.23439

Abstract

Integrating ICT in teacher training has become an absolute necessity over recent years. This research highlights the role of training as a means to improve Islamic religious education teacher competence in ICT. Specifically, the case-study research aim is to describe the level of ICT integration into the Islamic religious education training, referring to ‘education-and-training’, at a religious training center (RTC) in Palembang, Indonesia. Thirty teachers of Indonesian Islamic school (madrasah) and two facilitators at the RTC acted as informants in the research. Using the interactive model of qualitative analysis by Miles and Huberman, the research results indicated that the participants have already integrated ICT but were restricted to using presentations, especially the PowerPoint computer program. Secondly, age and technical problems became the major constraints to realize such integration. With respect to the availability of facilities, the RTC is in good category.
PEMIKIRAN WUJUDIYAH HAMZAH FANSURI DAN KRITIK NURUDIN AL-RANIRI Ajat Sudrajat
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 17, No 1 (2017): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v17i1.23123

Abstract

Penelitian dengan judul “Pemikiran Wujudiyah Hamzah Fansuri dan KritikNurudin Al-Raniri” bertujuan untuk mengetahui: (1) Corak pemikiran wujudiyah HamzahFansuri;(2) Alasan mengapa Nuruddin al-Raniri mengkritik pemikiran Hamzah Fansuri,dan (3) Bagaimana kritik Nuruddin al-Raniri terhadap pemikiran Hamzah Fansuridilakukan.Corak pemikiran wujudiyah Hamzah Fansuri adalah sebagai berikut. Pertama,pada hakekatnya zat dan wujud Tuhan sama dengan zat dan wujud alam. Kedua, tajallialam dari zat dan wujud Tuhan pada tataran awal adalah Nur Muhammad. Ketiga, NurMuhammad adalah sumber segala khalq Allah. Keempat, manusia sebagai mikrokosmosharus berusaha mencapai kebersamaan dengan Tuhan. Kelima, manusia yang berhasilmencapai kebersamaan dengan Tuhan adalah manusia yang telah mencapai kesempurnaan.Alasan utama Nuruddin al-Raniri mengkritisi dan sekaligus menolak pemikiranHamzah Fansuri adalah didasarkan adanya kekhawatiran bahwa ajaran yang disebarkanHamzah Fansuri tersebut akan menyesatkan pemikiran orang-orang awam. BagaimanaNuruddin al-Raniri menghadapi ajaran Hamzah Fansuri adalah dengan menggunakan duapendekatan. Pendekatan pertama bercorak intelektual, yaitu dengan menulis berbagai kitabdan tulisan yang menjelaskan kerancuan-kerancuan sejarah kaum wujudiyah dansekaligus bantahan terhadap faham wujudiyah. Selain itu, ia juga mengadakan debatterbuka melawan pengikut wujudiyah. Pendekatan kedua bercorak kekuasaan, yaitumeminta penguasa untuk melarang peredaran tulisan-tulisan yang memuat ajaran wahdahal-wujud dan bahkan memusnahkan buku-buku tersebut.THOUGHT OF WUJUDIYAH HAMZAH FANSURI ANDCRITICISM OF NURUDIN AL-RANIRIThis study aims to find out: 1) the thought of Wujudiyah Hamzah Fansuri; 2) Thereason Nuruddin al-Raniri criticized Hamzah Fansuri's thought, and (3) the ways in whichNuruddin al-Raniri faced Hamzah Fansuri's thoughts. The style of thinking of WujudiyahHamzah Fansuri is as follows. First, the substance and form of God are essentially thesame as substances and forms of nature. Second, the nature of tajalli from the substanceand form of God at the initial level is Nur Muhammad. Third, Nur Muhammad is thesource of all the khalq of Allah. Fourth, humans as microcosmos must try to achievetogetherness with God. Fifth, humans who succeed in achieving togetherness with God arehuman beings who have achieved perfection. The main reason for Nuruddin al-Raniricriticizing and rejecting Hamzah Fansuri's thinking was based on the concern that theteachings spread by Hamzah Fansuri would mislead the minds of ordinary people. Thereare two approaches used by Nuruddin al-Raniri in dealing with the teachings of Hamzah Fansuri: 1) intellectual approach, by writing various books that explain the historicalambiguities of the Wujudiyah and at the same time denial of Wujudiyah ideology andopen debate against wujudiyah followers; 2) power approach, by asking the authorities toban the circulation of writings that contain the teachings of wahdah al-wujud and evendestroy the books.