Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Optimalisasi Bumdes di Desa Taro, Pasca PP No. 11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Milik Desa Rosa Ristawati; Radian Salman; Ni Made Sukartini; Giza'a Jati Pamoro; Shafyra Amalia Fitriany
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 4 No 1 (2024): JPMI - Februari 2024
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.2018

Abstract

Keberlakuan UU No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Perpu Cipta Kerja memberikan dampak yang signifikan terhadap eksistensi BUMDes. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur dalam PP No. 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa yang mewajibkan BUMDes melakukan beberapa penyesuaian. Untuk mengoptimalisasi fungsi BUMDes, Desa Taro telah memiliki BUMDes bernama Sarwada Amerta yang memiliki beberapa unit usaha dibawahnya. Pada perkembangannya, BUMDes ini telah melakukan beberapa upaya penyesuaian pasca keberlakuan beberapa peraturan terbaru, namun berdasarkan hasil dari kegiatan Pengabdian Masyarakat yang telah dilakukan masih terdapat beberapa kekurangan. Metode yang digunakan adalah yuridis dan empiris dengan pendekatan sosiolegal dan partisipatif. Hasil yang diperoleh adalah masih ditemukan beberapa hal yang belum optimal untuk dapat mengembangkan BUMDes lebih jauh seperti pemanfaatan perkembangan teknologi, kesesuaian pada sektor perijinan, kemudian pada aspek peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Desa, serta pada sektor promosi yang belum masif. Dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi untuk BUMDes Sarwada Amerta yang berpotensi dapat lebih meningkatkan kiprah BUMDes lebih jauh lagi seperti pemanfaatan teknologi dalam hal promosi, penjualan, serta penyesuaian rancangan kontrak dan regulasi baik untuk kesesuaian peraturan dan prinsip keseimbangan, serta kesesuaian pada aspek leglitas dan perijinan.
The Guardian of Constitution: A Comparative Perspective of Indonesia and Cambodia Sampe, John; Ristawati, Rosa; Hakyou, Be
Hasanuddin Law Review VOLUME 9 ISSUE 2, AUGUST 2023
Publisher : Faculty of Law, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/halrev.v9i2.4627

Abstract

A democratic state may be indicated by the existence of a constitutional institution that has the competence to uphold constitutionalism and defend the constitution. As the guardian of the constitution, the Constitutional Council of the Kingdom of Cambodia (Constitutional Council) and the Constitutional Court of the Republic of Indonesia (Constitutional Court) have the same purpose, namely to uphold constitutionalism and protect the constitution. However, in terms of structure, procedures, and competencies, the Constitutional Council and the Constitutional Court have individual mechanisms. Institutionally, the two judicial bodies occupy different characteristics, but they share the common goal of safeguarding the constitution’s core values. This paper aims to analyze and scrutinize different features of the Constitutional Council and the Constitutional Court by showing the same purpose as the guardian of the constitution. Within this paper, the legal outcomes which is decisions are discussed, particularly the effect of the decisions. In addition, this paper looks into who can be the applicant or can file a complaint and clarifies the qualifications and resignations of judges. This paper concludes on whether the Constitutional Court and the Constitutional Council have different paths in upholding constitutionalism and protecting the constitution.
Urgensi Pembuatan Peraturan Desa Berbasis Nilai Lokal di Desa Taro-Bali Rosa Ristawati; Radian Salman; Ni Made Sukartini; Nur Annisa, Fadila Nur Annisa; Enrico Benedictus Silagen; Rafi Al Malik
Jurnal Dedikasi Hukum Vol. 4 No. 3 (2024): December 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jdh.v4i3.37449

Abstract

Dualisme pemerintahan desa, desa adat dan desa dinas di Bali menjadi salah satu keunikan tatanan pemerintahan desa di Indonesia. Perkembangan jaman dan teknologi mendatangkan keuntungan secara ekonomi baik untuk Desa Adat maupun desa dinas. Namun disatu sisi dapat mempengaruhi tatanan sosial dan budaya masyarakat di kedua desa tersebut. Kearifan lokal yang menjadi ciri khas Masyarakat adat menjadi kewajiban bagi desa dinas dan desa adat untuk melindungi, mengelola, dan menjaga kearifan lokal. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18B ayat (2) menjadi landasan melindungi kearifan lokal yang memiliki urgensi untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai budaya serta tradisi yang hidup di Desa Taro, Gianyar, Bali. Perlindungan kearifan lokal terkait dengan aspek adaptasi, yang meliputi upaya pengembangan tradisi budaya dan adat istiadat untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau tanpa mengobarkan keasliannya. Maka dari itu perlu di bentuknya peraturan desa yang berkaitan dengan Nilai Lokal di Desa Taro. Artikel ini membahas perlunya sebuah peraturan mengenai perlindungan kearifan lokal di Desa Taro. Dalam membahas isu utama pada artikel ini digunakan pendekatan legal empiris yang melihat peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan kearifan lokal dengan merelevansikan pada data-data empiris mengenai nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang hidup dan ada di desa Taro. Artikel ini berkesimpulan ada beberapa alasan urgensi perlunya pengaturan mengenai perlindungan kearifan lokal dalam bentuk peraturan desa di Desa Taro. Abstract The Urgency of Village Regulation on Local Wisdom Values in Taro Village, Tenggallang, Gianyar, BaliThe dualism of village governance; the customary villages and the official villages in Bali is one of the unique governance in Indonesia. The development of time and technology brings economic benefits to both the traditional and the official villages. But on the one hand, it can affect the social and cultural order of the people in both villages. Local wisdom that characterizes indigenous peoples is an obligation for official villages and customary villages to protect, manage, and maintain local wisdom. The 1945 Constitution of the Republic of Indonesia Article 18B paragraph (2) is the basis for protecting the local wisdom that has the urgency to maintain and protect cultural values and traditions that live in Taro Village, Gianyar, Bali. The protection of local wisdom is related to the aspect of adaptation, which includes efforts to develop cultural traditions and customs for traditional activities. Therefore, it is necessary to form a village regulation relating to Local Values in Taro Village. This article discusses the need for a regulation making regarding the protection of local wisdom in Taro Village. In discussing the main issue in this article, an empirical legal approach is used by looking at the legislation on the protection of local wisdom, thus, by revealing empirical data on cultural values and local wisdom that live and exist in Taro village. This article concludes that there are several reasons for an urgency of the need to regulate the protection of local wisdom in the form of village regulations in Taro Village.
Constitutional Protection of Cultural Heritage in Indonesia: The Role of Museums in Preserving National Identity and Public Welfare Ristawati, Rosa; Salman, Radian; Fitriany, Shafyra Amalia; Taskesen, Suat
Sriwijaya Law Review Volume 9 Issue 1, January 2025
Publisher : Faculty of Law, Sriwijaya University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28946/slrev.Vol9.Iss1.3348.pp49-70

Abstract

Cultural heritage is a fundamental asset in promoting cultural diversity and facilitating access to education, social values, science, technology, and tourism. Museums play a pivotal role in preserving cultural heritage and fulfilling constitutional obligations, as enshrined in the Indonesian Constitution. Protecting cultural heritage is essential for maintaining national identity and upholding citizens' constitutional rights, particularly in education and cultural participation. This study analyses the constitutional framework and government policies related to cultural heritage protection, with a specific focus on museums in Indonesia. Employing a statute-based and comparative approach, the research examines constitutional provisions such as Article 18B(1) of the Indonesian Constitution, which mandates the state’s responsibility to preserve cultural heritage and safeguard indigenous communities' rights. Despite this constitutional obligation, challenges such as limited financial resources, inadequate maintenance, and institutional constraints hinder the effective operation of museums. The findings emphasize that strengthening museums is not only necessary for heritage conservation but also for fostering national and local values that define Indonesia’s constitutional identity. The study argues that the government must implement more comprehensive policies and allocate sufficient resources to enhance museums’ role in cultural preservation, ensuring their sustained contribution to public welfare and national development.
Strategi Optimalisasi BUMDes Berbasis Potensi Lokal di Desa Gampeng Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur Hakim, Arif Rahman; Salman, Radian; Kurniawan, E. Joeni Arianto; Wibawa, Wahyu APM; Ristawati, Rosa; Noventri, Ardhana C.; Annisa, Fadila N.; Fadhlullah, M. R.; Wardhani, Fitri
Room of Civil Society Development Vol. 4 No. 1 (2025): Room of Civil Society Development
Publisher : Lembaga Riset dan Inovasi Masyarakat Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59110/rcsd.521

Abstract

BUMDes menjadi salah satu lembaga yang dapat dikembangkan sebagai basis perekonomian desa dan berkontribusi dalam meningkatkan standar hidup masyarakatnya. BUMDes seyogyanya perlu mempertimbangkan kebutuhan dan dapat menemukan solusi terhadap tantangan pengelolaan serta pemanfaatan potensi lokal desa agar semakin optimal. Dalam konteks kegiatan PkM Prodi MSHP Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga yang bermitra dengan BUMDes Gampeng Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur; kolaborasi ini ingin mengoptimalkan pemanfaatan potensi lokal dan merumuskan strategi dalam menghadapi tantangan pengelolaan BUMDes yang belum terakomodasi ketika kegiatan ini berlangsung. Dengan aktivitas wawancara, survei, dan observasi ingin menggali potensi lokal desa dan menemukenali masalah pengelolaan BUMDes; lalu dilakukan penyuluhan dan diskusi bersama pengurus, perangkat desa, dan stakeholder. Hasil kegiatan menunjukkan pentingnya BUMDes agar semakin berkontribusi pada pembangunan desa dan mensejahterakan warganya. Bentuk strategi optimalisasi pengelolaan BUMDes diantaranya: peningkatan peran lumbung desa yang tidak hanya sebagai penyedia pangan pokok desa tapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga, perluasan kerjasama dengan pihak eksternal agar membuka potensi usaha lain seperti pembayaran layanan pajak, penguatan dan diversifikasi unit usaha, penambahan keterlibatan lembaga keuangan pemberi pinjaman bagi petani, pembangunan wisata religi yang lengkap, peningkatan nilai tambah produk desa (pisang, singkong, bawang merah, cabai, tempe berbungkus daun jati), dan promosi kuliner lokal (asem-asem kambing). Kedepan, kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat menjadi bentuk kerjasama dan kolaborasi dengan Universitas untuk mengembangkan BUMDes.
Corruption and female regional heads in Indonesia according to feminist legal theory Fadila Nur Annisa; Rosa Ristawati; Ana Fauzia
Integritas: Jurnal Antikorupsi Vol. 10 No. 2 (2024): INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi
Publisher : Komisi Pemberantasan Korupsi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32697/integritas.v10i2.1350

Abstract

Corruption cases by regional heads nowadays do not only affect men but also women. This is evidenced by several cases that occurred in female regional heads. Normatively, regulations related to women's rights have been well accommodated, especially regarding their rights to run for regional heads. Therefore, the concept of feminism that is applied is no longer related to the struggle for women's rights, but to ensure the quality of women's leadership in accordance with the goals of feminism. The concept of the study carried out was raised by basing it on the concepts of lberal based, anti-essential model, and post-modern liberalism. These three concepts are studied based on the varieties of motives and accessibility of women's potential to commit corruption when they become regional heads. After that, this article discusses at a practical level the leadership of women in the regions involved in corruption. By basing on court decisions dealing with corruption of regional heads by women, this article analyzes the factors of accessibility, impulsive buying, women's powerlessness, and gender bias in sentencing. The results of this study show that in some cases, there are factors that indeed female regional heads commit corruption based on personal motives, but there are also those based on the context of powerlessness to regulatory factors that make women feel they are given “special” rights in the judicial process.
Corruption and female regional heads in Indonesia according to feminist legal theory Fadila Nur Annisa; Rosa Ristawati; Ana Fauzia
Integritas: Jurnal Antikorupsi Vol. 10 No. 2 (2024): INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi
Publisher : Komisi Pemberantasan Korupsi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32697/integritas.v10i2.1350

Abstract

Corruption cases by regional heads nowadays do not only affect men but also women. This is evidenced by several cases that occurred in female regional heads. Normatively, regulations related to women's rights have been well accommodated, especially regarding their rights to run for regional heads. Therefore, the concept of feminism that is applied is no longer related to the struggle for women's rights, but to ensure the quality of women's leadership in accordance with the goals of feminism. The concept of the study carried out was raised by basing it on the concepts of lberal based, anti-essential model, and post-modern liberalism. These three concepts are studied based on the varieties of motives and accessibility of women's potential to commit corruption when they become regional heads. After that, this article discusses at a practical level the leadership of women in the regions involved in corruption. By basing on court decisions dealing with corruption of regional heads by women, this article analyzes the factors of accessibility, impulsive buying, women's powerlessness, and gender bias in sentencing. The results of this study show that in some cases, there are factors that indeed female regional heads commit corruption based on personal motives, but there are also those based on the context of powerlessness to regulatory factors that make women feel they are given “special” rights in the judicial process.
Judicial Review on Health Emergency Law: The Challenge to Judicial Independence of Indonesian Constitutional Court Salman, Radian; Ristawati, Rosa; Singarimbun, Bernard Nicholas
Jurnal Wawasan Yuridika Vol 9 No 1 (2025): 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Hukum Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25072/jwy.v9i1.4314

Abstract

Emergency laws are often enacted by the President to address urgent situations and safeguard public welfare. Still, it risks fundamental rights and the rule of law without proper scrutiny.  This research is addressed to analyse the tendency of judicial independence of the Constitutional Court in conducting a review over a Government Regulation in Lieu of Law (Perppu), especially based on Court Decision Number 138/PUU-VII/2009. This article is important because it addresses the critical issue of judicial independence in the context of emergency laws, which can have significant implications for fundamental rights and the rule of law. This research is a doctrinal research  with focus on analyzing constitutional and statutory provisions, legal principles, case law and also comparative approach. Subsequently, data collection techniques were employed utilizing a document study, then analyze qualitatively. The findings of this research is that the enactment of emergency law turns into a double challenge for judges to decide the case, particularly when the judges are appointed by the President. Moreover, judicial review on emergency law shows the more tension between executive power and judicial oversight compared to  judicial review of legislation. This helps deepen the understanding of how courts balance constitutional principles during emergencies and provides valuable insights for other jurisdictions facing similar challenges.
Strategi Optimalisasi BUMDes Berbasis Potensi Lokal di Desa Gampeng Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur Hakim, Arif Rahman; Salman, Radian; Kurniawan, E. Joeni Arianto; Wibawa, Wahyu APM; Ristawati, Rosa; Noventri, Ardhana C.; Annisa, Fadila N.; Fadhlullah, M. R.; Wardhani, Fitri
Room of Civil Society Development Vol. 4 No. 1 (2025): Room of Civil Society Development
Publisher : Lembaga Riset dan Inovasi Masyarakat Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59110/rcsd.521

Abstract

BUMDes menjadi salah satu lembaga yang dapat dikembangkan sebagai basis perekonomian desa dan berkontribusi dalam meningkatkan standar hidup masyarakatnya. BUMDes seyogyanya perlu mempertimbangkan kebutuhan dan dapat menemukan solusi terhadap tantangan pengelolaan serta pemanfaatan potensi lokal desa agar semakin optimal. Dalam konteks kegiatan PkM Prodi MSHP Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga yang bermitra dengan BUMDes Gampeng Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur; kolaborasi ini ingin mengoptimalkan pemanfaatan potensi lokal dan merumuskan strategi dalam menghadapi tantangan pengelolaan BUMDes yang belum terakomodasi ketika kegiatan ini berlangsung. Dengan aktivitas wawancara, survei, dan observasi ingin menggali potensi lokal desa dan menemukenali masalah pengelolaan BUMDes; lalu dilakukan penyuluhan dan diskusi bersama pengurus, perangkat desa, dan stakeholder. Hasil kegiatan menunjukkan pentingnya BUMDes agar semakin berkontribusi pada pembangunan desa dan mensejahterakan warganya. Bentuk strategi optimalisasi pengelolaan BUMDes diantaranya: peningkatan peran lumbung desa yang tidak hanya sebagai penyedia pangan pokok desa tapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga, perluasan kerjasama dengan pihak eksternal agar membuka potensi usaha lain seperti pembayaran layanan pajak, penguatan dan diversifikasi unit usaha, penambahan keterlibatan lembaga keuangan pemberi pinjaman bagi petani, pembangunan wisata religi yang lengkap, peningkatan nilai tambah produk desa (pisang, singkong, bawang merah, cabai, tempe berbungkus daun jati), dan promosi kuliner lokal (asem-asem kambing). Kedepan, kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat menjadi bentuk kerjasama dan kolaborasi dengan Universitas untuk mengembangkan BUMDes.
Perlindungan Hukum Aparatur Sipil Negara Sebagai Saksi Pengadu (Whistleblower) terhadap Dugaan Pelanggaran Kode Etik Pratiwi, Tria Dina; Salman, Radian; Ristawati, Rosa
Cakrawala Vol. 19 No. 1: Juni 2025
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32781/cakrawala.v19i1.753

Abstract

Pelanggaran terhadap Pedoman Kode Etik oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan isu serius yang berpotensi merugikan negara dan masyarakat. ASN yang bertindak sebagai whistleblower memainkan peran penting dalam menjaga transparansi dan integritas birokrasi. Namun, ketakutan terhadap ancaman pembalasan, pemecatan, atau intimidasi sering kali menghambat keberanian ASN untuk melaporkan pelanggaran tersebut. Penelitian ini bertujuan menilai efektivitas perlindungan hukum bagi ASN yang melaporkan dugaan pelanggaran kode etik di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem perlindungan hukum yang ada belum sepenuhnya memberikan rasa aman bagi ASN whistleblower. Hambatan utama meliputi lemahnya implementasi peraturan, minimnya sosialisasi, dan kurangnya dukungan institusional. Sebagai penutup, penelitian ini merekomendasikan penguatan mekanisme perlindungan hukum bagi ASN whistleblower, termasuk peningkatan peran lembaga pengawas dan penyediaan jaminan non-diskriminatif bagi pelapor, khususnya di tingkat Pemerintah Provinsi Jawa Timur.